Anda di halaman 1dari 10

Dinasti Abbasiyyah

(750-1258M)
Kelompok 7

Nur Ayuni 2031710031


Muhammad Adhitia 2031710050
Muhammad Daviq 2031710083
Akhmad Dhani Ilham 2031710122
A. Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyyah

Dinasti Abbasiyyah yang didirikan pada tahun 132 H (750 M) oleh beberapa pelopor pendiri yaitu,
Abu Abbas As Safah, Abu Ja’far Al Mansur dan Abu Muslim Al Khurasani merupakan kelanjutan dari
pemerintah Dinasti Umayah yang telah hancur di Damaskus.

Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas paman Rasulullah, sementara khalifah
pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas bin Abdul Muthalib. Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abu al-Abbas
Ash-Shafah dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750- 1258 M). Berdirinya
pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani
Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk
berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang
merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman
Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu
Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah merupakan tempat yang tentram, bermukim di kota itu keluarga Bani
Hasyim,baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.
Kufah merupakan wilayah yang penduduknya menganut aliran syi’ah,
pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan tertindas oleh Bani
Umayah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian,
tidakmudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan
yang menyimpang, disanalah diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat
dukungan.

..
“ B. Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah

Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para
sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode, yaitu:

1. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para pejabat bisa berasal dari
keturunan mawali.
2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
4. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
5. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintah.
Untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan
yang bernama “diwanul kitaabah” (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang
“raisul kuttab” (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir
dibantu beberapa “raisul diwan” (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara
bersifat sentralistik yang dinamakan An-Nidhamul Idary Al-Markazy. Selain itu, dalam
zaman Dinasti Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara, baitul maal,
organisasi kehakiman. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
C. Ekspansi Wilayah Dinasti Abbasiyyah

Pada masa Daulah Abbasiyyah luas wilayah kekuasaan islam semakin


bertambah dan Baghdad sebagai pusat pemerintahannya. Perluasan
kekuasaan dan pengaruh wilayah kekuasaan islam amat luas yaitu
meliputi wilayah yang telah dikuasai oleh Yordania, Palestina, Libnon,
Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan.
Daerah-daerah tersebut memang belum sepenuhnya berada diwilayah
Dinasti Umayah, namun dimasa kekuasaan dinasti Abbasiyah perluasan
daerah dan penyiaran islam semakin berkembang, sehingga meliputi
daerah Turki, Armenia, dan sekitar Laut Kaspia.
D. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyyah
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintahan Dinasti Abbasiyah mampu
mengembangkan dan memajukan peradaban islam, sehingga dinasti ini mencapai
puncak kejayaannya. Karena para penguasanya banyak memberikan dorongan
kepada para ilmuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam segala bidang
kehidupan.
Kemajuan itu antara lain disebabkan sikap dan kebijaksanaan para
penguasanya dalam mengatasi berbagai persoalan. Berkat usaha khalifah yang
sungguh-sungguh dalam membangun ekonominya, mereka memiliki perbendaharaan
yang cukup berlimpah. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan para khalifah
banyak mendukung perkembangan tersebut sehingga banyak buku-buku yang
dikarang dalam berbagai ilmu pengetahuan
Beberapa khalifah yang berhasil mecapai puncak kejayaannya antara
lain:
1. Abdul Abbas As-Saffah (750-754 M)
2. Abu Ja’far Al Mansyur (754 – 775 M)
3. Abu Abdullah M. Al-Mahdi Bin Al Mansyur (775-785 M)
4. Abu Musa Al-Hadi (785-786 M)
5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)

6. Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)


7. Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
8. Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)

Bentuk-bentuk peradaban islam dimasa Dinasti Abbasiyah dapat dibagi


menjadi:
1. Kota-kota pusat peradaban
A. Baghdad
B. Samarra
2. Bangunan-bangunan

A. Madrasah
B. Kuttab
C. Masjid
D. Majelis Munadhoroh
E. Baitul Hikmah

3. Penemuan

A. Ilmu Filsafat
B. Bidang Kedokteran
C. Bidang Matematika
D. Bidang Astronomi
E. Farmasi Dan Kimia
F. Ilmu Tafshir
G. Ilmu Hadits
H. Ilmu Kalam
I. Ilmu Bahasa
Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah muncul setelah kehancuran Dinasti Umayyah. Banyak ibrah
yang bisa kita ambil dari Dinasti Abbasiyah, mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan
dan aspek kehidupan lainya. Hal ini dipengaruhi karena perhatian khalifah terhadap
ilmu pengetahuan yang tinggi dan sikap menghargai karya sehingga memotivasi
para ilmuan untuk semakin memajukan bidang pengetahuan.
 

Anda mungkin juga menyukai