Anda di halaman 1dari 5

Nama : Juana All Mahendra

NIM : 11200321000011
Kelas : SPI 2-A SAA
Kelompok 7
No Absen : 11

1. Jelaskan sejarah ringkas berdirinya daulah Abbasiyah.


2. Deskripsikan Perkembangan peradaban yang dihasilkan Daulah Abbasiyah.
3. Terangkan Faktor pendukung dan Kemajuan yang dicapai dalam Bidang Politik, ekonomi
dan ilmu pengetahuan dan berikan contohnya.
4. Bagaimana dampak kehancuran Daulah Abbasiyah terhadap peradaban Islam zaman klasik,
jelaskan dengan memberikan contoh!

A. Sejarah ringkas berdirinya Daulah Abbasiyah


Nama dinasti Abbasiah, diambil dari nama salah seorang paman Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bernama Al-Abbas bin Abdul Muththalib ibn Hasyim. Secara
nasab, para pencetus dinasti ini memang termasuk keturunan keluarga Nabi dari jalur Al-Abbas.
Istilah Abbasiyyun belum dikenal pada masa-masa sebelum tahun 132 H, yang terkenal adalah
golongan yang mengatasnamakan istilah Hasyimiyyin atau Bani Hasyim 1. Sejarah berdirinya
daulah Abbasiah ini tidak jauh beda dengan berdirinya pemerintahan sebelumnya, yakni melalui
jalan penggulingan kekuasaan yang diawali dengan pemberontakan. Kekuasaan yang lemah
pada pemerintahan terakhir yakni bani Umayyah, dengan Marwah Ibn Muhammad sebagai
khalifah makin membuat leluasa para pemberontak. Pemberontakan ini mencapai puncaknya
ketika pasukan Abul Abbas berperang melawan pasukan Marwah Ibn Muhammad yang lalu
dimenangkan oleh pihak pemberontak. Dengan demikian lalu seketika berakhirlah kekuasaan
daulah Umayyah dan digantikan daulah Abbasiah.
Sisi lain yang mendorong bani Abbas untuk mengambil alih tampuk kekhalifahan dari
tangan bani Umayyah, adanya bani Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi
perang siffin. sementara pengambil alihan bani Umayyah belum sepenuhnya di sepakati umat
Islam. Hal itu semakin bertambah setelah melihat realita kepemimpinan dinasti bani Umayyah,
beberapa khalifah yang seharusnya menjadi pengayom umat, malah terkesan hidup bermewah-
mewah dan kurang menjalankan ajaran Islam secara baik dari segi Ibadah dan perilaku.
Upaya bani Abbas untuk meraih tampuk kekhalifahan, memiliki proses-proses tahapan
pencapaian. Bermula dari gerakan bawah tanah yang dilakukan, kemudian beranjak menggalang
dukungan dan akhirnya berhasil menjadi dinasti kedua kekhalifahan daulah Islamiyah.

1
Ahmad Syalabīy, Mawsū’at al-Tārīkh al-Islāmīy wa al-Hadhārat al-Islāmiyyah, Jilid III (Cet. VI; Kairo: Maktabah al-
Nahdhah al-Mishriyyah, 1978), h. 27.
Pada tahun 132 H (750 M), daulat Umayyah digulingkan oleh Abbasiyah dengan
terbunuhnya khalifah terakhir bani Umayyah, Marwan bin Muhammad di Būshīr, wilayah Bani
Suwayf ketika melarikan diri hingga ke Mesir. Dengan demikian maka berdirilah Daulah
Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, Abū al-‘Abbas al-Saffāh yang berpusat
untuk pertama kali di Kufah.
B. Perkembangan peradaban yang dihasilkan Daulah Abbasiyah
Selama 22 tahun masa kekhalifahannya, ada beberapa hal besar yang pernah
dilakukannya sebagai kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam, seperti berhasil
mendapatkan sejumlah buku dari raja Bizantium termasuk karya Euclid. Namun orang Arab
tidak memahami bahasa Yunani, dan pada awalnya bersandar pada terjemahan yang dibuat
oleh orang yang ditaklukkannya, yaitu Yuhudi penyembah berhala, maupun orang Kristen
Nestor, serta memindahkan ibukota kerajaan ke Baghdad, dan memunculkan tradisi baru
yaitu menerapkan sistem wazir yang berasal dari ketatanegaraan Persia untuk
membawahi suatu departemen.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan
naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu
pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Popularitas Dinasti
Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786- 809 M) dan puteranya
al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk
keperluan sosial; rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan2.
Puncak popularitas daulat ini berada pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M.)
dan putranya al-Ma’mun (813-833 M.). Penguasa itu lebih menekankan pengembangan dan
pembinaan peradaban serta kebudayaan Islam ketimbang perluasan wilayah seperti di masa
Umayyah. Orientasi pada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi unsure pembeda
lainnya antara Dinasti Abbasiah dan Dinasti Umayyah yang lebih mementingkan perluasan
daerah. Akibat kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi terpencil di pinggiran mulai
terlepas dari genggaman mereka.
C. Faktor pendukung dan Kemajuan yang dicapai dalam Bidang Politik, ekonomi dan ilmu
pengetahuan dan berikan contohnya.
Kemajuan politik yang terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah ini adalah masuknya orang-
orang Persia ke dalam pemerintahan. Dinasti ini telah memberikan peluang yang cukup besar
kepada orang-orang Mawali keturunan Persia untuk menduduki jabatan-jabatan penting dan
strategis seperti jabatan Wazir. Dengan demikian, pengaruh Persia semakin signifikan dalam
tatanan kehidupan politik pada masa itu. Kehidupan ala Persia menjadi trend-setter, baik
pemikiran maupun gaya hidup. Hal ini berlaku tidak hanya pada kalangan masyarakat awam,
akan tetapi juga terjadi di kalangan elit pemerintahan.

2
Syukur, 2009, p. 98.
Dalam menjalankan pemerintahannya, disamping membenahi angkatan bersenjata,
membentuk lembaga protokol negara dan mengangkat hakim di lembaga kehakiman Negara,
Khalifah al-Manshur pada waktu itu menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir
(perdana mentri) sebagai kordinator departemen, atau yang jabatannya disebut dengan wizarat.
Wizarat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1) Wizarat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil) yaitu wazir hanya sebagai
pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
2) Wizaratut Tafwidl (parlemen kabinet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin
pemerintahan. Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja.
Perkembangan ekonomi Dinasti Abbasyiah sangat berkembang pesat khususnya pada
sektor pertanian. Perkembangan bidang pertanian Pertanian maju pesat pada awal pemerintahan
Dinasti Abbasiyah karena pusat pemerintahanya berada di daerah yang sangat subur, di tepian
sungai yang dikenal dengan nama Sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara
dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang statusnya
mengalami peningkatan pada masa rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-
desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun secara perlahan-lahan.
Mereka membangun saluran irigasi baru sehingga membentuk ”jaringan yang sempurna”.
Tanaman asal Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas, dan rami3.
Periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dari
segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan peradaban, dan kultur pada
zaman ini bukan hanya identik sebagai masa keemasan Islam, akan tetapi era ini mengukur
dengan gemilang dalam kemajuan peradaban dunia. Semasa dinasti Umayyah kegiatan dan
aktivitas nalar ilmu yang ditanam itu berkembang pesat yang mencapai puncakya pada era
Abbasiah. Rasa cinta Khalifah terhadap ilmu pengetahuan disalurkan melalui kegiatan
penerjemahan secara besar-besaran yang peranannya sangat besar dalam mentransfer ilmu
pengetahuan. Mereka menerjemahkan dari buku-buku asing, seperti bahasa Sansekerta, Suryani,
atau Yunani kedalam bahasa arab yang telah dimulai sejak zaman Umayyah. Misalnya, Khalid
ibn Yazid, seorang penguasa, pecinta ilmu yang memerintahkan kepada para cendekiawan Mesir
atau yang tinggal di Mesir agar mereka menerjemahkan buku-buku tentang kedokteran, bintang,
dan kimia yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa arab. Demikian juga Khalifah Umar II
menyuruh menerjemahkan buku-buku kedokteran kedalam bahasa Arab.
D. Bagaimana dampak kehancuran Daulah Abbasiyah terhadap peradaban Islam zaman klasik,
jelaskan dengan memberikan contoh.
Dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia Islam kontemporer dapat dilihat
dari berbagai aspek, hal ini dikarenakan kehancuran Dinasti Abbasiyah menjadi sebab
mundurnya dalam berbagai aspek. Pada aspek ilmu pengetahuan, setelah hancurnya Abbasiyah
umat Islam selalu ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan terhadap dunia Barat. Dalam
aspek politik ketika itu umat Islam dipimpin oleh seorang raja yang beragama Syamanism
(penyembah matahari) yaitu Khulagu Khan dan pada masa kontemporer hilangnya kekuatan

3
Dedi, 2008
Islam sebagai negara super power. Umat Islam terkotak-kotak, umat Islam dijajah oleh Barat,
dan tidak ada lagi sistem khalifah. Dalam aspek ekonomi setelah hancurnya Abbasiyah umat
Islam mengalami kemiskinan dan perekonomian dikuasai oleh bangsa Barat hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul, M. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Cet.I. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007.
Sou‘yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah I, Jilid III. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Ahmad Syalabīy, Mawsū’at al-Tārīkh al-Islāmīy wa al-Hadhārat al-Islāmiyyah, Jilid III (Cet. VI;
Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1978), h. 27.

Anda mungkin juga menyukai