Pendahuluan
Peradaban1 dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan
Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin), dan sejarah kekhalifahan Islam
hingga kehidupan umat Islam dewasa ini. Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, dan
diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan, kemajuan
Barat pada mulanya bersumber pada peradaban Islam yang masuk ke Eropa
melalui Spanyol.
Islam memang berbeda dari agama-agama lain, sebagaimana pernah
diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam kemudian dikutip
M.Natsir, bahwa, Islam is andeed much more than a system of theology, it is a
complete civilization (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia
adalah suatu peradaban yang sempurna). Landasan peradaban Islam adalah
kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan
Islam adalah agama. Jadi, dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang
menganut agama bumi (non-samawi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat
1
Istilah peradaban Islam merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al-Hadharah alIslamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua
kata : kebudayaan (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan peradaban
(civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan
ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan
tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan
tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak di
reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik,
ekonomi
dan
teknologi.
Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya.
Dinasti Abbasiyah
melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.
Maju mundurnya peradaban Islam tergantung dari sejauh mana dinamika
umat Islam itu sendiri. Dalam sejarah Islam tercatat, bahwa salah satu dinamika
umat Islam itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan Islam, diantaranya
Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiyah. Terlebih lagi Dinasti Abbasiyah, karena
memiliki peradaban yang tinggi. Salah satu indikasinya adalah munculnya
ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim.
Atas dasar itulah, kami merasa penting untuk mengusung pembahasan
mengenai bani Abbasiyah, demi memenuhi tugas makalah kuliah Sejarah
Peradaban Islam. Adapun topik bahasan yang kami ketengahkan adalah latar
belakang berdirinya kekhalifahan Abbasiyah, pemerintahan dinasti Abbasiyah,
dan kemajuan dan kemunduran pada masa ini, baik dari aspek ekonomi, politik,
dan sosial.
Abbasiyah
didirikan
secara
revolusioner,
yakni
dengan
pemerintahannya
tidak
menyesuaikan lembaga-lembaga
efisien
sosial
karena
yang
kelalaiannya
ada
dengan
Dinasti Abbasiyah
yang
menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain
mempunyai
kedudukan
menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul
Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga
Kelompok Mawalli adalah orang-orang non Arab yang telah memeluk agama Islam.
Mereka diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas
bangsawan. Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam kehidupan sosial, bahkan
para penguasa Arab selalu memperlihatkan permusuhan dengan mereka.
3
Prof. K..Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), hlm. 347.
Dinasti Abbasiyah
Bani
Umayyah.
fisiknya, tegap tinggi,teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak
mudah bingung
dengan
kepercayaan
yang
menyimpang.
Disinilah
keseluruh
pelosok negara,
dan
mendapat
merasa tertindas,
bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani Umayyah.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan di seluruh negeri. Gerakangerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah sebenarnya
sudah dilakukan sejak masa-masa awal pemerintahan dinasti Bani Umayyah,
hanya saja gerakan tersebut selalu digagalkan oleh kekuatan militer Bani
Umayyah,
sehingga
gerakan-gerakan
kelompok
penentang
tidak
dapat
Dinasti Abbasiyah
Abbas yang menjadikan kota Khufa sebagai pusat kegiatan perlawanan. Gerakan
Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu
ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari
kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah
dirampas oleh dinasti Banui UmayyahPemberontakan yang paling dahsyat dan
merupakan puncak dari segala pemberontakan, yakni perang antara
pasukan
politik. Menurut
pandangan
para
pemimpin
Bani
Abbasiyah,
Dinasti Abbasiyah
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima,
Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan
mawali.
b. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
d. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
e. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan
tugasnya dalam pemerintah (Hasjmy, 1993:213-214).
Selanjutnya periode II, III, IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah
mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan
negara-negara bagian
di
mempertahankan
dari
pemberontakan yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah dan kedua,
pengutamaan orang-orang keturunan Persia.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu
itu dibantu oleh
atau
yang jabatanya
1)
Wizaraat
Tanfiz
hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah. 2) Wizaaratut
Tafwidl (parlemen kabinet). Wazirnya berkuasa penuh untuk
memimpin
Dinasti Abbasiyah
baitul
tersebut,
para sejarawan
membagi
masa
periode
ini,
H/1194 M)
kekuasaan
bergeser
dari
sistem
sentralistik
Dinasti Abbasiyah
kekuasaan berada
kembali
ditangan
Khalifah,
Dinasti Abbasiyah
dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur memindahkan
ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, dekat bekas
ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan
Dinasti bani Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Di ibu kota yang baru ini al-Mansur melakukan konsolidasi dan
penertiban pemerintahannya.
menduduki
jabatan
di
Dia
mengangkat
lembaga
eksekuti
sejumlah
personal
dan yudikatif.
untuk
Di bidang
departemen.
Jabatan
wazir
fungsi perdana menteri dengan menteri dalam negeri itu selama lebih dari 50
tahun berada di tangan keluarga terpandang berasal dari Balkh, Persia (Iran).
Wazir yang
anaknya, Yahya bin Khalid. Yang terakhir ini kemudian mengangkat anaknya,
Jafar bin Yahya, menjadi wazir muda. Sedangkan anaknya yang lain, Fadl bin
Yahya, menjadi Gubernur Persia Barat dan kemudian Khurasan. Pada masa
tersebut
persoalan-persoalan
administrasi
negara
keluarga Persia itu. Masuknya keluaraga non Arab ini ke dalam pemerintahan
merupakan unsur pembeda antara Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah yang
berorientasi ke Arab.
Khalifah al-Mansur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris
negara, dan
kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk
Muhammad ibn Abd al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.
Jawatan pos yang
peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar
surat, pada masa al-Mansur, jawatan
seluruh
informasi
di
pos
daerah-daerah
ditugaskan
sehingga
untuk
administrasi
menghimpun
kenegaraan
yang
al-Mansur
juga
berusaha
menaklukan
kembali
daerah-
Dinasti Abbasiyah
memantapkan keamanan di
Daulah Abbasiyah
mencapai
puncaknya
di
zaman
M).
Kekayaan
yang
dokter
dan
farmasi
peradaban
yang
memang
sudah
luas.
Orientasi
kepada
pusat
penerjemahan
persaingan
10
antara
golongan
Arab
dan
Dinasti Abbasiyah
Persia
pada
masa
al-Mamun
dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah,
Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek
orang
orang-
sisa-sisa
Dinasti
Umayyah
dan
kalangan
intern Bani Abbas dan lain-lain semuanya dapat dipadamkan. Dalam kondisi
seperti itu para Khalifah mempunyai prinsip kuat sebagai pusat politik dan
agama sekaligus. Apabila tidak, seperti pada periode sesudahnya, stabilitas
tidak lagi dapat dikontrol, bahkan para Khalifah sendiri berada di bawah
pengaruh kekuasaan yang lain.
Khalifah
Demikian
ini
ini
ditiru
cenderung
mencolok.
menyebabkan
dan
Kehidupan
mewah
anak-anak
pejabat.
dan
rakyat
yang
didirikannya
mulai
pudar,
dan
ini
merupakan awal dari keruntuhan Dinasti ini, meskipun setelah itu usianya
masih dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.
Khalifah Mutawakkil
periode
ini
adalah
seorang
(847-861 M) yang
Khalifah
yang
Pada
masa
11
Dinasti Abbasiyah
memilih
dan
berada di
Buwaih.
diperintah dan diberi gaji. Bani Buwaih membagi kekuasaannya kepada tiga
bersaudara : Ali untuk wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan untuk wilayah
bagian utara, dan Ahmad untuk wilayah Al- Ahwaz,
Wasit
dan
Baghdad.
Dengan demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi merupakan pusat
pemerintahn Islam karena telah pindah ke Syiraz di masa berkuasa Ali
bin Buwaih yang memiliki kekuasaan Bani Buwaih.
12
Dinasti Abbasiyah
Meskipun
Abbasiyah
demikian,
dalam
bidang
ilmu
pengetahuan
Daulah
sebagainya.
ini
adalah
atas undangan
di
Baghdad.
Khalifah untuk
Keadaan
Khalifah
pada
periode
sebelumnya,
ilmu
pengetahuan juga
berkembang pada periode ini. Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa
Alp Arselan dan Malikhsyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan
madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang- cabang
didirikan
hampir
di setiap
kota
di Irak
dan
Madrasah
Nizamiyah
menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian hari. Dari madrasah ini telah
lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Di antara para
cendekiawan Islam yang dilahirkan dan berkembang pada periode ini adalah
al-Zamakhsari, penulis
bidang
ilmu
kalam
dan
kekuasaan
13
Dinasti Abbasiyah
Wilayah
Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah
Islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa
kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor
penyebab kemunduran ini tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah
terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada periode ini sangat
kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani
Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan
sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan berkuasa
mengatur roda pemerintahan.
14
Dinasti Abbasiyah
15
Dinasti Abbasiyah
masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori
musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidangbidang tersebut di atas, terjadi juga kemajuan dalam bidang
pendidikan. Pada masa awal pemerintah Dinasti Abbasiyah, telah banyak
diushakan oleh para khalifah untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan.
Oleh karena itu, mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,
mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
Di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal
dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam
unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur
kebudayaan yang mempengaruhi
Persia,
Kebudayaan
kehidupan
akal/rasio
yaitu
Kebudayaan
16
Dinasti Abbasiyah
Ibukota
Mesir
waktu
menjadi
jajahan
Yunani.
Dalam kota
Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang dikenal Filsafat Baru
Plato
(Neo Platonisme). Dalam masa Bani Abbassiyah hubungan alam
pemikiran Neo
Platonisme bertambah erat dengan alam pikiran kaum muslimin.
4. Kebudayaan Arab
Masuknya kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam terjadi dengan
dua jalan utama, yaitu :
a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Quran, Hadist, Fiqh yang
semuanya
dalam bahasa Arab.
b. Jalan Bahasa, Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya
diantara
rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.
17
Dinasti Abbasiyah
18
Dinasti Abbasiyah
Perkembangan Ilmu
sejarah.
filsafat:
al-Kindi,
al-Farabi,
Ibnu
Bajah,
Ibnu
menemukan
berbagai
keahlian
berupa
19
penemuan
Dinasti Abbasiyah
c. Bidang Matematika
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli
yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
20
Dinasti Abbasiyah
musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu
Athiyah al
Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad bin
Ishak dan lain-lain.
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194256 H),
Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat
275 H), At
Tarmidzi, dan lain-lain.
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mutazilah berjasa besar dalam
menciptakan
ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha, Abu Huzail
al Allaf,
Adh Dhaam, Abu Hasan Asyary, Hujjatul Islam Imam Ghazali.
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat
465 H).
Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H).
Karangannya :
Awariful Maarif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lainlain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka
masih
mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang
mengembangkan
faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam
21
Dinasti Abbasiyah
Syafii, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syiah (Hasjmy,
1995:276-278).
22
Dinasti Abbasiyah
meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan
sama sekali.
2. Perindustrian,
Khalifah
menganjurkan
untuk
beramai-ramai
armada
ketiga
hal
tersebut,
juga
terdapat
peninggalan-
23
Dinasti Abbasiyah
lemah,
mereka
akan
berkuasa
mengatur
roda
pemerintahan.
24
Dinasti Abbasiyah
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk
lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta.
Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil
bumi.
25
Dinasti Abbasiyah
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong
sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan
Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan
menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga
menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga
berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah
pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung
dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat
(ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah
memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan
faham
Ahlussunnah
wal
Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim
dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam
Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh
golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh
perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal
26
Dinasti Abbasiyah
abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang
mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan
permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang
masih dalam lingkungan pengetahuan manusiasoal kehendak bebas manusia
telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islampendapat bahwa
rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salahmenjadi
sebab binasanya jiwa-jiwa berharga.
27
Dinasti Abbasiyah
28
Dinasti Abbasiyah
Kesimpulan
Daulah Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan Daulah
Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendirinya adalah
keturunan Abbas, paman Nabi. Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah asSafah. Kekuasaannya berlansung dari tahun 750-1258 M. Di dalam Daulah Bani
Abbasiyah terdapat ciri-ciri yang menonjol yang tidak terdapat di zaman bani
Umayyah, antara lain :
Peradaban Islam. Pada masa ini, kegiatan pendidikan dan pengajaran mencapai
kemajuan yang signifikan. Mayoritas Khalifah dari Bani Abbasiyah merupakan
orang yang berpendidikan. Selain itu, masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
29
Dinasti Abbasiyah
membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada masa
awal era Abbasiyah telah tercipta karya-karya kebudayaan yang sangat
berpengaruh dalam mendorong lahirnya ilmu dan peradaban muslim.
Kontribusi umat Islam pada masa ini sangat besar dalam bidang
kedokteran, filsafat, kimia, matematika, geografi, hukum, teologi, dan filologi.
Sesungguhnya, dalam hal ini, peradaban Barat berhutang budi kepada umat Islam,
sama halnya seperti Islam yang berhutang budi terhadap peradaban Yunani.
Namun, sangat disayangkan Khalifah Abbasiyah periode akhir lebih
mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka
terhadap Negara. Mereka menjalani kehidupan dengan bermegah-megahan dan
bermewah-mewahan. Selain itu, supremasi bangsa Turki pada periode akhir
Abbasiyah menyebabkan jatuhnya Dinasti Abbasiyah. Hal itu karena kelompok
Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas ketinggian posisi mereka. Sikap anti
Turki ini pada akhirnya melatarbelakangi timbulnya gerakan penglepasan diri
sejumlah dinasti yang membawa akibat fatal pada keutuhan Imperium Abbasiyah.
Lampiran
Berikut ini silsilah Bani Abbasiyah yang berkuasa pada masa pemerintahan
Daulah Bani Abbasiyah di Bagdad, yaitu:
1. Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)
2. Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)
3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)
4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M)
5. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)
7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M)
8. Khalifah Al-Muktasim (833-842 M)
9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)
10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)
30
Dinasti Abbasiyah
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maududi, Abul a la, Khilafah dan Kerajaan : Evaluasi Kritis Atas Sejarah
Pemerintahan
Islam, Bandung : Mizan, 1998.
Ali, K, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003. Esposito, John L. (ed), The Oxford History of Islam, New York, Oxford
University Press,
1999.
31
Dinasti Abbasiyah
Hitti, Philip K., History of The Arabs, London : Mac Millan, 1970.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Gramedia :
Jakarta, 1985.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 1999.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, Cet.
1, 2004.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009.
Musyrifah, Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Nasution, Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung : Mizan,
1995.
Watt, W. Montgomery, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah, Jakarta : P3M,
1988.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT.
Grafindo
Persada, 2006.
32