DAULAH ABBASIYAH
Oleh :
Irvan (261422172)
Dosen Pengampu
Dr. Jasafat, MA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun karya ilmiah yang telah di
bebani kepada penulis. Berkat Rahmat, taufiq dan hidayah-Nyalah penulis telah dapat
menyusun makalah yang berjudul Sejarah Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah.
makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan sejarah
PeradabanIslam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
referensi. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Pasca Sarjana UIN Arraniry. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan juga mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
Banda Aceh
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...................................................................................................
............
i
Daftar
Isi...............................................................................................................
...........
ii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................
....
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang
Berdirinya
Dinasti
Abbasiyah................................................
2
B.
C.
D.
Masa
Abbasiyah
periode
III Tahun
334
H
(946)
M Sampai Masuknya
Kaum
Saljuk
ke
Baghdad..................................................................................
15
E.
F.
Kemajuan
yang Dicapai.....................................................................................
18
G.
Runtuhnya Dinasti
Abbasiyyah.........................................................................
30
A. Kesimpulan.........................................................................................
.................
34
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................
.
35
BAB I
PENDAHULUAN
Dinasti Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti Umayyah
adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam-sekitar lebih dari
5 (lima) abad-juga dinasti yang mengantarkan Islam pada masa golden
age nya. Namun demikian, tidaklah dapat dipungkiri bahwa
pemerintahan
Abbasiyah
merupakan
pemerintahan
yang
kompleks- sekompleks
permasalahan politik
yang
melandanya.
Permasalahan politik yang dimaksud adalah terjadinya kudeta,
pemberontakan bahkan pembentukan dinasti- dinasti baru. Awalnya,
Abbasiyah merupakan pemimpin tunggal di daerah Asia, sedangkan di
Eropa dibawah kepemimpinan Umayyah- Andalus, dan Mesir dibawah
kepemimpinan Fatimiyah[1] Namun demikian Daulah Abbasiyah juga
mengalami
kemunduran
dan
kehancuran,
disaat
datangnya
penyerangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada
tahun 1258 M. Mereka tidak saja menghancurkan kota Bagdad tapi juga
menghancurkan peradaban Islam yang telah maju dengan pesatnya.
Dengan begitu berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Sehingga
kemunduran pun dapat dikatakan dimulai pada saat itu. Maka
dalamPembahasan yang sangat menarik ini, pemakalah mencoba
untuk memahami perkembangan pemerintahan, keilmuan, politik dan
juga agama masa dinasti Abbasiyah. Dalam pembahasan ini pemakalah
mengkaji berbagai referensi supaya pembahasan menjadi lebih
sempurna hendaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI ABBASIYAH
A.
4.
Musa Al-Hadi
Al-Hadi adalah khalifah setelah almahdi yang merupakan anak
dari al-Mahdi sendiri, sesuia dengan wasiat ayahnya dia adalah orang
yang sangat anti dengan kaum Zindik. Selain itu ia juga pernah
mencoba mencopot mahkota harun Al-Rasyid dan memberika kepada
anaknya namun ha itu tidak berhasil dilakukan.
Pada masa pemerintahan Al-Hadi terjadinya pemberontakan oleh
Husein bin Ali ibnul Hussein inul Hasan bin Ali di mekkah dan Madinah.
Perperangan pemberontakan ini dikenal dengan perang Fakh (dekat
Mekkah) pada tahun 169 M/785 M. Perang dimenangkan oleh pasuka AlHadi, namun idris bin Abdullah husein bin ibnul Hassan berhasil
melarikan diri ke Magrib jauh dan mendirikan pemerintahan Adarisiah.
Kemudian setelah itu juga terjadi pemberontkan dari saudara Al-Hadi
juga yaitu Yahya bin Abdullah di Dailam, namun kemudian berhasil
dikalahkan oleh Harun Ar-Rasyid atas perintah Al-Hadi.[21]
Dia meninggal pada tahun 170 H/786 M. Yang menurut beberapa
riwayat ia dibunuh oleh ibunya sendiri dengan alasan dia telah
memminggirka otoritas ibunya yang telah lama dalam perintahan
semasa ayahnya masih hidup. Dia hanya memerintah selam 3 bulan.
5.
Harun Ar-Rasyid
Nama lengkapnya adalah Harun ar-Rasyid ibnul Mahdi. Harun
merupakan mutiara sejarah Bani Abbasiyyah. Dalam sejarah tercatat
dia adalah seorang yang paling agung. Pada masa pemerintahan Islam
mengalami kemegahan dan kesejateraan yang belum pernah dicapai
sebelumnya, bahkan pada masa pemerintahannya, pemerintahan bani
abbasiyah mencapai puncak keagungan dan keemasannya. Kemajuan
keilmuan pun luar biasa sehingga pemerintahannya sangat ditakuti.
Pada masa inilah banyak sekali ilmuan-ilmuan terkenal. Sikap yang
dilakukan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid berbeda dengan para khalifah
sebelumnya, ia tidak bersikap keras terhadap keturunan Ali bin Abu
Thalib[22].
Harun ar-Rasyid dikenal sangat berani penaklukan demi
penaklukan telah dilakukannya semasa ayahnya menjabat sebagai
kepala pemerintahan padahal usianya pada saat itu usianya baru
menginjak 20 tahun. Di bidang keagamaan dia dikenal dengan sosok
yang sangat religius, bahkan ibadah haji dilakukanya sebanyak
sembilan kali, maka tersebarlah dikalangan masyarakat bahwa dia
melakukan haji tahun ini dan tahun lainnya di medan perang[23]
b.
Abullah Al-Makmun
Dia bernama Abdullah al-Makmum bin Harun ar-Rasyid. Dia
menjadi pemegang kekuasaan penuh setelah mengalahkan al-Fadhl bin
Sahl pada tahun 198 H/812 H.
Pada masa pemerintahannya ini perkembangan ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat. Ia melakukan serangkaian penterjemahan
buku-buku dari bahasa asing diantaranya: Hindustan, Persia, Yunani,
Romawi, Latin. Lantararan amat mencintainya terhadap keilmuankeilmuan bangsa lain, Khalifah Al-Mamun terpengaruh oleh ilmu filsafat
11
12
15
16
E.
a.
b.
c.
d.
18
e.
19
20
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
21
Abu Nashr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia
memperoleh gelar al-Muallimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru
kedua, sedang guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.
22
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3.
1.
2.
3.
4.
26
Bidang Perekonomian.
Imperium Abbasiyah yang bertekad membangun kemakmuran
rakyat telah dimulai sejak naiknya Harun Ar Rasyid sebagai khalifah.
Beliau sangat memperhatikan ekonomi rakyat yang bertumpu pada
sektor-sektor penting diantaranya; pertanian, perindustrian, jasa
transportasi, kerajinan, pertambangan dan perdagangan.
Berbeda dengan Umayyah yang terkesan menindas, Abbasiyah
memberikan jaminan dan pembelaan kepada kaum petani. Khalifah pun
memberikan fasilitas-fasilitas untuk kemajuan pertanian, seperti
membuat bendungan-bendungan dan saluran-saluran irigasi. Pertanian
dimasanya berkembang dengan sangat baik sehingga dapat menunjang
perekonomian rakyat. Berbagai produk pertanian yang dihasilkan
adalah seperti; minyak dari Afrika, gandum dari Mesir dan kurma dari
Irak
Pertumbuhan ekonomi di masa Abbasiyah juga ditunjang oleh
kemajuan perindustrian saat itu. Terdapat berbagai macam industri,
seperti; kain linen di mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari
Samarkand. Dari hasil pertambangan seperti; emas dari Nubia dan
Sudan, perak, tembaga, seng dan besi dari Persia dan Khurasan.[74]
Selain itu, kemajuan Ekonomi Abbasiyah juga disokong dari
sumber pemasukan negara yang berupa zakat dan pajak yang diambil
dari dalam dan luar negeri, pajak perlindungan dari rakyat non muslim
(jizyah), uang tebusan, pajak dari barang dagangan non muslim yang
masuk ke wilayah Islam[75]
Pada saat ini sistem perbankan sudah dipraktekkan, seperti
adanya fasilitas cek, kredit usaha dan juga penukaran mata uang
27
28
d.
Perang Salib
Perang Salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang
Salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban.
Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah
untuk menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan kelemahankelemahan. [77]
Menurut K.Hitti ada dua faktor besar yang merutuhkan dinasti
Abbasiyah
a.
Faktor internal,
kemungkinan terjadinya desentralisasi dan
pembagian kekuasaan yang tergesa-gesa, terjadinya eksploitasi dan
pajak yang berlebihan kepada masyarakat, perpecahan antara Arab dan
non
Arab,
Muslim
Arab
dan
muslim
baru,
muslim
dan
kaum Dzimmi. Dikalangan orang Arab sendiri sentimen kesukuan
memang sudah terjadi sejak lama antara utara dan selatan masih
terlihat. Kemudian munculnya kelompok-kelompok keagamaan hampir
sama kekuatannya dengn kekautan militer seperti Syiah, Qaramithah,
Ismailiah, hasyasyindan lainnya, kelompok-kelompok ini tidak hanya
mereprentasikan semangat keagamaan tapi juga politik.[78]
b.
Faktor eksternal, Pertama munculnya banyak dinasti. Kedua, hal ini
ketika Hulagu Khan berangkat untuk membasmi pasukan Hasyasyin,
pada saat itu hulagu mengundang al-Mutshim untuk bekerja sama
namun tidak mendapat jawaban. Kemudian hasyasyin berhasil
dihancurkan, hulagu meminta khalifah agar menyerah, namun seruan
itu tidak digubris akhirnya hulagu meruntuhkan tembok ibu kota dan
menara benteng, khalifah menyerahkan diri dan akhirnya dibunuh.[79]
2.
hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalanimbalan material.[83]
Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada di Kairo setelah
Baghdad luluh lantak oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan
oleh Baybars, kerajaan mamalik makin bertambah kuat. Bahkan,
Baybars mampu berkuasa selama tujuh belas tahun (657 H/1260 M- 676
H/ 1277 M) karena mendapat dukungan militer, dan tidak ada lagi
Mamalik senior selain Baybars. Kejayaan yang diraih pada masa
Baybars adalah memporak-porandakan tentara Salib di sepanjang Laut
Tengah dan Pegunungan Syiria. Ia juga menaklukkan daerah Nubia
(Sudan) dan sepanjang pantai Laut Merah. Prestasi Baybars yang lain
adalah menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah
Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu
Khan pada tahun 1258 M.[84]
Dalam bidang ekonomi dinasti ini membuka hubungan dagang
dengan Perancis dan italia melalui perluasan jalur perdangangan yang
sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir. Ketanguhan angkatan
laut Dinasti mamalik turut memndukung perekonomiannya. Dalam
bidang pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan
Baghdad, oleh karena itu banyak pengetahuan yang berkembang di
mesir seperti sejarah, kedoktoran, astronomi, matematika dan ilmu
agama. Tercatat bahwa nama-nama besar seperti ibn Khalikan, Ibn
Tagribardi dan Ibnu Khaldun. Di bidang Astronomi dikenal nama Nasir AlDin Al-Tusi. Dibidang matematika Abu Al-Faraj Al-Ibry. Dalam Bidang
Kedokteran Abu Al-Hasan Ali Al-Nafis, penemu susunan dan peredaran
darah dalam paru-paru manusia, Abd Al-Munim Al-Dimyathi seorang
dokter hewan dan Al-Razi seorang perintis Psikoterapi. Dalam bidang
opthamologi dikenal nama Salah Al-dinibn Yusuf. Dan dalam bidang
keagamaan terkenal nama Ibnu Taimiyah, kemudian Al-suyuthi dan ibn
Hajar Al-Asqalani. [85]
Dalam bidang arsitektur juga mengalami kemajuan banyak arsitek
yang didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan
mesjid-mesjid yang indah. Bangunan lain yang yang dididirikan pada
masa ini diantaranya adalah rumah sakit, meuseum, perpustakaan villa,
kubah dan menara mesjid.[86]
Suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan
bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri
riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan
Usmani dalam pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun 1517
M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani
sebagai salah satu provinsinya.[87]
30
31
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah mebahas secara panjang lebar pada pembahasan diatas
maka secara umum dapat diambil sebuah kesimpulan: Pertama, Dalam
dinasti abbasiyah, tergambar jelas bahwa semua orang mempunyai
ambisi yang tinggi untuk memperoleh kekuasaan, bahkan dikalangan
kerajaan
sendiri
sering
terjadi
pembunuhan
akibat
ambisi
tersebut. Kedua, Pada awal daulah abbasiyyah atau pada masa arrasyid dan al-Makmun merupakan puncak kejayaan dalam islam dalam
berbagai bidang sehingga masa itu disebut dengan golden of age dalam
dunia Islam dan pada masa pertama juga banyak terjadi penaklukanpenaklukan. Ketiga, pada periode selanjutnya khalifah gemerlap dengan
kesenangan-kesenangan, kemudian mereka, boneka-boneka Turki yang
mengantarkan daulah abbasiyah ke gerbang kehancuran. Setelah
kekuasaan abbasiyah berakhir maka muncullah daulah buwaihiyah yang
kemudian juga tunduk ditangan bani saljuk, pada masa-masa
selanjutnya merupakan akhir dari kota Baghdad disaat orang-orang
mongol menyerang, akibat penyerangan tersebut maka berakhirlah
kejayaan kota Baghdad yang sebelumnya sebagai pusat kejayaan
disertai juga dengan hancurnya dinasti abbasiyah. Setelah itu negeri
islam yang masih bertahan dan hulagu Khan kalah dalam merebutnya
ialah dinasti para budak atau dikenal dengan Mamalik (mamluk)
32
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, terj.
Samson Rahman , Jakarta: Akbar, 2003
al-Sibai, Mustafa Husni, Khazanah Peradaban Islam, terj. Abdullah,
Bandung: Pustaka Setia, 2002
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam I, Jakarta: Ichtiar Baru Vanhoeve, ,
2001
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:2000, Raja Grafindo
Persada
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Didin Saifuddin, Zaman Keemasan Islam Dekonstruksi Sejarah Imperium
Dinasti Abbasiyah, Jakarta: Grasindo, 2002
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI
Press, 2001
Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah, Jakarta: Al-Kautsar, 2008
Ibrahim Hasan, Sejarah
Mulia,1989
dan
Kebudayaan
Islam , Jakarta:
Kalam
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, cet. I, Malang: UIN malang
press, 2008
Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: PSW IAIN ArRaniry, 2009
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan
Pengetahuan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004
Ilmu
[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, cet. I, (Malang: UIN
malang press, 2008) hal. 63
33
[2] Philip K. Hitti, History of Arab, terj. R.Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi, (Jakarta:Serambi, 2013), hal. 230
[3] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX,
terj. Samson Rahman , (Jakarta:Akbar, 2003), hal. 212
[4] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam..., hal. 16
[5] Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah, (Jakarta: Al-Kautsar, 2008),
hal. 77
[6] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam....,hal. 16
[7] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam..., hal. 217
[8] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: PSW IAIN
Ar-Raniry, 2009), hal. 114
[9] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam..., hal. 115
[10] Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah...,hal. 77
[11] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam..., hal. 221
[12] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam...,116
[13] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal 223
[14] Philip K. Hitti, History of Arab..., hal. 361
[15] Philip K. Hitti, History of Arab..., hal. 363
[16] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam..., hal .224
[17] Kiki Muhamad Hakiki, Mengkaji Ulang Sejarah Politik
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Jurnal TAPIs, vol. 8 No.1, 2012, hal.
115
[18] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 225
[19] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 226
[20] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,
[21] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 227
[22] Kiki Muhamad Hakiki, Mengkaji Ulang Sejarah, 117
[23] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 228
[24] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 231
[25] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 231
[26] Kiki Muhamad Hakiki, Mengkaji Ulang Sejarah118
[27] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 232
[28] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 233
[29] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 234
[30] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal.235
[31] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal.236
[32] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam..., hal.123
[33] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam...,hal. 237
[34] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam..., hal. 124
[35] Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah...,hal. 248
[36] Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam..., hal.123
34
35
36