Anda di halaman 1dari 21

DINASTI BANI ABASIYYAH

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah.....................................................
B. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah......................................................
C. Nama-nama Khalifah Daulah Abbasiyah................................................
D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah........................................
E. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad.........................
F. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah.......
G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah.......................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7.
Islam mulai berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami
perkembangan dengan perluasan wilayah ke Madinah. Di sanalah dibentuk
semacam pemerintahan yang berdasarkan konstitusi yang disebut piagam
Madinah.
Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius.
Tapi Islam juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah
kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Saat
itulah Islam mulai memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah
sudah melakukan perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa
Khulafaur Rasyidin muncullah Daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah.
Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani
Abbasiyah. Sehingga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada
dunia saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar-besaran
ke daerah Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat itu
dengan “The Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di
berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains
dan teknologi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah?
3. Siapa nama-nama khalifah daulah abbasiyah?
4. Kapan masa kejayaan peradaban dinasti abasiyyah?
5. Dinasti mana saja yang memerdekakan diri dari Baghdad?
6. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah?
7. Bagaimana akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah??

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbahkan kepada Al-Abbas,
Paman Rasulullah, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah
Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, Abul Abbas
Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti
Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama 524
tahun, dari tahun 132-656 H (750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh
Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasul dengan mengatakan
bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-
anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang
merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan
keluarga paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.
Kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang
pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak
dasar-dasar berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan
menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah
Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah
12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup
matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin
Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim
akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran
sebelum akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada Abul Abbas untuk

2
menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda
dibebarkan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari
Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti
Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali, Penguasa Umayyah di Kufah,
Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke
Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan
pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas
diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin
Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, di mana akhirnya dapat
dipukul di dataran rendah Sungai Zab.

B. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah


Bani Abbas mewarisi Emperius dari Bani Umayyah. Mereka
memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah
dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang pertama
memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam
kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia
merupakan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah Barat. Ash-
Shaffah pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad. Ia
menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahan untuk memerangi para
pemimpin Arab yang ketahuan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka
kecuali Abdurrahman, yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasti Bani
Umayyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk menghabisi
nyawa beberapa orang pembantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, Sembilan
bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikan
sebagai tempat kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun
bahkan ada yang mengatakan umur Ash-Shaffah ketika meninggal dunia
adalah 29 tahun.
Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola
pemerintahannya berbeda-beda, para sejarawan membagi 4 periode.

3
1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132
H (750) sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847).
2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H
(847) sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H
(946).
3. Masa Abbasiyah III, yaitu berdirinya Dinasti Buwaihiyah tahun 334 H
(946 M) sampai masuknya kaum Saljuk ke tahun 447 (1055).
4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad
tahun 447 H (1055) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Bangsa Monggol
di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).

C. Nama-nama Khalifah Daulah Abbasiyah


Sebelum Abu Ja’far As-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan
siapa penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa Bin Musa,
keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti
Umayyah.
1. Abul Abbas as-Saffah (Pendiri) 746-754 M
2. Abu Ja'far Al-Manshur 754-775 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M
4. Abu Muhammad Musa al-Hadi 785-786 M
5. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu. Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu Ja’far Abdullah al-Makmun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tashim Billah 833-842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakkil 847-861 M
11. Abu Ja’far Harun Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu'taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tadhidh 892-890 M

4
17. Abul Muhammad Ali Al-Mu'tafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Al-Radhi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al- Fadl Al-Muthi'ilah 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim Al-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1030 M
26. Abul Ja’far Abdullah Al-Qayyim 1030-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustazhir 1094-1118 M
29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muktafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadh i 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Azh-Zhahir 1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al-Mustanshir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim Billah. 1242-1258 M
Pada masa Monggol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258
M, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah lolos dari pembunuhan dan
meneruskan kekhalifahan dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa di
bidang keagamaan di bawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa
kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan itu hilang ketika diambil oleh
Sultan Salim Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M.
dengan demikian, hilanglah kekhalifaan Abbasiyah selama-lamanya. ([3])
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai
berikut:
1. Al-Mustanshir II 1261 M
2. Al-Hakim 1262-1302 M

5
3. Al-Mustakfi I 1302-1340 M
4. Al-Wathiq I 1340-1341 M
5. Al-Hakim II 1341-1352 M
6. Al-Mu'tadid I 1352-1362 M
7. Al-Mutawakkil I 1362-1383 M
8. Al-Wathiq II 1383-1386 M
9. Al-Mu'tasim 1386-1389 M
10. Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) 1389-1406 M
11. Al-Musta'in 1406-1414 M
12. Al-Mu'tadid II 1414-1441 M
13. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
14. Al-Qa'im 1451-1455 M
15. Al-Mustanjid 1455-1479 M
16. Al-Mutawakkil II 1479-1497 M
17. Al-Mustamsik 1497-1508 M
18. Al-Mutawakkil III 1508-1517 M

D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah


Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan
mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal tersebut dikarenakan
dinasti Abbasiyyah pada periode awal lebih menekankan pembinaan dan
kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah, serta menyiapkan landasan
bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Di sini letak
perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun
al-Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Ketika al-
Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah,
keamanan terjamin meski ada pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari
Afrika utara hingga ke India.
Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu
alquran, qiraat, hadis, fiqh, ilmu kalam, bahasa, dan sastra. Salah satu karya
sastra yang sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah Wa Lailah (Seribu

6
Satu Malam). Di samping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika,
metafisika, matematika, astronomi, musik, kedokteran, al- jabar, aritmatika,
geografi, dan kimia. Karena kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah
perpustakaan sekaligus lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul
Hikmah, di dalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari
bahasa Yunani, Persia dan India. Pada masa al-Makmun, beliau
memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya
bangsa asing, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab, lalu
dikumpulkan di Baitul Hikmah. Di antara penerjemah yang masyhur adalah
Hunain bin Ishak, seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan
buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia menerjemahkan kitab Republick
dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles.
Lalu ada al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk al-Makmun
beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy. Sehingga pada
zamannya itulah lahir filosof Arab yang terkenal seperti al-Kindi dan ahli
astronomi al-Khawarizmi yang menyusun ringkasan astronomi berdasarkan
ilmu Yunani dan India.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa Dinasti
Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan
sastra. Bangsa India terlihat dalam bidang ilmu kedokteran, matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-
terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada
masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Buku-buku yang
banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan
mantik. Fase kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-
buku dalam bidang filsafat dan kedokteran adalah yang paling banyak
diterjemahkan. Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama

7
setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu lainnya
yang diterjemahkan semakin meluas.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad
sangat maju sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut
daftar beberapa kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Dinasti
Abbasiyyah:
1. Bidang Agama
a. Fiqh
Para tokoh bidang fikih dan pendiri mazhab, antara lain:
1) Imam Abu Hanifah (700-767 M).
2) Imam Malik (713-795 M).
3) Imam Syafi’i (767-820 M).
4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
b. Ilmu Tafsir
Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:
1) Ibnu Jarir Al-Tabari
2) Ibnu Atiyah al-Andalusi
3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
c. Ilmu Hadis:
Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:
1) Imam Bukhari
2) Imam Muslim
3) Ibnu Majah
4) Abu Dawud
5) Imam al-Nasa’i
6) Imam Baihaqi.
d. Ilmu Kalam
Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:
1) Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260 H/873 M - 324 H/935 M).
2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi (w. 333
H/944 M).

8
3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu’tazilah sekaligus pengarang
kitab Tafsir al- Kasysya

e. Ilmu Bahasa
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti
Abbasiyyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’,
dan ilmu arudh. Bahasa arab dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, di
samping alat komunikasi antar bangsa, tokohnya antara lain:
1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal
1.000 halaman.
2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari
6.000 halaman lebih.
2. Bidang Umum
a. Filsafat
Para filusuf Islam kala itu antara lain:
1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.
2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki
al-Mua’llimuts Tsani ( the second teacher), guru kedua, sedang
guru pertama bidang filsafat adalah Aristoteles.
3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M),
menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan plato.
4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin
Yaqzan.
5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara
lain: Maqasid al-Falsafiyyah, Tahafut al-falsafiyyah, dan Ihya
Ulumuddin.
6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126-1198 M), seorang
filosof, dokter, dan ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-
Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut al-Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib ,
dan Bidayah al-Mujtahid.
b. Ilmu Kedokteran.

9
Di antara ahli kedokteran ternama saat itu adlah:
1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi
al-Tib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas
pengaruh obat-obatan. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Eropa, Canon of Medicine.
2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “ Galien
Arab”. Tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan measles, penulis buku mengenai kedokteran anak.
c. Matematika
Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab,
menghasilkan karya-karya dalam bidang matematika. Di antara ahli
matematika yang terkenal adalah al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi
adalah pengarang kitab al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan
penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0
disebut angka arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal
angka Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu
al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-
998) terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
d. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu
Baithar, karyanya yang terkenal adalah al-Mughni (berisi tentang obat-
obatan), Jami al-Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan
makanan bergizi).
e. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran
ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia,
Kaldan, dan ilmu falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah:
1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah
Isbat al-Ulumdan Hayat al-Falak.
2) Jabir al-Batani (w.319 H). al-Batani adalah pencipta teropong
bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat
Mathiil Buruj Baina Arbai al-Falak.

10
3) Raihan al-Biruni (w.440). karyanya adalah al-Tafhim li awal as-
Sina al-Tanjim.

f. Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak
semula bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa
menempuh jarak jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan
umat Islam adalah umat Islam mengembara ke Cina dan Indonesia
pada masa-masa awal kemunculan Islam.
Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah:
1) Abul Hasan al-Mas’udi (w.345 H/956 M), seorang penjelajah yang
mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan
penulis buku Muruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir.
2) Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap
sebagai ahli geografi Islam tertua. Di antara karyanya adalah
Masalik wa al-Mamalik, tentang data-data penting mengenai
sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
3) Ahmad el-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan
sampai ke Armenia, Iran, Mesir, Maghribi, dan menulis buku al-
Buldan.
4) Abu Muhammad al-hasan al-Hamadani (w.334 H/946 M),
karyanya berjudulSifatu Jazirah al-Arab.
g. Sejarah
Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah.
Beberapa tokoh sejarah antara lain:
1) Ahmad bin Ya’kubi (w.895 M) karyanya adalah al-Buldan (negeri-
negeri), al Tarikh (sejarah).
2) Ibnu Ishaq.
3) Abdullah bin Muslim al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku al-
Imamah wa al-Siyasah, al-Ma’arif, Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
4) Ibnu Hisyam.
5) Al-Tabhari (w.923 M), penulis buku kitab al-Umam wa al-Muluk.

11
6) Al-Maqrizi
7) Al-Baladzuri (w.892 M), penulis buku-buku sejarah.

h. Sastra
Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman
dan sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:
1) Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita
humornya.
2) Al-Nasyasi, penulis buku alfu lailah wa lailah (the Arabian night),
adalah buku cerita sastra Seribu satu Malam yang sangat terkenal
dan diterjemahkan ke dalam hamper seluruh bahasa dunia.

E. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad


Dalam bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada
akhir zaman Umayah. Sebagaimana diketahui, wilayah kekuasaan bani
Umayyah mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar
dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa
Dinasti Abbasiyah. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di
wilayah Spanyol dan Afrika Utara, kecuali Mesir. Bahkan dalam
kenyataannya, banyak wilayah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-
daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi
bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran
upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup
puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan
pembayaran upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup
kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa bani Abbas
lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik
dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan
peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, beberapa

12
provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani
Abbasiyah.
Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-872 M)
2. Safariyah di Fars, Persia (868-901 M)
3. Samaniyah di Transoxania (873-998 M)
4. Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)
5. Buwaihiyah, Persia (932-1055 M)
6. Thuluniyah di Mesir (837-903 M)
7. Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)
8. Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M)
9. Dinasti Saljuk (1055-1157 M)
10. Al-Barzuqani, Kurdi (990-1095 M)
11. Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)
12. Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)
13. Idrisiyah di Maroko (788-985 M)
14. Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
15. Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)
16. Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17. Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)
18. Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)
19. Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)
20. Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)
21. Dinasti Umayyah di Spanyol
22. Dinasti Fatimiyah di Mesir
Dari latar belakang dinasti tersebut, tampak jelas adanya persaingan
antarbangsa terutama antara Arab, Persia, dan Turki. Di samping latar
belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham
keagamaan, ada yang berlatar belakang Syiah, dan ada pula yang Sunni.

F. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

13
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai
pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai
Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Monggol di bawah
Hulaggu Khan pada tahun 1258 M. semua bangunan kota termasuk istana
emas tersebut dihancurkan pasukan Monggol, meruntuhkan perpustakaan
yang merupakan gedung ilmu, dan membakar buku-buku yang ada di
dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur
Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh tentara Kerajaan Safawi.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran pada masa Daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut.
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi
pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling
percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah sangat
rendah.
2. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk
bayaran tentara sangat besar. Pada saat kekuasaan militer menurun,
khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut DR. Badri Yatim, M.A. di antara hal yang
menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Persaingan antara bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu
dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan
nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya
sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah
tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan
antarbangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan
masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan
sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.
2. Kemerosotan Ekonomi

14
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang
ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode
pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintah yang kaya.
Dana yang masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal
penuh dengan harta. Setelah khalifah mengalami periode kemunduran,
pendapatan Negara menurun, dan dengan demikian terjadi kemerosotan
dalam bidang ekonomi.
3. Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan.
Pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi
isu sentra sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran
keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-
kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami
kesulitan untuk mempersatukan berbagai paham keagamaan yang ada.
4. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang
berkepanjangan.
5. Perang salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang
Salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban.
Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk
menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
6. Serangan bangsa Monggol (1258 m)
Serangan tentara Monggol ke wilayah kekuasaan Islam
menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu
Khan dengan pasukan Monggol yang biadab menyebabkan kekuatan
Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan
Monggol.

G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah


Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad
dihancurkan oleh pasukan Monggol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656
H/1258 H. Hulagu Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa

15
di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang
menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari
Cina ke pangkuannya. Baghdad dibumi hanguskan dan diratakan dengan
tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, al-
Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah
dibakar dan dibuang di Sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai
tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang
ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang
telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban
Islam yang gemilang.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan
Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan
al-Abbas paman Nabi Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun
132 H. (750 M.) s. d. 656 H. (1258 M.). Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial, dan budaya.
2. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam banyak
mengalami kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang
administrasi, agama, sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah.
3. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang
sifatnya internal maupun yang sifatnya eksternal.

B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat
membangun kami ke depannya agar lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Karim. 2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta:


Pustaka Book Publisher.

Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Munir, Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

18

Anda mungkin juga menyukai