Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN DAN KEMUNDURAN

ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu: Prof. Syamsul Rijal, M.A, Ph.D.

Disusun oleh:

Adinda Sakinah Marsudi 11230511000042


Mutya Sunduz Arizki 11230511000044
Primandha Rachma Auzia 11230511000051
Aditya Rifyal Arif 11230511000066

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rakhmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk tugas
kami yang berjudul "Perkembangan dan Kemunduran Islam pada masa Dinasti Abbasiyah".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Terutama Prof. Syamsul
Rijal, M.A., Ph.D. selaku dosen dan Yokha Latif selaku asisten dosen pengampu mata kuliah
Akidah Ilmu Kalam yang telah membimbing kami dalam penugasan makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari masih terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap semoga makalah yang kami susun
dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tangerang Selatan, 21 Maret 2024

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang..........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah......................................................................................6
B. Perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah................................................................ 6
C. Penyebab Runtuhnya Dinasti Abbasiyah................................................................................10
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 17

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai puncak


kejayaannya. Progres ilmu pengetahuan yang signifikan dimulai dengan proses
translasi teks asing ke dalam bahasa Arab, khususnya dari bahasa Yunani. Pusat-pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan didirikan, sementara berbagai aliran pemikiran
ilmiah dan keagamaan berkembang sebagai hasil dari kebebasan berpikir. Dinasti
Abbasiyah, yang berasal dari keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW,
merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban
Islam.
Pendirian Dinasti Abbasiyah menandai peralihan kekuasaan dari Dinasti
Umayyah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn
Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass, lahir di Humaimah pada tahun 104 H. Dia menjadi
Khalifah pada tahun 132 H. Dinasti Abbasiyah memerintah dari tahun 750 hingga
1258 M.
Pada abad ketujuh, pemberontakan melanda di seluruh negeri, dengan perang
antara pasukan Abbasiyah melawan pasukan Dinasti Umayyah yang mencapai puncak
dalam kemenangan pasukan Abbasiyah. Jatuhnya Syiria menandai akhir Dinasti
Umayyah dan bangkitnya Dinasti Abbasiyah. Masa ini ditandai dengan kemajuan
signifikan dalam pendidikan, ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan, menjadikan
periode tersebut sebagai puncak keemasan peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah?
3. Apa yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah?

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Kekuatan Bani Abbas yang dikenal juga dengan Khilafah Abbasiyah mengarah
pada kekuatan Bani Umayyah.​ Dikenal sebagai khilafah Abbasiyah karena pendiri dan
penganut aliran ini adalah para pengikut Nabi Muhammad (saw).​Prosesnya berlangsung
dalam waktu yang relatif singkat, dimulai dari tahun 132 H (750 M) 656 H ( 1258 M).
Kebijakan yang diterapkan berbeda-beda tergantung pada perubahan dalam politik,
masyarakat, dan agama. Atas perubahan politik dan pemerintahan tersebut, masyarakat
umum biasanya membagi masa Bani Abbas menjadi tiga periode :​

1. Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama
2. Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/1194 M), masa kekua- saan dinasti Bani
Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, blasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Pada fase tahap pertama, pemerintahan pemerintahan Abbas mencapai puncaknya.


Dalam mencapai puncaknya didalam bidang politik, khalifah adalah pendukung setia
sekularisme dan politik. Di sisi lain, kemakmuran, jumlah penduduk mencapai tingkat
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Periode ini juga berhasil memberikan kontribusi
terhadap kemajuan keilmuan dan ilmu pengetahuan Islam. Namun ketika periode ini
period berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai terlibat dalam urusan politik, meskipun
keyakinan agama dan pengetahuan intelektual terus berkembang. Berakhir, pemerintahan
Bani Abbas mulai terlibat dalam urusan politik, meskipun keyakinan agama dan
pengetahuan intelektual terus berkembang. Pada masa pemerintahan Abu​Al-Abbas
pendiri dinasti ini relatif singkat, berkisar antara Al-Abbas,750 M hingga 754 M, pendiri

4
dinasti ini relatif singkat, berkisar antara tahun 750 M hingga tahun 754bertahun-tahun.
Oleh karena itu alasan,pendiri mazhab Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur
( 754-775 M ). Pendiri mazhab Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur ( 754-775 M ).
Menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan Syi'ah yang diperlukan
oleh kekuasaan, diaplikasikan dengan keras. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih,
rasa ada tombol besar​tombol yang berpotensi menjadi​yang berpotensi menjadi beban
bagi mereka .menjadi beban bagi mereka.

Pada masa Al-Mansur, pengertian khalifah kembali Dia berkata, "Innama ana
Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya berubah Al saya adalah kekuasaan Tuhan di
bumi-Nya)". Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke
generasi sesudahnya yang merupakan mandat dari Allah, bukan dari men manusia, bukan
pula sekadar pelanjut nabi sebagaimana padan masa al-Khulafa' al-Rasyadün. Di
samping itu, berbeda dari daulatexar Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai
"gelar tahta", pen seperti Al-Manshur adalah "gelar tahta" Abu Ja'far. "gelar tahta" itu
lebih populer daripada nama yang sebenarnya.

Prinsip dasar pemerintahan Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas dan Abu
Ja’far Al-Manshur, maka akibat dari dinastia ini terdapat pada para khalifah berikut :
Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M),
Al-Ma'mun (813-833 M), Al-Mu'tashim (833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M ), dan
Al-Mutawakkil (847-861 M). Perekonomian mulai tumbuh seiring dengan
perkembangan sektor pertanian melalui irigasi dan meningkatnya hasil pertambangan,
antara lain perak, emas, tembaga, dan besi. Selain itu, banyak juga orang yang
menyaksikan jalur antara Timur dan Barat Tolok ukur penting.

Pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786–809) dan Puteranya Al - Ma'mun


(813–833), popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya. Banyak orang
memanfaatkan kekayaan Harun Al-Rasyid untuk kebutuhan sosial. Organisasi
pendidikan kedokteran, dan apotek semuanya didirikan oleh penduduk setempat.
Perekonomian mulai tumbuh seiring dengan berkembangnya sektor pertanian melalui
irigasi dan meningkatnya hasil pertambangan, antara lain perak, emas, tembaga, dan besi.
Selain itu, banyak juga orang yang menyaksikan jalur antara Timur dan Barat. Pada masa
pemerintahan Harun Al-Rasyid (786–809) dan Puteranya Al-Ma'mun (813–833),
popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya. Banyak orang memanfaatkan
5
kekayaan Harun Al-Rasyid untuk kebutuhan sosial organisasi pendidikan kedokteran,
dan apotek semuanya didirikan oleh penduduk setempat. Walaupun demikian, dalam
periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari
kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan
sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika
Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa serta aliran
pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa, dinasti Bani Abbas pada Periode pertama
lebih menekankan pembinaan peradaban dan lebudayaan Islam daripada perluasan
wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu,
ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani
Umayyah. (1) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas
menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi
kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga, pemerintahan Abbasiyah, yang
mempunyai pengaruh kebudayaan Persia yang sangat kuat dan pada periode kedua dan
keempat, bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.

(2) Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir,
yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam
pemerintahan Bani Ummayah. (3) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, tidak ada tentara khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam
terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya
berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah
dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal
Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan
terdiri dari dua tingkat :
1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak
mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar
dasar-dasar ilmu agama, seperti: tafsir, hadis, fiqih, dan bahasa
2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama.
Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah- rumah ulama
6
bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan bisa berlangsung di istana atau di
rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.

Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani


Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan kaderni. Perpustakaan pada masa itu lebih
merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang
juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu
mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang
sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Di samping itu, juga ditentukan oleh dua hal :

Terjadinya adalah asimilasi antara suku Arab dengan sesama suku lainnya yang
lambat laun kehilangan ilmu pengetahuannya di bidang pendidikan. Suku Arab dan suku
lainnya yang lambat laun kehilangan ilmunya di bidang pendidikan. Pada masa
pemerintahan Bani Abbas, banyak​banyak orang non-Arab non-Arab Masuk Islam.
Proses proses asimilasi berjalan lancar dandan secara produktif. Bangsa-bangsa ini
berkontribusi besar jumlah tertentu hingga kemajuan ilmu pengetahuan Islam kemajuan
ilmu pengetahuan Islam. Seperti yang sudah sudah ​dikatakan. Pengaruh Persia cukup
kuat di kancah pemerintahan ​mengatakan. Pengaruh Persia cukup kuat di kancah
pemerintahan. Misalnya, banyak orang Persia yang bergerak di bidang contoh, kemajuan
ilmu pengetahuan, agama, dan seni. Banyak orang Persia yang terlibat dalam kemajuan
ilmu pengetahuan, agama, dan seni. Tiga bidang utama pengaruh India adalah
astronomi, matematika, dan fisika. "Disisi lain, pengaruh Yunani muncul dari
pengalamannya dalam berbagai bidang studi, terutama filsafat. Proses
berkesinambungan yang terjadi dalam tiga fase:

1. Masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun Al -Rasyid. Pada fase yang banyak
dibicarakan ini fase, banyak dilakukan penelitian dibidang astronomi dan
matematika yang banyak dibicarakan banyak penelitian dibidang ini.

2. Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan


Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah (700- 767 M) dalam pendapat-pendapat
hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang
berada di tengah- tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah
7
mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak
menggunakan pemikiran rasional daripada hadis. Muridnya dan sekaligus
pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Al-Rasyid.

3. Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795 M) banyak menggunakan


hadis dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu
ditengahi oleh Imam Syafi'i (767- 820 M) dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855
M). Di samping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan
Bani Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara
bebas dan mendirikan mazhabnya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak
berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij,
Murjiah, dan Mu'tazilah. Akan tetapi, perkembangan pemikirannya masih terbatas.
Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun,
pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa
pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran
Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.34 Tokoh perumus pemikiran
Mu'tazilah yang terbesar adalah Abu Al-Huzail Al-Allaf (135-235 H/752-849 M) dan
Al-Nazzam (185-221 H/801-835 M). Asy'ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang
dicetuskan oleh Abu Al-Hasan Al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas
ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari
sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang
sastra. Penulisan hadis, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin
terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga, memudahkan
para pencari dan penulis hadis bekerja.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan


umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah. Dalam
lapangan astronomi terkenal nama Al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali
menyusun astrolobe. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus,
menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. 35 Dalam lapangan kedokteran dikenal nama
Al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit
cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai
8
kedokteran anak Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan ibn Sina. Ibn Sina yang
juga seorang filosof, berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di
antara karyanya adalah al-Qānün fíi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran
paling besar dalam sejarah Dalam bidang optika Abu Ali Al-Hasan ibn Al-Haythami,
yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang
pendapat bahwa, mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang
kemudian terbukti kebenarannya - bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang
kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah,
besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu
zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi,
yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata
"aljabar" berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqabalah. 37 Dalam bidang sejarah
terkenal nama Al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah
Murüj al-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain Al- Farabi, Ibn Sina, dan
Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan,
etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku
tentang filsafat. Yang terkenal di antaranya ialah al-Syifa'. Ibn Rusyd yang di Barat lebih
dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat,
sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme,

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh


pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu.
Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan
kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.
Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas
periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa
kemunduran.1

B. Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Dalam setiap pemerintahan pada khususnya tentu memiliki perkembangan dan
kemajuan, sebagaimana halnya dalam pemerintahan yang dipegang oleh dinasti

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 45-59.
9
Abbasiyah. Dinasti ini mempunyai kemajuan bagi kelangsungan agama islam, sehingga
masa dinasti Abbasiyah ini dikenal dengan “The Golden Age of Islam”. Sisi kemajuan
yang dicapai umat Islam pada masa dinasti Abbasiyah dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori, antara lain:
● Bidang Ilmu Agama
Dibidang ilmu-ilmu agama, era Abbasiyah mencatat dimulainya sistematis beberapa
cabang keilmuan seperti tafsir, hadits, dan fiqih. Khususnya sejak tahun 143 H, para
ulama mulai menyusun buku dalam bentuknya yang sistematis baik dibidang ilmu tafsir,
hadits, maupun ilmu fiqih. Diantara ulama tersebut yang terkenal adalah ibnu juraij
(wafat 150 H) yang menulis kumpulan haditsnya di Mekkah, Malik ibnu Anas (wafat
171 H) yang menulis al-muwatta’ nya di Madinah, Al-Awza’I di wilayah Syam, Ibnu
Abi Urubah dan Hammad Ibn salamah di Basrah, Ma’mar di Yaman, Sufyan Al Tsauri di
kufah, Muhammad bin Ishaq (Wafat 175 H) yang menulis buku sejarah (Al-Maghazi)
Al-Layts ibnu Sa’ad (wafat 175 H) serta Abu Hanifah.

● Bidang Filsafat
Melalui proses penterjemahan buku-buku filsafat yang berbahasa Yunani, para ulama
muslim banyak mendalami dan mengkaji filsafat serta mengadakan perubahan serta
perbaikan sesuai dengan ajaran islam. Dana hal tersebut merupakan tonggak lahirnya
filsafat islam.

● Bidang Ilmiah
Periode Abbasiyah sangat identik dengan era pengembangan ilmu pengetahuan. Istilah
yang melekat dengan masa keemasan, banyak dipengaruhi oleh kemajuan pada beberapa
bidang ilmu pengetahuan. Hal itu tidak terlepas akan adanya khalifah Mansur
mengumpulkan para cendekiawan-cendekiawan. Persia yang diangkat menjadi pegawai
penting serta pembangunan bait al Hikmah sebagai pusat pengkajian. Termasuk
kebanggaan masa Abbasiyah adalah munculnya empat mazhab besar dalam
bidang fiqhi. Begitu pula ilmu-ilmu lain seperti kedokteran, mantiq, olahraga, ilmu
astronomi, dan ilmu-ilmu lain telah dimulai dan dikembangkan begitu pesat (Edianto,
2017).2
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas

2
Siti Syaidariyah, "Perkembangan Islam Zaman Keemasan Bani Abbasiyah", Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan
Keagamaan, Vol. 5, (2021), hlm. 362-367
10
penguasa Bani Abbas sendiri. Sebahagian di antaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga
pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua
tingkat:
1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak
mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar
dasar-dasar ilmu agama, seperti: tafsir, hadis, fiqih, dan bahasa.
2. Tingkat pedalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama.
Pengajarannya berlangsung di masjid apabila di rumah rumah ulama bersangkutan.
Bagi anak penguasa, pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa
tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani
Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih
merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga
dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa
Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah,
maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, terdapat kemajuan lain yang
ditentukan oleh dua hal, yaitu :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan
Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia,
sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Di samping itu,
bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.
Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi."
Sedangkan, pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak
bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah Al-Manshur hingga Harun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
11
berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang
banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Pengaruh dari kebudayaan
bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja
membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan
agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran
pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil
interpretasi dari nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional
yang lebih banyak bertumpu pada pendapat dan fikiran daripada hadis dan pendapat
sahabat.
Dalam lapangan astronomi terkenal nama Al-Fazari sebagai astronom Islam yang
pertama kali menyusun astrologi. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama
Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran
dikenal nama Al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenal kedokteran anak Sesudahnya, ilmu kedokteran berada di tangan ibn Sina.3
Dalam bidang optika Abu Ali Al-Hasan ibn Al-Haythami, yang di Eropa dikenal
dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa, mata
mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti
kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama
Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat
diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang
matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi, yang juga mahir
dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar, Kata "aljabar" berasal
dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqabalah," Dalam bidang sejarah terkenal nama
Al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah Muruj
al-Zahab wa Ma'ädin al-Jawahir

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo, 2006), hlm. 54-58.
12
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain Al- Farabi, Ibn Sina, dan Ibn
Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku etika, terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga
banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal di antaranya ialah al-Syifa'. Ibn
Rusyd yang di Barat lebih dikenali dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat
dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme. 4

C. Apa Yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Dinasti Abbasiyah


Sepanjang sejarah manusia sudah membuktikan bahwa peradaban-peradaban besar pada
akhirnya hancur. Peradaban Persia, Yunani, Romawi, dan lain-lain, Mereka semua
pernah Berjaya dan menjadi penguasa dunia, tetapi ketika masanya tiba, mereka pun
hancur tak berbekas.
Demikian pula dengan Dinasti Abbasiyah. Meski sudah berkuasa selama 5 abad,
dan berhasil menjadi dinasti yang menghantarkan Islam pada masa keemasan (the
golden age), pada akhirnya Dinasti Abbasiyah pun hancur (mati). Jadi, masa
kemunduran dan keruntuhan sebuah peradaban atau dinasti merupakan suatu
keniscayaan.
Dinasti Abbasiyah mengalami masa kejayaan atau keemasan pada periode I
pemerintahannya, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Bani Abbasiyah. Akan tetapi,
memasuki periode II Dinasti Abbasiyah mulai memasuki era kemunduran. Ada tiga
faktor yang menjadi penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah, antara lain:
1. Wilayah kekuasaan yang luas tidak berbanding lurus dengan komunikasi lintas
penguasa. Inilah salah satu penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah. Dengan
wilayah kekuasaan yang sangat luas, maka hal itu membuat komunikasi
pemerintahan pusat dengan daerah menjadi sulit dilakukan. Ketika hal itu terjadi,
tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan pun
menjadi rendah. Ini adalah benih dari kemunduran Dinasti Abbasiyah.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi kepada angkatan bersenjata. Ya, khalifah
Dinasti Abbasiyah memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada angkatan
bersenjata mereka. Dalam konteks ini telah terjadi dualism pemerintahan di tubuh
Dinasti Abbasiyah. Secara de jure kekuasaan dipegang oleh khalifah, tetapi secara
de facto kekuasaan digerakkan oleh tentara professional asal Turki. Hal ini secara
tidak langsung telah menyebabkan lemahnya pengaruh khalifah,5
3. Tingginya gaji tentara tidak sebanding dengan pemasukan. Penyebab lain

4
ibid, hlm. 59.
5
Rizem Aizid, Selayang Pandang DINASTI ABBASIYAH, (Yogyakarta:Diva Press Group, 2023), hlm.64-65.
13
kemunduran Dinasti Abbasiyah berkaitan dengan ekonomi atau pemasukan
Negara. Dinasti Abbasiyah menetapkan gaji yang cukup besar terhadap tentara
atau pasukannya. Ketika negara sedang mengalami krisis keuangan, hal tersebut
secara tidak langsung menjadi hambatan bagi negara dalam menggapai kejayaan.
Hal ini berefek pada menurunnya kekuatan militer.
Itulah tiga faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah. Pendapat
tersebut merupakan pendapat dari W. Montgomery Watt.6 Selain faktor-faktor
tersebut, masih ada faktor lain yang bersifat eksternal yang menjadi penyebab
kemunduran Dinasti Abbasiyah. Dr. Badri Yatim. M.A mencatat ada faktor-faktor
eksternal penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah, yakni sebagai berikut:
1. Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib
pada saat pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama
tertindas.Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap
mempertahankan persekutuan itu.Pada masa ini persaingan antar bangsa
menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing
bangsa untuk berkuasa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani
Abbas.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan
dengan Kemunduran di bidang Politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan
keuangan yang masuk lebih besar daripada yang keluar, sehingga
Baitulmal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami periode
kemunduran, pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada
periode Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra
sehingga terjadi perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti Mu'tazillah,
Syi'ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan

6
Ibid, hlm 66.
14
berbagai faham keagamaan yang ada.7
4. Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam.Pernag salib
yang terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban.Konsentrasi dan
perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib
sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5. Serangan Bangsa Mongol
Serangan tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam
menjadi lemah, apa lagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol
yang biadab menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan
akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol.
D. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan
oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656H/1258M). Ia adalah
saudara dari Kubilai Khan yang berkuasa di China sampai ke Asia Tenggara, dan
saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari China ke pangkuannya. Baghdad dihancurkan
dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran
kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir Al-Mu'tashim billah untuk bekerja
sama menghancurkan gerakan Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh
khalifah.Oleh karena itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan
september 1257 M, Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah
Khurasan, dan mengadakan penyerangan di daerah itu. Khulagu Khan memberikan
ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah
dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya
dibunuh di suatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak
hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan
peradaban umat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah
hasil karya umat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan
dibuang ke sungai Tigris sehingga berubah warna air sungai tersebut, dari yang
jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.8

7
Abdul Muid, Peradaban Islam Pada Zaman Dinasti Bani Abbasiyah, 2022, hlm. 8-9
8
Ibid, hlm, 9-10.
15
KESIMPULAN

1. Dinasti Abbasiyah adalah salah satu dinasti khalifah yang memiliki peran penting dalam
sejarah Islam. Kekuatan Bani Abbas atau yang dikenal dengan Khilafah Abbasiyah
merupakan penghambat kekuatan Bani Umayyah. Dengan pendiri dan penganut aliran ini,
para pengikut Nabi Muhammad (SAW) dikenal sebagai khilafah Abbasiyah. Proses
tersebut lancar dalam waktu yang relatif singkat. Undang-undang hukum yang diterapkan
saat itu berbeda - beda tergantung pada perubahan politik , masyarakat, dan agama.

2. Dinasti Abbasiyah menciptakan "The Golden Age of Islam" dengan kemajuan dalam ilmu
agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Mereka menyusun sistematis ilmu agama seperti
tafsir, hadis, dan fiqih, serta mengembangkan filsafat Islam melalui penterjemahan
karya-karya Yunani. Di bidang ilmiah, terjadi perkembangan pesat dalam bidang seperti
kedokteran, matematika, dan astronomi. Puncaknya, pada masa Bani Abbas, lembaga
pendidikan berkembang dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Asimilasi dengan
budaya-budaya maju serta gerakan terjemahan turut mendorong kemajuan ini, membawa
dampak signifikan baik dalam ilmu pengetahuan umum maupun agama.

3. Kekuasaan Bani Abbasiyah berakhir saat pasukan Mongol di bawah Hulagu Khan
menghancurkan Baghdad pada 1258 M. Khalifah terakhir, Al-Mu'tashim billah, menolak
tawaran kerjasama Hulagu Khan untuk menghancurkan gerakan Assassin. Ini memicu
kemarahan Khan yang menyerang Baghdad setelah ultimatum ditolak. Selama penaklukan
itu, kota dihancurkan, khalifah dan keluarganya dibunuh, dan peradaban Islam dirusak
dengan membakar Baitul Hikmah, memusnahkan karya-karya berharga umat Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem, (2023), Selayang Pandang DINASTI ABBASIYAH, Yogyakarta:Diva


Press Group,
Muid, Abdul, (2022), Peradaban Islam Pada Zaman Dinasti Bani Abbasiyah.
Syaidariyah, Siti, "Perkembangan Islam Zaman Keemasan Bani Abbasiyah", Jurnal
Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan, Vol. 5, (2021).
Yatim, Badri, (2006), Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo.

17

Anda mungkin juga menyukai