Anda di halaman 1dari 15

“ MAKALAH “

Diajukan untuk tugas Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam

( DINASTI ABBASIYAH )

Di susun oleh :
NEZA TESSYA INGGRIT (2010102076)
NADINA MAISYTAH (20101020
Dosen Pengampu :
Dr. Afridawati, M.Ag

MAHASISWA JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)KERINCI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas
rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada
kita kelak.

Makalah dengan judul “Dinasti Abbasiyah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah ini. Besar harapan penulis agar makalah ini bisa dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah
ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami
memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan
pedoman dimasa yang akan datang.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Kerinci,27 April 2021

Kelompokk 9
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..………i
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PEMBAHASAN

1. Dinasti Abbasiyah……………………………………………...........................2

2. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah.………………………………….………2

3. System Pemerintahan ………………………………….…………………..…....…..3

4. Kemajuan Dinasti Umayyah………………………........………………………....4

5. Kemunduran Dinasti Umayyah…………………………………………………..…5

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…………….…….6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peradaban islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika berhasil merumuskan
masyarakat Madani dan piagam Madinah.  Kemudian dilanjutkan oleh Khulafa Rasyidin
(Abu Bakar, Umar Ibn Khatab, Ustman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib) sistem yang
dikembangkan pada saat itu adalah sistem demokrasi di mana pucuk pimpinan di pilih mulai
musyawarah oleh beberapa orang yang di tunjuk oleh kaum muslimin atau khalifah
sebelumnya.

Pada masa itu umat islam telah mencapai pusat kemuliaan. Baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan pasca meninggalnya Ali dan naiknya Muawiyah, sistem pemerintahan dalam
Islam berubah dratis dari sistem kekhilafahan ke Monarkhi Absolut. Monarkhi Absolut di
buktikan dengan di pilihnya Yazid sebagai putra mahkota, kemudian mengangkat dirinya
sebagai Kholifah fi Allah, mulailah babak baru dalam pemerintahan Islam dan berlangsung
terus menerus sampai kepada Khalifah Turki Usmani sebagai konsep pemerintahan
Khalifah (penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat) terakhir dalam dunia Islam. 

Dinasti Abbasyiah merupakan dinasti islam yang paling berhasil dalam mengembangkan
peradaban islam. Pemerintah dinasti ini sangat peduli dalam upaya pengembangan fasilitas
untuk kepentingan tersebut, pengembangan pusa-pusat riset dan terjemah seerti Baitu
Hikam, majlis munadzarah, dan pusat studi lainnya. 

Dinasti Abbasyiah adalah masa dimana umat islam membangun pemerintahan, yang ilmu
adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang diwujudkan dalam
membawa umat ke suatu negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang
belum pernah ada dalam sejarah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Abbasyiah, pemerintah dinasti
Abbasyiah, masa kejayaan dinasti Abbasyiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti Abbasyiah?
4. Apa sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk Mengetahui sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Untuk Mengetahui pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Untuk Mengetahui Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti Abbasyiah?
4. Untuk Mengetahui sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Abbasyiah, nama dinasti kekhalifahan yang berkuasa mulai 749M hingga 1258 M (132 H-
656 H) ini diambil dari nenek moyangnya Al-Abbas bin ‘Abdul Mutalib bin Hasyim, paman
Rasulullah.  Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abu al-‘Abbas al-Saffah dan sekaligus sebagai
khalifah pertama. 

Al-Saffah artinya sang penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu
merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan bahwa
mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebajikannya. Dari 750 M hingga
1258 M, penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan meskipun mereka tidak selalu
berkuasa. Orang Abbasyiah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati
kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler
(mulk) Dinasti Umayyah. 

Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan
seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada shalat jumat,khalifah
mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi
Muhammad SAW. Akan tetapi, masa pemerintahannya begitu singkat. As-Saffah meninggal
(754 M-755M) karena penyakit cacar air ketika berusia 30 tahun.

Abu Ja’far (754 M-775 M), yang mendapat julukan Al-Manshur adalah kholifah terbesar
Dinasti Abbasyiah, meskipun bukan seorang muslim yang shaleh. Dialah sebenarnya, bukan
As-Saffah, yang benar-benar membangun dinasti baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah
35 orang berasal dari garis keturunannya. 

Pada masa kejayaan intelektual, merupakan kemajuan signifikan terkait perkembangan


dalam kebudayaan dan peradaban islam pada abad ke 8 sampai 12. Golden Primer  berati
masa keemasan dalam perkembangan intelektual yang membawa Baghdad sebagai pusat
dinamika intelektual Muslim pada masanya, dimana dalam periode ini orang-orang Muslim
memenuhi rasa haus mereka terhadap belajar dan memenuhi rasa candu pada ilmu-ilmu
yang belum pernah diketahui sebelumnya. Peradaban islam meraih pertumbuhannya dan
Muslim menjadi pemimpin dari pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. 

Munculnya Dinasti Abbasyiah sering dihubungkan dengan kejatuhan Dinasti


Umayayah.Dalam satu hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar: Dinasti Umayyah
terdiri atas orang Arab, sementara Dinasti Abbasyiah lebih bersifat internasional. Dinasti
Abbasyiah merupakan kejayaan orang islam baru, tempat orang Arab hanya menjadi salah
satu unsur dari berbagai bangsa yang membentuk kerajaan itu. 

Kekuasaan dinasti Abbasyiah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selam
lima abad. Selam dinasti ini berkuasa pola pemerintah yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintah Bani
Abbasyiah menjadi lima periode.

1. Periode pertama (132 H/750 M s/d 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
Pertama.
2. Periode kedua (232 H/847 M s/d 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M s/d 447 H/1105 M), masa kekuasaan dinasti Buwaihi dalam
pemerintah Khalifah Abbasyiah. Periode ini disebut pengaruh periode kedua.
4. Periode keempat (447 H/1105 M s/d 590 H/1195 M), masa kekuasaan dinasti Saljuk yang
biasa disebut dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/1195 M s/d 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad. 

Dinasti Abbasyiah, seperti halnya dengan dinasti lain dalam sejarah islam,mencapai masa
kejayaan politik dan intelektual mereka setelah didirikan. Kekhalifahan Baghdad yang
didirikan oleh As-Saffah dan al-Manshur mencapai masa keemasannya antara masa
khalifah ketiga, al-Mahdi dan khalifah kesembilan, al-Wastiq, dan lebih khusus lagi pada
masa Harun Ar-Rasyid dan anaknya, Al-Ma’mun. Hal ini karena pada masa kedua khalifah
yang hebat itulah, dinasti Abbasyiah memiliki kesan baik dalam ingatan politik, dan menjadi
dinasti paling terkenal dalam sejarah islam. Seorang penulis antologi, Ats-Tsa’alabi (w. 1038
M) menyatakan. Dari para khalifah Abbasyiah, “sang pembuka” adalah Al- Manshur, “sang
penegak” adalah Al-Ma’mun, dan “sang penutup” adalah Al-Mu’tadhid (892-902) adalah
benar. 

B. Pemerintahan Dinasti Abbasyiah

Dalam pemerintahan dinasti Abbasyiah kepala Negara adalah khalifah, yang setidaknya
dalam teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat melimpahkan otoritas sipilnya kepada
orang wazir, otoritas pengadilan kepada seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada
seorang jendral (amir), namun kholifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir dalam
semua urusan pemerintah. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas pemerintahnya khalifah
Baghdad mengikuti pola administrasi persia. Penolakan masyarakat terhadap pemerintah
sekuler Umayyah dimanfaatkan Abbasyiah dengan menampilkan diri sebagai pemerintahan
imamah, yang menekankan karakteristik dan kewajiban religius. 
Pemerintah kepemimpinan secara turun-menurun seperti yang dilakukan pada masa
Umayyah yang diikuti oleh dinasti Abbasyiah, beserta dampak buruknya. Khalifah yang
sedang berkuasa akan menunjuk penggantinya seorang anak, atau saudaranya yang
menurutnya paling tepat. Khalifah dibantu oleh pejabat rumah tangga istana yang bertugas
memperkenalkan utusan dan pejabat yang akan mengunjungi khalifah. Ada juga seorang
eksekutor yang menjadi tokoh penting istana yang bertugas dibawah tanah istana, yakni
tempat penyiksaan.

Ada beberapa biro dalam pemerintahan Abbasyiah, biro pajak, biro arsip menagani semua
surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan ketetapan khalifah, dewan penyelidik
atau semacam pengadilan tingkat banding pengadilan tinggi, departemen kepolisian dan
pos. 

Kekuatan militer dinasti Abbasyiah terdiri atas pasukan infantri yang bersenjata tembok,
pedang dan perisai,pasukan panah dan pasukan kavaleri yang mengenakan pelindung
kepala dan dada serta bersenjatakan tembok panjang. Peradaban dan kebudayaan islam
tumbuh karean dinasti Abbasyiah lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan islam dari pada pelunasan wilayah. 

Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya, dunia Barat
masih dalam keadaan gelap gulita, bodoh dan primitif. Dunia islam telah sibuk mengadakan
penyelidikan di laboratorium dan observator, dunia Barat asik dengan jampi-jampi dan
dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah
menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru yakni kebudayaan
islam. 

Dalam sejarah pemerintahan Bani Abbasiyah tercatat ada 38 khalifah yang menjabat,salah
satu diantara khalifah tersebut yaitu : Al-Wastiq.Pada pemerintahan dinasti Abbasyiah di
atas, masa keemasan hanya berlangsung sampai khalifah Al-Wasitq (842-847 M). Para
kahalifah benar-benar tokoh yang sangat kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintah bani Abbasyiah mulai menurun
dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. 

C. Kemajuan Peradaban Dinasti Abbasyiah

Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, kegiatan perekonomian bertambah maju seiring
dengan perkembangan jaman sehingga kekayaan negara bertambah banyak, meskipun
pada umumnya tidak berbeda dengan kegiatan perekonomian yang dilakukan bani Umayah.
Badri Yatim menulis bahwa pada masa Al Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan
peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. 
Para khalifah dinasti Abbasyiah yang khususnya pada periode awal sangat menyadari akan
pentingnya bidang ekonomi bagi kelangsungan pemerintah. Oleh karena itu mereka
memberi perhatian penuh pada bidang yang satu ini. Upaya untuk memajukan bidang
ekonomi ini dimulai dengan pemindahan pusat pemerintahan ke Baghdad.

Baghdad merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang sangat stategis bagi
perniagaan dan perdagangan. Begitu juga terdapat jalur pelayaran ke sungai eufart yang
cukup dekat. Sehingga barang-barang dagangan dan perniagaan dapat diangkut mengalir
sungai eufratdan tiris dengan menggunakan perahu-perahu kecil. Di samping itu, yang
terpenting adalah terdapatnya jalan nyaman dan aman dari semua jurusan. Akhirnya,
Baghdad menjadi daerah sangat ramai, karena di samping ibu kota kerajaan juga sebagai
kota niaga yang cukup marak pada masa itu, dari situlah negara akan dapat  devisa yang
sangat besar jumlahnya. Selain itu faktor pertambahan jumlah penduduk juga merupakan
suatu faktor turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat pertumbuhan
pasar penusuk, maka semakin besar dan banyak pula faktor permintaan pasar (demand).
Hal ini pada gilirannya memicu produktivitas ekonomi yang tinggi. 

Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat di sebutkan beberapa berikut:

A. Bidang agama

Kemajuan dibidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu yaitu ulumul qur’an, ilmu
tafsir, hadist, ilmu kalam, bahasa dan fiqih. Pada masa dinasti Abbasyiah lahir para tokoh
bidang fiqih dan pendiri mazhab anta lain:

a) Fiqih 

  Imam Abu Hanifah (700-767 M).

 Imam Malik (713-795 M).

 Imam Syafi’i (767-820 M).

  Imam Ahmad bin Hambali (780-855 M).

b) Ilmu tafsir

Perkembangan ilmu tafsir pada masa dinasti Abbasyiah mengalami kemajuan pesat. Ahli
tafsir pada masa dinasti Abbasyiah antara lain:

 IbnuJarirAth-Thabari.

 IbnuAthiyah Al- Andalusia.


 Abu Muslim Muhammad binBaharIsfahani.

c) Ilmu hadist 

Diantara para ahlihadispada masa DinastiAbbasiyahadalah:

 Imam Bukhori (194-256 H), karyanyaShahih Al-Bukhori.

 Imam Muslim (w. 261 H), karyanyaSahih Muslim.

 IbnuMajah, karyanyaSunanIbnuMajah.

 Abu Dawud, karyanyaSunan Abu Dawud.

  Imam An-Nasai, karyanyaSunan An-Nasai.

  Imam Baihaqi.

d)Ilmu kalam

Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga neraka, serta
perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, yang menghasilkan suatu kajian ilmu yaitu
ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah:

 Imam Abu Hasan Al- Asy’aridan Imam Abu Mansur Al Maturidi, tokohAsy’ariyah.

 Washil bin Atha, Abu Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokohMu’tazilah.

 Al-Jubai.

e) Bahasa 

Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah ilmu nahwu,
ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’ dan aruda.

 Imam Sibawaih (w. 183), karyanyaterdiridari 2 jilidsetebal 1000 halaman.

  Al-Kiasi.

 Abu Zakaria Al-Farra (w.208), kitabNahwunyaterdiridari 6000 halaman lebih.

B. Bidang umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang dalam bidang filsafat, logika, metafisika,
matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmetika, musik kedokteran, kimia, sejarah dan
sastra.  Para tokoh yang terkenal adalah sebagai berikut;
a) Ilmu filsafat

 Al-Kindi (809-873 M) bukukarangannyasebanyak 236 judul.

 Al Farabi (wafattahun 916 M) dalam usia 80 tahun.

 IbnuMajah (wafattahun 523 H).

 IbnuThufail (wafattahun 581 H).

 IbnuShina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat,
Qoman, Saddiyadan lain-lain.

  Al Ghazali (1085-1101 M). DikenalsebagaiHujjatul Islam, karangannya:

 AlMunqizhMinadl-Dlalal,TahafutulFalasifah,MizanulAmal,IhyaUlumuddindan lain-lain.

 IbnuRusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, TafsirUrjuza, KasfulAfillhdan lain-lain

b) Bidang kedokteran

 Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenalsebagaibapak Kimia.

 Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenaldisampingsebagai 


penterjemahbahasaasing.

 Thabib bin Qurra (836-901 M).

 ArRaziatau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenalmengenaicacardancampak yang


diterjemahkandalambahasalatin.

c) Astronomi

 Al Farezi : pencipta Astro lobi

 Al Gattani/Al Betagnius

 Abu wafat : menemukanjalanketigadaribulan

  Al Farghoniatau Al Fragenius

d) Matematika

 Umar Al Farukhan: InsinyurArsitek Pembangunan kota Baghdad.

 Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemuangka (0).

e) Bidang seni ukir


Beberapasenimanukirterkenal: Bardani Tarif (961-976 M) danadasenimusik, seni tari, seni
pahat, seni sulam, senilukisdansenibangunan.
C. Bidang ekonomi

a) Perdagangan dan industri

Segala usaha yang ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan memudahkan jalan-
jalannya, seperti di bangun sumur dan tempat peristirahatan di jalan-jalan yng dilewati oleh
kafilah dagang, dibangun armada-armada dagang, dan dibangun armada-armada untuk
melindungi pantai negara dari serangan bajak laut. Serta membentuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan
harga pasar (mengatur politik dagang) agar tidak terjadi penyelewengan.

b) Pertanian dan perkebunan

Kota-kota administrasi seperti Basrah, Khufah, Mosul, dan al-Wasit pusat usaha-usaha
pengembangan pertanian dan rawa-rawa di sekitar Kuffah dikeringkan dan dikembangkan
menjadi  kawasan pertanian yang subur, untuk menggarap daerah-daerah pertanian
tersebut di datangkanlah buruh tani dalam jumlah yang besar dari Asia Timur guna
menciptakan ekonomi pertanian dan perkebunan yang intensif. Di samping itu usaha untuk
mendorong kaum tani agar lahir lebih intensif dilakukan beberapa kebijakan antara lain:

 Memperlakukan ahli zimmah dan nawaly dengan perlakuan yang baik dan adil, serta
menjamin hak milik dan jiwa mereka.

 Mengambil tindakan yang keras terhadap pejabat yang berlaku kejam terhadap petani.

 Memperluas daerah pertanian dan membangun kanal-kanal dan bendungan baik besar
atau kecil, sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak ada irigasi.

c) Pendapatan negara

Selain dari sektor perdagangan, pertanian, dan perindustrian, sumber pendapatan negara
juga berasal dari pajak. Pada masa Harun al-Rasyid, pemasukan pada sektor ini mencapai
272 juta dirham dan 4,5 juta dina. Sementara pada masa al-Mu’tashim, pajak yang berhasil
terkumpul meningkat sebesar 314.271.350 dirham dan 5.102.00 dirham. Kemudian zakat
yang dibebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas dan perak, barang dagangan,
dan harta milik lainnya yang mampu berkembang baik secara alami maupun setelah
diusahakan.

d) Sistem moneter
Alat tukar yang digunakan adalah mata uang dinar (emas) dan Dirham (perak). Penggunaan
mata uang ini secara ekstensif mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan para
pelaku ekonomi yang melakukan perjalanan jauh, sangat berisiko jika membawa kepingan-
kepingan uang kredit. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan perjalanan
digunakanlah sistem yang dalam perbankan modern disebut cek, yang waktu itu dinamakan
sehak. Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi fleksibel. Artinya uang bisa
didepositokan di satu bank di tempat tertentu, kemudian bisa ditarik atau dicairkan lewat cek
di bank lain. Dan cek hanya bisa dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yaitu bank. Bank
pada masa ini kejayaan islam juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha
perdagangan dan industri. Selain itu juga bank sudah menjalankan fungsi sebagai currency
Exchange (pertukaran mata uang). 

D. Kemunduran Dinasti Abbasyiah

Faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasyiah antara lain: 

a. Persaingan antar bangsa

Khalifah Abbasyiah yang didirikan Bani Abbasy bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi persamaan nasib sesama kekuasaan Bani Umayah, keduanya
sama-sama tertindas, setelah Abbasyiah berdiri, persekutuan tetap dipertahankan. Pada
masa ini persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecederungan masing-
masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah
Abbasyiah berdiri.

b. Kemorosotan ekonomi

Khalifah Abbasyiah mengalami kemunduran ekonomi bersama dengan kemunduran


dibidang politik. Pada periode pertama, pemerintah Abbasyiah merupakan yang kaya. Dan
yang masuk lebih besar daripada pengeluaran, sehingga baitul mal penuh dengan harta.
Setelah khalifah mengalami periode kemunduran, negara mengalami defisit anggaran,
dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.

c. Konflik keagamaan

Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra pada masa khilafah Abbasiyah,
sehingga mengakibatkan perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah,
Syi’ah, Ahlussunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah
mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai paham keagamaan yang ada.
d. Ancaman dari luar

Selain yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran
dinasti Abbasyiah lemah dan hancur, pertama, perang salib yang berlangsung beberapa
gelombang menelan banyak korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasyiah
terpecah bela untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-
kelemahan. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menjadi lemah,
apalagi serangan Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan
kekuatan Abbasyiah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan Monggol. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang merupakan asa
keemasan dan kejayaan dari peradaban umat islam yang pernah ada. Pada masa dinasti
Abbasyiah kekayaan negara melimpah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat
peradaban islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul
para tokoh ilmuan dari kalangan umat islam, baik itu dalam bidang agama, bidang umum
dan bidang ekonomi dan juga melahirkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada
masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid kesejahteraan umat islam sangat terjamin,
karena pada masa inilah puncak dari kejayaan dinasti Abbasyiah pembangunan dilakukan
dimana-mana.

Namun diakhiri pemerintahan khalifah dinasti Abbasyiah, islam mengalami keterpurukan


yang sangat rendah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah
menghancurkan pusat peradaban umat islam di Baghdad Mongol ke wilayah kekuasaan
Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuatan Abbasyiah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan
Mongol.
DAFTAR PUSTAKA

Ali As-Salut, Imamah & Khalifah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Akram Dhiyaudi Umari, Masyarakat Madani Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi,
Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Badri Yatim, Sejarah Peradang Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010.
C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, London: Routledge, 1988.
22-1-15 jam 09.45 WIB.
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,PerkembanganIlmu Pengetahuan Islam, Jakarta:
Pranada Media, 2004,
Maurice Lombard, The Golden Age Of Islam New York: American Elsevier, 1975.
Nur Chamid, Sejarah Pemikiran Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Philip K. Hitti, History of The Arab, Jakarta: SerambiIlmuSemesta, 2010.
SamsulMunir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai