Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terskstruktur

Dalam Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2 :
Diah Azira Izati ( 2010102014 )
Dina Lorensa ( 20101020

Dosen Pembimbing :
Dr. AFRIDAWATI , M.Ag

MAHASISWA JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI HUKUM


EKONOMI SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
( IAIN ) KERINCI
TA. 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah,
makalah pada mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam”: Pokok Bahasan “Pembentukan
masyarakat islam di mekah” dengan rentangan waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya. Amin.

Sungai Penuh, 15 Maret 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mempelajari sejarah peradaban Islam kurang lengkap jika tidak disertakan mempelajari
sejarah kehidupan manusia di Jazirah Arab  (semenanjung arab) sebelum datangnya Islam.
Karena Islam pertama muncul di Arab dan kitabnya berbahasa Arab (Suku Quraisy). Kendati
sangat minim didapatkan informasi tentang sejarah kehidupan manusia di daerah tersebut
dalam kurun waktu antara 400-571 an Masehi. Dengan kata lain, penulis bisa katakan dalam
sejarah peradaban dunia, sejarah di jazirah arab khususnya sebelum datangnya Islam
‘dianggap’ tidak ada, atau lebih tepatnya dihilangkan dari peta sejarah peradaban dunia.
Sebagian penulis sejarah Islam biasanya membahas Arab Pra-Islam sebelum menulis sejarah
Islam pada masa Muhammad (570-632 M) dan sesudahnya. Mereka menggambarkan
runtutan sejarah yang saling terkait satu sama lain yang dapat memberikan informasi lebih
komprehensif tentang Arab dan Islam tentang geografi, sosial, budaya, agama, ekonomi, dan
politik Arab pra-Islam dan relasi serta pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin
Islam. Kajian semacam ini memerlukan waktu dan referensi yang tidak sedikit, bahkan
hasilnya bisa menjadi sebuah buku tersendiri yang berjilid-jilid seperti al-Mufaṣṣal fī Tārīkh
al-‘Arab qabla al-Islām  karya Jawād ‘Alī. Oleh karena itu, kita hanya akan mencukupkan
diri pada pembahasan data-data sejarah yang lebih familiar dan gampang diakses mengenai
hal itu

B. RUMUSAN MASALAH

1. Seputar turunnya wahyu pertama


2. Konfrontasi kaum kafir mekah
3. Sistem dakwah
4. Isra` mi`raj
5. Hijrah ke habsyi
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Seputar turunnya wahyu pertama

Ketika usia beliau mendekati 40 tahun, beliau telah banyak merenungi keadaan kaumnya dan
menyadari banyak keadaan kaumnya tidak sejalan dengan kebenaran. Beliau pun mulai
sering uzlah (mengasingkan diri) dari kaumnya. Beliau biasa ber-tahannuts di gua Hira yang
terletak di Jabal Nur, dengan membawa bekal air dan roti gandum. Gua Hira merupakan gua
kecil yang berukuran lebar 1,75 hasta dan panjang 4 hasta dengan ukuran dzira’ hadid
(ukuran hasta dari besi).

Beliau tinggal di dalam gua tersebut selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan waktu
untuk beribadah di sana dan banyak merenungi kekuasaan Allah di alam semesta yang begitu
sempurna. Selama perenungan itu juga beliau semakin menyadari keterpurukan kaumnya
yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik. Namun ketika itu beliau belum memiliki jalan
yang terang dan manhaj yang jelas mengenai bagaimana jalan yang harus ditempuh.

Ketika usia beliau genap 40 tahun, tanda-tanda kenabian semakin nampak dan bersinar.
Diantaranya ada sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada beliau. Beliau
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

َ ‫ي قَب َْل َأ ْن ُأ ْب َع‬


َ‫ث ِإنِّي َأَل ْع ِرفُهُ اآْل ن‬ َّ َ‫ِإنِّي َأَل ْع ِرفُ َح َجرًا بِ َم َّكةَ َكانَ يُ َسلِّ ُم َعل‬

“Sungguh aku mengetahui sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadaku
sebelum aku diutus (menjadi Nabi). Dan aku masih mengenalkan sampai sekarang” (HR.
Muslim no. 2277).

Kemudian diantara tanda lainnya adalah mimpi-mimpi beliau semakin jelas, yang disebut
dengan ru’ya ash shalihah atau ru’ya ash shadiqah. Dan ini merupakan salah satu tanda
kenabian. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫الرُّ ْؤ يَا الصَّالِ َحةُ ج ُْز ٌء ِم ْن ِستَّ ٍة َوَأرْ بَ ِعينَ ج ُْز ًءا ِم ْن النُّبُ َّو ِة‬

“Mimpi yang benar adalah salah satu dari 46 tanda kenabian” (HR. Muslim no. 2263).

Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan, “Al Baihaqi mengisahkan bahwa masa ru’ya ash
shalihah berlangsung selama 6 bulan. Berdasarkan hal ini, maka permulaan kenabian dengan
adanya ru’ya ash shalihah terjadi pada bulan kelahiran beliau yaitu Rabi’ul Awwal, setelah
beliau genap 40 tahun. Sedangkan wahyu dalam kondisi terjaga terjadi pada bulan
Ramadhan” (Fathul Bari, 1/27).

Ketika uzlah beliau memasuki tahun ketiga, tepatnya di bulan Ramadhan, Allah Ta’ala
menakdirkan ketika itu turun wahyu pertama kepada beliau dan diangkatnya beliau menjadi
Nabi. Malaikat Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu pertama.
Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, dalam kitab beliau Rahiqul Makhtum, menelaah
waktu turunnya wahyu pertama ini, dan beliau menyimpulkan bahwa peristiwa ini terjadi
pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610M.
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saat itu berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut
kalender hijriyah. Atau sekitar 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut kalender masehi.

Ayat Pertama Yang Turun

Ada 3 pendapat yang disebutkan para ulama mengenai ayat mana yang pertama kali turun:

Pendapat pertama: yang pertama kali turun adalah surat Al ‘Alaq ayat 1 – 5. Sebagaimana
keterangan dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau menyebutkan:

ِ َ‫ت ِم ْث َل فَل‬
‫ق‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن ْال َوحْ ِي الرُّ ْؤ يَا الصَّالِ َحةُ فِي النَّوْ ِم فَ َكانَ اَل يَ َرى ُرْؤ يَا ِإاَّل َجا َء‬ َ ِ ‫َأ َّو ُل َما بُدَِئ بِ ِه َرسُو ُل هَّللا‬
‫َأ‬ َ ْ ‫َأ‬
‫ت ال َع َد ِد قَ ْب َل ْن يَن ِز َع ِإلى ْهلِ ِه َويَتَ َز َّو ُد‬ ْ َ َّ َّ ُ َّ
ِ ‫َار ِح َرا ٍء فَيَتَ َحنث فِي ِه َوهُ َو الت َعبُّ ُ•د الليَالِ َي ذ َوا‬ ِ ‫ِّب ِإلَ ْي ِه ْالخَاَل ُء َو َكانَ يَخلو بِغ‬
ُ ْ َ ‫ْح ثُ َّم ُحب‬
ِ ‫الصُّ ب‬
‫ال‬ َ
َ ‫ِ ِ ٍئ‬ ‫ق‬ ‫ار‬ َ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫َأ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬
َ َ َ ََ ‫ق‬ ‫ْأ‬‫ر‬ ْ
‫ق‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ه‬
َ َُ َ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ج‬َ ‫ف‬ ‫ء‬
ٍ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ح‬
َ ِ ِ ‫َار‬
‫غ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬
ِ َ َ َ َُ َ ‫و‬ ‫ق‬ ُّ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫ه‬ ‫ء‬ ‫ا‬‫ج‬ ‫ى‬ َّ ‫ت‬‫ح‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ل‬
َ َِ ِِ ْ
‫ث‬ ‫م‬‫ل‬ ُ
‫د‬ ‫و‬
َّ َ
‫ز‬ َ ‫ت‬ ‫ي‬َ ‫ف‬
َ َ ِ َ ‫ة‬ ‫ج‬ ‫ي‬‫د‬ َ‫خ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫لِ َذلِكَ ثُ َّ َ ِ ِإ‬
‫ع‬
ُ ‫ج‬ ْ‫ر‬ ‫ي‬ ‫م‬
ُ‫ارٍئ فََأ َخ َذنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ َحتَّى بَلَ َغ ِمنِّي ْال َج ْه َد ث َّم‬ ‫ْأ‬
ِ ‫فََأ َخ َذنِي فَغَطَّنِي َحتى بَل َغ ِمني ال َج ْه َد ث َّم رْ َسلنِي فقا َل اق َر قلت َما نَا بِق‬
َ ‫َأ‬ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ‫َأ‬ ُ ْ ِّ َ َّ
‫ْأ‬ َ َ‫ارٍئ فََأ َخ َذنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُ َّم َأرْ َسلَنِي فَق‬ ُ ‫َأرْ َسلَنِي فَقَا َل ا ْق َرْأ فَقُ ْل‬
‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن‬ َ َ‫ق َخل‬ َ َ‫ال } ا ْق َر بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ ل‬ ِ َ‫ت َما َأنَا بِق‬
‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ َ ُّ‫ق ا ْق َرْأ َو َرب‬ٍ َ‫{ َعل‬

“Awal turunnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan ar ru’ya ash
shadiqah (mimpi yang benar dalam tidur). Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang
seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi rasa ingin untuk menyendiri. Nabi pun
memilih gua Hira dan ber-tahannuts. Yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu.
Kemudian beliau kembali kepada keluarganya untuk mempersiapkan bekal untuk ber-
tahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai
akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hira. Malaikat Jibril datang dan berkata:
“Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian
melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Maka
Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata
lagi: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Malaikat itu memegangku
kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan
berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)”
(HR. Bukhari no. 6982, Muslim no. 160).

Pendapat kedua: yang pertama kali turun adalah surat Al Mudatsir 1 – 3. Berdasarkan
keterangan dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu. Dari Abu Salamah bin Abdirrahman ia
mengatakan:

‫ ال‬: ‫فقال‬ َ . } َ‫ { ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّك‬: ُ‫ت أنَّه‬ ُ ‫ أ ْنبِْئ‬: ‫فقلت‬
ُ . } ‫ {يَا َأيُّهَا ال ُم َّدثِّ ُر‬: ‫ أيُّ القرآ ِن أ ْن ِز َل أ َّو ُل ؟ فقا َل‬: ِ‫سألت جاب َر بنَ عب ِد هللا‬ ُ
ُ‫قضيت‬ َ ‫ فل َّما‬، ‫اورْ ت في ِحرا َء‬ ُ َّ َّ
َ ‫ ( َج‬: ‫قال رسو ُل هللاِ صلى هللاُ علي ِه وسل َم‬ َّ َّ
َ ، ‫ك إال ب َما قا َل رسو ُل هللاِ صلى هللاُ علي ِه وسل َم‬ َ ‫أخبِ ُر‬ْ
‫هو جالسٌ على‬ َ ‫ فإ َذا‬، ‫ وعن ي ِمينِي وعن ِش َمالي‬، ‫ت أ َما ِمي وخَلفِي‬ ْ ُ ْ‫ فَنَظَر‬، ‫يت‬ ُ ‫ فَنُو ِد‬، ‫ي‬ َ ‫ت الوا ِد‬ ُ ‫ فا ْستَ ْبطَ ْن‬، ‫ت‬ ْ
ُ ‫واري هَبَط‬ ِ ‫ِج‬
ْ‫ { يَا َأيُّهَا ال ُم َّدثِّ ُر قُ ْم فََأ ْن ِذر‬: ‫ي‬ ‫عل‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ْ
‫ن‬ ‫ُأ‬ ‫و‬ ، ‫ًا‬
‫د‬ ‫بار‬ ‫ء‬ ‫ما‬ ‫ي‬ ‫عل‬ ‫ُّوا‬ ‫ب‬‫وص‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫ُو‬
ِ َ ‫ر‬ِّ ‫ث‬‫د‬ : ُ
‫فقلت‬ َ ‫ة‬ ‫ج‬ ‫ي‬‫د‬‫خ‬ ُ
‫ْت‬ ‫ي‬ َ ‫ت‬‫َأ‬َ ‫ف‬ ، ‫واألرض‬ ‫ء‬ ‫السما‬ َ‫عرْ ٍ بين‬
‫ش‬
َّ َ ِ ِ ً َّ َ ِ ِ ِ
) } ْ‫ك فَ َكبِّر‬َ َّ‫ َو َرب‬.

“Aku bertanya kepada Jabir bin Abdillah: ayat Al Qur’an mana yang pertama kali turun?
Jabir menjawab: Yaa ayyuhal muddatsir. Abu Salamah menukas: bukanlah iqra
bismirabbika? Jabir mengatakan: tidak akan aku kabarkan kecuali apa yang disabdakan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda: “Aku berdiam diri di gua Hira’,
ketika selesai berdiam, aku pun beranjak turun (keluar). Lalu ada yang menyeruku, aku pun
melihat ke sebelah depan dan belakangku dan ke sebelah kanan dan kiriku. Ternyata, (yang
memanggilku) ia duduk di atas Arasy antara langit dan bumi. Lalu aku bergegas mendatangi
Khadijah lalu aku berkata, ‘Selimutilah aku. Dan tuangkanlah air dingin pada tubuhku’. Lalu
turunlah ayat: ‘Yaa ayyuhal muddatsir, qum fa-anzhir warabbaka fakabbir (Wahai orang yang
berselimut, bangunlah dan berilah peringatakan. Dan Tuhan-mu, agungkanlah)’”” (HR.
Bukhari no. 4924).

Pendapat ketiga: yang pertama kali turun adalah surat Al Fatihah. Dalam sebuah riwayat:

‫ وذكر نزول الملك‬,‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا سمع الصوت انطلق هاربا‬:‫عن أبي اسحاق عن أبي ميسرة قال‬
‫ ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ … إلى أخرها‬: ‫عليه و قوله‬

“Dari Abu Ishaq dari Abu Maysarah ia berkata, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mendengar suara (gaib) beliau pun pergi dalam keadaan takut. Kemudian beliau
menyebutkan tentang datangnya Malaikat dan menyampaikan: Alhamdulillahi rabbil
‘alamin… sampai akhir surat” (dinukil dari Al Burhan fi Ulumil Qur’an, 207).

Kompromi dari tiga pendapat ini adalah, bahwa ayat yang pertama kali turun adalah Al ‘Alaq
1-5 sedangkan yang pertama kali turun berupa perintah untuk tabligh (menyebarkan Islam)
adalah Al Muddatsir 1-3 dan yang pertama kali turun berupa surat secara sempurna adalah Al
Fatihah ( Al Burhan fi Ulumil Qur’an, 207, karya Badruddin Az Zarkasyi).

Setelah Wahyu Pertama Turun

Setelah menerima wahyu di gua Hira, beliau Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kembali ke
rumah Khadijah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah radhiallahu ta’ala ‘anha:

‫ يا خديجةُ ما‬:‫ع ث َّم قال‬ ُ ‫ ز ِّملوني ز ِّملوني فز َّملوه حتَّى ذهَب عنه الرَّو‬:‫فر َجع بها تر ُجفُ بوادرُه حتَّى د َخل على خديجةَ فقال‬
َ
‫الحديث‬ ُ ‫ص ُل الرَّح َم وتص ُد‬
‫ق‬ ِ ‫ كاَّل أب ِشرْ فوهللاِ ال يُخزيك هللاُ أبدًا إنَّك لَت‬:‫ي فقالت‬ َّ َ‫ قد خشيتُه عل‬:‫لي ؟ وأخبَرها الخب َر وقال‬
‫نوفل وكان أخا أبيها وكان‬ ٍ َ ْ َّ ُ
َ‫ق ث َّم انطلقت به خديجة حتى أتَت به ورقة بن‬ َ َ ِّ ‫ب الح‬ِ ‫وتح ِم ُل ال َك َّل وتَقري الضَّيفَ وتُعينُ على نوائ‬
‫ب وكان شي ًخا كبيرًا قد ع ِم َي‬ َ ُ‫أن يكت‬
ْ ‫اإلنجيل ما شاء‬ِ ‫ي فيكتُبُ بالعربيَّ ِة ِمن‬ َّ ‫الكتاب العرب‬
َ ُ‫امرًأ تنصَّر في الجاهليَّ ِة وكان يكتُب‬
‫ ما ترى ؟ فأخبَره رسو ُل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم ما‬،‫ ابنَ أخي‬:ُ‫ابن أخيك فقال ورقة‬ ِ ‫ اس َم ْع ِمن‬،‫ أيْ ع ِّم‬:ُ‫فقالت له خديجة‬
‫ُأ‬
ِ‫ُخرجُك قو ُمك فقال رسو ُل هللا‬ ِ ‫نزل على موسى يا ليتَني أكونُ فيها ج َذعًا أكونُ حيًّا حينَ ي‬ ِ ‫ هذا النَّاموسُ الَّذي‬:ُ‫رأى فقال ورقة‬
‫ُدر ْكني يو ُمك أنصُرْ ك‬ِ ‫وإن ي‬ ْ ‫قط بما ِجْئتَ به إاَّل عُو ِدي وأوذي‬ ُّ ‫ت أح ٌد‬ِ ‫ نَعم لم يأ‬:‫ي هم ؟ ! قال‬ ِ ‫ أ ُم‬:‫صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬
َّ ‫خرج‬
ِّ
‫أن تُوفي‬ ُ
ْ ‫نصرًا مؤ َّزرًا ث َّم لم ينشَبْ ورقة‬

“Beliaupun pulang dalam kondisi gemetar dan bergegas hingga masuk ke rumah Khadijah.
Kemudian Nabi berkata kepadanya: Selimuti aku, selimuti aku. Maka Khadijah pun
menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kemudian Nabi bertanya: ‘wahai Khadijah, apa
yang terjadi denganku ini?’. Lalu Nabi menceritakan kejadian yang beliau alamai kemudian
mengatakan, ‘aku amat khawatir terhadap diriku’. Maka Khadijah mengatakan, ‘sekali-kali
janganlah takut! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh
engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang lain yang
susah, pemberi orang yang miskin, penjamu tamu serta penolong orang yang menegakkan
kebenaran. Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal, ia adalah
saudara dari ayahnya Khadijah. Waraqah telah memeluk agama Nasrani sejak zaman
jahiliyah. Ia pandai menulis Al Kitab dalam bahasa Arab. Maka disalinnya Kitab Injil dalam
bahasa Arab seberapa yang dikehendaki Allah untuk dapat ditulis. Namun usianya ketika itu
telah lanjut dan matanya telah buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah, “wahai paman. Dengarkan kabar dari anak saudaramu
ini”. Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas dirimu?”. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya.
Waraqah berkata, “(Jibril) ini adalah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa.
Duhai, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu”. Nabi bertanya, “Apakah
mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab, “Ya, betul. Tidak ada seorang pun yang
diberi wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Jika aku masih mendapati hari itu
niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya”. Tidak berapa lama kemudian Waraqah
meninggal dunia” (HR. Al Bukhari no. 6982).

Baca juga: Pernikahan Rasulullah Dengan Khadijah Radhiallahu’anha

Masa Fatrah, Tidak Ada Wahyu Yang Turun

Setelah wahyu pertama turun, setelah itu wahyu berhenti turun untuk beberapa waktu. Masa-
masa tidak ada wahyu yang turun ini disebut dengan masa fatratul wahyi. Dalam hadits
riwayat Bukhari disebutkan:

‫رؤوس‬
ِ ‫حزن رسو ُل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم [ فيما بلَغَنا ] حزنًا غدَا منه ِمرارًا لكي يتر َّدى ِمن‬ ِ ‫وفتَر الوح ُي فترةً حتَّى‬
‫ يا مح َّم ُد إنَّك رسو ُل هللاِ حقًّا فيس ُكنُ لذلك‬:‫شواهق الجبا ِل فكلَّما أوفى ب ِذرو ِة جب ٍل كي يُلق َي نف َسه منها تب َّدى له جبري ُل فقال له‬
ِ
‫جأ ُشه وتقَرُّ نفسُه‬

“Telah sampai informasi kepada kami bahwa masa fatrah terjadi begitu lama hingga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersedih hati. Yang ini membuat beliau berulang kali
berlari kencang ke atas bukit untuk melompat. Setiap kali beliau sampai ke atas bukit,
malaikat Jibril menampakkan diri dan berkata: ‘wahai Muhammad, engkau adalah benar-
benar Rasulullah’. Sehingga hati dan jiwa beliau menjadi tenang” (HR. Al Bukhari no. 6982).

Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan:

َ ‫ َوبِه جزم ابن ِإس َْحا‬، ‫يخ َأحْ َم َد ْب ِن َح ْنبَ ٍل َع ِن ال َّش ْعبِ ِّي َأ َّن ُم َّدةَ فَ ْت َر ِة ْال َوحْ ِي َكانَت ثَاَل ث ِسنِين‬
‫ق‬ ِ ‫َوقَ َع فِي ت‬
ِ ‫َار‬

“Terdapat riwayat dari Tarikh Ahmad bin Hambal, dari Asy Sya’bi bahwa rentang waktu
fatratul wahyi adalah 3 tahun, ini pendapat yang dipegang oleh Ibnu Ishaq” (Fathul Baari,
1/27).

Ibnu Katsir menyebutkan:

ٍ ْ‫َت ُم َّدةُ ْالفَ ْت َر ِة قَ ِريبًا ِم ْن َسنَتَ ْي ِن َأوْ َسنَتَ ْي ِن َونِص‬


‫ف‬ ْ ‫ َكان‬:‫ضهُ ْم‬
ُ ‫قَا َل بَ ْع‬

“Sebagian ulama mengatakan bahwa rentang waktu rentang waktu fatratul wahyi adalah 2
tahun atau 2,5 tahun” (Al Bidayah wan Nihayah, 4/42).

Dan sebagian ulama juga ada yang berpendapat fatratul wahyi hanya beberapa hari saja.

Lalu setelah berakhir masa fatratul wahyi, turunlah wahyu kedua yaitu surat Al Mudatsir ayat
1 sampai 7, sebagaimana yang ada dalam hadits Jabir radhiallahu’anhu di atas.
Dengan demikian, beliau diangkat menjadi seorang Rasulullah. Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab dalam matan Tsalatsatul Ushul mengatakan:

‫نبئ باقرأ وأرسل بالمدثر‬

“Beliau diangkat menjadi Nabi dengan “Iqra’” dan diangkat menjadi Rasul dengan ‘Al
Mudatsir’”

B. Konfrontasi kaum kafir mekah

Setelah 13 tahun Rasulullah menjalankan misi kenabiannya di Makkah, beliau memutuskan


untuk melakukan hijrah ke Madinah. Selain bertujuan untuk memperluas wilayah dakwah
islamiah, hijrah ini juga bertujuan untuk menghindari berbagai macam tekanan yang
dilakukan oleh kafir Quraisy serta agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam
beribadah.
Dakwah di Madinah ini berlangsung selama 10 tahun, yakni dari semenjak 12 Rabiul Awwal
1 H sampai wafatnya beliau, tanggal 13 Rabiul Awwal tahun 11 H. Selama 10 tahun ini,
beliau dan para sahabat harus melewati beberapa tahapan, di antaranya:
Tahapan dimana banyak mendapatkan guncangan dan cobaan, yakni masa ketika beliau dan
para sahabat harus menghadapi banyak rintangan dari dalam dan serangan musuh dari luar.
Tahapan ini berakhir dengan dikukuhkannya Perjanjian Hudaibiyah pada bulan Dzulqadah
tahun 6 H.
Tahapan berdakwah kepada para raja dan perdamaian dengan para pemimpin paganisme,
yang berakhir dengan peristiwa Fathu Makkah di bulan Ramadhan tahun 8 H.
Tahapan masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, terbukti dengan
banyaknya para utusan dari berbagai kabilah yang datang ke Madinah. Masa ini berlangsung
hingga wafatnya Rasulullah saw.
Langkah pertama kali yang beliau lakukan guna memperlancar misi kenabiannya adalah
dengan membangun sebuah masjid di atas tanah milik Sahl dan Suhail, yang kala itu masih
berupa tempat pengeringan kurma. Selama proses pembangunan masjid berlangsung,
Rasulullah saw. saat itu tinggal di rumah Abu Ayyub. Usai membangun masjid, beliau dan
para sahabat mulai membangun negara merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah.
Dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar serta menyetujui berbagai
kesepakatan dengan orang Yahudi, Rasulullah saw. mulai membangun pemerintahan.
Selain itu, beliau juga mensyiarkan agama Islam ke luar Jazirah Arab setelah selama dua
tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, Islam berhasil menjangkau seluruh Jazirah Arab.
Hal ini sangat membuat cemas bangsa Persia dan Romawi, mereka khawatir jika kekuatan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Persia dan bangsa Romawi bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam yang semakin kuat. Untuk menghadapi tekad
tersebut, Rasulullah saw. dan para sahabat tidak tinggal diam hingga akhirnya terjadi
peperangan diantara keduanya, yaitu:
a. Perang Badar
Perang Badar merupakan konfrontasi pertama kali antara kaum Muslim dan kafir Quraisy.
Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan di Lembah Badar, yang melibatkan 313 pasukan
Muslim melawan 1.000 pasukan kafir Quraisy.
Perang ini terjadi karena adanya kesempatan bagi orang-orang Muslim untuk melakukan
pengejaran terhadap kafilah dagang orang-orang Quraisy yang sedang melakukan perjalanan
dari Makkah menuju Syam. Kafilah dangang tersebut dipimpin langsung oleh Abu Sufyan.
Kala itu mereka tengah membawa harta orang-orang Makkah dengan jumlah yang sangat
melimpah, yaitu 1.000 onta pembawa harta benda yang nilainya tidak kurang dari 5.000 dinar
emas.
Tatkala mendekati kepulangan mereka dari Syam, Rasulullah segera mengutus Thalhah bin
Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid agar pergi ke arah utara, dengan tujuan untuk menyelidiki
kafilah tersebut. Keduanya berangkat dan menetap di al-Haura’ untuk beberapa hari. Ketika
kafilah tersebut telah lewat, maka kedua utusan segera kembali ke Madinah untuk memberi
laporan kepada Rasulullah saw. Dalam peperangan ini beliau yang langsung memegang
komando tertinggi dan pengatur strategi.
Setelah semuanya siap, Rasulullah saw. berangkat bersama pasukan menuju ke Makkah.
Tatkala kafir Quraisy mengetahui kedatangan pasukan Muslim, mereka segera bersiap guna
melakukan perlawanan. Ketika pertempuran semakin berkobar dan mencapai puncaknya,
serta pasukan muslim merasa berada dalam keadaan rawan, Rasulullah langsung berdo’a
kepada Allah. Atas keagungan-Nya, maka Allah swt. menurunkan bala tentara berupa
malaikat guna membantu pasukan Muslim, hingga akhirnya pertempuran ini pun
dimenangkan oleh para pasukan muslim.

b. Perang Uhud
Perang Uhud merupakan perang yang terjadi setelah perang Badar. Pertempuran ini pecah
pada tanggal 7 Syawwal tahun 3 H, dikarenakan rasa dendam kaum Quraisy terhadap kaum
Muslim yang telah memenangkan perang Badar. Tentara Islam yang berjumlah 700 orang
melawan tentara kaum Quraisy yang berjumlah 3.000 orang.
Dalam peperangan ini, komando tertinggi langsung dipegang oleh Rasulullah saw.,
sedangkan komando tentara Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan. Pasukan muslimin di sayap
kanan dikomandoi al-Mundzir bin Amr, dan di sayap kiri dikomandoi Zubair bin Awwam.
Sedangkan Abu Sufyan memilih Khalid bin Walid sebagai pemegang komando pasukan
berkuda dan Ikrimah bin Abu Jahl sebagai pemegang komando salah satu sayap dalam
pasukan Quraisy.
Pada saat peperangan ini mencapai puncaknya, pasukan Quraisy berhasil memukul telak para
pasukan Muslim. Kekalahan ini dikarenakan pasukan muslim mulai tergiur dengan harta
kaum Quraisy yang tatkala itu mereka mengira bahwa musuh telah berhasil dilumpuhkan.
Hal ini membuat pasukan pemanah yang berada di atas bukit kocar-kacir, posisi inilah yang
dimanfaatkan oleh kaum Quraisy untuk menyerang pasukan Muslim.
c. Perang Mu’tah
Perang Mu’tah merupakan pertempuran yang terjadi antara kaum muslim melawan tentara
Romawi yang pecah pada bulan Jumadil Ula pada tahun 8 H. Pertempuran ini sekaligus
merupakan peluang dan jalan pembuka untuk menaklukkan negeri-negeri Nashrani.
Latar belakang terjadinya pertempuran ini adalah karena Rasulullah saw. mengutus Harits bin
Umair untuk mengantar surat kepada pemimpin Bushra. Namun di tengah perjalanan Harist
dihadang oleh Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Syurahbil mengikat Harist dan membawanya
ke hadapan Qaishar, kemudian ia memenggal lehernya. Karena kejadian inilah Rasulullah
saw. sangat murka, hingga akhirnya beliau memutuskan untuk mengirim pasukan muslim
sebanyak 3.000 pasukan.
Sebelum pertempuran berlangsung, Rasulullah saw. memberi wasiat kepada para sahabatnya.
Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan perang, apabila Zaid gugur
penggantinya adalah Ja’far. Apabila Ja’far gugur, penggantinya adalah Abdullah bin
Rawahah. Akan tetapi, ketika komandan perang dipegang oleh Abdullah bin Rawahah, ia
juga gugur di medan pertempuran.
Saat posisi inilah kaum muslim kelimpungan, siapa yang akan sanggup menjadi pengganti
sebagai komandan perang. Hingga akhirnya Khalid bin al-Walid maju dan mengambil alih
sebagai komandan. Pagi harinya ia langsung mengubah pola pasukan dengan pola yang baru.
Yang awalnya pasukan berada di barisan depan dialihkan ke barisan belakang. Pada saat
itulah Khalid bin al-Walid mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam taktik perang, hingga
akhirnya kemenangan pun diraih oleh kaum muslim. Meskipun mereka harus berhadapan
dengan musuh yang jumlahnya sebanyak 200.000 prajurit.

d. Perang Khandaq
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal tahun 5 H. Perang ini pecah karena beberapa
orang Yahudi dari Bani an-Nadhir bersekutu dengan pasukan kaum Quraisy dan berencana
untuk mengepung kota Madinah. Tatkala Rasulullah mendengar rencana tersebut, beliau
segera mengutus para sahabat untuk membuat parit di sekitar Madinah, bahkan beliau juga
turun tangan dalam pembuatannya. Ketika proses penggalian parit telah usai, datanglah
pasukan kaum Quraisy yang berjumlah 10.000 orang, mereka berhenti di Dumah. Sementara
Rasulullah saw bersama 3.000 kaum muslim keluar ke Gunung Sil’un dan disanalah beliau
membuat markas.
Strategi perang dengan langkah membuat parit ini atas usul yang diberikan oleh Salman al-
Farisi. Melalui strategi pembuatan parit inilah akhirnya kemenangan kembali diraih oleh
pasukan muslim.

e. Perang Tabuk
Awal terjadinya peperangan yang berlangsung di daerah Tabuk ini dikarenakan bangsa
Romawi merasa cemas dan khawatir dengan kekuatan kaum Muslim semakin berkembang.
Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya kabilah-kabilah Arab yang melepaskan diri
dari kekuasaan Quraisy. Maka tidak ada pilihan lain bagi pasukan Romawi kecuali
menghancurkan orang-orang Muslim.
Pertempuran yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw ini berlangsung pada tahun 9 H.
Kaum Muslim kembali membawa kemenangan dengan tanpa mendapatkan sedikitpun
tekanan yang berarti.

C. Sistem dakwah

Sistem Dakwah yang dikembangkan Nabi Muhammad SAW di kota Mekah


Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun,Mekkah merupakan sentral agama
bangsa Arab dan di sana mempunyai peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan
terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab, hal seperti ini bisa
meyebabkan musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang
paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekah
tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Pada awal mulanya Nabi Muhammad Saw menampakkan Islam kepada keluarga beliau.
Keluarga adalah bagian dari Rasul yang mempunyai hubungan darah, seperti istrinya yang
bernama Siti Khodijah. Bentuk-bentuk sifat dalam menyampaikan dakwahnya dengan cara
berseru.Ada dua faktor yang membuat Rasul pertama kali menyerukan wahyu kepada
keluarga pertama; Karena keluarga adalah bagian terdekat Rasul, kedua; Siti Khadijah orang
yang di cintai dan dianggap terbaik dalam keluarga. Itu berarti keluargalah yang menjadi
objek pertama Rasul untuk menjalankan perintah Allah setelah mendapat wahyu yang kedua
dari Allah
Sahabat Rasul adalah bagian kedua yang dianggap baik dan dikenal sesudah keluarga Nabi.
Dalam Tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan As-sabiqunal-awwalun. Cara
menyampaikan dakwahnya sama seperti sebelumnya sebagaimana seruan nabi ke keluarga
Nabi yaitu dengan seruan dan mereka langsung mengikuti dan menuruti kata-kata atau
dakwah beliau. Alasan mengapa nabi mendakwahkan yang diperintahkan Allah dengan
wahyu-Nya karena sahabat orang yang akhlaknya baik dan dapat mengikuti apa kata perintah
beliau. Itu berarti Nabi dakwah sembunyi-sembunyi masih dengan keluaga yang terdekat
dahulu, yaitu sahabat.
Nabi Muhammad Saw. banyak memberikan contoh yang baik tentang bagaimana menjaga
dan melestarikan lingkungan, misalnya perlakuan beliau terhadap binatang dan tumbuhan.
Yang pertama, sayang kepada hewan, beliau menyayangi semua makhluk ciptaan Allah Swt.,
dan melarang orang membebani binatang dengan muatan yang berat, atau memperkerjakan
binatang melampaui batas kemampuan binatang itu seperti unta dan kuda, hendaklah
diperlakukan secara baik. Yang kedua, menyayangi tumbuh-tumbuhan adalah makhluk Allah
Swt., yang perlu kita jaga. Lingkungan yang alami bermanfaat untuk mencegah polusi udara.
Jika tumbuh-tumbuhan dirusak, timbul banjir, tanah longsor, dan polusi udara. Hal itu
mengancam keselamatan umat manusia. Oleh karena itu beliau berpesan agar umatnya
menjaga dan melestarikan tumbuh-tumbuhan karena salah satu penjaga keseimbangan alam
yang sangat penting.
Perjuangan Nabi Muhammad Saw yang dilakukan terus-menerus dan tidak pernah berputus
asa untuk berdakwah mneyebarkan ajaran Islam meskipun beliau bertaruh nyawa karena
beliau berkeyakinan bahwa Islam merupakan agama yang paling benar yang mengajak
umatnya menuju keselamatan di dunia dan di akhirat. Dalam perjuangannya walaupun pernah
mengalami kekecewaan-kekecewaan, beliau tidak pernah kehilangan harapan untuk meraih
keberhasilan dan kemenangan dalam tugasnya. Artinya orang-orang nampaknya menaruh
penekanan terlalu banyak pada peristiwa lahiriyah secara rinci dan teliti dalam riwayat hidup
nabi, tetapi tidak cukup memberikan perhatian kepada sejarah spiritual batiniahnya yang
penuh pergolakan, yang masih harus disusun lengkap.Hasilnya seluruh sejarah batin Nabi
Muhammad Saw. tergaris antara dua batas, yakni kekecewaan yang disebabkan oleh sikap
warga Mekah yang merupakan masalah di luar kekuasaannya, dan usaha untuk mensukseskan
misinya
Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada kaum Muslimin, Nabi Muhammad saw
menggunakan rumah salah seorang sahabatnya yang setia, yaitu Arqam bin Abi Arqam yang
terletak di dekat bukit Shafa. Dalam membina kaum muslimin, Nabi Muhammad Saw.
Mendahulukan dengan cara pembinaan akidah/akhlak dan pembinaan sosial
kemasyarakatan.Fungsi dari akidah agar kaum muslimin meninggalkan penyembahan berhala
seperti yang masih dilakukan oleh sebagian besar kaum Quraisy sedangkan akhlak bertujuan
agar kaum muslimin berbudi luhur, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti berjudi,
mabuk-mabukan, merampok, dan perbuatan tercela lainnya dan sosial kemasyarakatan
bertujuan untuk menerbitkan kehidupan masyarakat agar sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.
Hasilnya untuk memperbaiki akhlak dan akidah masyarakat, terutama masyarakat Quraisy di
mekah karena Nabi Muhammad ditugaskan untuk mengajak manusia menyembah hanya
kepada Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah beberapa lama Nabi Muhammad Saw., melakukan dakwah secara rahasia atau
sembunyi-sembunyi turunlah perintah Allah Swt. agar beliau melakukan dakwah secara
terbuka dihadapan umum. Hal ini dituturkan dalam Q.S. al-Hijr ayat 94 yang artinya “ Maka
sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik”.
Langkah yang pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah secara
terbuka adalah mengundang dan meyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. Beliau
mengatakan kepada mereka, “Saya tidak melihat seorangpun dari kalangan Arab yang dapat
membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada
kalian. Saya bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah Swt. memerintahkan
saya untuk mengajak kalian semua”. Langkah selanjutnya adalah beliau menyeru masyarakat
umum. Beliau mulai menyeru ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat
bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Artinya mula-mula beliau menyeru penduduk
Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain, pertemuan dengan penduduk Mekah
dilakukan dibukit Shafa.Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw. menjelaskan bahwa
beliau diutus oleh Allah Swt. untuk mengajak mereka menyembah Allah Swt. dan
meninggalkan penyembahan terhadap berhala..[
Akan tetapi Masyarakat Quraisy tidak percaya sama sekali bahkan mendustakan dan
mengejek Nabu Muhammad Saw. Di antara mereka yang mendustaka itu adalah Abu Lahab
dan istrinya. Isi seruan itu antara lain yang pertama, peringatandan ancaman Allah Swt. bagi
orang yangtidak beriman. Sebaliknya, kenikmatan dan surga bagi orang beriman dan beramal
saleh. Kedua, bahwa pada hari kiamat nanti beliau tiak dapat memberikan pertolongan
kecuali amal perbuatan manusia itu sendiri yang akan menolongnya. Ketiga, permohonan
kepada keluarga supaya dapat membantu dan memelihara agama Islam. Mendengar seruan
itu, Abu Lahab berkata kasar, “kurang ajar kau hai Muhammad! Apakah hanya untuk ini kau
kumpulkan kami?” kemudian Abu Lahab mengambilbatu dan melemparkannya kepada Nabi
Muhammad Saw. dalam menghadapi peristiwa itu beliau bersikap tenang dan berjiwa besar.
Beliau hadapi semuanya dengan kesabaran dan tawakkal kepada Allah Swt.
Adapun Hikmah yang dapat diperoleh dari sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekah,
antara lain sebagai berikut :
1.Menyadari bahwa melalui kesabaran dan keuletan dalam berjuang menegakkan agama
Allah pasti akan mendapat pertolongan Allah swt.
2.Memahami bahwa tugas seseorang Rasul hanya sekadar menyampaikan risalah dari Allah
swt. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk  (hidayah), bahkan kepada keluarga atau
orang yang sangat dicintainya.
3.Memahami bahwa Allah swt. pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi
utusan atau rasul-Nya (QS Al Hajj: 75 dan Al Baqarah: 214).
4.Memahami bahwa Nabi Muhammad saw. sangat bijaksana, pandai menggunakan
kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan
(QS An Nahl: 125).
5.Meneladani Nabi Muhammad saw. yang bergelar uswatun hasanah. Artinya, Tingkah laku
dan amal perbuatan Rasulullah saw. sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap
ajaran Islam yang didakwahkannya.
6.Melalui dakwah Rasulullah saw., umat manusia, khususnya umat Islam mendapatkan
informasi mengenai agama yang diridai Allah.
7.Melalui dakwah Islam, Rasulullah saw. memberikan pemahaman tentang hak dan
persamaan derajat antara kaum perempuan dan laki-laki.
8.Islam menegakkan ajaran persamaan derajat di antara manusia dan pemberantas
perbudakan.
9.Melalui penghapusan perbudakan, maka siapapun manusia status derajatnya di mata Allah
adalah sama.
D. ISRA’ DAN MI’RAJ

1. Pengertian isra’ dan mi’raj

Perkataan mi’raj berasal dari bahasa arab yang berarti kendaraan atau alat untuk
naik atau tangga bentuk jamak nya adalah “ma’arij” yang berarti tempat tempat
naik . yang dimaksud mi’raj ialah tangga yang dibuat dari emas dan perak ciptaan
alllah swt. Yang dipergunakan oleh malaikat untuk naik dan turun kelangit dan
bumi.
KEHUJJAHAN DALIL ISRA’ DAN MI’RAJ Dalam Al Qur‟an, dari sekian ribu
ayat di dalamnya, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan tentang Isrâ‟ Mi‟raj, yaitu
Q.S. Bani Isra`il Ayat 1, dan Q.S. AnNajm Ayat 13 sampai 15. Maksudnya,
kebesaran Islam itu bukan terletak pada peristiwa Isra‟ Mi‟raj ini, tapi pada
konsep, sistem, dan muatannya. Pada Surat An-Najm Ayat 13-15 itu,
menggambarkan bahwa Rasulullah menemui Jibril dalam bentuk aslinya di
Sidratil Muntaha ketika Isrâ` Mi‟raj.
Sebelumnya Rasulullah juga pernah menjumpai malaikat Jibril dalam bentuk asli
ketika menerima ayat pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5) dari Allah S.W.T., yaitu ketika
berada di gua Hira. Peristiwa Isrâ' 1 dan Mi'râj2 merupakan salah satu di antara
mukjizat3 yang diberikan Allah S.W.T. kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad
S.A.W., sebagai wujud penghormatan
1. Isrâ‟, yaitu perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
dimulai dari Al-Masjidil-Haram sampai ke Al-Masjidil-Aqshâ.
2. Mi'râj, yaitu perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam naik
dari AlMasjidil-Aqsha menuju Sidratul-Muntaha (langit tertinggi).
3. Muhammad Sai‟d Ramadhan Al-Buthy. (2000). Fiqh Al-Sirah: Dirasat
Manhajiyah Ilmiyyah Lisirati Al-Musthafa.

E. Perjalanan Hijrah Nabi dan Sahabat ke Habasyah

Islam merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya yang diturunkan


oleh Allah SWT kepada Nabi sebagai pembawa risalah untuk seluruh umat manusia. Oleh
karena itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Islam
bagaimanapun resikonya. Banyak kaum kafir Quraisy yang tidak menerima dengan agama
yang dibawa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Mereka masih percaya dengan agama nenek moyang
terdahulu. Berbagai kecaman dan siksaan dirasakan oleh Nabi dan para sahabat dalam
menyebarkan agama Islam yang kemudian mengharuskan mereka untuk melakukan hijrah ke
Habasyah. Nabi dan para sahabat melakukan hijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Pada tahap
pertama diikuti oleh 15 orang dibawah pimpinan Utsman bin Affan. Sedangkan pada tahap
kedua diikuti oleh 101 orang dibawah pimpinan Ja’far bin Abi Talib. Kaum muslimin selalu
bersabar dalam menyiarkan agama Islam walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Islam lahir ke dunia dengan 3 aspek, yaitu aspek manusia, pemerintahan, peradaban.
Menurut (Al-Khatib, 2002, hal. 19)dalam bukunya pada 13 tahun pertama setelah
kelahirannya di Mekah, aspek yang pertama lebih ditekankan dengan tujuan mengeluarkan
manusia dari gelap menuju terang sehingga hukum berdasarkan ajaran Islam akan tegak,
dengan cara menyeru manusia agar mengesakan Tuhan semesta alam Allah SWT.
Rasulullah juga menegaskan bahwa hamba Allah meliputi semua makhluk yang
mengisi kehidupan di bumi. Maka artinya, secara aspek ketuhanan tidak ada persekutuan
yang dapat menandingi keesaannya.Allah tidak membutuhkan teman, perantara, ataupun
penolong.Untuk dapat mengajak manusia agar dapat mendekat kepada-Nya, Rasulullah ‫ﷺ‬
mengabarkan kepada umat manusia untuk mempercayai keberadaan kampung akhirat. (QS.
al-Baqarah: 4). (Sulaiman & Zakaria, 2010, hal. 38) dalam bukunya menjelaskan,untuk
memelihara akidah dari kebiasaan orang-orang kafir (menyembah berhala), hijrah adalah
jalan yang harus ditempuh. Pengertian yang menganggap bahwa kegiatan hijrah adalah untuk
penawar rasa bosan dalam rangka berwisata adalah kesalahan besar bagi sebagaian orang
yang berasumsi demikian. Dapat dipastikan hikmah dan keberkahan dari Allah tidak akan
turun pada orang-orang seperti ini.
Sebagai seorang pembawa risalah dari Tuhan, sudah menjadi kewajiban
menyampaikannya pada umat manusia apapun dan bagaimanapun resikonya. Itulah
ajaran yang diwasiatkan pemimipin kita, pemimpin umat manusia (umat Islam).
Ejekan, cemooh, fitnah telah mewarnai perjalanan dakwah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Gangguan dari kaum musyrikin yang begitu hebat membuat Rasul dan sahabat kadang
patah semangat dan menurun kadar kekuatan iman mereka. Tapi sebagai ibrah yang akan
menjadi pedoman umat manusia Allah telah menjaganya dari tipu daya dunia.
Untuk memperoleh dan mempertahankan keimanan serta dasar-dasar agama. (Al-
Khatib, 2002, hal. 9)menjelaskan bahwa, hijrah merupakan langkah yang baik dan harus
ditempuh dalam menggapainya. Manusia yang hakekatnya mempunyai perasaan cinta
dan takut yang menyebabkan manusia memiliki kecenderungan membutuhkan sandaran
pada kekuatan yang mampu membuat hatinya tenang. Karena perasaan inilah kaum
muslimin terdorong untuk melakukan hijrah, maka demi memperkuat akidah mereka
sangat antusias terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya dalam mempertahankan dengan
gigih setiap asasnya. Hijrah merupakan sunnatullah yang berlaku bagi para Nabi dan
Rasul sejak Nabi Adam as., termasuk Nabi yang lain. Nabi Nuh as dengan kapal besar
mengangkut umatnya yang beriman (QS. al-Qamar: 10-14). Hijrah Nabi Musa as pada
tempat dan waktu yang ditetapkan Allah. Terhadap keadaan Musa as (QS. ad-
Dukhan:23-24). Hijrah Nabi Luth as tentang kaumnya (QS. al-Qamar:33-34). Begitu
juga sampai pada masa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad adalah jihad terhadap perlawanan kaum musyrik
demi menegakkan hukum Allah atas manusia waktu itu. Setiap orang yang ingin
memperjuangkan agamanya tidak akan terlepas dari hijrah dan tidak pula merasa
terpaksa melakukannya, karena hijrah dapat menempatkan orang-orang mukmin di
bawah naungan Allah SWT. (QS. al-Anfal: 26)Penegasan Istilah
1. Makna Hijrah
1) Makna Secara Bahasa
Istilahal-Hijrahadalah bentuk kata yang mempunyai arti bersimpangan dengan al-
Washol (sampai/tersambung). Ha-ja-ra-hu, yah-ju-ru-hu, hij-ran, dan hij, ra, nan yang
berartimemutuskannya,mereka berduayah-ta-ji-ran atau ya-ta-ha-ja-ran yaitu saling
meninggalkan. Bentuk isimnya adalah al-hij-rah.
Berikut hadits yang menyebutnya.
“Tidak halal seorang mukmin meninggalkan saudaranya (membiarkan dan tidak
bertanya) lebih dari tiga hari.” (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa maksud hijrah adalah kebalikan dari
tersambung, hal apa yang melatarbelakangi antara dua orang muslim dengan menodai
atau mengurangi kecenderungan pergaulannya sedangkan hal tersebut dari tinjauan
agama tidak direkomendasikan.Ringkasnya, pengertian dasar dari hijrah adalah
meninggalkan baik secara perbuatan maupun perkataan.
2) Makna Secara Syar’i
Makna Umum
Dikarenakan makna yang terkandung dalam masalah ini sangat banyak, maka
definisi dari para ulama dalam memaknai makna hijrah syar’i sangat variatif.
Makna Khusus
Khusus yang dimaksudkan disini adalah hijrah yang dilakukan Rasulullah ‫ﷺ‬
bersama sahabatnya dari kota Mekah menuju Madinah, dengan ridha Allah tentunya.
Berikut hadits yang melandasinya.
Nabi bersabda ketika futuh Mekah.
“Tidak ada hijrah setelah futuh Mekah akan tetapi hijrah dengan jihad dan niat. Apabila
kalian dituntut untuk pergi, pergilah kalian.”1(Fathul Bari 2: 39). Diambil dari (Jazuli,
2006, hal. 15-24)
Menurut al-Asfahani, hijrah berarti berpisahnya manusia dari sesuatu serta
meninggalkannya. Berpisah itu adakalanya berpisah badan (jasad),2 pisah lidah
(perkataan) dan hati atau penggabungan semuanya.3
Membahas tentang manusia dalam rangka melepas diri menuju perbaikan dari dar
al-kufr (kawasan orang kafir) menuju dar al-iman (kawasan orang beriman),nilainya
sama dengan mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah. Termasuk dalam ketegori

1 (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas ra)


2 Q.S. Taha/20: 117-120 , musuh Nabi Adam as dan istrinya yang dinyatakan dalam ayat ini adalah setan.
3 Q.S. al-Furqan/25: 31, musuh yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang berdosa (al-Mujrimun).
hijrah ini ialah orang-orang yang menghindar dan meninggalkan godaan syahwat, sifat
buruk, dan kesalahan.4
Pada hakikatnya hijrah mengandung pengertian yang sangat umum menurut
penjelasan yang telah disebut di atas. Hijrah dalam pandangan al-Quran tidak terbatas
pada pengertian hijrah secara fisik dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti yang
telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya pada masa awal penyebaran Islam.
Tetapi lebih jauh lagi, hijrah dapat diartikan sebagai upaya dengan tujuan untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Melakukan hijrah merupakan kesadaran diri atas
semua kekurangan, pengakuan diri dan kesiapan diri untuk meraih kesempurnaan.
(Rohimin, 2006, hal. 65)
1. Peristiwa Hijrah ke Habasyah
a. Hijrah Pertama ke Habayah
Melihat siksaan yang menimpa para sahabatnya, Nabi hanya bisa melihat dengan
penuh keprihatinan tanpa sanggup melindunginya, beliau tidak mengalami apa yang
dialami para sahabat karena perlindungan di sisi Allah dan pamannya Abu Thalib. Nabi
lantas memerintahkan kaum muslim untuk segera meninggalkan Mekah dan mencari
suaka ke Habasyah (Ethopia). “Jika kalian pergi ke Habasyah, negeri yang tulus,
disana terdapat seorang Raja yang tak pernah menzalimi seseorang, hingga Allah
melapangkan kondisi kalian saat ini.
Berdasarkan imbauan tersebut, kaum muslimin pergi ke negeri Habasyah, mencari
perlindungan atas fitnah yang menimpa, dan mendekatkan diri kepada Allah. Inilah
hijrah pertama dalam sejarah Islam.5Hijrah pertama ini terjadi sekitar tahun 615 M, atau
pada tahun kelima sejak Nabi ‫ ﷺ‬mengumumkan misi Islamnya. (Razwy, 2004, hal. 97-
98)
Dengan keheningan agar tidak membangunkan kaum Quraisy mereka bergantian
dan saling menjaga dalam kehati-hatian agar misi mereka tidak gagal. Rombongan
hijrah pertama tidak dalam skala luas, hanya beberapa keluarga diantaranya Ruqayyah,
putri Rasulullah, dan suaminya, Utsman bin Affan, serta beberapa orang dari mujahirin
yang jumlahnya lebih kurang sebelas lelaki dan empat perempuan dengan bersama-
sama meninggalkan Mekah dan bertolak menuju Habasyah.

b. Hijrah ke Habasyah Tahap Kedua

4 Q.S. al-Anfal/8: 60, Q.S. at-Taubah/9: 119, dan Q.S. al-Mumtahanah/60: 1.


5The Life Messenger of God.
Masih di tahun yang sama di bulan Ramadhan, Nabi ‫ﷺ‬keluar dari Masjidil Haram,
begitu sampai keluar, didapati oleh Nabi sekelompok pembesar kaum Quraisy yang
secara kebetulan berada di tempat yang sama pula. Ketika Nabi Muhammad sampai di
hadapan mereka, beliau lantas membacakan surah an-Najm yang belum pernah orang-
orang kafir dengar sebelumnya.
Indahnya kalam Ilahi saat itu mampu membuat gendang telinga mereka bergetar,
mereka dibuat terketuk dengannya, sehingga mereka terbawa dari dalam karena
keindahan yang sulit dilukiskan dari al-Quran, mereka hanya diam terkesima sehingga
tidak sempat terlintas di benak mereka hal lain selain gambaran keindahan kalam Allah.
Hati mereka seakan terbang ketika Nabi sampai pada akhir ayat.
“Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (an-Najm: 62)
Tak seorang pun dari mereka mampu menguasai dirinya, maka mereka pun sujud
seketika. Cahaya kebenaran telah masuk ke dalam relung hati dan perasaan
terdalamkumpulan orang sombong dan suka mengumpat itu. Ketikmampuan mereka
menahan sujud adalah bukti keagungan Allah SWT. Tetapi cercaan dari beberapa orang
Quraisy yang tidak ikut sujud waktu itu membuat mereka berdusta pada Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan mengada-adakan perkataan untuk memojokkan beliau. Keahlian
mereka membuatkedustaan benar-benar nyata sebagai alasan untuk menutupi sujudnya
bersama Nabi. Tindakan seperti ini sangat biasa dilakukan orang kafir Quraisy, maka
tak heran atas kepiawaian mereka mengarang cerita-cerita bohong.6
Kabar berita tentang orang-orang musryrik yang sujud bersama Nabiterdengar oleh
muhajirin di Habasayah, tetapi lebih diada-adakan sehingga membuat para muhajirin
ikut senang mendengarnya. Kabar yang terdengar adalah bahwa orang-orang kaum
Quraisy telah masuk Islam. Dengan mendengar kabar tersebut maka mereka
memutuskan berkunjung dan kembali keMekah pada bulan Syawal masih di tahun yang
sama. Begitu sebelum tengah hari dan akan mendekati Mekah, mereka pun tahu
kebenaran atas kabar palsu itu. Maka sebagaian dari merekaberbalik arah bertolak
menuju Habasyah kembali, sedangkan sisanya yang memutuskan melanjutkan
kunjungannya ke Mekah masukdengan cara menyelinap. Setelah itu ternyata orang-
orang Quraisy semakin menindas orang-orang Muslim, maka tidak cara lain bagi Nabi
Muhammad untuk mereka agar melakukan hijrah kembali dengan membawa pasukan
hijrah yang lebih banyak menuju Habasyah. Tentu saja dalam hijrah kedua ini lebih

6Tafhimul-Quran, 5/188. Makna seperti inilah yang bisa disimpulkan para peneliti mengenai hadits Gharaniq.
sulit daripada hijrah pertama, karena kewaspadaan orang-orang Quraisy lebih
diperketat agar rencana kali ini dapat digagalkan.
Hijrah yang kedua ini lebih banyak dari sebelumnya,kali ini jumlah orang yang
ikut hijrah mencapai delapan pulu tiga orang laki-laki dan delapan belas7 atau sembilan
belas wanita. akhirnya mereka bertemu dengan RajaNajasyi, Raja negeri Habasyah.
Raja Najasyi adalah laki-laki yang cerdas, baik cara berpikirnya, mengenal Allah, serta
berakidah. Disana mereka mendapat keamanan lingkungan dan perlakuan yang baik
yang merupakan hal didambakan atas penyiksaan yang selama ini menimpa kaum
muslimin.(Al-Mubarakfuri S. , 2012, hal. 100)
Rasulullah dan para sahabat yang tidak ikut ke Habasyah menetap di Syi’ib keluar
dari kota Mekah yang terletak di celah bukit. Disitulah saksi bisu atas perjuangan
Rasulullah bersama keluarganya serta segenap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib
juga sisa kaum muslimin yang tidak ikut ke Habasyah. Selama sekitar tiga tahun mereka
menetap disana dan terpencilkan oleh kaum Quraisy.
Mendengar bahwa orang-orang Islam hijrah ke Habasyah membuat para pembesar
Quraisy semakin marah dan ingin sesegera mungkin mengakhiri perbuatan yang menurut
mereka (kaum Quraisy) kaum muslimin telah mengukuti ajaran baru yang bertentangan
dengan ajaran nenek moyang yang mereka yakini. Kesepakatan kaum musyrikin untuk
membunuh nabi Muhammad ‫ﷺ‬dan menjemput orang-orang muslimin agar kembali ke
Mekah dengan tujuan agar tidak semakin menyulitkan orang-orang Quraisy, maka
diutuslah dua orang dari mereka yaitu, Amr bin Ash dan Umarah bin Walid dengan
tujuan membujuk RajaNajasyi agar mau mengembalikan kaum muslimin dengan hadiah-
hadiah yang mereka bawa. Ketika RajaNajasyi bertanya kepada mereka apa maksud dari
kedatangannya kemari, kemudian mereka menjawab kepadaRajaNajasyi agar orang-
orang yang hijrah supaya dikembalikan dan dipulangkan karena orang-orang ini adalah
menganut ajaran dari seorang pendusta yang telah memecah belah kaum keluarganya.
Maka dipanggillah pemimpinorang Islam waktu itu oleh RajaNajasyi. Bertanyalah Sang
Raja kepada pimimpin rombongan tersebut yaitu Ja’far bin Abi Thalib, “Apakah ajaran
yang dibawa oleh Nabimu itu?”Ja’far menjawab “Dia membawa Kitab kepada kami,
yang disana tertulis bahwa manusia harus menjalankan keadilan dan kejujuran, tentu
tidak dibenarkan ketidakadilan membatasi umat manusia. Dia menyerukan agar
manusia berlaku baik, saling menolong, menyenangkan anak-anak yatim, dan
mengesakan Allah.”
7Al-Allamah Muhammad Sulaiman Al-Manshurfurimenetapkan delapan belas wanita.
Sungguh senang RajaNajasyi dengan pernyataan Ja’far. Tak terkecuali saat Ja’far
membacakan beberapa ayat dari al-Quran, surah ke sembilan belas yang menceritakan
tentang kelahiran Isa as dari seorang wanita yang suci bernama Maryam. Begitu
memikatnya kalimat yang dilantunkan Ja’far sampai membuat air mata Sang Raja
berlinag jatuh di atas kitabnya, tidak terkecuali para pendeta dan padri pun ikut
merasakan hal yang sama. Lalu berkatalah Sang Raja“Demi Allah, sungguh ajaran dan
perkataan keduanya adalah sama yang dibawakan dari satu jendela. Berbahagialah
kalian dengan orang-orang yang datang bersama kalian. Dan aku telah mengakui
bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang telah diberitakan beserta kegembiraan Isa
as. Dan sekiranya aku tidak sedang mengemban tugas kerajaan, pastilah aku
mendatanginya sampai mencium terompahnya.” RajaNajasyi mempersilahkan kaum
muslimin untuk tinggal di negerinya sesuka hati, dan mengembalikan hadiah-hadiah dari
kaum musyrikin serta mengutusnya agar kembali pulang. (Soekanto, 2018, hal. 55-57)
Berbagai macam cara dilakukan kaum Quraisy agar bisa mendapatkan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dalam rangka membunuhnya, tetapi sejarah mencatat bahwa semakin
Islam di tindas maka dia semakin kokoh. Terbukti dengan masuknya pahlawan-pahlawan
yang masuk Islam diantaranya, Hamzah bin Abdul-Muthalib, Umar bin al-Khaththab,
dan yang lainnya. Perlu diketahui bahwa mereka (kaum kafir musyrik) akan memusuhi
ajaran Islam hingga nanti sampai Allah tentukan waktunya tiba. Mereka hanya bisa
membunuh bunga-bunga, tetapi tidak bisa menghentikan musim semi itu datang kembali.
Islam akan berjaya suatu saat nanti karena Allah SWT telah menjanjikannya.

Anda mungkin juga menyukai