Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jum’at 7 April 2023

DIMENSI FILOSOFIS ZAKAT


( Oleh : Ustadz Dr Sumarno, M.Pd.I )
DPS LAZIS Muhammadiyah Kab Pekalongan

‫الديح ِن ُكلِِّ ِه َوَك َفى ِِبهللِ َش ِهحي ًدا‬ ِِّ ‫اْل ِق لِيظح ِهره على‬
َ َ ُ َ ُ ِّ َ‫ح‬ ِ ‫اَ حْلَ حم ُدِ هللِ الَّ ِذى اَحر َس َل َر ُس حولَهُ ِِب حْلَُدى َوِديح‬
‫ن‬
ِ
‫ص ِِّل َعلَى‬ َ ‫ك لَهُ َواَ حش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعحب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ اَللَّ ُه َّم‬ َ ‫اَ حش َه ُد اَ حن الَِ الَهَ االَّ هللاُ َو حح َدهُ الَ َش ِريح‬
َّ‫َّاس اتَّ ُق حوهللاَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ ََتُوتُ َّن اِال‬
ُ ‫ فَيَاَ أَيُّ َها الن‬:‫ْي اََّما بَ حع ُد‬
ِ ِ
َ ‫ص َحابِه اَ حْجَع ح‬
ِِ
‫ُُمَ َّمد َو َعلَىَ اله َواَ ح‬
ٍ
‫ َوالَّ ِذيح َن‬.‫اشعُو َن‬ِ ‫الذين هم ِِف ص ََلِتِِم خ‬
َ ‫ ح َ ُ ح َ ح‬.‫وءمنُو َن‬
ِ ِ ‫قَ حد أَفح لَح الحم‬:‫اَل‬
‫َ ُ ح‬ َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ َ‫َواَنحتُ حم ُم حسلِ ُمون َوق‬
‫ َوالَّ ِذيح َن ُه حم لِ َّلزَكاةِ فَاعِلُو َن‬.‫ضو َن‬ُ ‫ُه حم َع ِن اللَّ حغ ِوُم حع ِر‬
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Dalam kesempatan khutbah Jumat siang ini, tidak lupa marilah kita bersyukur
kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua
sehingga sampai saat ini kita masih diberi kekuatan dan kesempatan untuk dapat
melaksanakan salah satu kewajiban kita, yaitu jamaah shalat Jumat.
Sebagai wujud rasa syukur itu, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa
kita kepada Allah SWT, dengan takwa yang sebenar-benarnya takwa. Mudah-
mudahan dengan takwa itu kita mampu melaksanakan kewajiban yang diperintahkan
Allah kepada kita dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Karena, di balik perintah
dan larangan Allah itu secara filosofis pasti memiliki makna yang besar bagi
kelangsungan hidup kita tidak terkecuali perintah melaksanakan zakat.
Zakat adalah rukun Islam ketiga sesudah shalat. Menurut Syaikh Nawawi
Banten dalam al-Tsimar al-Yaaniah, orang yang mengingkarinya dihukumi kafir. Kafir,
menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Qathrul Ghaits, adalah orang yang tidak
menyatakan beriman kepada Allah secara verbal dan tidak ada iman kepada Allah di
dalam hatinya.
Untuk membayar zakat, tulis Syaikh Nawawi Banten, seseorang harus
memenuhi minimal empat syarat. Pertama, bukan seorang budak (harus hamba
merdeka). Kedua, beragama Islam. Karena itu yang tidak membayat zakat adalah
kafir. Ketiga, memenuhi nishab (kuantitas harta). Keempat, harta yang dikuasainya
itu adalah milik sendiri, bukan milik bersama.

1
1
Secara tegas, perintah zakat dititahkan setelah shalat, seperti terurai dalam al-
Qur’an,
٤٣ ‫ْي‬ ِ ِ ‫الزٰكوةَ وارَكعوا مع‬
َّ ٰ ٰ ِ‫واَق‬
َ ‫الرٰكع ح‬ ُ
ِّ َ َ ‫َ ح ح‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ت‬
ُ ‫ا‬‫و‬َ ‫ة‬
َ‫و‬‫ل‬ ‫الص‬
َّ ‫ا‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬
‫ح‬
ُ َ
Artinya: “Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk” (QS. al-Baarah/2: 43).

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah


Kalau ditelusuri lebih jauh ayat-ayat terkait dengan zakat terulang sebanyak 82
kali dalam al-Qur’an. Porsi ini tentu menarik perhatian. Hal ini bisa dipahami karena
zakat bersifat multidimensi. Selain berdimensi teologis, zakat juga berdimensi historis,
ekonomi, politik, sosiologis, psikologis, edukasi, komunikasi, dan tentu eskatologis.
Oleh karena itu, zakat berbeda dengan shalat yang bersifat ritual-individual-formal,
zakat dapat menjadi hulu-ledak bagi perbaikan sosial.
Artinya, zakat adalah satu-satunya rukun Islam yang bertransformasi dari ibadah
personal kepada ibadah sosial. Zakat tidak hanya berpahala tapi membuat orang yang
sedang lapar menjadi kenyang. Zakat tidak hanya berarti suci, tapi juga membuat
orang yang terpuruk menjadi bertumbuh. Inilah dimensi sosial-ekonomi zakat.Lebih
jauh, zakat dibisa didekati dengan trilogi bangunan filsafat, yakni ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Ontologi itu berbicara tentang hakikat zakat. Epistemologi, menyasar ihwal
sumber yang dijadikan rujukan dalam membayar zakat. Sementara aksiologi bangunan
filsafat yang membicarakan mengenai manfaat zakat.
Secara ontologis, membayar zakat pada hakikatnya adalah menjalankan perintah
Allah ihwal “tunaikan zakat” di atas. Apalagi perintah tersebut diulangi berkali-kali.
Termasuk sabda Nabi SAW dalam sejumlah hadits shahih. Bedanya, al-Qur’an bersifat
konsepsional-filosofis, sedangkan hadits Nabi SAW lebih bersifat praktis-implementatif.
Misalnya, “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu
sha’ gandum bagi umat Muslim, baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki
maupun perempuan, kecil maupun besar. Nabi SAW memerintahkannya
dilaksanakan sebelum orang-orang keluar untuk shalat” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini titah Nabi SAW soal zakat fitrah.
‫ َعلَى الح َعحب ِد‬،‫صاعاً ِم حن َشعِ حٍْي‬ ِ
َ ‫ حأو‬،‫صاعاً م حن ََتٍَر‬
ِ ِ
َ ‫ض َر ُس حو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم َزَكاةَ الحفطح ِر‬ َ ‫فَ َر‬
‫ َو َأمَر ِِبَا أ حن تُ َؤَّدى قَ حب َل ُخ ُرحو ِج الناَّ ِس‬،‫ْي‬ ِِ ِ ِ َّ ‫ و‬،‫الذ َك ِر واألُنحثَى‬
َ ‫الصغ حِْي َوالح َكبِ حِْي م َن الح ُم حسلم ح‬ َ َ
َّ ‫ و‬،‫اْلُِر‬
َ ِّ ‫َو ح‬
ِ‫الص ََلة‬
َّ ‫إَل‬
Artinya: “Rasulullah ‫ ﷺ‬telah mewajibkan zakat Fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau
gandum atas oaring muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wanita, anak-
anak dan orang dewasa, beliau memberitahukan membayar zakat Fitrah sebelum
berangkat (ke masjid) ‘Idul Fitri.” (HR Bukhari dan Muslim)

2
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Secara epistemologis, ilmu pengetahuan soal zakat diperoleh dari al-Qur’an dan
hadits, serta karya-karya para ulama, khususnya soal yurisprudensi zakat. Seperti
hukum membayar zakat, syarat mengeluarkan zakat bagi orang yang sudah wajib
berzakat (muzakki) dan orang yang menerimanya (mustahik), termasuk jenis benda
yang wajib dizakati.
Secara aksiologis, manfaat membayar zakat dan akibat tidak melaksanakannya
tercakup dalam sabda Nabi SAW,
‫الس َم ِاء َولَ حوالَ الحبَ َهائِ ُم ََلح َيُحطَُروا‬
َّ ‫َوََلح َيَحنَ عُوا َزَكاةَ أ حَم َواْلِِ حم إِالَّ ُمنِعُوا الح َقطحَر ِم َن‬
Artinya: “Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka,
melainkan mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya
bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan” (HR.
Ibnu Majah).

Secara lebih jelas, zakat secara filosofis menyangkut tiga aspek. Pertama, aspek
tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang harus memimpin dan mengatur
tersedianya produksi, distribusi, dan konsumsi bagi makhluk hidup di bumi. Dalam
konteks ini, zakat harus melibatkan lembaga seperti LAZIS Muhammadiyah baik soal
pengumpulan, pendistribusian dan pengawasan.
Kedua, aspek solidaritas sosial dimana diharapkan zakat mampu memperkecil
social gap atau jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin. Sebab kesenjangan
dan kelaparan dapat menimbulkan bara api. Zakat adalah airnya. Nabi SAW
bersabda,
‫َّار‬ ِ ِ ‫الص َدقَةُ تُطح ِفئ ح‬
َ ‫اْلَطيئَةَ َك َما يُطحف ُئ الح َماءُ الن‬ ُ َّ ‫َو‬
Artinya: “Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api”
(HR. Turmudzi).
Ketiga cinta dan persaudaraan dimana zakat adalah instrumennya. Nabi SAW
bersabda,
‫ب لِنَ حف ِس ِه‬
ُّ ‫َخ ِيه َما ُُِي‬
ِ ‫ب أل‬
َّ ‫َح ُد ُك حم َح ََّّت ُُِي‬ ِ
َ ‫ال يُ حؤم ُن أ‬
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari).

Jadi dalam konteks ini, membayar zakat adalah lambang dan bukti cinta seseorang
kepada sesama.

‫ َوتَ َقبَّ َل‬،‫اْلَكِحي ِم‬


‫الذ حك ِر ح‬ِِّ ‫ت و‬ ِ ٰ ‫ ونَ َفع ِِن وإِ ََّّي ُكم ِِبَا فِي ِه ِمن ح‬،‫ِبرَك هللا ِِل ولَ ُكم ِِف الح ُقراٰ ِن الح َك ِرحِْي‬
َ ‫اال ََّي‬ َ ‫َ َحَ ح ح‬ ‫ََ ُ ح َ ح ح ح‬
َّ ‫استَ حغ ِفُرحوهُ إِنَّهُ ُه َو الحغَ ُف حوُر‬
‫الر ِححي ُم‬ ِ ِ َّ ‫هللا ِم ِِن وِمحن ُكم تََِلوتَه إِنَّه هو‬
‫ َو ح‬،‫السمحي ُع الح َعلحي ِم‬ َ ُ ُ ُ َ ‫ُ ِّح َ ح‬

3
Khutbah kedua

.‫الس ََل ُم َع ٰلى ُُمَ َّم ٍد َخ حِْي حاأل َََنِم‬ َّ ‫الص ََلةُ َو‬ َّ ‫ َو‬.‫اْل حس ََلِم‬ ِ‫ان َو ح‬ ِ‫لِل الَّ ِذ حي أَنح َع َمنَا بِنِ حع َم ِة ح‬
ِ َ‫اْلحَي‬ ِِٰ ‫اَ حْلم ُد‬
ِّ ‫َ ح‬
ِ ِ ِ ِِ
‫َن َسيِِّ َد ََن‬َّ ‫الس ََل ُم َوأَ حش َه ُد أ‬
َّ ‫س‬ ُ ‫ك الح ُقد حُّو‬ ُ ‫ أَ حش َه ُد أَ حن َال ا ٰلهَ اَّال هللاُ الح َمل‬.‫َص َحابِ ِه الحكَِرِام‬ ‫َو َع ٰلى اٰله َوأ ح‬
‫َّاس أ حُو ِصحي ُك حم‬ ِِ ِ ِ ِ ‫وحبِي ب نَا ُُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه‬
ُ ‫ فَيَاأَيُّ َها الن‬.‫ب الشََّرف َو حاْل حح َِتام أ ََّما بَ حع ُد‬ ُ ‫صاح‬ َ ُ ‫َ َ ح َ َ َح ُ َ َ ُ ح‬
ِِّ ِ‫صلُّ حو َن َعلَى الن‬ ِ ِ َ ‫ فَقا َل هللا ت ع‬.‫ونَ حف ِسي بِت حقوى هللاِ فَق حد فَاز الحمتَّقو َن‬
‫َّب‬ َ ُ‫ ا َّن هللاَ َوَم ََلئ َكتَهُ ي‬:‫اَل‬ ََ ُ َ ‫َ َ ُ ُح‬ ََ ‫َ ح‬
‫صلُّ حوا َعلَحي ِه َو َسلِِّ ُم حوا تَ حسلِحي ًما‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ن‬
ُ
َ ‫َ حَ َ ح‬‫م‬ ٰ‫ٰٰيَيُّها الَّ ِذين أ‬
‫ت َع ٰلى اِبح َر ِاهحي َم َو َع ٰلى اٰ ِل اِبح َر ِاهحي َم‬ َ ‫صلَّحي‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫ص ِِّل َو َسلِّ حم َع ٰلى ُُمَ َّمد َو َع ٰلى اٰل ُُمَ َّمد َك َما‬
ِ ٰ
َ ‫اَللِّ ُه َّم‬
ِ ِ ِ ٍ ٍ
‫ك‬ َ َّ‫ْي إِن‬ َ ‫ت َع ٰلى إِبح َراهحي َم َو َع ٰلى اٰ ِل إِبح َراهحي َم ِِف الح َعالَم ح‬ َ ‫َوَِب ِرحك َع ٰلى ُُمَ َّمد َو َع ٰلى اٰ ِل ُُمَ َّمد َك َما َِب َرحك‬
‫َححي ٌد ََِمحي ٌد‬
َِ
َ َ‫ب أ حَوِز حع ِِٓن أَ حن أَ حش ُكَر نِ حع َمت‬ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ٰ
‫ك ٱلََِّّٓت‬ ِِّ ‫ْي َوالح ُم حؤمنَا َر‬ َ ‫ْي َوالح ُم حسل َمات َوالح ُم حؤمن ح‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم ا حغفحر للح ُم حسلم ح‬
‫ْي‬ ِ ِ ٰ ‫ك ِِف عِب ِاد َك‬
َ ‫ٱلصلح‬ ِّ َ َ ِ‫ض ٰىهُ َوأ حَد ِخ حل ِِن بَِر حَحَت‬
ِ
َ ‫ى َوأَ حن أ حَع َم َل ٰصل ًحا تَ حر‬ َّ ‫ت َعلَ َّى َو َعلَ ٰى ٰولِ َد‬ َ ‫أَنح َع حم‬
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan siang hari dan mendatangkan
malam untuk waktu beristirahat sebagai nikmat dan karunia dari-Nya. Ya Allah,
jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang bersyukur kepada-Mu. Segala
puji bagi Allah yang telah menyehatkan aku hari ini. Telah banyak cobaan yang telah
aku jalani dari umurku. Ya Allah, sehatkan aku dari sisa umurku, dan dikhirat
lindungilah aku dari siksa neraka
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Ya Tuhanku, berikanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhoi dan masukkanlah aku dengan rahmat-
Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh
ِ‫اال ِخرةِ حسنَةً و قِنَا ع َذاب النَّا ِر عِباد هللا‬ ِ
ََ َ َ َ َ َ َ ٰ ‫َربَّنَا اٰتنَا ِِف الدُّنحيَا َح َسنَةً َو ِِف ح‬
‫ فَاذح ُكُروا‬.‫ يَعِظُ ُك حم لَ َعلَّ ُك حم تَ َذ َّكُرحو َن‬.‫ان َويَحن َهى َع ِن الح َف حح َش ِاء َوالح ُمحن َك ِر‬
ِ ‫االحس‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ا َّن هللاَ َٰيح ُمُر ِبلح َع حدل َو ح ح‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
ُ‫ َولَذ حكُر هللا اَ حك َب‬.‫ َو ا حش ُكُرحوهُ َع ٰلى ن َعمه يَِزحد ُك حم‬.‫هللاَ الح َعظحي َم يَ حذ ُكحرُك حم‬

Anda mungkin juga menyukai