Anda di halaman 1dari 7

AGAR TAK GAMPANG MENVONIS SESAT ORANG LAIN

Khutbah I
ِ ِ َّ ‫ض َح لَنَا َسبِحي َل‬ ِ ِ
‫ب‬ َ ‫ اَ حش َه ُد اَ حن ََل الَهَ اََّل هللاُ َو حح َدهُ ََل َش ِريح‬،‫الر َش حاد‬
ُّ ‫ك لَهُ َر‬ َ ‫ اَ حْلَ حم ُد هلل الَّذ حي اَحو‬،‫اَ حْلَ حم ُد هلل‬
.‫ َواَ حش َه ُد اَ َّن َسيِِّ َد ََن حممدا َعحب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ َخ حْيُ الحعِبَ ِاد‬،‫ات‬
ِ ‫السمو‬
َ َ َّ ‫ْي َو‬
ِ
َ ‫حاَلََرض ح‬
‫ان اِ ََل يَ حوِم‬
ٍ ‫ وعلَى آلِِه وصحبِ ِه ومن تَبِعهم َِبِحس‬،‫اَللَّه َّم فَص ِل وسلِِّم وَب ِرحك وتَر َّحم وََتَنَّن علَى سيِ ِد ََن حممد‬
َ ‫َ َ ح ََ ح َُ ح ح‬ ََ ِّ َ َ ‫ُ َ ِّ َ َ ح َ َ َ َ ح َ ح‬
.‫ فَ َق حد فَ َاز الح ُمتَّ ُق حو َن‬،ِ‫ اُحو ِصحي ِ حِن نَ حف ِس حي َواِ ََّّي ُك حم بِتَ حق َوى هللا‬.‫اض ُرحو َن‬
ِ ‫اْل‬ ِ
َ‫ اََّما بَ حعد فَيَا اَيُّ َها ح‬.‫الح َم َعاد‬
َ ُ‫َطيعُوا َوأَنحِف ُقوا َخ ح ًْيا ِِلَنح ُف ِس ُك حم َوَم حن ي‬
‫وق‬ ِ ‫اْسعوا وأ‬
َ ُ َ‫استَطَ حعتُ حم َو ح‬ ‫اَّللَ َما ح‬ َّ ‫ فَاتَّ ُقوا‬،‫قال هللا تعاَل يف كتابه الكرمي‬
‫ك ُه ُم الح ُم حفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫ُش َّح نَ حف ِس ِه فَأُولَئ‬
Hadirin, jamaah Jumat hafidhakumullah,
Kami berwasiat untuk pribadi kami sendiri dan pada hadirin sekalian. Marilah kita
senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya.
Hadirin hafidhakumullah, Ciri utama yang dimiliki para rasul Allah ada empat, yaitu
shiddiq (jujur), amanah (amanah), tabligh (menyampaikan firman Allah), dan
fathanah (cerdas). Tabligh artinya menyampaikan. Hanya para rasul yang memiliki
tugas ini. Sementara para nabi, meski ma’shum (terbebas dari dosa), ia tak ada
kewajiban menyampaikan firman Allah. Artinya, setiap rasul sudah pasti nabi,
sedangkan tak semua nabi adalah rasul. Selain mempunyai tugas menyampaikan
atau tabligh, seorang rasul harus cerdas (fathanah). Sehingga, sepanjang sejarah
rasul tidak ada seorang rasul pun yang sampai kalah saat adu argumen dengan
musuh perihal ajaran dari Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi unsur fathanah ini sangat
penting dalam beragama.
Di dalam Al-Qur’an sering kali Allah menanyakan: َ‫" اَفَ ََل تَ ْع ِق ُل ْون‬Apakah kalian ini tidak
berakal?" َ‫" اَفَ ََل تَتَفَ َّك ُر ْون‬Apakah kalian ini tidak mikir?" Kita sebagai umat Islam
harus selalu meningkatkan kemampuan-kemampuan dan kecerdasan kita dengan
cara terus belajar, belajar, dan belajar terhadap ilmu-ilmu yang kita butuhkan di
bawah bimbingan guru yang tepat.
Dengan hidup di bawah panduan ilmu dan kesesuaian sikap (amal shalih), Allah
akan mengangkat derajat kita.
Allah berfirman:
ٍ ‫اَّلل الَّ ِذين آمنُوا ِمحن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الحعِلحم درج‬
‫ات‬ َ ََ َ َ َ‫ح‬ َ َ َُّ ‫يَحرفَ ِع‬
Artinya: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-
orang yang diberikan ilmu banyak derajat” (QS Al-Mujadilah: 11).
Begitulah pentingnya ilmu sebagai penyangga keagamaan seseorang. Untuk
mencapai derajat yang tinggi, beramal shalih saja belum cukup, tapi harus juga
mempunyai ilmu yang cukup. Bagaimana jadinya jika ada orang yang shalatnya
kelihatan khusyu’, sambil menangis, tapi setelah selesai shalat dia bertransaksi riba.
Dia makan anjing, memakan swike katak, makan daging ular, atau hal-hal lain yang
diharamkan agama sebab ketidaktahuan mereka? Dengan demikian, khusyu’ saja
tanpa mengetahui mana halal dan mana haram, akan ada banyak kesalahan yang
dilakukan tanpa dia sadari.
Contoh yang lain lagi adalah, ada orang ingin membantu umat Muslim yang lain
dengan cara memposisikan diri sebagai amil zakat. Menjadi relawan amil zakat itu
tentu bagus. Tapi ketika ia tidak mempunyai ilmu tentang zakat yang cukup, zakat
bisa saja disalurkan kepada orang-orang yang tidak berhak. Dampak buruknya pun
merembet ke masyarakat. Oleh karena itu, bersemangat saja dalam beragama tidak
cukup. Perlu bekal ilmu untuk mengejawantahkan semangat itu. Semangat
beragama itu penting, tapi jangan sampai semangat agama seseorang melebihi
kapasitas keilmuannya.
Syekh al-Imam Burhanuddin melantunkan sebuah syair:
ِ
ٌ ِِّ‫اد َكبِْيٌ َعاِلٌ ُمتَ َهت‬
‫ك‬ ٌ ‫فَ َس‬
"Sebuah malapetaka jika ada orang alim (cerdikiawan) yang rusak."
ِ
ُ ‫َوأَ حك ََبُ ِمحنهُ َجاه ٌل ُمتَ نَ ِِّس‬
‫ك‬
"Namun lebih kacau lagi jika ada orang bodoh menjalankan ibadah."

ٌ‫يمة‬ ِ ‫ُُها فِتح نَةٌ ِيف الحعالَ ِم‬


َ ‫ْي َعظ‬
َ َ َ
"Kedua tragedi di atas merupakan tragedi yang sangat besar di seluruh alam."
ِ
ُ ‫ل َم حن ِبِِ َما ِيف ِدينِ ِه يَتَ َم َّس‬
‫ك‬
"Bagi orang yang berpegang teguh kepada agama."
Ma’asyiral hadhirin hafidhakumullah,
Ilmu akan membimbing seseorang pada semua gerak dan diamnya. Setiap aktivitas,
pembicaraan, dan sikapnya merupakan cerminan dari dari landasan ilmu yang
dimiliki. Dengan ilmu yang cukup, seseorang tidak akan mudah memvonis salah
atau bahkan memvonis kafir atau sesat kepada orang lain dari mereka yang ahli Lâ
ilâha illallâh.
Sebagian ulama salaf mengatakan

ِ ‫ قَ َّل اِنح َك ُارهُ َعلَى الن‬،ُ‫َم حن َكثَُر عِلح ُمه‬


‫َّاس‬
Artinya:
“Barangsiapa yang banyak ilmunya, perasaan tidak cocoknya kepada masyarakat
sedikit.”
Kondisi bermasyarakat tentu sangat beragam. Kemampuan dan kapasitas ilmu
mereka tak merata. Hal ini juga berdampak pada perbedaan mereka dalam
menyikapi suatu hal di sekitarnya. Kendatipun Allah menganugerahkan bekal otak
yang sama, nyatanya pemikiran-pemikiran yang keluar dari masing-masing mereka
bisa berbeda-beda. Kita tidak bisa menuntut semua orang mempunyai perilaku
sama dengan kita persis. Kita juga tidak bisa terlalu idealis, berharap semua umat
manusia tidak akan ada yang pernah melakukan kesalahan.
Imam Dzun Nun al-Mishri mengatakan:

ً‫ص حوما‬ ُّ ‫ص ححبَ ِة َم حن ََل ُُِي‬


ُ ‫ب أَ حن يََر َاك إََِّل َم حع‬ ‫ََل َخ ح َْي ِ ح‬
ُ ‫يف‬
Artinya: “Jangan kamu berteman dengan orang yang maunya hanya memandangmu
sebagai orang terjaga dari dosa.” Saat kita berteman dengan orang yang selalu
mengharapkan kita sebagai orang perfect (sempurna), kita akan menjadi orang
yang mudah ditinggalkan dan disepelekan. Melakukan kesalahan sedikit saja kita
bisa dicela habis-habisan. Di sinilah pentingnya orang memandang satu masalah
dengan keilmuan yang cukup. Bodoh itu berbahaya.
Pada masa khulafaur rasyidin, terdapat orang-orang yang terlalu bersemangat dan
khusyu’ beribadah, hafal al-Qur’an namun tidak mempunyai landasan agama
cukup. Akhirnya mereka selalu mengukur kebaikan sesuai dengan persepsi mereka.
Kelompok ini memandang, siapa saja yang tidak sesuai dengan pemahaman agama
mereka, berarti mereka sudah berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh Allah
dan Rasul-Nya. Mereka dikena sebagai kaum khawarij.
Kaum khawarij adalah orang yang tidak siap memandang sifat basyariyah (watak
kemanusiaan) yang dimiliki oleh Sayyidina Utsman. Utsman mengangkat pejabat
dari kerabatnya sendiri lalu didemo, dan pada akhirnya mereka membunuh Utsman
bin Affan karena dianggap tidak becus mimpin umat. Sayyidina Ali juga disalahkan.
Walaupun ia menantu Nabi, Ali dianggap tidak bisa memimpin. Akhirnya dibunuh.
Begitu pula Muawiyah juga dianggap salah karena diaggap bukan keturunan Nabi
berani memimpin umat. Amr bin Ash juga disalahkan. Pokoknya semua salah di
mata kaum khawarij. Yang mempunyai gerakan disalahkan kau khawarij sebab
dianggap gerakannya tidak sesuai Nabi. Orang yang diam juga dianggap salah
karena dianggap tidak punya gerakan. Di mata kaum khawarij, semua menjadi
salah.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Yusair bin Amr yang pernah
bertanya kepada Sahl bin Hunaif:

ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَحي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق‬


‫ ِيف اخلََوارِِج َشحي ئًا؟‬:‫ول‬ َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َِّب‬
ِ
َ ‫َه حل َْس حع‬
Apakah anda pernah mendengar Nabi ‫ ﷺ‬menjelaskan tentang Khawarij?

‫ َيَحُرقُو َن ِم َن‬،‫ َلَ ُُيَا ِوُز تَ َراقِيَ ُه حم‬،‫ج ِمحنهُ قَ حوٌم يَ حقَرءُو َن ال ُق حرآ َن‬ َ :‫ َوأ حَه َوى بِيَ ِدهِ قِبَ َل العَِر ِاق‬،‫ول‬
ُ ‫«َيحُر‬ ُ ‫ َِْس حعتُهُ يَ ُق‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬
» ‫الرِميَّ ِة‬ َّ ‫الس حه ِم ِم َن‬
َّ ‫وق‬ َ ‫ا ِإل حسالَِم ُم ُر‬
Sahl menjawab “Iya, saya pernah mendengarnya. Dan saya melihat tangan Nabi
menunjuk ke sudut arah Irak seraya berkata ‘Dari sana akan keluar kelompok
masyarakat yang membaca Al-Qur’an, bacaannya tidak melewati kerongkongannya.
Ia melepaskan dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. (HR
Bukhari: 6934) Dalam riwayat Muslim, Nabi memberikan ciri-ciri:

َ ‫ أ حَو ِم حن أ‬- ‫اخلَلح ِق‬


‫َشِِّر ا حخلَلح ِق‬ ‫«ه حم َشُّر ح‬
ُ :‫ال‬
َ َ‫َّحالُ ُق ق‬
َ ‫اه حم الت‬
ُ ‫يم‬
َ‫س‬
ِ

"Ciri-ciri mereka rambutnya dipotong. Lalu Nabi mengatakan, mereka adalah


makhluk yang palingn buruk."
Hadhirin hafidhakumullah
Dalam hidup bermasyarakat, kita harus membangun kecerdasan intelektual.
Kefahaman tentang agama ini sangat penting mengacu kepada pentingnya sifat
fathanah (cerdas) pada sifat Rasul sehingga dengan begitu, kita sebagai umat Islam
tidak mudah dibodohi, diadudomba dengan kelompok-kelompok lain. Kata
Sayyidina Umar, menyikapi orang khawarij yang gemar menyalahkan siapa saja yang
tidak sejalan, beliau sifati dengan ٌ‫َاصبَة‬
ِ ‫ام َلةٌ ن‬
ِ ‫ع‬َ "Orangnya suka beramal tapi
merepotkan."
Mereka tidak mau menerima fitrahnya manusia yaitu mahallul khatha’ wan nisyân,
tempatnya salah dan lupa. Sukarno kelirunya di sini, Suharto di sini, Gus Dur di sini,
BJ Habibi salahnya di sini. Indonesia thaghut, kelemahannya di sini. Semua
kesalahan orang mu’min tampak di mata dia tapi dia tidak pernah menyalahkan
setan, iblis, pencuri, pemabuk, prostitusi online dan lain sebagainya termasuk
dirinya sendiri. Jadi mereka lebih fasih menuduh kesesatan kepada orang baik yang
kontribusinya banyak kepada umat Islam namun ada celah sedikit, daripada
membuka suara kepada hal-hal yang jelas-jelas salah. Ini adalah perilaku khawarij.
Allah subhanahu wa ta’ala tidak memvonis siapa saja yang melakukan kesalahan
pasti masuk neraka selamanya. Karena Allah maha Pengampun:
َِ ‫الذنُوب‬ ِ َِّ ‫قُل َّي عِب ِادي الَّ ِذين أَسرفُوا علَى أَنح ُف ِس ِهم ََل تَ حقنَطُوا ِمن ر حْح ِة‬
‫َج ًيعا‬ َ ُّ ‫اَّلل إِ َّن هللاَ يَغحف ُر‬ ََ‫ح‬ ‫ح‬ َ َ‫ح َ َ َ َ ح‬
Artinya: “Katakan (Wahai Muhammad), hai para hamba-Ku yang berlebihan
terhadap pribadi mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa, semuanya” (QS Az-Zumar: 53).
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah mengatakan:

،‫تَظَالَ ُموا‬ ‫ت الظُّلح َم َعلَى نَ حف ِسي َو َحَّرحمتُهُ َعلَى عِبَ ِادي فَ َال‬
ُ ‫َحَّرحم‬
"Aku mengharamkan dzalim kepada Dzat-Ku. Dan Aku haramkan kedzaliman
kepada pada hamba-Ku. Maka janganlah kalian bertindak dzalim."

‫َّها ِر ُُثَّ يَ حستَ حغ ِف ُرِِن فَأَ حغ ِفَر لَهُ َوََل أ ََُبِل‬ ِ


َ ‫آد َم َُيحطيءُ َِبللَّحي ِل َوالن‬
َ ‫ُك ُّل بَِِن‬
"Setiap anak turun Adam akan melakukan kesalahan baik di malam maupun siang.
Kemudian dia meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuni dia dan saya
tidak peduli (jenis apa dosanya)" (Musnad Abi Dawud).
Dengan demikian kita tidak boleh memandang setiap pelaku maksiat pasti masuk
neraka, tidak ada celah pintu masuk surga. Rahmatnya Allah sungguh besar. Maksiat
seorang hamba itu sangat kecil dibanding rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
Begitu pula dalam bernegara, kita sebagai umat muslim Indonesia, dalam
memandang negara ini seharusnya kita pandang lebih banyak kelebihannya
daripada kekurangannya. Buktinya, segala bentuk amal ibadah termasuk shalat
jumat di mana-mana bebas dilaksanakan dan tidak ada larangan. Maka kita harus
berterima kasih terhadap hal itu meskipun ada sedikit kekurangannya di sebagian
sektor.
Hadirin..
Marilah kita berdoa bersama, semoga kita diberikan kehidupan yang rukun, damai,
sejahtera, bisa menjalankan ibadah dengan khusyu’ tanpa mendapatkan teror dari
saudara muslim kita sendiri. Semoga kelak kita meninggal dalam keadaan husnul
khatimah, amin Allahumma amin.

َُّ ‫ إِنَّهُ ُه َو‬.‫اْلَكِحي ِم‬ ِِّ ‫ وجعلَِِن وإِ ََّّي ُكم ِِبَا فِي ِه ِمن حاْلَّيِت و‬،‫آن الحع ِظي ِم‬ ِ
‫الَب‬ ‫الذ حك ِر ح‬ َ َ َ ‫ل َولَ ُك حم ِيف الح ُق حر َ ح َ َ َ ح َ ح ح‬ ‫ََب َرَك هللاُ ِ ح‬
‫اإلنح َسا َن‬ِ‫) إِ َّن ح‬١( ‫ص ِر‬ ِ َّ ‫طان‬
ِ ‫ أعوذُ َِبهللِ ِمن الشَّي‬.‫الرِحيم‬
‫ َوالح َع ح‬،‫ بسم هللا الرْحن الرحيم‬،‫الرجحيم‬ ‫َ ح‬ ُ ُ ‫ف َّ ح‬ ُ ‫الرُؤحو‬
َّ ‫اب‬ ُ ‫َّو‬
َّ ‫الت‬
‫ب ا حغ ِف حر‬
ِِّ ‫) َوقُ حل َر‬٣( ‫لص حَِب‬ َّ ‫اص حوا َِب‬
َ ‫اص حوا َِب حْلَ ِِّق َوتَ َو‬
ِ ِ َّ ‫) إََِّل الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا‬٢( ‫لَِفي خس ٍر‬
َ ‫الصاْلَات َوتَ َو‬ ََ َ َ ‫ُح‬
‫ْي‬ ِ ِ ‫وارحم وأَنحت أَرحم‬
َ ‫الراْح ح‬
ِّ ُ َ ‫َ ح َ ح َ َ ح‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫اَ حْلم ُد هللِ على إِحسانِِ‬
‫ك لَهُ‬ ‫لى تَ حوفحيق ِه َوا حمتِنَانِِه‪َ .‬وأَ حش َه ُد أَ حن َلَ الَهَ إَِلَّ هللاُ َوهللاُ َو حح َدهُ َلَ َش ِريح َ‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫حر‬
‫ُ‬ ‫ك‬‫الش‬
‫ُّ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫َ َ حَ‬ ‫َح‬
‫َص َحابِِه‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫أن سيِ َد ََن ُحمَ َّم ًدا عب ُده ورسولُه الدَّاعِي إَل ِر ح ِِ‬
‫ص ِِّل َعلَى َسيِِّد ََن ُحمَ َّمد ِو َعلَى اَله َوأ ح‬ ‫الله َّم َ‬
‫ض َوانه‪ُ .‬‬ ‫َ‬ ‫َح ُ َ َ ُ ح ُ‬ ‫َوأَ حش َه ُد َّ َ ِّ‬
‫ثْيا‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َو َسلِّ حم تَ حسلحي ًما ك ح ً‬
‫أ ََّما بَ حع ُد‬

‫َّاس اِتَّ ُقوا هللاَ فِحي َما أ ََمَر َوانحتَ ُه حوا َع َّما ََنَى َو حاعلَ ُم حوا أ َّ‬
‫َن هللاَ أ ََمَرُك حم ِِب حَم ٍر بَ َدأَ فِحي ِه بِنَ حف ِس ِه َوثَ ََن ِِبَآل ئِ َكتِ ِه‬ ‫فَياَ اَيُّ َها الن ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ال تَعاَ ََل إِ َّن هللاَ َوَمآلئِ َكتَهُ يُ َ ُّ‬ ‫بِ ُق حد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلُّ حوا َعلَحيه َو َسلِّ ُم حوا تَ حسلحي ًما‪ُ .‬‬
‫الله َّم‬ ‫آمنُ حوا َ‬ ‫لى النَِِّب آي اَيُّ َها الَّذيح َن َ‬ ‫صل حو َن َع َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ص ِل علَى سيِ ِد ََن ُحم َّم ٍد‪ ،‬وعلَى ِ ِ‬
‫ض اللَّ ُه َّم َع ِن‬‫ْي َو حار َ‬‫ك َوَمآلئ َكة الح ُم َقَّربِ ح َ‬ ‫ك َوُر ُسل َ‬ ‫آل َسيِِّدَنَ ُحمَ َّمد َو َعلَى اَنحبِيآئِ َ‬ ‫َ ِّ َ َ ِّ َ َ َ‬
‫الصحاب ِة والتَّابِعِْي و ََتبِعِي التَّابِعِْي ََلم َِبِحس ٍ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫احخللَ َف ِاء َّ ِ ِ‬
‫ان‬ ‫ح َ ُح ح َ‬ ‫الراشديح َن أَِِب بَ حك ٍر َوعُ َمر َوعُثح َمان َو َعلى َو َع حن بَقيَّة َّ َ َ َ ح َ َ‬ ‫ُ‬
‫ك َّي أَرحم َّ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اِ ََل ي وِم ِِّ‬
‫ْي‬
‫الراْح ح َ‬ ‫ض َعنَّا َم َع ُه حم بَر حْحَت َ َ ح َ َ‬ ‫الديح ِن َو حار َ‬ ‫َح‬
‫الله َّم أَعَِّز اح ِإل حسالَ َم‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫ْي َوالح ُم حسل َمات اََلَ ححيآء محن ُه حم َواحَلَ حم َوات‪ُ ،‬‬ ‫ْي َوالح ُم حؤمنَات َوالح ُم حسلم ح َ‬ ‫لله َّم ا حغف حر للح ُم حؤمن ح َ‬ ‫اَ ُ‬
‫اخ ُذ حل َم حن َخ َذ َل‬ ‫الشرَك والحم حش ِركِْي وانحصر عِباد َك الحمو ِح ِدين‪ ،‬وانحصر من نَصر ِِّ‬ ‫والحمسلِ ِم ِ َّ ِ‬
‫الديح َن َو ح‬ ‫ْي َوأَذل ِّ ح َ ُ ح َ َ ُ ح َ َ ُ َ ِّ ح َ ُ ح َ ح َ َ‬ ‫َ ُ ح حَ‬
‫الدي ِن وأَع ِل َكلِماتِك إِ ََل ي وم ِِّ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫الزَلَ ِزَل‬ ‫الديح ِن‪ُ .‬‬
‫الله َّم حادفَ حع َعنَّا احلبَالَءَ َواح َلوََبءَ َو َّ‬ ‫ك أ حَع َداءَ ِّ ح َ ح َ َ َ ح َ‬ ‫ْي َو َد ِِّم حر أ حَع َدائَ َ‬‫احملُ حسلم ح َ‬
‫عآمةً ََّي‬‫ْي َّ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫آصةً َو َسائ ِر احلبُلح َدان احملُ حسلم ح َ‬ ‫َت َواحملِ َح ِن‪َ ،‬ما ظَ َهَر ِمنح َها َوَما بَطَ َن‪َ ،‬ع حن بَلَ ِد ََن اِنح ُدونِحي ِسيَّا َخ َّ‬ ‫و ُس حوء اح ِلف َ ِ‬
‫َ َ‬
‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ حمنَا اَنح ُف َسنَا َوإِ حن َِلح تَ حغ ِف حر‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْي‪َ .‬ربَّنَا آتناَ ِِف الدُّنحيَا َح َسنَةً َوِِف احْلخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫ر َّ ِ‬
‫ب اح َلعالَم ح َ‬ ‫َ‬
‫لَنَا وتَر َْححنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن احخلَ ِ‬
‫اس ِريح َن‪.‬‬ ‫ح َ‬ ‫َح‬
‫شآء َوالح ُمحن َك ِر َواحلبَ حغ ِي يَعِظُ ُك حم‬ ‫تآء ِذي احل ُقرِب وي حن هى ع ِن احل َفح ِ‬ ‫ان وإِي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ح‬ ‫ح َ ََ َ َ‬ ‫عبَ َادهللا ! إِ َّن هللاَ ََيح ُم ُرََن َِبح َلع حدل َواح ِإل حح َس َ ح‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَِزحد ُك حم َولَ ِذ حك ُر هللاِ أَ حك َ حَب‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫لَ َعل ُك حم تَ َذكُرحو َن َواذح ُك ُروا هللاَ اح َلعظحي َم يَ حذ ُكحرُك حم َوا حش ُك ُرحوهُ َع َ‬

Anda mungkin juga menyukai