Sengsara
Khutbah Pertama
ب َو َع َم ٍل لِ َني ِْل َج ِمي ِْع ٍ ْار َكس َ َو َج َع َل ال ُّد ْنيا َ َد، َخلَقَ اِإل ْنسا َ َن لِعِبا َ َد ِت ِه، ب ِ ب َش ِد ْي ِد ال ِع َقا َّ غَاف ِِر، ب
ِ الذ ْن
ِ ب َو َق ِاب ِل ال َّت ْو ِ هلل ال َك ِري ِْم ال َّتوَّ ا َ َأ
ِ ِ لحمْ ُد
َأ َأ
الَّذِي َخلَقَ ْال َم ْوتَ َو ْال َح َيا َة لِ َي ْبلُ َو ُك ْم ُّي ُك ْم حْ َسنُ َع َمالً َوه َُو، ار َجزاَ ٍء ِِإل ْنجا َ ِز َث َو ِاب ِه َوعِ َق ِاب ِه َ َ َو َج َع َل اآلخ َِر َة د، ت َفضْ لِ ِه َو َنعْ ماَِئ ِه ِ َ فُيُوضا
ٍّ
.ُك ل ُه َوال َمعْ ب ُْو َد ِب َحق سِ َواهَ َ َ َ َّ َ َ َأ ُ ْ َأ َ
َ ش َهد نْ ال ِال َه ِاال هللاُ َوحْ َدهُ الش ِر ْي. لى َسوا ِب ِغ فضْ لِ ِه َواِحْ سا ِن ِه َ َ َ احْ َمدهُ ُسبْحان ُه َواشك ُرهُ َع، ْال َع ِزي ُز ْالغَ فو ُر
ُ ْ َ َ َ ُ َ ُ
ص ِّلَ اَلل ُه َّم. ُ َو ْش َه ُد نَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه الذِى اصْ ط َفاهُ َواجْ َت َباه. َُش َهادَ ًة َأ َّد ِخ ُر َها لِ َي ْو ٍم الَ َي ْن َف ُع فِ ْي ِه َش َفا َع ُة شاَف ٍِع ِاالَّ بِِإذ ِن َم ْوالَه
َّ َ َّ ُ َأ َأ ْ
از َمن َ هللا َت َعالَى َف َق ْد َف َ ِا َّتقُ ْوا، ُ َف َيا َأ ُّي َها ال َّناس. َأمَّا َبعْ ُد. ُص َرهُ َوا َّت َب َع هُدَ اه َ ك َو َرس ُْول َِك م َُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوََأصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َن َ َو َسلِّ ْم َعلَى َع ْب ِد
َّ ْ ْ ٌ َّ َ ْ ْ
ِإنَّ َوعْ َد. َواحْ ذر ُْوا ال َمعَاصِ ى َفِإن َها م ُْو ِج َبة لِلخِزيِ َوالن َدا َم ِة. ال الصَّال َِح ِة َتف ْوز ْوا ِب َس َعادَ ِة ال ُّدن َيا َواآلخ َِر ِة ُ ُ َأل
ِ َفاسْ َت ِعد ُّْوا ِبا عْ َم، ُاع ُه َوا َّت َقاه َ َأ َط
هَّللا ِ َح ٌّق َفالَ َت ُغرَّ َّن ُك ُم ْال َح َياةُ ال ُّد ْن َيا َوالَ َي ُغرَّ َّن ُك ْم ِباهَّلل ِ ْال َغرُو ُر
Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah swt. Kita berusaha
sekuat tenaga, untuk mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah, dan mencurahkan
sekuat tenaga pula, untuk tidak melakukan segala apa yang dilarang Allah swt. Hanya
dengan takwa itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
Semoga Allah swt selalu memberi pertolongan kita agar kita selalu dapat meningkatkan
kadar ketakwaan kita, hingga kita berada pada puncak ketakwaan yang sempurna ketika
kita kembali kehadirat Allah swt. Mati dengan khusnul khotimah. Amin.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Setiap manusia diciptakan Allah dalam keadaan suci, ia diberi kebebasan untuk berbuat apa
saja yang ia kehendaki, inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Hak Asasi Manusia
(HAM).
Dalam ajaran Islam, meskipun manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat apa saja
sesuai dengan kemauaannya, namun ia harus mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya setelah kehidupan di dunia ini.
Tidak hanya Islam, setiap agama baik Kristen, Hindu maupun Budha semuanya
mengajarkan pada pemeluknya tentang adanya kehidupan setelah kehidupan dunia ini,
Islam menamakan dengan alam akhirat dan Hindu/Budha menamakan dengan alam
nirwana. Semua agama juga mengajarkan bahwa di alam itulah manusia akan menemukan
kehidupan abadi, mendapatkan kebahagiaan dan kesengsaraan.
Agar manusia sukses dalam kehidupannya di dunia ini maka Allah mengirim seorang rasul
untuk menjelaskan rambu-rambu kehidupan yang harus di taati dan dilaksanakan, rambu-
rambu itu adalah:
1. Setiap manusia harus menyembah Allah, karena ia diciptakan secara hanif tunduk
kepada Tuhan.
)٨-7 : َف َمنْ َيعْ َم ْل م ِْث َقا َل َذرَّ ٍة َخيْرً ا َي َرهُ * َو َمنْ َيعْ َم ْل م ِْث َقا َل َذرَّ ٍة َش ًّرا َي َرهُ (الزلزلةBarangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasannya).
dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasannya) pula. Dalam kitab Jami’ al-Shaghir, al-Suyuthy
meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Jabir tentang wasiat Jibril kepada nabi,
wasiat tersebut adalah: ت َ َواعْ َم ْل َما شِ ْئ، ارقُ ُه ِ ك ُم َف َ َوَأحْ ِببْ َمنْ َأحْ َبب، ِّت
َ ْت َفِإ َّن َ عِ شْ َما شِ ْئ، َيا م َُح َّم ُد
َ ت َفِإ َّن
ٌ ك َمي
ك الَقِي ِه َّ
َ َفِإن.
Wahai Muhammad! hiduplah sekehakmu, tetapi ingatlah bahwa kamu akan mati. Cintalah
kepada siapa saja yang ingin engkau cintai, tetapi ingatlah bahwa engkau akan berpisah
dengannya. Berbuatlah sekehendakmu, tetapi ingatlah bahwa engkau akan menemukan
balasannya.
Kandungan hadist ini menurut al-Ghazaly mengingatkan kepada kita agar waras diri
terhadap tiga hal, yaitu:
Karena seberapa banyak harta yang kita miliki harta pasti akan ditingalkan. Jika semua
harta dunia itu akan kita tinggalkan maka sudah selayaknya harta itu tidak menjadi tujuan
hidup kita, tidak selayaknya kita menumpuk harta sebanyak-banyak tetapi kita hanya
mengambil secukupnya.
Sudah seharusnya harta itu kita jadikan untuk bekal kehidupan di akhirat. Dalam sebuah
hadits diriwayatkan bahwa suatu ketika nabi pernah berwasiat kepada Abi Dzarr: يا أبا ذر جدد
السفينة فإن البحر عميق وخذ الزاد كامال فإن السفر بعيد وخفف الحمل فإن العقبة كئود وأخلص العمل فإن الناقد بصير
Wahai Abi Dzarr perbaikilah perahu karena laut yang akan kamu karungi sangat dalam
(maksdunya niatlah yang baik dalam setiap perbuatanmu agar engkau mendapatkan pahala
dan selamat dari siksa neraka kelak di akhirat).
Ambilah bekal dengan sempurna karena perjalanan engkau tempuh sangatlah jauh
(maksudnya perbanyaklah amal ibadah untuk bekal karena perjalanan ke akhirat sangat
susah dan banyak rintangan).
Ringankan beban karena medan yang akan akan engkau tempuh sangat susah (maksudnya
janganlah banyak berbuat dosa karena akan menyusahkanmu). Murnikan amal karena dzat
yang mengintai kamu selalu waspada (maksudnya beramallah hanya karena Allah karena
hanya disisinya kamu akan menemukan balasannya).
Berkaitan dengah hal ini Abu Sulaiman al-Darani berkata: طوبى لمن طابت له خطوة واحدة فى عمره ال
يريد بها اال هللاSungguh bahagia bagi orang yang dalam umurnya punya suatu perbuatan yang
dimaksudkan hanya karena Allah Imam al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak
meriwayatkan bahwa nabi pernah mengajarkan doa yang sangat panjang kepada Ibnu
Umar, di antara doa itu adalah: اللهم ال تجعل مصيبتنا في ديننا و ال تجعل الدنيا أكبر همناYa Allah!
Janganlah Engkau jadikan bencana dalam masalah agamaku, janganlah Engkau jadikan
dunia sesuatu yang paling menyusahkanku
Sementara dua orang yang kafir menemukan kesengsaraan hidup, keduanya saling
bermusuhan, masing-masing menyalahkan yang lain mengapa mereka melakukan
maksiat dan berbuat dosa.
Kita harus beramal semata-sama karena Allah, karena hanya Allahlah yang akan membalas
amal perbuatan kita.
Namun sebagian yang lain melanggar rambu-rambu Allah sehingga ia hidup sengsara dan
harus menerima hukuman Allah.
Dalam sebuah hadits nabi bersabda bahwa ada empat ciri-ciri orang yang sengsara
dan bahagia dalam hidupnya.
وذكر، عالمة الشقاوة أربعة نسيان الذنوب الماضية وهي عند هللا تعالى محفوظة: صلى هللا عليه وسلم – أنه قال- عن النبي
ونظره الى من دونه فى الدين يقول هللا اردته ولم، ونظره الى من فوقه فى الدنيا، الحسنات الماضية وال يدرى أقبلت أم ردت
ونظره، ونظره الى من فوقه فى الدين، ونسيان الحسنات الماضية، وعالمة السعادة أربعة ذكر الذنوب الماضية. يردنى فتركته
الى من دونه فى الدنيا.
Tanda-tanda orang yang celaka itu ada empat.
Pertama, lalai/lupa terhadap dosa yang telah lalu/yang telah diperbuat padahal dosa itu
selalu ada disisi Allah.
Kedua, menyebut/selalu mengingat kebaikan yang lalu/yang telah diperbuat padahal dia
tidak mengetahui apakah kebaikan itu diterima atau ditolak oleh Allah.
Ketiga, melihat/mengagungkan orang yang di atasnya dalam masalah dunia. Keempat,
melihat/merendahkan orang yang di bawahnya dalam masalah agama. Allah berkata
kepada orang ini: (dengan perbutannmu itu) engkau mengharapkan pahala manusia bukan
mengharapkan pahala dari-Ku maka Aku meninggalkan kamu.
Adapun tanda-tanda orang yang bahagia dalam hidupnya juga ada empat.
ُ َواِ َذا قُ ِرَئ القُرْ آنُ فَا ْستَ ِمعُوْ ا لَه. َ َوهللاُ ُس ْب َحانَهُ وتعالى يَقُوْ ُل َوبِقَوْ لِ ِه يَ ْهتَ ِدى ال ُم ْهتَ ُدوْ ن. ك ال َعالَّ ِم ِ ِِإ َّن َأحْ َسنَ ال َكالَ ِم َكالَ ُم هللاِ ال َمل
ق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَ َم ْن َشا َء فَ ْليُْؤ ِم ْن َو َم ْن َشا َء فَ ْليَ ْكفُرْ ِإنَّا َأ ْعتَ ْدنَاُّ َوقُ ِل ْال َح. اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم. َصتُوْ ا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن ِ َواَ ْن
)29 :ت ُمرْ تَفَقًا (الكهف ْ س ال َّش َرابُ َو َسا َء َ لِلظَّالِ ِمينَ نَارًا َحاطَ بِ ِه ْم ُس َرا ِدقُهَا َوِإ ْن يَ ْست َِغيثوا يُغَاثوا بِ َما ٍء َكال ُم ْه ِل يَ ْش ِوي ال ُوجُوهَ بِْئ
ْ ْ ُ ُ َأ
َوتَقَبَّ َل ِمنِّى َو ِم ْن ُك ْم ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع. ت َوال ِّذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم ِ ك هللاُ ِلى َولَ ُك ْم فِى القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِى َواِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا َ بَا َر
ال َعلِ ْي ُم. ***