Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at

MERENUNGI PERJALANAN HIDUP MANUSIA


،‫اه ْم َن ْهـتَ ِدي‬ ُ ‫ َوبِ ُه َد‬،‫َس ى َو َن ْقتَ ِدي‬َّ ‫ بِ ِه ْم َنتَأ‬،‫اء‬ ِ ُّ ‫اص طََفى ِم ْن ِعبَ ِاد ِه‬
َ َ‫الر ُس َل َواألَنْبي‬ ْ ‫ َو‬،‫اء‬ َ َ‫َش ي‬
ْ ‫َّر األ‬ ِ
َ ‫ َخلَ َق ال َخ ْل َق َوقَ د‬،‫ْح ْم ُد هلل‬ َ ‫ال‬ 
َ‫ضـلِ ْل فَال‬ ِ ‫ من ي ْه ِد ِه اهلل فَالَ م‬،‫ُومن بِ ِه وأََتو َّكل َعلَْي ِه‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫أَحم ُده سبحانَه بِما هو لَه أ َْه‬
ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ُ ُ َ َْ ُ َ َ ُ ‫ َوأ‬،‫الح ْمد َوأُثْني َعلَْيه‬ َ ‫ـل م َن‬ ٌ ُ َ ُ َ ُ َ ُْ ُ َ ْ
ُ‫ أَْن َز َل َعلَْي ِه َربُّه‬،ُ‫اهلل َو َر ُس ولُه‬
ِ ‫َن س يِّ َدنَا ونَبَِّينَ ا مح َّم ًدا َع ْب ُد‬
َُ َ َ َّ ‫َش َه ُد أ‬ ْ ‫ َوأ‬،ُ‫يك لَه‬ َ ‫ َوأَ ْش َه ُد أَن الَّ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِر‬،ُ‫ي لَه‬ ِ
َ ‫َهاد‬
ِ ‫َص حابِ ِه أ‬ ِِ ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ ‫ال ُق رآ َن‬
،‫ين‬ َ ‫َج َمع‬ ْ َ ْ ‫لمو َعلَى آل ه َوأ‬ َ ‫ ص لى اهلل علي ه وس‬،‫ين‬ َ ‫ َو َج َع َل ِر َس الَتَهُ َر ْح َم ةً لل َْع الَم‬،‫ين‬َ ‫ين؛ بَالَغً ا ل َق ْوم َعاب د‬ َ ‫المب‬ُ
‫فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى اهلل فقد فاز المتقون‬ : ‫أ ََّما َب ْع ُد‬    ‫ين ل َُه ْم بِإ ْح َسان إِلَى َي ْوم الدِّيْ ِن‬ ِ ٍ ِِ
َ ‫َوالتَّابع‬
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu
juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh
ketundukan  dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad
untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali
mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui
mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh
memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali
komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah
komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:
‫ين‬ ِِ ُ ‫ك أُِم ْر‬
َ ‫ت َوأنا من ال ُْم ْسلم‬ َ ِ‫يك لَهُ َوبِ َذل‬
َ ‫ ال َش ِر‬ ‫ين‬ ِ ِّ ‫اي َو َم َماتِي لِلَّ ِه َر‬
َ ‫ب ال َْعالَم‬
ِ ُ‫إِ َّن صالتِي ون‬
َ َ‫سكي َو َم ْحي‬
ُ َ َ

“Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri”.

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia


Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin
Khathab ra bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa
walau hal itu merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu
sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka
sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang di
penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi:
“Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan
sangat berhati-hati, agar tak terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah
kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri
syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindari perbuatan syirik,
1
meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta berusaha
sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk
dan ikhlas.

Hadirin Jama’ah sholat jumat rahimakuullah


Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan
hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT. Usia
manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang
berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini.
Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang
kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang
yang tidak beriman. Allah berfirman:
‫ َواآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َوأ َْب َقى‬ . ‫الد ْنيَا‬
ُّ َ‫ْحيَاة‬ ِ
َ ‫بَ ْل ُت ْؤث ُرو َن ال‬
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)”.

Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan
tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat
tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan
bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah,
membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan
siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah
para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman.
Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan
menuju Allah SWT.

Hadirin Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah


Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan
karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang konsent
pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu
pengetahuan lainnya. Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu
kesungguhan mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya
yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun
juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.
Marilah kita renungi firman Allah berikut:

2
ِ ‫اد فِي اأْل َْر‬ َ ‫َح َس َن اللَّهُ إِل َْي‬ ِ ‫الد ْنيا وأ‬ ِ َ ‫صيب‬
ِ ِ ِ
‫ض‬ َ ‫ك َواَل َت ْب ِغ الْ َف َس‬ ْ َ َ ُّ ‫ك م َن‬
ْ ‫َحس ْن َك َم ا أ‬ َ َ‫س ن‬ َ ‫اك اللَّهُ الد‬
َ ‫َّار اآْل خ َرةَ َواَل َت ْن‬ َ َ‫يما آت‬َ ‫َو ْابتَ ِغ ف‬
‫ين‬ ِِ ُّ ‫إِ َّن اللَّهَ اَل يُ ِح‬
َ ‫ب ال ُْم ْفسد‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan)
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77)”.

Hadirin yang dimuliakan Allah


Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang
perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip ini
menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan
pertimbangan nilai akherat. Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat
bukan berarti dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal
akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan
akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin
bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat
itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia
akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan
dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan demikian manusia akan
terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah
ketenteraman hidup bersama di dunia ini.
Begitu juga dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia
untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya
tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang
menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang
pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada
orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan  berkata baik dalam pergaulan di kehidupan
sehari-hari.
Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya
terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan
meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun
ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.

3
Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat
kerusakan. Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang
kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang
merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan
masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang
sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja,
bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di
akherat kelak.

Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah


Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:
ِ َ‫ون يَا أ ُْولِي األَلْب‬
‫اب‬ ِ ‫الت ْقوى و َّات ُق‬ ِ َّ ‫وَتز َّو ُدواْ فَِإ َّن َخير‬
َ َ َّ ‫الزاد‬ َْ َ َ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)”.

Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah
haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di
padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan
dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang
arafah. Maka bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua
bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia
memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kend araaan dan sebagainya.
Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih
penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam Fachrurrozi dalam
dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:
Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatk an kita dari penderitaan
yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan
kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita
dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan
kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.
Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada
kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan

4
dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan
membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan
melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk
perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih
dekat dengan tujuan.
Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan
syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin
membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal.(Tafsir Ar-Raazi
5/168).
Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu
disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita
anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama
lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.

Rukun dua Al-Khutbah:


1. Khutbah Pertama

ِ ‫ات أ َْعمالِنَا من يه ِد ِه اهلل فَالَ م‬


‫ض ّل‬ ِ ‫اهلل ِمن ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا وسيئ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُ َْ ْ َ َ َّ َ َ ْ ُ ْ ‫إ ّن احْلَ ْم َد ِهلل حَنْ َم ُدهُ َونَ ْستَعْينُهُ َونَ ْسَت ْغفُرهُ َونَعُ ْوذُ ب‬
ِ ِ ْ ‫لَه ومن ي‬
ُ‫ي لَهُ أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ اهللُ َوأَ ْش َه ُد أَ ّن حُمَ ّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬
َ ‫ضل ْل فَالَ َهاد‬ ُ ْ ََ ُ
ِ
‫ان إِىَل َي ْوم ال ّديْن‬ ِ ِ ِ
ٍ ‫اَلَّلهم صل وسلّم على حُمَمد وعلى آله ِوأَصحابِه ومن تَبِعهم بِِإحس‬. ٍ
َ ْ ْ َُ ْ َ َ َ ْ ََ ّ َ ْ َ َ َّ ُّ
ِ ِ ِ
‫يَاأ َّي َها الّ َذيْ َن َآمُن ْوا اّت ُقوا اهللَ َح ّق ُت َقاته َوالَ مَتُْوتُ ّن إِالّ َوأَْنتُ ْم ُم ْسل ُم ْو َن‬

‫ أَُق ْو ُل َق ْويِل ْ َه َذا‬.‫الذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم‬


ِّ ‫ات و‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِ مِب‬ ِ ِ
َ َ‫ َونَ َف َعيِن ْ َوإيَّا ُك ْم َا فْيه م َن اْآلي‬،‫بَ َار َك اهللُ يِل ْ َولَ ُك ْم يِف الْ ُق ْرآن الْ َعظْي ِم‬
‫الر ِحْي ِم‬ ِ ِ ْ َ‫ات ف‬ ِ ‫وأَسَت ْغ ِفر اهلل الْع ِظيم يِل ولَ ُكم ولِسائِِر الْمسلِ ِم والْمسلِم‬ 
ّ ‫اسَت ْغفُر ْوهُ إنّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬ َ ْ ُ َ َ ‫َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ نْي‬

2. Khutbah kedua :

5
‫ات أ َْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن َي ْه ِد ِه اهللُ فَالَ‬ ‫اهلل ِمن ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا و ِمن سيِّئ ِ‬
‫َ ْ ََ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫إ َّن احْلَ ْم َد للَّه حَنْ َم ُدهُ َونَ ْستَعْينُهُ َونَ ْسَت ْغفُر ْه َو َنعُوذُ ب ْ ُ ْ‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ض َّل لَه ومن ي ْ ِ‬ ‫مِ‬
‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬
‫َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ‪.‬‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِريْ َ‬ ‫ضل ْل فَالَ َهاد َ‬ ‫ُ ََ ْ ُ‬ ‫ُ‬
‫الزادِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْحبِه‪ .‬أ ََّما َب ْع ُد؛ َف َق َال اللَّهُ َت َعاىَل ‪َ { :‬وَتَز َّو ُدوا فَإ َّن َخْيَر َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫السالَ ُم َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آله َو َ‬ ‫الصالَةُ َو َّ‬‫َو َّ‬
‫الت ْق َوى }‬ ‫َّ‬
‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫إِ َّن اهللَ َو َمالَئ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلُّ ْو َن َعلَى النَّيِب ِّ‪ ،‬يَا أَيُّهاَ الَّذيْ َن ءَ َامُن ْوا َ‬
‫َّك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‪َ .‬وبَا ِر ْك َعلَى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ت َعلَى إِْبَراهْي َم َو َعلَى ِآل إِْبَراهْي َم‪ ،‬إِن َ‬ ‫صلَّْي َ‬‫ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫َّك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ت َعلَى إِْبَراهْي َم َو َعلَى ِآل إِْبَراهْي َم‪ ،‬إِن َ‬ ‫‪.‬حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد َك َما بَ َار ْك َ‬

‫‪Bagian doa :‬‬


‫اللَّه َّم ا ْغ ِفرلَنَا ذُنُوبنَا و ذُنُوب والِ َدينَا وارمَح هما َكما ربَّيانَا ِصغَارا اَللَّه َّم ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِم والْمسلِم ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ْ ُ ْ نْي َ َ ُ ْ َ‬ ‫ً ُ‬ ‫ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫َّك مَسِ يع قَ ِريب جُمِ يب ال ّدعو ِ‬
‫ات‬ ‫ِ ِ‬ ‫ات اْأل ِ ِ‬ ‫والْم ْؤ ِمنِ والْم ْؤ ِمنَ ِ‬
‫َحيَاء مْن ُه ْم َواْأل َْم َوات‪ ،‬إن َ ْ ٌ ْ ٌ ْ ُ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ نْي َ َ ُ‬
‫َّك ر ُؤ ٌ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫يِف‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫يم‬
‫وف َّرح ٌ‬ ‫ين َآمنُوا َربَّنَا إن َ َ‬ ‫ين َسَب ُقونَا باإْلِ ميَان َواَل جَتْ َع ْل ُقلُوبِنَا غاّل ً لِّلَّذ َ‬ ‫َربَّنَا ا ْغف ْر لَنَا َوإِلِ ْخ َواننَا الذ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ مَّل ِ‬
‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَن ُف َسنَا َوإن ْ َت ْغف ْر لَنَا َوَتْرمَحْنَا لَنَ ُكونَ َّن م َن اخْلَاس ِر َ‬
‫ين‬
‫َخر ِة حسنَةً وقِنَا ع َذاب النّا ِر‪ .‬واحْل م ُد لِلَّ ِه ر ِّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ني‬
‫ب الْ َعالَم َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ‬ ‫‪َ .‬ر َبنَا ءَاتنَا يِف ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َويِف اْأل َ َ َ َ َ َ‬
‫تسليما َك ْثيًرا وآخر َد ْع َوانَا هلل َرب الْ َعالَمنْي َ‬ ‫وسلم َعلَى حُمَمد ً‬ ‫صلى اهلل َ‬ ‫َو َ‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai