Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat: Ramadhan


Madrasah Yang Agung
Khutbah Jumat: Ramadhan Madrasah Yang Agung ini merupakan rekaman khutbah

Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

KHUTBAH PERTAMA TENTANG RAMADHAN MADRASAH


YANG AGUNG
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita sebuah madrasah
yang agung, yaitu bulan Ramadhan ini. Yang apabila seseorang berpikir dan
memikirkan dengan baik-baik tentang bulan Ramadhan yang telah kita lewati dan
sekarang kita berada di penghujungnya, maka akan kita dapati banyak sekali manfaat
yang bisa kita rasakan, terutama untuk hati kita dan keimanan kita. Karena
sesungguhnya Ramadhan mendidik kita agar senantiasa bertakwa kepada Allah,
senantiasa sabar di atas ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan maksiat
kepada Allah dan sabar menghadapi berbagai macam ujian; kelaparan, kehausan,
demikian pula susahnyanya kita berpuasa di siang bulan Ramadhan.

Dengan seperti itulah setelah Ramadhan kita bisa berusaha sabar diatas ketaatan
kepada Allah. Setelah Ramadhan pun kita berusaha sabar untuk meninggalkan maksiat
kepada Allah, setelah Ramadhan pun kita berusaha untuk sabar menghadapi ujian dan
cobaan yang akan menimpa kita.

Saudaraku.. Ramadhan mengajarkan kepada kita kejujuran dalam keimanan. Dimana


kita benar-benar jujur bahwa kita berpuasa memang mengharapkan ridha Allah, bukan
ridha manusia. Lihatlah ketika kita sendiri tidak ada orang yang melihat, kita pun tidak
berani untuk berbuka, kita tidak berani untuk membatalkan puasa kita. Bukankah itu
menunjukkan bahwa kita memang jujur karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika
berpuasa?

Maka demikian pula saudaraku.. Yang diharapkan setelah Ramadhan. Walaupun kita
sendirian, tapi kita tidak berani untuk memaksiati Allah ‘Azza wa Jalla. Walaupun tidak
ada manusia yang melihat, tapi kita yakin Allah yang melihat kita. Dan tidak ada yang
tersembunyi bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan apa yang ada dalam dada-dada
kita.
Ramadhan mendidik kita agar kita menjadi orang yang terbiasa di atas kebaikan.
Membiasakan dengan berbagai macam amalan-amalan shalih; membaca Al-Qur’an,
bersedekah, berpuasa, shalat malam dan yang lainnya. Sehingga akhirnya kebiasaan-
kebiasaan ini yang diharapkan setelah Ramadhan adalah sesuatu yang bisa senantiasa
kita lakukan.

Ramadhan mendidik kita untuk mempunyai jiwa dermawan. Agar kita memperhatikan
orang-orang fakir miskin, agar kita mau berbagi dengan orang-orang susah. Karena
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk
meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadhan.

Lihatlah betapa banyaknya -Alhamdulillah- kaum muslimin yang semangat untuk


bersedekah di bulan Ramadhan mengharapkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla dan
mengharapkan pahala yang lebih besar disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sungguh ini pendidikan yang sangat luar biasa. Bagi siapapun yang mau berpikir dan
berakal, maka akan tampaklah hikmah-hikmah yang agung daripada syariat bulan
puasa Ramadhan ini.

Dibandingkan dengan mudharat kelaparan sangat sedikit sekali. Justru kelaparan yang
kita rasakan ini tiada lain adalah untuk maslahat yang lebih besar dari itu.

Saudaraku.. Karena siapapun orang yang mempunyai akal pikiran ia akan dapatkan
bahwa semua perintah Allah pasti maslahat, pasti mengandung hikmah yang agung dan
besar. Dan semua yang Allah larang pasti itu menimbulkan mudharat baik cepat
ataupun lambat. Namun itu hanyalah untuk orang-orang yang berfikir.

Adapun orang-orang yang tidak berfikir dan hanya memikirkan syahwat saja, yang ia
pikirkan hanya dunia saja, ia tidak akan merasakan manfaat-manfaat yang besar
tersebut. Dia hanya akan menganggap Ramadhan sebagai sebuah beban dalam
hidupnya. Sehingga ia bagaikan keledai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan
dalam Al-Qur’an:

ِ ‫ين ُح ِّملُوا التَّ ْو َراةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم‬
‫ار يَحْ ِم ُل‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ‬
…‫َأ ْسفَارًا‬
“Perumpamaan orang yang diberikan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak
membawanya dengan semestinya, bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab
besar…” (QS. Al-Jumu’ah[62]: 5)
Keledai tidak tahu apa yang ada di atas punggungnya, kedai tidak pernah mau
mengetahui apa yang ada di atas punggungnya berupa kitab suci tersebut. Tapi keledai
menganggap yang ada di punggungnya ini hanyalah beban buat dirinya saja.
Sungguh ini pendidikan yang sangat luar biasa. Bagi siapapun yang mau berpikir dan
berakal, maka akan tampaklah hikmah-hikmah yang agung daripada syariat bulan
puasa Ramadhan ini.

Dibandingkan dengan mudharat kelaparan sangat sedikit sekali. Justru kelaparan yang
kita rasakan ini tiada lain adalah untuk maslahat yang lebih besar dari itu.

Saudaraku.. Karena siapapun orang yang mempunyai akal pikiran ia akan dapatkan
bahwa semua perintah Allah pasti maslahat, pasti mengandung hikmah yang agung dan
besar. Dan semua yang Allah larang pasti itu menimbulkan mudharat baik cepat
ataupun lambat. Namun itu hanyalah untuk orang-orang yang berfikir.

Adapun orang-orang yang tidak berfikir dan hanya memikirkan syahwat saja, yang ia
pikirkan hanya dunia saja, ia tidak akan merasakan manfaat-manfaat yang besar
tersebut. Dia hanya akan menganggap Ramadhan sebagai sebuah beban dalam
hidupnya. Sehingga ia bagaikan keledai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan
dalam Al-Qur’an:

ِ ‫ين ُح ِّملُوا التَّ ْو َراةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم‬
‫ار يَحْ ِم ُل‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ‬
…‫َأ ْسفَارًا‬
“Perumpamaan orang yang diberikan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak
membawanya dengan semestinya, bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab
besar…” (QS. Al-Jumu’ah[62]: 5)
Keledai tidak tahu apa yang ada di atas punggungnya, kedai tidak pernah mau
mengetahui apa yang ada di atas punggungnya berupa kitab suci tersebut. Tapi keledai
menganggap yang ada di punggungnya ini hanyalah beban buat dirinya saja.

Saudaraku.. Maka dari itu jadilah kita hamba-hamba Allah yang senantiasa taat setelah
Ramadhan nanti. Jadilah kita seorang hamba yang benar-benar jujur dalam keimanan
kita kepada Allah setelah Ramadhan.

Jangan sampai saudaraku.. Ramadhan meninggalkan kita, ternyata kita tinggalkan juga
ibadah-ibadah yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan. Sungguh ini manusia yang
sangat buruk sekali. Dia kenal Allah hanya di bulan Ramadhan, setelah Ramadhan lepas
ia tidak lagi kenal kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ia kembali kepada maksiatnya, kembali
kepada syahwatnya, kembali kepada pengingkaran ia kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Saudaraku.. Maka inilah kita bergembira.. Setelah Ramadhan ini kita bersyukur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon kepada Allah kekuatan agar Allah berikan
kepada kita istiqamah di atas ketaatan.

KHUTBAH KEDUA RAMADHAN MADRASAH YANG AGUNG


Di antara kasih sayang Allah di penghujung Ramadhan ini, Allah syariatkan ibadah lain.
Yaitu ‫( زكاة الفطر‬zakat fithr). Untuk apa Allah mensyariatkan zakatul fithr, saudaraku?
Abdullah bin Abbas berkata:

ِ ‫الفطر طُهرةً للص‬


‫َّائم‬ ِ َ‫فرض رسو ُل هَّللا ِ صلَّى هَّللا ُ عل ْي ِه وسلَّ َم َزكاة‬
َ
‫للمساكين‬
ِ ً‫ث وطعمة‬ ِ ‫غو والرَّف‬ ِ َّ‫من الل‬
َ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewajibkan zakat fithr untuk mensucikan
orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan ucapan yang tidak baik, dan
sebagai makanan untuk fakir miskin.

Lihatlah ‘Abdullah bin Abbas menyebutkan tentang hikmah yang agung daripada
disyariatkannya zakat fithr. Ternyata zakat fithr adalah bentuk kasih sayang Allah
kepada orang-orang yang berpuasa.

Allah tahu pastinya ketika berpuasa kita tidak lepas dari perbuatan yang sia-sia. Allah
tahu pastinya ketika kita puasa tidak akan lepas dari sedikit kesalahan. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala ingin mensucikan puasa orang-orang yang berpuasa itu dengan
adanya zakat fithr. Allah sucikan mereka dari perbuatan yang sia-sia, Allah sucikan
mereka dari ucapan yang tidak baik. Sehingga semakin sempurna puasa kita di sisi
Allah ‘Azza wa Jalla.

Bukankah itu menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita?
Meminta sedikit dari harta kita untuk mengeluarkan beras 3 kg. Tapi ternyata diberikan
oleh Allah balasan yang lebih besar dari itu. Allah sucikan puasa kita. Dan inilah
Subhanallah menimbulkan jiwa sosial kepada diri kita, memberi makan fakir miskin.

Kita pun bersama kaum muslimin yang lainnya bergembira. Orang-orang yang lapar di
malam itu pun kita berikan makanan agar mereka pun keesokan harinya bergembira
dengan hari raya. Itulah kebersamaan yang diajarkan oleh Islam.

Betapa agungnya agama ini, saudaraku. Maka kita mohon kepada Allah agar Allah
senantiasa memberikan istiqamah di atas Islam dan iman. Kita memohon kepada Allah
agar Allah menerima amal ibadah kita selama di bulan Ramadhan ini. Dan tentunya
yang sangat kita mohon dan harapkan adalah kita keluar dari bulan Ramadhan dalam
keadaan mendapatkan ampunan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan kita pun termasuk
orang-orang yang dibebaskan dari api neraka.

Anda mungkin juga menyukai