Anda di halaman 1dari 4

Biorafi Abdullah bin amr

Ada dua yang mirip yang Satu nya Umar yang satunya Amr kalau di dalam bahasa arab di
bedakan kalau umar itu tidak ada waw nya kalau amr itu setelah ro ada waw nya dan dua
duanya sama sama sahabat nabi, yang kita bhasa pada makam hari ini Abdullah bin amr, siapa
nama lengkapnya, Nama lengkapnya Abdullah bin amr bin al ash, sebelum masuk ilsam
Abdullah ini namanya Al ash kayak nama kakek nya, orang arab punya kebiasaaan menamai
anaknya seperti nama kakeknya, akan tetapi al ash ini punya makna yg kurang baik, ASsin
artinya adalah orang yang berbuat maksiat, ketika al ash masuk islam Nabi perintahkan beliau
agar merubah namanya jadi Abdullah, kenapa dirubah namanya jadi abdullah karena namanya
yg lama mengandung makna yg kurang baik, Nah setelah masuk islam Abdullah bin amr ini
orag yang snagat rain ngaji, ngaji disini maskdunya yg rajin mengahdiri kajiannya Rasulullah,
sehingga banyak sekali hadits yg di riwayatkan oleh beliau, Selam aini ketika kita mendengar
nama yg paling banyak meriwayatkan hadis yg terlintas di benak kita Abu Hurairah, tapi
ternyata Abu Hurairah pernah berkata

ِ ‫ إاَّل ما كا َن ِمن‬، ‫مل يكن أحد من أصحاب النيب صلَّى اهلل عليه وسلَّم أ ْكثر ح ِديثا ِميِّن‬
‫عبد اللَّ ِه ب ِن‬ ً َ ََ َ ُ َ ِّ
‫ب‬
ُ ُ‫ب واَل أ ْكت‬ ُ ُ‫ع ْم ٍرو؛ فإنَّه كا َن يَكْت‬.
َ

Tidak ada satupun di antara sahabat Nabi yang hadis nya lebih banyak dariku, beliau
sampaikan ini bukan dalam rangka sombong, beliau menyampaikan ini kepada murid nya
supaya muridnya semangat dlam belajar, ( baca hadis di atas) keculai satu orang yang lebih
banyak dari ku hadis nya siapa , Abdullah bin amr, kok bisa seperti itu

‫ب‬
ُ ُ‫ب واَل أ ْكت‬
ُ ُ‫فإنَّه كا َن يَكْت‬.

Karena Abdullah bin amr nulis dan aku tidak nulis, siapa yg tidak nulis ? Abu Hurairah.

Ini kelebihannya Abdullah bin amr, beliau tulis karena memang beliau izin kepada Nabi, jadi
awalnya tidak di izin kan untuk di tulis karena khwatir tercampur dg Al-QUR'AN, akan tetapi
Abdullah bin amr bin ash ini minta izin kepada Nabi, ‫يا رسول هللا أكتب ما أسمع منك‬

Wahai Rasul apakah engkau izinkan engkau aku menulis semua yg keluar dari lisan mu Faqola
Naam, kemudian beliau berkata lagi,

‫في الرضا والسخط‬


"Boleh aku menulis ketika engkau sedang marah dan ketika sedang marah, maksudnya ketika
engkau sedang emosi atau ketika sedang tidak emosi apakah boleh aku tulis,

‫ال ينبغي يل أن أقول يف ذلك إال حقا‬


Dalam kondisi apapun aku tdk akan mengucapkan dari lisanku keculai sesuatu yg
benar, Hadist riwayat Ahmad menyatakan shahih isnadnya oleh imam al hakim dan
imam adzahabi. sangking rajinya beliau nulis sampe beliau puny abuku khusus di kenal
dg ahli sejarah dengan Assyahifah Assadiqah lembaran lembaran yg pasti benar apa
isinya.

Kepatuhan Abdullah bin amr kepada ayah nya

Maka, terjadilah perang antara dua kelompok kaum muslimin. Peperangan pertama,
yaitu Perang Jamal, berlangsung kemudian usai.

Setelah itu dilanjutkan dengan Perang Shiffin. Saat itu, Amr bin Ash memilih berpihak
kepada Mu’awiyah.
Amr mengetahui bahwa anaknya, Abdullah, sangat dihormati dan dipercaya oleh kaum
muslimin.

Maka, ia bermaksud mengajak anaknya di barisan Mu’awiyah, karena akan sangat


menguntungkan bagi pihak Mu’awiyah.

Selain itu, ia berharap banyak terhadap kepiawaian berperang Abdullah. la tahu kiprah
anaknya pada peristiwa pembebasan wilayah Syam dan Perang Yarmuk.

Ketika Amr hendak berangkat ke Shiffin, ia memanggil Abdullah anaknya, dan berkata
kepadanya, “Abdullah, bersiaplah untuk berangkat. Kamu akan ikut berperang di pihak
kami.”

Abdullah menjawab, “itu tidak mungkin! Rasulullah telah berpesan kepadaku agar aku
tidak membunuh sesama muslim.”

Dengan kecerdikannya, Amr terus berusaha meyakinkan anaknya.

la menjelaskan bahwa keberangkatan ini bertujuan agar para pembunuh Utsman


dijatuhi hukuman.

Amr mengeluarkan senjata pamungkasnya, “Abdullah, masih ingatkah kamu akan


pesan Rasulullah ketika tanganmu ditaruh di atas tanganku. Beliau bersabda, ‘Taatilah
ayahmu’? Sekarang, aku menyuruhmu berangkat dan berperang di pihak kami.
Abdullah berangkat demi ketaatannya kepada sang ayah. la bertekad untuk tidak ikut
menghunus senjata dan tidak membunuh sesama muslim.
Di awal pertempuran antara kelompok Ali dan kelompok Mu’awiyah, Ammar naik ke
tempat yang agak tinggi dan berseru, “Hari ini kita akan berjumpa orang-orang tercinta,
yaitu Rasulullah dan para sahabatnya.

Beberapa orang dari kelompok Mu’awiyah sepakat untuk membunuhnya. Mereka


membidikkan anak panah mereka dan berhasil mengangtarkan ‘Ammar ke dunia para
syuhada, Berita terbunuhnya ‘Ammar menyebar sangat cepat Abdullah tercengang
penuh kemarahan, “Apa? ‘Ammar terbunuh dan kalianlah pembunuhnya? Kalau begitu,
kalianlah para pembangkang. Kalian berperang di jalan yang sesat.”

Abdullah berkeliling di antara pasukan Mu’awiyah, memberikan peringatan,


mengendurkan semangat mereka, dan menyatakan bahwa mereka adalah para
pembangkang karena telah membunuh ‘Ammar, di mana 27 tahun yang lalu, di
hadapan para sahabat, Rasulullah telah mengabarkan bahwa ia akan dibunuh oleh para
pembangkang.

Ucapan Abdullah itu disampaikan kepada Mu’awiyah. Maka, ia segera memanggil Amr
dan anaknya (Abdullah).

Abdullah menjawab, “Aku tidak gila. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda
kepada ‘Ammar, ‘Kamu akan dibunuh oleh kelompok pembangkang.”

Mu’awiyah berkata kepadanya, “Mengapa kamu berada di pihak kami?” Abdullah


menjawab, “Karena Rasulullah menyuruhku patuh kepada ayah. Aku telah
mematuhinya, tetapi aku tidak ikut berperang.

Di saat mereka sedang berbincang-bincang seperti itu, seseorang masuk-memintakah


izin menghadap untuk laki-iaki pembunuh ‘Ammar.

Abdullah langsung berseru, “Izinkan dia masuk dan sampaikan kepadanya bahwa
neraka menunggunya.”

Mu’awiyah tidak bisa menahan kemarahannya. la berkata kepada Amr, “Tidakkah kau
dengar perkataannya?”

Sebaliknya, dengan tenang dan damai, begitulah sifat orang-orang yang bertakwa,
Abdullah menegaskan kepada Mu’awiyah bahwa yang dikatakannya adalah benar dan
orang yang membunuh Ammar adalah para pembangkang.

la menoleh kepada ayahnya dan berkata, “Seandainya Rasulullah tidak menyuruhku


patuh kepada Ayah,’ pasti aku tidak mengikuti perjalanan ini.”
Mu’awiyah dan Amr keluar memeriksa pasukan. Alangkah terkejutnya mereka ketika
mengetahui bahwa semuanya membicarakan nubuwat Rasulullah terhadap Ammar,
“Kamu akan dibunuh oleh kelompok pemberontak. ”

Amr dan Mu’awiyah merasakan bahwa desas-desus itu akan memicu pembangkangan
terhadap Mu’awiyah.

Maka, mereka memikirkan suatu musilihat. Mereka mendapatkannya laiu


melontarkannya kepada segenap pasukan.

Keduanya berkata, “Benar Rasulullah pernah mengatakan kepada ‘Ammar bahwa la


akan dibunuh oleh kelompok pembangkang. Nubuwat Rasulullah itu benar dan buktinya
sekarang ‘Ammar telah dibunuh,

Nah, siapakah sebenarnya yang telah membunuhnya? Pembunuhnya tidak lain adalah
orang-orang yang mengajaknya ikut berperang.”

Dalam suasana kacau-balau ini, berbagai logika mudah diterima. Begitulah penjelasan
Mu’awiyah dan Amr langsung diterima oleh para pengikutnya. Maka, pertempuran
kembali dimulai.

Sedangkan Abdullah bin Amr kembali ke masjid dan ibadahnya. la mengisi hidupnya
hanya dengan ibadah.

Akan tetapi, keterlibatannya di Perang Shiffin selalu membuatnya gundah. Setiap kali ia
mengingatnya, ia langsung menangis, “Mengapa aku harus terlibat di Perang Shiffin?
Mengapa aku harus terlibat dalam perang sesama kaum muslimin?”

Anda mungkin juga menyukai