Anda di halaman 1dari 11

Cerita Sahabat Nabi Muhamamad

Abdurrahman bin Auf

Cahya Ramadhan
201710330311177
Kelahiran
Tepatnya 10 tahun dari tahun gajah, lahirlah seorang putra yang mulia
pada kabilah bernama Zuhrah bin Kilab. Dengan kelahiran bayi tersebut seluruh
dari kabilah merasa senang dan bahagia.
Nama lengkap dari anak tersebut adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul
Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luayyi Al-Quraisy Az-Zuhri. Jadi
ayahnya bernama Auf, sedang kakeknya bernama Abdul Harits.
Adapun ibunya bernama Asy-Syifa yang mana ia juga jalur keturunan dari
Zahrah bin Kilab. Ia juga memeluk agama Islam dan ikut hijrah bersama kaum
muslimin lainnya.
Hari berganti hari, Abdurrahman dididik dengan sifat-sifat mulia dari
ayahnya sehingga mampu menjadikan ia sebagai anak yang memiliki sifat
dermawan, bijaksana, setia dan tak menyalahi janji serta pemberani.
Di masa mudanya Abdurrahman tumbuh sebagai anak yang memiliki sifat toleransi
yang tinggi pada sesamanya dan mampu menjaga diri dari hal hal yang buruk dari
sukunya, terutama usahanya berpaling dari menyembah berhala.
Nama Abdurrahman sendiri sebenarnya bukan nama yang ia dapat dari
suku maupun ayahnya karena nama tersebut merupakan pemberian dari Nabi saw.
Sebelumnya ia bernama Abdul Harits, Abdu Amrin atau pun Abdul Kabah.
Ciri Fisik
Diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang yang
memiliki wajah yang tampan, kulitnya berwarna kemerah-
merahan, rambutnya tidak beruban, tangannya tampak
besar dan demikian pula jari-jarinya, sedang kakinya
tampak pincang karena beliau terkena serangan musuh
saat ikut dalam perang Uhud.
Masa Hijrah
Karena situasi keamanan umat muslim di Makkah
waktu itu tidak mendukung akibat tindakan kaum kafir
Quraisy yang sering menyiksa dan menyakiti kaum muslim
yang lemah, akhirnya Abdurrahman bin Auf beserta muslim
lainya mendapat izin Nabi saw. untuk hijrah ke Habsyah, yakni
negeri yang dikepalai oleh Raja Najasyi yang berhati baik.
Keberangkatan beliau hijrah ke negeri tersebut bukanlah hal
yang mudah karena perjalanan dilalui menggunakan laut,
sedang keadaan perahu waktu itu belum sebagus sekarang.
Diketahui bahwa Abdurrahman tidak lama berada di
Habasyah, ia kemudian kembali ke Makkah, dan pada saat
terjadi hijrah besar-besaran ke Madinah, beliau juga ikut dan
mejalani hidup bahagia di sana.
Perang Membela Islam
Abdurrahmana bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi yang
memiliki kedudukan yang tinggi dalam perang. Nabi pernah memilihnya
untuk memimpin 700 pasukan menuju daumatil Jandal pada tahun ke-6
Hijriyah.
Sebelum berangkat, Nabi sendiri yang mengenakan surban di
kepalanya dan berkata kepadanya,Berjalanlah dengan menyebut nama
Allah!
Sesampainya di tempat tujuan, beliau lalu mengajak kepada
penduduknya untuk memeluk agama Islam (sebanyak tigak kali), namun
mereka menolak. Akhirnya, melakukan serangan yang akhirnya
memperoleh kemenangan. Adapun pimpinan dari kaum tersebut, Al-
Ashbagh bin Amrin Al Kulayyi, yang beragama Nasrani akhirnya
menyerahkan diri dan masuk Islam.
Dan setelah mengabarkan kemenangannya pada Nabi, ia pun
akhirnya diperintahkan untuk menikah dengan Tumadlir binti Ashbagh yang
kemudian dikaruniai seorang putra bernama Abu Salamah bin
Abdurrahman.
Perang Membela Islam
Dalam perang Uhud sendiri Abdurrahman mengalami banyak tusukan dan
sabetan pedang dan bila dihitung kurang lebih ada sekitar 21 bekas luka di
tubuhnya berkat perang tersebut. Selain itu kakinya juga pincang karena mendapat
musibah pada perang tersebut.
Adapun dalam perang Tabuk, yakni perang tandingan antara kaum
Romawi dengan umat Muslim, kisah Abdurrahman bin Auf juga terukir di
dalamnya. Beliau termasuk salah seorang yang memberikan sumbangan yang besar
dalam persiapan perang umat muslim yang pada saat itu sedang mengalami masa
sulit. Harta yang ia sumbangkan banyak sekali, bahkan sampai ribuan dirham.
Peristiwa yang juga tercatat dalam sejara pada perang Tabuk ini adalah
saat kaum muslimin sudah sampai antara Al-Hijr dan tabuk dan hendak
melaksanakn salat subuh, namun karena waktu itu Nabi belum hadir karena
mencari Wudhu, sedang waktu sudah akan beranjak pagi, hingga akhirnya kaum
muslimin mempersilahkan Abdurrahman bin Auf untuk memimpin salat. Akan
tetapi, di tengah mengerjakan salat Nabi akhirnya datang dan ikut salat pada rakaat
terakhir. Setelah salam selesai, Nabi kemudian melanjutkan salatnya. Setelah
selesai salat, Nabi lalu berbalik ke ummat dan bersabda : Sungguh kamu semua
memperoleh kebenaran dan kebaikan. Ya, karena mereka memilih mengerjakan
salat tepat waktu
Seorang yang ahli hukum
Abdurrahman dalam hidupnya banyak bersam Nabi saw, itulah
sebabnya ia menjadi salah seorang yang banyak menghafal hadis yang
langsung diucapkan oleh Nabi maupun dari segal tindak tanduk Nabi.
Abdurrahman digolongkan sebagai salah satu ulama besar dan juga sahabat
Nabi oleh sebagian sahabat. Ia biasa menjadi ahli fatwa, bahkan ketika masa
nabi masih hidup.
Pernah suatu ketika terjadi wabah penyakit di negeri Syam. Para
sahabat waktu itu berselisih soal apakah tetap berada di tempat tersebut
atau pergi agar tak terjangkiti penyakit. Waktu itu Umar mengikuti
pendapat untuk kembali ke tempat tersebut. Namun, ketika Abdurrahman
tiba ia lalu berkata bahwa ia tahu duduk persoalannya lalu membacakan
hadis yang mana Nabi pernah bersabda, Bila di suatu tempat atau daerah
terjadi suatu bala maka janganlah kamu semua mendatanginya dan bila
malapetaka itu berada di situ, maka janganlah kamu semua keluar
meninggalkannya.
Selain itu, Umar bin Khatthab ra. juga pernah menggunakan
pendapat beliau dalam hal memberi khukuman pada peminum khamr,
yakni dengan delapan puluh kali dera.
Rasa takutnya kepada Allah dan sikap
kedermawanan
Pernah suatu ketika Abdurrahman bin Auf ra. mengeluh pada
ibunya bahwa ia khawatir kalau kekayaannya dapat menghancurkannya
karena ia adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Maka ibunya
pun menganjurkannya banyak bersedekah. Setelah itu, Abdurrahman pun
pergi menemui Umar ra. mengenai ucapan ibunya, Ummu Salamah. Dan
karena Umar ra pun sama, khawatir soal kedudukannya di akhirat maka ia
juga menanyakan soal dirinya.
Sebagaimana diketahui bahwa Abdurrahman bin Auf adalah orang
yang sangat kaya di masanya.Telah disebutkan di atas, bahwa ketika datang
ke Madinah beliau ditawarkan separuh harta dari saudara se Islamnya,
yakni Saad bin Rabi, tapi ia menolak dan hanya minta diantar ke pasar.
Beliau memulai usahanya dengan niat dan kepercayaan penuh
kepada Allah. Beliau berusaha sungguh-sungguh dalam melakukan jual beli,
serta jujur dalam usahanya. Walau dengan keuntungan yang sedikit ia juga
tetap puas. Karena komitmennya dalam berusaha, lambat laun hartanya
pun semakin melimpah. Bahkan ia pernah berkata, Seandainya saya
mengangkat batu dari tempatnya, niscaya saya akan menemukan harta di
bawahnya.
Rasa takutnya kepada Allah dan sikap
kedermawanan
Pernah suatu ketika ia ditanya oleh sahabat lain, Apa sebabnya engkau
bisa sukses dalam bidang perdagangan? Ia berkata, Karena saya tidak pernah
menjual barang yang cacat dan saya tidak menghendaki keuntungan yang banyak,
dan Allah akan memberkahi kepada orang yang dikehendaki.
Dalam biografi dan kisah Abdurrahman bin Auf banyak sekali diberitakan
bentuk kedermawanannya, di antaranya beliau pernah menjual barang dari hasil
ghanimah senilai sepuluh ribu dinar kemudian beliau membagi-bagikannya kepada
isteri-isteri Nabi. Pernah juga Abdurrahman bersedakah dengan separuh hartanya,
kemudian bersedekah empat puluh ribu dinar, dan juga pernah menyumbangkan
lima ratus kendaraan di jalan Allah. Dan kebanyakan dari yang ia nafkahkan di jalan
Allah adalah dari hasil perdagangan. Bahkan disebutkan bahwa surah Al-Baqarah
ayat 262 diturunkan berkaitan dengan sikap Abdurrahman dan para sahabat yang
mulia.
Pernah juga, suatu hari terdengar kabar yang menggemparkan kota
Madinah dan sampai ditelinga Aisyah bahwa ada kurang lebih 700 kendaraan yang
datang dari Syam dan itu semua milik Abdurrahman. Mengetahui hal tersebut
Aisyah lalu berkata, Ingatlah! Saya pernah mendengar Nabi saw. bersabda, Saya
melihat Abdurrahman bin Auf masuk surge dengan merangkak.
Wafat
Setelah menjalani kehidupannya dengan usaha yang
sangat baik dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang
muslim yang taat, akhirnya beliau wafat di usia 73 tahun
(sebagian menyebutkan 72). Banyak penutur kisah
Abdurrahman bin Auf dalam sepuluh sahabat Nabi yang
dijamin masuk surge menyebutkan bahwa beliau
meninggalkan 28 putra dan putri dan wafat pada tahun 31
hijriyah atau pendapat lain 32 H.
Sebelum dimakamkan beliau juga dimandikan oleh
Usman ra. dan dimakamkan di tempat dimana
iamewasiatkannya, yakni di Baqii. Semoga Allah
merahmatinya dan ia bukan orang yang merangkak memasuki
surga tapi berjalan secepat kilat karena usahanya dalam
mendermakan hartanya untuk agama Allah.
Sumber Referensi
Wahyuni,Siti. Cerita & Makna Asmaul Husna
Untuk Anak.2017
Rahmat,Iradatur. Kisah Singkat Sahabat Nabi
Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam:
Bagian 1.2015
Zaedan,abdullah. Cerita 99 Asmaul Husna
untuk Anak.2008

Anda mungkin juga menyukai