Anda di halaman 1dari 7

HAMZAH BIN ABDUL MUTALIB

SANG SINGA ALLAH YANG MENJADI PEMIMPIN PARA SYAHID DI SURGA

Nama lengkap beliau adalah Hamzah bin `Abdul Muthalib bin Hâsyim bin Abdu
Manâf al-Qurasyi al-Hâsyimi Abu Ammârah. Ia adalah paman dari Rasululllah
‫ ﷺ‬sekaligus saudara sepersusuannya. Karena Hamzah dan Rasulullah lahir di
waktu yang tidak berjauhan dan disusukan oleh wanita yang sama, yakni Tsuwaibah, mantan
budak milik Abu Lahab.
Beranjak dewasa, Hamzah tumbuh menjadi pribadi yang tegas, berani dan kuat.
Tubuhnya besar dan kekar serta ia tidak takut terhadap siapapun. Kepribadiannya itu
membuat orang2 segan dengannya dan ditakuti banyak orang sebagaimana Umar dan Khalid.
Umurnya yg sepantaran dengan Rasul juga membuat keduanya menjadi sahabat baik.
Hamzah memiliki hobi berburu. Namun yg ia buru bukanlah rusa atau hewan biasa
lainnya, tapi yg ia buru adalah singa. Di Makkah, hanya ada 2 orang yang berani berburu
singa seorang diri, yakni Hamzah dan Umar bin Khattab. Keduanya akan berburu dengan
anak panah dan tombak, lalu pulang dengan hasil buruan digantungkan di bahu mereka dan
busur panah di tangannya. Diketahui juga ia adalah pemuda yang lihai berpedang, memanah
dan berkuda.
Hal ini sudah bisa membuktikan betapa perkasanya Hamzah dan bagaimana kekuatan
fisiknya berada diatas rata rata..
Ketika keponakannya, Rasululllah ‫ ﷺ‬diangkat menjadi utusan Allah,
Hamzah awalnya tidak menanggapi tapi juga tidak memerangi Rasululllah. Ia diam saja dan
membiarkan syiar Islam. Hingga suatu hari Rasulullah ‫ ﷺ‬dihajar oleh Abu Jahal
dan teman2nya saat Rasul mencoba mendakwahkan Islam di sekitar masjidil haram. Nabi
menderita luka luka akibat pengeroyokan itu. Saat itu Hamzah sdg tidak berada di Mekkah
karena pergi berburu.
Sepulangnya dari berburu, Hamzah hendak melakukan tawaf terlebih dahulu di
sekitar Ka'bah sebelum pulang ke rumahnya. Saat itu Hamzah belum masuk Islam. Namun di
tengah jalan, ia diberitahu oleh seseorang yg berkata:
"Hai Abu Umarah (nama panggilan Hamzah), andai saja tadi pagi kau melihat apa
yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan
membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti
keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya"
Wajah Hamzah memerah. Ia tidak terima apa yang telah diperlakukan Abu Jahal
kepada keponakannya itu. Perlu diketahui, Abu Jahal saat itu adalah pembesar Mekkah, dan
orang yg sangat dihormati oleh suku2 lainnya. Hamzah kemudian berjalan terus hingga
sampai ke sekitaran Ka'bah. Disana, ia menemukan Abu Jahal sedang duduk dengan beberapa
orang dari Bani Makhzum (suku asal Khalid bin Walid, suku yg dikenal sebagai "gudangnya"
senjata dan pasukan Quraisy). Masih dengan membawa busur panah yg ia pakai untuk
berburu, Hamzah mendekati Abu Jahal dan kawan2nya.
Sesampainya didepan Abu Jahal, tanpa mengatakan apapun Hamzah lantas
menghantamkan busur panahnya ke wajah Abu Jahal hingga terluka dan mengeluarkan darah.
Abu Jahal terjatuh akibat serangan tiba tiba itu. Lalu Hamzah berkata dengan wajah yang
sama sekali tidak menunjukkan ketakutan telah menghajar pemimpin Mekkah yg dikerumuni
para ahli perang.
"Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut
dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu
itu kepadaku jika kamu berani!" bentak Hamzah kepada Abu Jahal. Kalimat diucapkan
Hamzah tanpa ia sadari. Padahal saat itu ia belum masuk Islam, dan hanya ingin membela
keponakannya dan melindunginya.
Melihat Abu Jahal tersungkur, beberapa pemuda dari Bani Makhzum bersiap hendak
menyerang Hamzah namun dilarang oleh Abu Jahal "Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan
amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dgn
kata-kata yang tidak pantas.
Hamzah pun pulang, dan terus memikirkan kalimat yg ia ucapkan tadi. Dari sini
hidayah Allah datang.
Hamzah terus memikirkan kalimat yg ia ucapkan sendiri. Dan ia tau, Quraisy pasti
mengira ia telah masuk Islam. Namun akhirnya hatinya tertuju pada keponakannya dan ia tau
Muhammad ‫ ﷺ‬bukanlah seorang pendusta. Ia kemudian masuk islam di hadapan
Rasulullah pada tahun ketujuh sebelum hijriyah yang disambut oleh Rasulullah dan umat
islam yang masih sedikit saat itu dengan sangat gembira. Ada 1 orang kuat dan berpengaruh
yang bergabung ke barisan muslimin.
Baru saja memeluk islam, Hamzah seorang diri langsung menyiarkan ajaran
keponakannya itu ke sekitar Ka'bah. Dengan suara lantang ia mengajak kaum Quraisy untuk
memeluk islam. Ya, hanya Hamzah yang berani melakukan ini seorang diri, sedangkan
muslimin lain saat itu masih menyembunyikan keislaman mereka. Alhasil, Hamzah
dikeroyok oleh sekumpulan pemuda Quraisy hingga babak belur dan mereka berhenti
mengeroyokinya hanya karena mereka kelelahan. Bukan permohonan ampun dari Hamzah.
Hamzah terus mengulanginya berkali2, dan dikeroyoki juga berkali kali hingga Quraisy
merasa "capek sendiri" untuk menahan Hamzah.
Menjelang masuk islamnya Umar, Rasululllah masih berdakwah di rumah Arqam bin
Abi Arqam secara sembunyi2. Hamzah bertugas sebagai penjaga pintu depan, kalau kalau
ada pengganggu yang hendak masuk atau mencelakai muslimin.
Setelah pulang dari rumah adiknya, Umar yang hari itu sudah mulai goyah dan
condong ke islam setelah mendengar ayat suci al Quran yg dibacakan Said bin Zaid lalu pergi
ke rumah Arqam. Ia mengetahuinya setelah bertanya pada adiknya, dimana Muhammad
berada sekarang? Dan ditunjukilah rumah Arqam sebagai tempat dakwah sembunyi2 kala itu.
Melihat Umar berjalan ke arah rumah Arqam membuat muslimin ketakutan. Umar
dengan tubuh besar dan sifat pemarahnya bisa jadi ancaman besar. Ia bisa saja membunuh
siapapun di rumah Arqam saat itu juga. Semua orang panik, kecuali satu orang : Hamzah bin
Abdul Muthalib.
Melihat Umar mengarah ke rumah Arqam, ia kemudian bangkit dan bersiap dengan
pedang yang ia pegang. Jika Umar sampai membuat onar, maka ia adalah lawan duel yang
paling sepadan dengan Hamzah.
Setelah mendekat, ternyata Umar tidak memiliki niatan untuk menyerang. Ia
menanyakan dimana Rasululllah dan mengatakan akan masuk islam. Hamzah pun meminta
izin kepada Rasul utk memperbolehkan Umar masuk dan tentunya Rasulullah izinkan karena
Rasululllah tau ini adalah jawaban Allah atas doa yg beliau ‫ ﷺ‬pinta kepada
Allah sebelumnya, yakni "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih
Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab
Maka berkumpulah 2 orang kuat dan disegani Qurasy ke dalam tubuh Islam saat itu,
Hamzah dan Umar. Masuk islamnya kedua tokoh tersebut membuat dakwah semakin
berkembang pesat. Rasulullah dan para sahabat mulai mendakwahkan islam secara terang
terangan karena ada perlindungan dari keduanya. Laksana bodyguard Rasululllah, keduanya
mendampingi sang Nabi kemanapun dakwah dilakukan dan tidak ada orang yang berani
mengusik Rasululllah ketika ada kedua orang ini disisinya.
Ketika peristiwa hijrah ke Madinah, Hamzah turut serta di dalamya. Ia tinggal di
Madinah bersama Rasulullah dan sahabat anshar. Hingga akhirnya, tibalah perang besar
pertama antara muslim dengan Quraisy kala itu yang kita kenal dengan perang Badar di tahun
ke 2 hijriyah.
Sebelum perang dimulai, biasanya dilakukan duel 1 lawan 1. Pasukan akan
berhadapan dan mengirimkan "gladiator" terbaik mereka untuk berduel dengan lawan
disaksikan kedua belah pasukan. Ini adalah hal yg lumrah dilakukan dan sangat berimbas
pada mental pasukan yg akan berperang, duel ini biasa disebut Mubarazah.
Ketika perang Badar, majulah dari sisi Quraisy Utbah bin Rabiah bersama anaknya,
Walid bin Utbah dan saudaranya, Syaibah bin Rabiah. Utbah kemudian maju dan berkata
"siapa diantara kalian yang akan berduel melawan kami?"
Maka berdirilah 3 orang pemuda anshar kala itu. Namun Utbah bertanya "siapa
kalian?". "Kami adalah orang2 anshar" jawab mereka. Lalu Utbah berkata : “Kami tidak ada
urusan dengan kalian, yang kami butuhkan hanyalah orang orang dari kaum kami"
Maka Rasul berseru "berdirilah engkau wahai Hamzah, Berdirilah wahai Ali,
Berdirilah wahai Ubadah bin Harits!" Ketiganya pun berdiri dan menjadi lawan duel Utbah
Ketiganya pun menghunuskan pedangnya dan berhadapan dengan lawan. Utbah bin
Rabiah bertanding duel dengan Hamzah, Al Walid bin Utbah melawan Ubadah bin Al Harits
dan Syaibah bin Utbah melawan Ali bin Abi Thalib Hamzah dengan sangat mudah
mengalahkan Utbah, Utbah ini adalah mertua abu Sofyan dan ayah dari Hindun yang kita
ceritakan di fathu mekkah kemarin.
Ali pun demikian, ia dengan mudah mengalahkan Syaibah. Sementara Ubadah cukup
kesulitan saat melawan Al Walid hingga tertekan. Beruntung Hamzah dan Ali dapat segera
membantunya dan berhasil membunuh Al Walid. Setelahnya, perang pun berkecamuk.
Hamzah didaulat sebagai salah satu komandan perang dan muslimin berhasil mengalahkan
Quraisy di Badar dengan bantuan Allah ta'ala yang mengirimkan bala tentara malaikat yg
turut berperang bersama muslimin kala itu.
Setelah perang Badar berakhir, timbul rasa benci yang amat dalam pada diri
masyakarat Quraisy. Para petinggi mereka mati di perang tersebut diantaranya Utbah bin
Rabiah, Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal. Demi membalaskan dendam, mereka
mempersiapkan lagi pasukan perang dengan kekuatan yang lebih lengkap untuk
membalaskan dendam mereka. Ikrimah, Khalid bin Walid, Abu Sofyan dan Sofwan bin
Umayyah menjadi komandan komandan perang balas dendam itu yang kita kenal dengan
Perang Uhud.
Sebelum perang berlangsung, Hindun binti Utbah, anak perempuan dari Utbah bin
Robiah menemui Wahsyi bin Harb. Seorang budak yang ahli melempar tombak dan dikenal
keahliannya se antero Mekkah. Ia menjanjikan harta dan kemerdekaan bagi Wahsyi jika ia
mampu membunuh sang pembunuh ayahnya Utbah, yakni Hamzah. Wahsyi yang saat itu
menginginkan kemerdekaan lantas mengambil tombaknya dan ikut ke dalam bagian belakang
pasukan perang Quraisy yang akan berperang dengan muslimin di Uhud
Disisi lain, Rasululllah membagi bagi pasukan untuk uhud. Para penunggang kuda,
barisan infanteri, sayap dan formasi pemanah di atas bukit. Saat perang berlangsung, awalnya
kaum muslimin berhasil menang dan membuat barisan musuh teroecah belah. Namun
pelanggaran yang dilakukan oleh formasi pemanah berakibat fatal...
Khalid berhasil memanfaatkan lengahnya pasukan pemanah yg turun dari bukit untuk
mengambil ghanimah (harta rampasan perang). Dari arah belakang, Khalid bersama
pasukannya menyerang dan berhasil menduduki bukit pemanah dan membunuh beberapa
sahabat diatasnya. .
Hamzah memiliki ciri khas ketika berperang. Jika Abu Dujanah Radhiyallahu Anhu memiliki
ikat kepala merah yg selalu ia pakai disaat perang, maka Hamzah dikenal dengan bulu bulu
hewan yang ia rekatkan di bagain depan baju perangnya. Saat klimaks Uhud terjadi, Hamzah
tengah mengejar sisa pasukan musuh yang kabur. Lalu ketika berbalik, ia melihat pasukan
dibelakangnya kacau akibat serangan dari belakang itu. Hamzahpun berbalik lagi dan terus
menyeru pada muslimin untuk kembali menyatukan barisan. Kekacauan yang terjadi, dan
terbenturnya barisan (barisan belakang lari ke depan menghindari Khalid, dan barisan depan
kembali kebelakang dengan tujuan menolong barisan belakang) membuat orang tidak tau
siapa kawan siapa lawan. Beberapa sahabat syahid setelah terbunuh oleh kawannya sendiri.
Hamzah ditengah2 pasukan terus berseru kepada muslimin sembari waspada akan
serangan. Total, beliau Radhiyallahu Anhu sudah menewaskan sedikitnya 20 orang Quraisy.
Laksana singa, baju zirah abu abu miliknya menerjang musuh dan memenggal kepala musuh
dengan sangat cepat. .
Pasukan musuh yg tadinya sudah jauh, ketika melihat bendera kaum Quraisy berkibar
kembali maka mereka memutar balik dan masuk lagi ke medan perang. Termasuk di
dalamnya Wahsyi bin Harb. Wahsyi kemudian mencari dimana Hamzah sampai ia
menemukan seorang prajurit yang sangat kuat dan menerjang musuh tanpa ampun dengan
bulu hewan di dadanya, dan ya itulah Hamzah.
Saat Wahsyi akan maju, tiba2 as-Siba` bin `Abdul Uzza al-Khuzai melompat
melewati Wahsyi dan mencoba menyerang Hamzah. Tatkala Hamzah Radhiyallahu anhu
melihatnya, Hamzah berkata : “Kemarilah wahai anak wanita tukang khitan!.” dan tak butuh
waktu lama, kepala as Siba terlepas dari kepalanya dan menggelinding di tanah.. bahkan
Wahsyi sempat berkata saat diminta menceritakan pembunuhan Hamzah yg ia lakukan : "
Aku tidak melihat sesuatu yang lebih cepat dari jatuhnya kepala As Siba"
Wahsyi kemudian menunggu waktu yang tepat untuk menyerang Hamzah, sampai
akhirnya ia mendapatkan celah saat itu dan dengan kekuatan penuh melemparkan tombaknya.
Tombak tersebut tepat mengenai bagian perut Hamzah dan menembus diantara kedua
kakinya. Hamzah, masih dalam keadaan berdiri lalu melihat kearah Wahsyi dan berjalan
kearahnya dengan pedang yang terhunus. Wahsyi ketakutan dan hendak lari. Namun Hamzah
tidak mampu mencapai Wahsyi hingga akhirnya menemui syahidnya. Radhiyallahu Anhu
Wahsyi kemudian mencabut tombaknya dan duduk tanpa melakukan apapun lagi
hingga perang usai. Targetnya hanyalah Hamzah, dan demi kemerdekaannya.
Jasad2 para muslimin mulai berjatuhan di tanah. Hindun bin Utbah yg ada di barisan
paling belakang utk menyemangati pasukan Quraisy pun maju dan menemukan Hamzah
sudah tewas. Ia lantas membelah dada hamzah dan mengeluarkan jantungnya yang kemudian
ia gigit dan coba makan tapi kemudian ia muntahkan. Hidung hamzah di potong dan jasad
syuhada itu diperlakukan sangat tidak manusiawi. Hingga akhirnya perang usai..
Ketika perang usai, Rasululllah memeriksa sahabat satu persatu hingga ia menyadari
bahwa Hamzah paman beliau tidak ada. Beliau lantas mencari diantara beberapa syahid
sampai akhirnya Shafiyah menemukannya, itupun dgn kondisi yg sudah sulit dikenali.
Melihat kondisi jasad Hamzah yang sangat memilukan itu Rasululllah menangis.. Rasulullah
sangat marah dan berkata akan membalaskan kematian Hamzah dengan cara yang tidak
pernah dipakai bangsa Arab lainnya, namun Allah menurunkan ayat untuk menenangkan
utusan-Nya tersebut :
"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl: 126).
Bersama Hamzah, wafat pula sang duta Islam pertama yang berhasil mengislamkan
kota Madinah sehingga menjadi kota yang aman untuk berhijrah dan berhasil melahirkan
pejuang islam, Mushab bin Umair. Baik hamzah maupun Mushab, jasad keduanya hanya
ditutup dengan kain yg jika ditutup wajahnya, maka kakinya terbuka, dan jika kakinya
ditutup maka wajahnya terbuka.
Setelah itu, Nabi bersama kaum muslimin menshalatkan jenazah pamannya dan para
syuhada lainnya satu per satu. Pertama Hamzah disalatkan, lalu dibawa lagi jasad seorang
syahid untuk disalatkan sementara jasad Hamzah tetap dibiarkan di situ. Lalu, jenazah itu
diangkat, sedangkan jenazah Hamzah tetap di tempat. Kemudian dibawa jenazah yang ketiga
dan dibaringkan di samping jenazah Hamzah. Lalu Nabi dan para sahabat lainnya
menyalatkan mayat itu, sampai seluruh sahabat syahid di Uhud dishalatkan dan dimakamkan
semuanya.
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam suatu ketika pernah bersabda: “Tatkala teman-
teman kalian dalam perang Uhud meninggal dunia, Allah Azza wa Jalla menjadikan ruh-ruh
mereka di tenggorokan burung hijau yang ada di sungai-sungai surga, mereka makan biji-
bijinya dan kembali ke pelita-pelita dari emas yang tergantung di Arsy. Ketika mereka
memperoleh kesenangan dalam makan, minum dan tidur, mereka berkata : “ Siapa yang
hendak menyusul kami? Kami hidup di surga dengan kenikmatan. Hendaknya mereka jangan
meninggalkan jihad dan tidak mundur dalam perang.” Allah Azza wa Jalla berfirman : “Aku
lebih tahu tentang mereka daripada kalian”, kemudian berfirman : “Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup,
di sisi Allah Azza wa Jalla mereka diberi rezeki (Ali Imrân/3:169)
Dan Rasululllah pun bersaksi bahwasanya kelak Hamzah bin Abdul Muthalib adalah
penghulu/pemimpin nya para syahid di surga.
Hindun dan Wahsyi kelak masuk islam saat fathu mekkah. Nabi memerintahkan
Wahsyi untuk menceritakan bagaimana ia membunuh Hamzah, dan saat diceritakan,
menangislah Rasululllah saat itu. Rasulullah kemudian memaafkannya namun meminta
Wahsyi untuk tidak lagi menunjukkan wajahnya ke hadapan Rasul. Wahsyi membayar
kesalahnnya dgn membunuh Musailamah al Kadzab, sang nabi palsu dgn tombak yg sama yg
ia pakai utk membunuh Hamzah.

Ya Allah, kumpulkanlah kami kelak bersama Hamzah bin Abdul Muthalib di surga.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai