REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari
rumahnya sambil membawa busur dan anak panah untuk berburu. Sejak muda,
paman Rasulullah ini memang hobi dan gemar berburu binatang.
Sebelum sampai di Ka'bah, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an
At-Taimi menghampirinya seraya berkata,"Wahai Hamzah, andai saja tadi pagi
kau melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah,
niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin
Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia
mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya."
Dalam beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar Ka'bah lupa akan
penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona
oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah
menganut dan menjadi pengikut Muhammad.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan
menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya
berkata,"Biarkanlah Abu Umarah (Hamzah) melampiaskan amarahnya kepadaku.
Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-
kata yang tidak pantas."
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas
dan pendirian yang kuat. Ia adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia
memeluk Islam pada tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama Rasulullah
SAW dan ikut dalam perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan Rasulullah
menjulukinya dengan "Asadullah" (Singa Allah) dan menyebutnya "Sayidus
Syuhada" (Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada).
Sementara itu, Abu Jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri
dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang antara kaum kafir Quraisy
dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Oleh sebab itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rasulullah dan pengikutnya.
Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan
kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui,
bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum
Muslimin lainnya.
Kaum kafir Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka mereka mulai
mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas.
Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai
beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum Muslimin.
Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/25/lovp5n-
kisah-sahabat-nabi-hamzah-bin-abdul-muthalib-pemimpin-para-syuhada