Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aprilianing Tyas Tri Tungga Dewi

NIM : 17310013

Kelas : al-Adab al-Mu’asir A

Kasih Berdarah dan Perjuangan Ideologi

Judul : Layali Turkistan (Turkistan’s Nights) - ‫ليالي تركستان‬


Penulis : Dr. Najib al-Kaelani
Penerbit : Daar al-Sahoh lilnashr wa al-Tawzie – Kairo ( ‫دار‬
‫)الصحوة للنشر والتوزيع‬
Halaman : 210 halaman
Edisi : Edisi pertama 1434 H / 2012 M
ISIN : 978-877-255-366-2

Perhatian sastrawan terhadap isu-isu sosial tertuangkan dalam bentuk bahasa berupa
karya sastra. Karya sastra ini datang sebagai ekspresi perasaan jiwa yang dikemas apik
dengan penghayatan batin yang dalam terhadap hal-hal di luar dari dirinya. Hal tersebut
terlihat dari salah satu karya sastra novel yang ditulis dengan pena emas seorang sastrawan
modern bernama Najib al-Kaelani. Sentuhan sejarah Islam dikisahkan oleh al-Kaelani dengan
judul “Layali Turkistan” – Turkistan’s Nights. Novel ini bercerita tentang semangat
perjuangan cinta, perselisihan ideologi dan politik melawan kolonialisme dan komunisme.
Deretan kisah dipilih dengan menguliti histori klasik dengan bahasa yang cakap.
Najmah Laili, seorang gadis pelayan di kerajaan Komul diceritakan dengan
kehidupan panjang pada masa penjajahan di negerinya. Berparas cantik, cerdas, dan sopan
tentu membuat siapapun yang melihatnya jatuh hati, termasuk Musthofa Murad Hadrat –
seorang panglima kerajaan Komul yang tidak bisa menghindari pesona Najmah. Tak ayal
Najmah meletakkan pula hatinya kepada Musthafa, keduanya saling mencintai. Namun kala
yang tidak bersahabat, mereka berdua hidup dimasa invasi Cina-Rusia dan membuat kisah
mereka harus disaksikan dengan berdarah.
Masa itu wilayah Turkistan diporak-porandakan oleh penjajah. Tentu kekayaan
alamnya ikut dirampas, kehidupan politik dan ekonominya dikuasai dengan otoriter. Para
pemerintah duduk sebagai lintah yang perlahan menghisap habis keutuhan rakyat Turkistan.
Perusakan ini dilakukan secara tersistem, paham-paham komunis diselipkan melalui
kurikulum pendidikan dan kebudayaan. Mereka menjadikan tempat ibadah sebagai kantor
intelejen, pun pembakaran mushaf-mushaf kuno juga dilakukan sebagai penghabat tubuh
mereka ketika malam. Al-Kaelani mengisahkan dalam novel ini bangsa Turkistan benar-
benar dihancurkan.
Tidak berhenti disitu, penjajahan keji ini terjadi pada puncak turunnya sebuah
instruksi yang diumumkan oleh komandan lapangan di Turkistan: bahwa para perempuan
Turkistan harus menikah dengan orang-orang Cina. Raja Komul sempat menolak atas
kebijakan tersebut, hingga ia dijebloskan ke dalam penjara. Penolakan tersebut dikarenakan
adanya perbedaan ideologi komunis dengan Islam, yang mana dalam paham muslim tidak
diperbolehkan adanya pernikahan dengan orang-orang non-muslim. Tetapi pada akhirnya raja
mengikuti kebijakan Cina sebagai bentuk stretegi, dengan pura-pura menghelat pernikahan
putrinya dengan komandan Cina agar orang-orang dari bangsa tersebut berkumpul pada satu
tempat. Yang dalam ceritanya kemudian orang-orang Cina tersebut dibantai oleh para
pejuang dan penduduk asli Turkistan – sebagai bentuk perlawanan.
Peristiwa itu menjadi awal adanya penindasan dan pembalasan serangan yang lebih
kejam dari bangsa Cina, hingga mereka datang bersama dengan Rusia. Najmah sebagai
seorang rakyat Turkistan memiliki keinginan untuk menyelamatkan keluarga istana dan
keturunannya, sehingga ia rela menikah dengan salah satu komandan Cina. Namun, Najmah
mengaharuskan komendan itu masuk Islam, kemudian komandan Cina tersebut menyutujui
dan mereka menikah. Seorang Cina yang diharapkan Najmah dapat membantu orang-orang
Turkistan, faktanya tetap menjadi penjajah yang keji dengan membunuh rakyat Turkistan.
Pernikahan itu tidak berlangsung lama, Najmah membunuh suaminya karena ia masuk Islam
hanya untuk menikah dan mengingkari janjinya.
Sepeninggal komandan Cina itu, Najmah bertemu kembali dan menikah dengan
Musthafa – kekasihnya dahulu. Mereka memilih tinggal berpindah-pindah dan dikaruniai
seorang putra. Di akhir novel, al-Kaelani menceritakan bahwa suatu hari Najmah pergi ke
suatu tempat untuk menyelamatkan dirinya dan anaknya, serta meninggalkan Musthafa – dan
ia tidak ketahui keberadaanya.
Al-Kaelani, atau Najib Ibrahim bin Abd al-Latif al-Kaelani merupakan sastrawan
modern berasal dari Mesir yang lahir pada tahun 1931. Ia adalah salah seorang sastrawan
penggagas sastra Islam dan seni drama Islam, yang melahirkan karya dengan mengangkat isu
kritik permasalahan sosial dan perbedaan ideologi, dengan menjadi anggota organisasi
Ikhwanul Muslimin – organisasi oposisi pemerintah Mesir yang berkuasa.
Novel ini memiliki keistimewaan dalam menyajikan ceritanya. Dalam pemaparan
sejarah, dengan “Layali Turkistan” kita dapat menyelami kehidupan orang-orang Turkistan
pada masa dahulu. Turkistan Barat dijajah oleh bangsa Rusia, sedangkan Turkistan Timur
dijajah oleh bangsa Cina. Turkistan Timur diibaratkan sebagai surga yang hilang, penindasan
yang diderita rakyatnya, dan penderitaan-penderitaan lain dialami oleh rakyat Turkistan.
Protes sosial yang dilakukan oleh al-Kaelani mengajak kita satu persatu membuka
lembaran cerita panjang tentang kemanusiaan. Potret perjuangan mengembalikan kemausiaan
tergambar jelas dengan melihat rakyat Turkiskan yang sangat menderita. Mereka disiksa,
dirampas hak-haknya, dipaksa untuk mengikuti pandangan ideologi bangsa lain, serta
kehilangan keluarga. Dalam novel ini kita dapat belajar bahwa setiap makhluk layak dihargai
dan tidak boleh dirampas haknya secara semena-mena.
“Layali Turkistan” mengangkat konflik-konflik sosial karena adanya perselisihan
antarindividu, yaitu diantara komandan Tionghoa dengan Raja Komul yang berujung
pememenjaraan sang raja. Selain itu dalam novel ini juga terdapat konflik karena adanya
perbedaan kepentingan diantara penjajah bangsa Cina dan Rusia. Komunis Rusia datang
dengan kepentingan ingin mengadu domba bangsa Cina dengan Turkistan. Sedangkan bangsa
Cina dalam novel ini dikemas dengan kepentingan invasi kepentingan politik kepada
Turkistan.
Pengemasan cerita yang dituliskan oleh al-Kaelani dalam novel ini berhasil membuat
pembaca menikmati alur untuk memperoleh kepuasan diri. Penderitaan-penderitaan rakyat
Turkistan ditawarkan dengan cerita pedih namun tetap dapat dibaca dengan mudah. Dengan
membaca novel ini kita akan dibawa untuk menghayati, merasakan, dan belajar untuk
menjadi manusia yang lebih arif dengan selalu ingat untuk memanusiakan manusia. “Layali
Turkistan”, mahal akan sarat pesan spiritual agar tidak lupa pada luka penjajahan orang-orang
Islam untuk tetap mempertahankan nilai dalam Islam itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai