Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TARIKHUL ADAB”

SEJARAH KESUSATRAAN ARAB MESIR MODEREN

Oleh:

FIRAFITARA
NIM:E01417009

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang sifat dan hakekat bahasa
dengan tepat waktu. Dan semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW.

Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna begitu pula dengan
makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan
makalah ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang kami miliki.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami sifat dan hakekat
bahasa

Gorontalo , 21 april 2021

Penyusun.

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A.LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1

B.RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

A.PERKEMBANGAN SASTRA ARAB MODEREN MESIR…………................. 2

B.FAKTOR PENDORONG KEBANGKITAN SASTRA ARAB MODEREN


MESIR.2

C.TOKOH TOKOH SASTRA ARAB MODEREN MESIR……………................ 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 7

KESIMPULAN.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

1
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Sejarah kesusastraan Arab telah mengalami perjalanan yang begitu panjang dari masa
kemasa diawali pada masa Jahili, masa Islam, masa dinasati Muawiyah, Abasiah, masa dinasti
Ustmani, dan masa moderen hingga sekarang. Dalam setiap periode perkembangan tersebut,
sastra Arab mengalami inovasi yang membedakannya dengan periode lainnya. Pada masa
Abbasiah merupakan masa ke emasan sastra Arab, dan mengalami kemunduran saat masa Turki
Usmani sampai Pada fase nahdah permulaan fase ini sejak pemerintahan Muhammad Ali di
Mesir setelah kolonialisasi Francis berakhir pada 1801.

Sebagaimana diketahui bahwa sastra Arab pernah mengalami kevakuman atau tidak
mengalami perkembangan yang signifikan pada masa Turki Usmani yang menguasai kawasan
Arab dan sebagian besar dunia Islam lainnya. Tidak berkembangnya sastra Arab di masa itu,
karena adanya politik penguasa Turki Usmani yang tidak terlalu menaruh perhatian terhadap
segala hal yang berkaitan dengan Arab yang menjadi wilayah kekuasaannya. Sebagai penguasa,
Turki Usmani menerapkan kebijakan Turkinisasi atau menanamkan pengaruh Turki di setiap
wilayah kekuasaannya, seperti bahasa Turki, tradisi Turki dan lain sebagainya. Hal ini berakibat
pada bahasa dan sastra Arab yang cenderung tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Setelah beberapa kawasan Arab, seperti Mesir, diambil alih oleh Prancis yang
memperkenalkan beragam perlengkapan modern seperti peralatan cetak serta model-model
bahasa dan sastra yang baru maka lambat laun sastra Arab kembali menggeliat. Perkembangan
sastra Arab mengalami perkembangan yang signifikan setelah hengkangnya Prancis dari bumi
piramida pada tahun 1801 dan disusul dengan naiknya Muhammad Ali sebagai penguasa Mesir.
Karena perhatian Ali yang cukup besar terhadap ilmu pengetahuan, maka ia mengirimkan duta-
duta Mesir untuk menimba beragam  ilmu pengetahuan di  berbagai negara Eropa seperti
Prancis, Inggris dan Italia. Sekembalinya para pelajar tersebut ke Mesir, maka dimulailah
beragam inovasi terhadap aneka ilmu pengetahuan yang termasuk di dalamnya sastra Arab.

Dari sini geliat kebangkitan sastra Arab semakin menampakkan eksistensinya yang
merupakan perpaduan dari proses panjang asimilasi dengan berbagai kebudayaan seperti Prancis
dan Inggris (assimilation), penerjemahan beragam karya asing (translation), peniruan berbagai
naskah asing (imitation) yang dilakukan oleh beragam pihak yang berkecimpung dalam dunia
sastra Arab.Sejarah sastra Arab kemudian mencatat orang-orang seperti al-Barudi, Ahmad
Syauqi dan Hafidz Ibrahim sebagai orang-orang pertama yang memperkenalkan inovasi-inovasi
dalam sastra Arab. Tokoh-tokoh ini kemudian disebut sebagai pengusung aliran pertama dalam
sastra Arab modern yang dikenal dengan nama Neo-Klasik. Kemunculan aliran ini menandai
dimulainya sastra Arab berada dalam fase moderennya, disebabkan karena adanya beragam
pengaruh dari luar sebagai hasil interaksi dengan banyak budaya dan tradisi, baik yang datang
secara langsung karena penjajahan maupun yang dibawa oleh para duta Mesir yang menimba
ilmu pengetahuan di Eropa.

Meskipun demikian, beragam inovasi yang dimunculkan oleh para pengusung Neo-
Klasik ternyata tidak sepenuhnya melepaskan mereka dari ikatan tradisi terhadap karya-karya
pendahulu dalam penggubahan puisi, terutama dalam aspek metode (uslūb) dan bahasa yang

2
digunakan. Oleh karena itu, sebagai kritikan terhadap Neo-Klasik maka muncul aliran sastra
Arab modern baru yang kemudian dikenal sebagai Diwān.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana perkembangan sastra arab modern mesir ?
2.Apa saja factor yang memengaruhi kebangkitan sastra arab modern mesir?
3.Siapa saja tokoh tokoh sastra arab modern mesir?
C.TUJUAN
1.Untuk mengetahui perkembangan sastra arab mesir modern
2.untuk mengetahui factor yang memengaruhi kebangkitan sastra arab modern
3.Untuk mengetahui tokoh tokoh sastra arab

3
BAB II
PEMBAHASAN
A.PERKEMBANGAN SASTRA ARAB MODEREN DI MESIR

Perkembangan puisi pada masa ini, secara bertahap, mendapat pengaruh dari Eropa Baru,
meskipun perubahannya mendapat tantangan dari para tradisionalis yang ingin tetap menjaga
tradisi klasik, yaitu adanya monoritme dalam puisi Arab. Seperti genre sastra lainnya, puisi pada
masa ini dimulai dengan ekspresi-ekspresi mengenai politik, sosial, dan budaya. Secara umum
gambaran puisi Arab sampai tahun 1920 baik dari segi bentuk maupun bahasanya masih
menggunakan bentuk dan bahasa lama (klasik), sementara mengenai temanya, masih ada yang
menggunakan tema lama, tapi diadaptasi dengan suasana yang baru, dan ada juga tema-tema
yang baru, seperti tema nasionalisme. Tema nasionalisme ini kadang-kadang menyuarakan
tentang Pan Arabisme dan Pan Islamisme.

Pada masa modern, perkembangan puisi Arab dapat dibedakan menjadi tiga aliran, meskipun
waktunya tidak dapat ditentukan secara jelas, yaitu:

(1) Aliran al-Muhafidzun, yaitu aliran yang masih memelihara kaidah puisi Arab secara kuat,
misalnya keharusan menggunakan wazan (pola) dan qafiyah (rima), jumlah katanya sangat
banyak, uslub-nya kuat (gaya atau cara seseorang mengungkapkan dirinya dalam tulisan), tema-
temanya masih mengikuti tema-tema masa sebelumnya, seperti madah (pujian-
pujian), ritsa (ratapan), ghazal(percintaan), fakhr (membanggakan diri atau kelompok), dan
adanya perpindahan dari satu topik ke topik yang lain dalam satu qasidah (ode). Para sastrawan
atau penyair yang masuk ke dalam kategori aliran ini di antaranya adalah Mahmud Sami al-
Barudi, Ahmad Syauqi, Hafidz Ibrahim, dan Ma'ruf ar-Rusafi.

(2) Aliran al-Mujaddidun, yaitu aliran yang muncul karena adanya peruba han situasi politik,
sosial, dan pemikiran, adanya keinginan untuk lepas dari hal-hal yang berbau tradisional, adanya
pengaruh aliran romantik dari sastrawan-sastrawan Barat, adanya penelitian-penelitian modern
tentang jiwa, yang menjadikan sastra, khususnya puisi sebagai sarana untuk mengungkapkan
perasaan jiwa dan realita dalam masyarakat. Di antara para sastrawan yang masuk ke dalam
aliran ini adalah Khalil Mutran, Abbas al-Aqqad, Abdurrahman Syukri, Ibrahim Abdul Qadir al-
Mazini, al-Tijani Yusuf Basyir, Abu al-Qasim asy-Syabiy, dan tahir Zamakhsari. Dalam aliran
ini terdapat adanya pembaharuan dalam topiknya, khususnya dalam hal yang menyangkut
tentang masyarakat dan kehidupan, serta kasus-kasus yang Aterjadi di masyarakat. Adanya
pembaharuan dalam deskripsi dan majaz-nya, adanya pengaruh aliran simbolis dalam
kesusastraan Arab, di mana para sastrawan atau penyair menggunakan simbol-simbol sebagai
sarana pengungkapan perasaan dan pikiran mereka.

(3) Aliran al-Mughaaliinu, yaitu aliran yang mengikuti aliran sastra yang ada di Eropa setelah
Perang Dunia I. Karena itulah, aliran ini sangat terikat pada situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, serta pemikiran yang ada pada masyarakat Eropa. Di dunia Arab, pengaruh ini tidak
hanya terdapat dalam satu masa saja, tetapi juga berlanjut dari satu masa ke masa sesudahnya.
Ciri-ciri aliran ini adalah tidak vokal, tapi menggunakan cara-cara yang pelan-pelan, didominasi
oleh deskripsi, tapi ide dan deskripsinya terkadang tidak jelas. Di antara sastrawan yang

4
termasuk dalam aliran ini adalah Ibrahim Naji, Badr Syakir Sayyab, Muhammad Mishbah al-
Fituri, Mahmud Darwisy, dan Abdul Wahab al-Bayati.

Selain itu, pengaruh Barat terhadap kesusastraan Arab modern tidak dapat dibuang begitu
saja. Berbagai aliran sastra seperti Romantisme, Realisme, Surealisme, Simbolisme, Analisis
Lirik, Eksistesialisme, Ekspresionalisme, dan Regionalisme telah begitu berpengaruh dalam
kesusastraan Arab modern dalam tingkat yang berbeda. Pengaruh ini tidak saja dalam subyek
dan isinya, tapi juga dalam bentuk dan gayanya. Dalam puisi Arab modern, pengaruh ini terlihat
dengan sangat jelas. Adanya puisi-puisi tidak bersajak atau puisi bebas yang digunakan secara
luas dalam puisi-puisi Arab, tidak dapat disangkal lagi merupakan pengaruh dari Barat.
Romantisme, puisi tak bersajak dan puisi bebas ini secara luas telah berpengaruh dan
berkembang dalam kesusastraan Arab.

Pada masa modern, qasidah (ode) yang monoritme masih terus ditulis, tetapi lebih sedikit
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Puisi bebas yang menjadi lebih populer, dengan
panjang yang bervariasi dan rima yang tidak mengikuti pola tertentu. Larik-lariknya semakin
pendek, hingga ada yang hanya menggunakan dua atau tiga suku kata.
Dari segi tema, puisi Arab modern dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Tema-tema lama yang masih dipakai; Tema-tema tersebut antara lain: Wasf (deskripsi); kalau
pada masa-masa sebelumnya, tema ini hanya merupakan tema tambahan pada tema-tema lain,
seperti pada puisi ritsa (ratapan) atau madah(pujian), pada masa modern, tema ini tampaknya
lebih banyak berdiri sendiri. Fakhr (membanggakan diri); pada masa-masa sebelumnya tema
seperti ini digunakan untuk menyebut-nyebut keagungan, kemulian atau kedudukan suatu suku,
pada masa modern, tema ini masih tetap digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu
untuk melahirkan keagungan suatu bangsa yang bertujuan untuk membangkitkan semangat
perjuangan suatu bangsa dalam melawan penjajahan asing. Madah (puji-pujian); pada masa
moden tema seperti ini masih mendapat tempat yang luas. Tema ini juga ditujukan kepada para
pejuang kemerdekaan dan kebangsaan. Religius; tema puisi seperti pada masa modern masih
tetap dipertahankan dan digunakan, yang berisi pujian-pujian terhadap Rasulullah Saw dalam
bentuk yang beragam.

Tema-tema yang mengalami sedikit perubahan; Tema-tema tersebut antara


lain: Naqa'id (kritikan); pada masa-masa sebelumnya tema ini hanya dipakai dalam ruang
lingkup pribadi, misalnya menyangkut masalah kehormatan pribadi, tetapi pada masa modern,
tema seperti ini ruang lingkupnya menjadi berubah, lebih banyak ditujukan kepada persoalan
orang banyak, bahkan kepada persoalan negara. Kepahlawanan; seperti halnya tema kritikan,
tema kepahlawanan yang dulu hanya digunakan untuk menggambarkan kemegahan diri atau
suku. Pada masa ini, tema ini banyak digunakan untuk mengagungkan sebuah bangsa atau
umat. Ritsa (ratapan); tema ini juga mengalami perubahan, kalau dahulu ratapan digunakan
untuk meratapi kematian seseorang, pada masa modern, tema ini digunakan untuk meratapi para
pejuang yang telah tewas di medan perang, para pemimpin bangsa yang telah meninggal, bahkan
untuk meratapi bangsa atau negara yang telah hancur.Ghazal (cinta); tema merupakan tema
universal yang ada pada setiap masa. Hanya saja, kalau dahulu tema ini lebih banyak
menggambarkan masalah kecantikan fisik wanita, sedangkan pada masa modern, sesuai dengan
semakin meningkatnya rasa cita masyarakat akibat majunya zaman, tema ini lebih terfokus pada

5
nyanyian-nyanyian cinta yang melukiskan gelora perasaan jiwa.

Tema-tema yang muncul pada perkembangan puisi Arab modern, antara lain: Patriotik; tema
yang berisi tentang rasa cinta dan kasih pada negara, tema tentang kebebasan, kemerdekaan, dan
persatuan. Tema ini bertujuan untuk membakar semangat rakyat, mencetuskan rasa cinta kepada
tanah air dan berkorban segala-galanya untuk negara. Kemasyarakatan; tema jenis ini mucul
sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu yang baru saja melepaskan diri dari
cengkeraman penjajah, masalah kemiskinan, buta huruf, anak yatim, anak terlantar, dan kaum
wanita, menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan. Masalah ini pula yang menjadi sorotan para
penyair pada masa modern ini. Kejiwaan; tema ini biasa ditulis oleh para penyair yang
pengetahuannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Barat dan para penyair yang tinggal
diperantauan. Isi puisi dari tema ini adalah tentang rintihan dan keluhan jiwa, penderitaan dan
kesengsaraan, harapan, dan cita-cita. Puisi drama; bentuk ini merupakan sebuah tema baru yang
juga dianggap sebagai sebuah genre baru dalam kesusastraan Arab. Bentuk ini merupakan drama
yang dibuat secara puitis.

Sementara itu, dilihat dari segi bentuknya, terdapat para penyair yang masih tetap menggunakan
metrum secara keseluruhan, ada penyair yang menggunakan bentuk puisi Andalusia,
yaitu Muwashshah, dan ada pula yang menggunakan bentuk bebas, tanpa terikat pada
metrum. Penyair-penyair Mesir yang populer pada masa ini adalah Abbas al-Aqqad, Ibrahim al-
Mazini, dan Abdurahman Syukri, yang dikenal pada tahun 1920-1930-an dengan nama
"Kelompok Diwan". Kemudian, Ahmad Zaki Abu Shadi (1892-1955) yang dikenal sebagai
tokoh aliran Romantik.1

B.FAKTOR PENDORONG KEBANGKITAN SASTRA ARAB MODEREN MESIR

Kebangkitan Sastra di Mesir pada abad modern diawali dengan berkembangnya


aliran sastra yang kemudian dikenal dengan aliran konservatif (Tayyaral Muhafidzin), yaitu
aliran yang merekonstruksi ruang lingkup sastra dengan tetap merevivalisasi sastra klasik
serta mengembangkan tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian. Pelopor aliran ini
adalah Mahmud Samial Barudi(1838 1904). Pembaharuan yang dilakukan Barudi
bukan melakukan sweeping atau menyapu bersih kaidah kaidah sastraklasik, seperti
qowafi (rhyme) dan wazan(ritme). Oleh karena itu aliran ini disebut muhafidziin karena
mereka tetap menjaga parameter sastra yang diwariskan secara turun-temurun dari
sastrawan sastrawan klasik.

Namun, pembaharuan Barudi hanya sebatas pembaharuan pada diksi tema yang dikaitkan
dengan kondisi pada zamannya atau hasil dari interaksi langsung dengan sosial budaya
masyarakat pada waktu itu. Terlepas dari hal tersebut, kebangkitan sastra arab itu sendiri diawali
oleh beberapa faktor lainnya, faktor yang sangat berpengaruh atas kebangkitan sastra arab di
Mesir diantaranya sebagai berikut :

(1) Bersatunya antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. Pada awal kurun yang
lampau yang diusung pertama kali oleh Napoleon Bonaparte dan pengambilan kekuasaan dari

1
Adab  ‘Thaqafiyyat’. Volume I No. 01, Juli-Desember 2000

6
tangan para komunis , dan lain dari pada itu negara bagian timur menjadi tempat bekerja bagi
mereka, dan mereka menjadikan bahasa arab sebagai bahasa yang resmi untuk menyebar luaskan
beberapa ajaran dan sastra. Adapun beberapa pekerjaan mereka yang ada di Suriah tidak terlepas
dari beberapa peninggalan yang ada di Mesir, maka dibangunlah beberapa sekolah dan
kebanyakan dari mereka adalah orang orang Syam Nasrani, maka keluarlah beberapa kelompok
dari mereka yang mempunyai kelebihan berbahasa Arab dan kemudian mengembangkan
keilmuwan dan kesusastraan arab.

(2) Bertambahnya jumlah orientalis di Eropa bagian timur dan usaha mereka terus berlanjut
hingga mendapatkan beberapa publikasi Arab dan dicetaklah beberapa buku berbahasa Arab, dan
beberapa tulisan perserikatan Asuyah yang membahas tentang berbagai ilmu dan masalah-
masalah ketimuran , sehingga bertambahlah tempat mutiara-mutiara ilmu dan sastra.

(3) Dibangunnya sekolah yang bermacam-macam yang didirikan oleh Muhammad Ali Basya
dengan bantuan para pengajar dari Eropa dan beberapa ulama Mesir. Dan dibangun pula -sekolah
yang didirikan oleh Khudhawi Ismail, yang merupakan sekolah bahasa Arab yang sangat besar,
sedangkan sekolah sastra yaitu sekolah Darul Ulum. maka dari sekolah-sekolah ini lahirlah
ratusan guru, hakim, dan para penulis kitab.

(4) Adanya utusan kaderisasi ilmu pengetahuan, yaitu Muhammad Ali Basya dan Ismail Basya
kepada sejumlah kerajaan yang ada di Eropa untuk menyampaikan bermacam-macam ilmu
pengetahuan, dan pengutusan tersebut berjalan selama 12 tahun.

(5) Adanya propaganda dalam pembelajaran bahasa asing, sehingga sistem pengajaran pada saat
itu dengan cara paksa seperti yang ada di Mesir dan Syam dan sekolah-sekolah negeri, perguruan
tinggi dan sekolah-sekolah pusat da’wah. Dari sanalah banyak di nukil kalimat-kalimat yang
berbahasa Perancis kedalam bahasa Arab. Maka dengan adanya Atsar dari bahasa tersebut,
beberapa hasil pemikiran orang-orang pada waktu itu dapat terbukukan dan menyebar luas
hingga mereka mampu menerjemahkan ribuan kitab dan riwayat, makalah-makalah politik
ilmiah kedalam bahasa Arab. Maka hal tersebut juga dimanfaatkan bagi orang yang tidak paham
dengan bahasa asing sehingga menjadi tahu dengan jelas sastra yang yang mendalam.

(6) Diterbitkannya surat kabar Arab yang ada di Mesir Syam dan Konstantinopel. Dan koran
pertama di Arab yaitu Al-Waqoi’Al-Misriyah yang terbit pada tahun 1828. Awalnya sebagian
teks berbahasa Turki, yang kemudian dirancang kembali oleh Syek Hasan Al-Ithari dan Syek
Syihabuddin, sehingga kemudian terpisah antara yang berbahasa Arab dan Berbahasa Turki dan
kemudian pada akhirnya hanya berbahasa Arab saja kemudian dicetak dengan tulisan Arab Nashi
dan Arab Farisi dan terbit selama tiga kali dalam satu minggu hingga sekarang. Sedangkan koran
yang berbahasa Arab pertama kali terbit di Suriah yaitu Hadiqatul Akbar yang terbit pada tahun
1808, sedangkan di Konstantinopel pada tahun 1860, yang mana redakturnya adalah Ahmad
Faris. Kemudian terbit koran Suriah resmi pada tahun 1865. Adapun koran yang pertama kali
terbit di Mesir setelah Al-Waqai’adalah Wadi Annaily (koran lama) dan terbit pula koran-koran
yang lain seperti Al-Iskandariyah, Azzaman, Al-Ibtidal, Al-Fallak Wal Ahram, Al-Muqtim, Wal
Muayyad, Wal-Lukluk, Wal-Ilmu, Wal Jaridah dan Syuad.

(7) Adanya kelompok kelompok ilmuwan dan sastrawan, dan yang paling terkenal pada saat itu

7
Syek Jamaluddin Al Afghari.

(8) Adanya kreasi seni berbahasa Arab, pertama kemunculannya di Syam kemudian menyebar ke
Mesir, yang bertujuan untuk memberantas budaya buta seni, dan kelemahan dalam berbahasa
Arab yang pasih dan lancar.

(9) Adanya peraturan baru di Al-Azhar dan sekolah-sekolah dasar, yang memasukkan materi-
materi baru dari berbagai macam ilmu, atas ide Syek Muhammad Abduh.2

C.Tokoh tokoh sastra arab modern mesir

Mesir telah banyak melahirkan sastrawan terkenal yang telah menumbuh kembali kejaan
kesastraan arab yang telah tenggelam di masa Turki Usmani. Diantaranya adalah : Mustafa Lutfi
Al-Manfaluti (1876-1924), sastrawan dan ulama dari al-Azhar yang sudah amat dikenal di
Indonesia, dapat digolongkan sebagai pengarang cerita-cerita pendek bergaya semi-klasik semi
-modern. Ia, yang juga banyak menerjemahkan, sedikit banyak terpengaruh karya-karya
pengarang Perancis abad yang lalu.

Dalam perkembangan selanjutnya penerjemahan tidak hanya terbatas pada karya sastra
Perancis, tetapi sudah meluas ke kawasan Eropa lainnya, terutama Inggris, Rusia, dan Jerman
dengan prinsip mengutamakan terjemahan langsung dari bahasa asal, Mahmud Taimur (1894-
1973) adalah Pengarang-pengarang cerita pendek, ia juga pengarang dan seniman yang menjadi
kebanggan Mesir. Kritik-kritiknya sangat diperhatikan para ahli. Karya-karya Mahmud Taimur
sudah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Selain itu
ada juga seperti Thaha Husen, Taufik Al-Hakim, Yahya Haqqi, Naguib Mahfudz, Abdurrahnan
Syukri, Abbas Mahmud, Al-Aqqad, Al-Maziny, Muhammad husain haekal, Ahmad Zaki Abu
Shadi  dan masih banyak tokoh lainnya yang belum tertera di makalah ini dalam makalah ini. 3

2
Achmad Atho’illah Fathoni. 2007. Leksikon Sastra Arab Modren-Biografi dan
Karyanya. Data Media; Yogyakarta
3
Al-Hāsyimi, Sayyid Ahmad. 1965. Jawāhir al-Adab. Mesir:  Dār al-Fikr al-’Arabi.
Cetakan ke-26

8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkmbangan sastra arab modern di mesir dimulai dari kembalinya para pelajar di kota mesir,dan
membuat eksistensi kesusatraanya meningkat yang telah banyak mengalami asimilasi dari
berbagai macam negara, ,sastra arab mesir berkembang dari Bahasa dan sastra yaitu seperti puisi
dan aliran sastra, factor faktor pendorong berkembangnya sastra arab modern mesir ini adalah
Bersatunya kebudayaan barat dan timur,bertambahnya jumlah orientalis eropa
timur,dibangunnya sekolah yang bermacam macam,adanya utusan kaderisasi ilmu
pengetahuan,adanya propaganda dalam pembelajaran Bahasa asing,adanya surat kabar yang
diterbitkan di mesir dan syam,adanya adanya kelompok kelompok ilmuwan dan sastrawan yang
paling trkenal saat itu,adanya kreasi seni berbahasa arab,dan adanya peraturan baru di al azhar
dan sekolah sekolah dan tokoh tokoh sastra arab modern telah banyak membuat perubahan untuk
kebangkitan kesusatraan arab mesir,seperti Mustafa lutfi al manfaluti,mahmud taimur dll.

9
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Atho’illah Fathoni. 2007. Leksikon Sastra Arab Modren-Biografi dan Karyanya. Data Media;
Yogyakarta.
Adab  ‘Thaqafiyyat’. Volume I No. 01, Juli-Desember 2000
Al-Hāsyimi, Sayyid Ahmad. 1965. Jawāhir al-Adab. Mesir:  Dār al-Fikr al-’Arabi. Cetakan ke-26
Gufron, Muhammad. 1979. Kesusastraan Arab Modern. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Syauki Dhoif. 2004. Al-Adab Al-Mana’shir fi Misry. Darul Ma’arif: Mesir.
Tasnimah, Tatik Maryatut. 2000. Fenomena Kritik Sastra Arab. Yogyakarta:  Jurnal Fakultas
http://arulzorro.blogspot.com/2013/06/perkembangan-sastra-arab-mesir-moderen.html

10

Anda mungkin juga menyukai