Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS SYI’IR MASA ISLAM

SYI’IR RATSA RASULULLAH (HASAN BIN TSABIT)

Tugas ini diajukan untuk salah satu tugas mata kuliah Dirosah Syi’riyyah

Disusun oleh:
Masturo Hasan (11190210000042)
Lilis Malikatus Sakinah (11190210000052)
Juni Mutiara Rachmawati (11190210000063)

Dosen Pembimbing:
Drs. Mukhtar Ghazali, M.Ag

Semester 4 B
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Adab dan Humaniora
Bahasa dan Sastra Arab
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang mana telah memberikan Rahmat-Nya
kepada kita dan hidayah serta taufiq-Nya sehingga kita bisa berkomunikasi di
tempat yang berbeda ini, yang mana melalui aplikasi Zoom ini. Dimana kami
dapat menyampaikan isi makalah kami kepada teman-teman sekalian. Shalawat
serta salam kita junjung kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah
menuntun kami ke jalan yang benar.

Dan kami ucapkan terima kasih kepada teman kelompok yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini serta bimbingan Bapak Dosen.
Walaupun dalam perjalanan menyelesaikan makalah terdapat sedikit kesulitan
yang mana kami tidak dengan mudah dalam menyelesaikannya. Semoga dengan
adanya makalah ini melatih segala kesabaran kami dan menjadikan ilmu
pengetahuan baru bagi kami maupun yang lainnya.

Tangerang, 15 April 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4

A. Latar Belakang......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4

C. Tujuan Pembahasan.................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 5

A. Syi’ir Pada Masa Islam........................................................................... 5

B. Tujuan Syi’ir Pada Masa Islam............................................................... 5

C. Hasan bin Tsabit...................................................................................... 6

D. Karya dan Analisis Hasan bin Tsabit...................................................... 7

BAB III PENUTUP........................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 13

3.2 Saran......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ulama sastra Arab membagi periode sastra Arab kedalam
beberapa era pada zaman itu, yaitu pada masa Jahiliyyah, masa Shadrul Islam,
masa Umayyah, lalu masa Abbasiyyah, Massa kemunduran, masa Andalusia,
dan yang terakhir masa kebangkitan modern. Setiap era mempunyai ciri khas
sastra yang membedakan zamannya. Karena di setiap era pada zamannya pasti
mengalami perkembangan.
Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang diutus
oleh Allah, sebagai tanda bahwa datangnya agama Islam di muka bumi. Dan
dengan datangnya agama Islam banyak membawa perubahan bagi masyarakat
Arab, mulai dari seni kesusastraan Arab yaitu puisi. Syi’ir sudah ada di hati
orang Arab dan itu adalah suatu status yang tidak luhur, dan status yang tidak
dapat dibandingkan dengan apapun, karena itulah amalan kebajikan dan
catatan kemuliaan mereka, serta lidah yang berbicara tentang kebajikan dan
mereka pun melakukan kebajikan.1 Bahkan setiap zaman berbeda dalam
tujuan dan setiap zaman mempunyai sastrawan sendiri, salah satunya yaitu
Hasan bin Tsabit penyair andalan Nabi Muhammad SAW pada masa Shadrul
Islam.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana syi’ir pada masa Shadrul Islam?
2. Siapa Hasan bin Tsabit?
3. Apa saja syi’ir karya Hasan bin Tsabit yang diperuntukkan untuk
Rasulullah?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui karya sastra pada masa Shadrul Islam, salah satunya
yaitu syi’ir.
2. Mengenal Hasan bin Tsabit dan karya – karya nya.
1
٢٨ :‫ ص‬٢٠١٤ )‫ تاريخ األدب العربي (دارالسالم للطباعة و النشر فونوروكو‬،‫قسم المنهج الدراسي‬

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syi’ir Pada Masa Islam
Syi’ir pada masa Shadrul Islam merupakan Diwan al-Arab, yaitu
sumber kemuliaan dan kemegahan.2 Munculnya era Islam adalah era kedua di
masa awal Islam (610 - 750 M). Perbatasan Islam adalah sebuah batu karang
dan ciri terakhir kehidupan Arab yang kita kenal di era kebodohan,
konstitusinya adalah Al-Quran dan penasihatnya adalah Rasulullah, dan
semoga Allah merahmatinya dan diberikan kedamaian dan berharap di
kemudian hari penerusnya baik juga setelah dia.3
Era ini disebut sebagai masa penyebaran Islam di Jazirah Arab, dan
pengaruh bangsa Arab dengan ajarannya hingga munculnya negara
Abbasiyah. Agama baru tersebut membawa kepada orang Arab atas keyakinan
dan konsep baru berlakunya undang-undang yang cukup untuk mengatur
masyarakat Arab dan mendukung ikatan keluarga, status perempuan, dan
membantu orang miskin yang rentan.4

B. Tujuan Syi’ir Pada Masa Islam


a.) Menyebarkan aqidah Islam serta penetapan hukum-hukumnya, dan
menganjurkan kaum muslimin untuk mengikutinya
b.) Motivasi untuk perang dan mendapat persaksian di sisi Allah karena
menegakkan kalimatullah, dan itu pada saat perang Ghazwah Nabi dan
Fathu Makkah.
c.) Al-Hija, yaitu awal mula untuk membela agama Allah.
d.) Menggambarkan peperangan dan kekuasaan terhadap kota-kota serta
bagaimana cara pengepungannya, pembukaannya dan sebagainya
e.) Pujian
f.) Ratapan
2
٢٨ :‫ ص‬٢٠١٤ )‫ تاريخ األدب العربي (دارالسالم للطباعة و النشر فونوروكو‬،‫قسم المنهج الدراسي‬
3
٢٨ :‫ ص‬٢٠١٤ )‫ تاريخ األدب العربي (دارالسالم للطباعة و النشر فونوروكو‬،‫قسم المنهج الدراسي‬
4
٢٨ :‫ ص‬٢٠١٤ )‫ تاريخ األدب العربي (دارالسالم للطباعة و النشر فونوروكو‬،‫قسم المنهج الدراسي‬

5
C. Hasan bin Tsabit
Beliau adalah Abu Al-Walid Hasan bin Tsabit bin Al-Mandhari, beliau
adalah salah satu penyair andalan Nabi Muhammad SAW dalam melawan
penyair orang kafir,5 dari suku Al-Khazraj Azdiyya di Yaman, sukunya
bermigrasi dari Yaman ke utara Jazirah Arab, lalu dia dan saudara
perempuannya Al-Aws menetap di Madinah. Saudara perempuannya adalah
salah satu centenarian yang hidup 120 tahun, setengahnya di masa pra-Islam
dan setengahnya lagi dalam Islam.6
Beliau lahir sebelum kelahiran Nabi sekitar 60 tahun sebelum Hijriyyah
dan dibesarkan di Yatsrib dan menjalani kehidupan pemuda beradab dan
istimewa dari Jahiliyyah dalam sebuah keluarga penting di Jahiliyah dan
Islam.
Hasan sangat fanatik kepada sukunya al-Khazraj, membela dan menyerang
lawan-lawannya, terutama suku Aws, dan ada banyak konflik puitis antara dia
dan penyair terkenal dari Aws, Qais ibn al-Khatim dan Abu Qais ibn al-Asalt.
Hasan dulunya berbeda pada zaman jahiliyyah, di mana puisinya
dipisahkan dari kritik, dan dikatakan bahwa dia menampilkan puisinya di
Souq Ukadz kepada master.7
Al-Aws dan Khazraj membela Rasulullah, dan mereka melawan orang-
orang Mekah dan mendukung Rasulullah, sehingga mereka disebut Ansar.
Kemudian Rasul membutuhkan seseorang untuk mendukungnya atas Quraisy
dengan lidahnya karena para penyair Quraisy menyinggung Rasulullah, dan
Hasan sebagai muslim dengan niat baiknya membantu Rasulullah.8
Hasan hidup sebagai pejuang dengan puisinya tentang Islam dan Muslim,
dan eksploitasinya adalah dalam membela agama Islam dan dengan puisinya
5
Muhammad Ilham Sholih “Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan bin Tsabit”. Jurnal
Adabiyyah. Vol. 16. No. 1, 2016, Hal 90.
6
Muhammad Ilham Sholih “Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan bin Tsabit”. Jurnal
Adabiyyah. Vol. 16. No. 1, 2016, Hal 91.
7
Muhammad Ilham Sholih “Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan bin Tsabit”. Jurnal
Adabiyyah. Vol. 16. No. 1, 2016, Hal 91.
8
Muhammad Ilham Sholih “Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan bin Tsabit”. Jurnal
Adabiyyah. Vol. 16. No. 1, 2016, Hal 92.

6
memperkaya dia tentang eksploitasi perang, dan itulah sebabnya, Nabi SAW
membagi harta untuknya setelah pulang dari peperangan yaitu pedang,
padahal ia tidak berpartisipasi dalam perang tersebut.9
Dan ketika Rasulullah meninggal, Hasan berdiri di samping orang-orang
Anshar, mempertahankan hak mereka untuk kekhalifahan akan tetapi kaum
Muhajirin membawa pengaruh, sehingga kaum Anshar lemah, dan khalifah
Hasan terabaikan, dan orang-orang pun enggan mendengarkan puisinya karena
mereka disibukkan dengan berita penaklukan. Lalu, mungkin Umar telah
mendengarnya menyanyikan puisinya sementara orang-orang di Masjid
Nabawi meminta izinnya.

D. Karya dan Analisis Sya’ir Hasan bin Tsabit


Sebagaimana yang sudah disampaikan pada pembahasan sebelumnya
bahwa Hasan bin Tsabit merupakan seorang penyair pada era Awal Islam.
Karya-karya beliau sebagian besar meliputi syi’ir yang bernafaskan Islami dan
memiliki tujuan Rasa’ yaitu sebuah syi’ir yang dibuat mengandung unsur
kesedihan, kepayahan. Biasanya syair ini dibuat untuk mengenang orang yang
sudah meninggal atau yang masih hidup dari segi keberanian, kemuliaan, serta
keutamaan orang yang dituliskan sifat-sifatnya pada sbuah syi’ir. Syair-syair
karya Hasan bin Tsabit diantaranya:

ِ ‫ت َشجوا ِمن أ‬
َ ‫ فَاذْ ُك ْر أَ َخ‬# ‫َخي ثِِق ٍة‬
َ‫اك أَبَا بَ ْك ٍر بِ َما َف َعال‬ ِ
ْ ً ْ َ ‫اذَا تَ َذ َّك ْر‬
ِ
ُّ ‫ص َّد َق‬
‫الر ُساَل‬ ِ ‫ َو أ ََّو ُل الن‬#
َ ‫َّاس طًُّرا‬ ُ‫الم ْح ُم ْو ُد ِش ْي َمتُه‬ ِ
َ ‫التَّال ُي الثَّان ُي‬

‫الجبَاَل‬ ِ ‫اف الع ُد ُّو بِ ِه إِ ْذ‬ ِ ‫و الثَّانِي اْ َثن ْي ِن فِي الغَا ِر المنِْي‬
َ ‫صع َد‬
َ َ َ َ‫ ط‬# ‫ف َوقَ ْد‬ ُ َ َ

‫َم ُي ْع ِد ْل بِ ِه َر ُجاَل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ م َن البَ ِريَّة ل‬# ‫ب َر ُس ْول اهلل قَ ْد َعل ُموا‬
ُّ ‫َو َكا َن ُح‬

9
Muhammad Ilham Sholih “Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan bin Tsabit”. Jurnal
Adabiyyah. Vol. 16. No. 1, 2016, Hal 92.

7
‫ بِ َما َح ِماَل‬1‫اها‬
َ َ‫ َب ْع َد النَّبِ ِّي َو أ َْوف‬# َ ‫َخ ْي ُر البَ ِريَِّة أَْت َق‬
‫اها َو أ َْرأَ ُف َها‬

Artinya:
Apabila kamu mengingat keberanian dari saudaraku yang sangat tsiqah
Maka ingatlah saudaramu Abu Bakar dengan apa yang dilakukan
Dia adalah orang kedua yang selalu dipuji perangainya
Dan manusia pertama yang membenarkan seluruh yang disampaikan rasul
Dan orang kedua yang berada digua yang tinggi (gua hira) selama dua hari
Sedangkan musuhnya mengejarnya ketika dia menaiki gunung
Dan kecintaannya terhadap Rasulullah sudah diketahui
Oleh para manusia tidak ada yang bisa menandinginya
dia adalah sebaik-baiknya manusia yang paling bertakwa dan paling lemah
lembut
setelah Nabi dan paling menjaga dengan apa yang dia miliki.

Isi syi’ir
Sebab terciptanya syi’ir ini karena ada Ibnu Abbas bertanya kepada Hasan bin
Tsabit siapakah manusia yang pertama kali masuk Islam dari golongan laki-laki10.
Selain itu juga syi’ir ini menerangkan sifat-sifatnya Sayidina Abu Bakar ra.
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwa sayyidina Abu Bakar ra
adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Selain itu juga Abu
Bakar yang menemani Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah dan menemani
.Rasul di gua Hira ketika dikejar-kejar oleh Suraqah bin Malik

Analisa Syi’ir
 Dari segi Ilmu Arudh
Abdurrahman bin Mu’adhah, As-Syahid as-syi’ri fii tafsir al-Qur’an al-Karim, Maktabah Darul
10

Minhaj, Riyadh: 2010.Hal 91.

8
Bahar yang digunakan dalam syi’ir ini menggunakan bahar basit. Bahar basit

adalah bahar yang menggunakan wazan ‫اعلن‬11‫تفعلن – ف‬11‫اعلن – مس‬11‫تفعلن – ف‬11‫))مس‬.


Jika kita tuliskan dengan mengikuti runtutan Kitabah Arudiyah maka akan
terbentuk seperti ini:
ِ ‫اِذَاتَ َذ ْك َكرتَ َشج ونْ ِم ْنأ‬
َ ‫ فَاذْ ُك ْرأ‬# ‫َخي ثِِقتِ ْن‬
َ‫َخا َكأَبَا بَ ْك ِرنْبِ َما َف َعال‬ َْ ْ
//o/// o//o/o/ o/// o//o/o/ # o/// o//o/o/ o//o/ o///o

‫ فعلن‬1‫مستفعلن فعلن مستفعلن‬ # ‫متفعلن فاعلن مستفعلن فعلن‬

‫التعريف‬ ‫صحيح \ زحاف‬ ‫وزن \ تفعلة‬


‫الساكِ ِن‬
َّ ‫ف الثَّانِي‬ ُ ‫َح ْذ‬ ‫ال َخ ْب ُن‬ ‫متفعلن‬
ً‫س ِز َحافًا َو ِعلَّة‬َ ‫ل َْي‬ ‫الص ِح ْي ُح‬
َ ‫فاعلن‬
ً‫س ِز َحافًا َو ِعلَّة‬َ ‫ل َْي‬ ‫الص ِح ْي ُح‬
َ ‫مستفعلن‬
‫الساكِ ِن‬
َّ ‫ف الثَّانِي‬ ُ ‫َح ْذ‬ ‫ال َخ ْب ُن‬ ‫فعلن‬

 Segi Ilmu Ma’ani


Jika kita melihat dalam kajian ilmu ma’aninya syi’ir ini menggunakan Kalam
Khabariyah dan Kalam Insya’iyah hal itu bisa kita temukan sebagian besar
menggunakan kalam khabariyah dua diantaranya menggunakan kalam khabariyah
thalabi (kalam yang terdapat huruf taukid) yang bisa disimpulkan berarti adanya
penekanan makna dari kalam tersebut.
Adapun jika dilihat dari segi tujuan kalam khabariyah tersebut terdapat dua tujuan
diantaranya:

a. Faidah al-Khabar

9
Faidah khabar adalah mutakallim (orang ke-1) memberikan pemahaman
suatu berita kepada mukhatab (orang k-2) dan mukhatab belum
mengetahui berita tersebut.11 Tujuan tersebut terdapat pada bait dibawah
ini:

ِ ‫ت َشجوا ِمن أ‬ ِ
َ‫اك أَبَا بَ ْك ٍر بِ َما َف َعال‬ َ ‫ فَاذْ ُك ْر أ‬# ‫َخي ثِِق ٍة‬
َ ‫َخ‬ ْ ً ْ َ ‫اذَا تَ َذ َّك ْر‬
ِ
ُّ ‫ص َّد َق‬
‫الر ُساَل‬ ِ ‫ َو أ ََّو ُل الن‬#
َ ‫َّاس طًُّرا‬ ُ‫الم ْح ُم ْو ُد ِش ْي َمتُه‬ ِ
َ ‫التَّال ُي الثَّان ُي‬

‫الجبَاَل‬ ِ ‫اف الع ُد ُّو بِ ِه إِ ْذ‬ ِ ‫و الثَّانِي اْ َثن ْي ِن فِي الغَا ِر المنِْي‬
َ ‫صع َد‬
َ َ َ َ‫ ط‬# ‫ف َوقَ ْد‬ ُ َ َ
Jika kita melihat kepada kondisi pada saat itu, Abdullah bin Abbas ra lahir sekitar
tahun 619M sedangkan Hasan bin Tsabit ra lahir sekitar tahun 554 M sehingga
wajar jika Abdullah bin Abbas menanyakan orang yang pertama memeluk islam
terlebih lagi Hasan bin Tsabit menambahkannya dengan peristiwa hijrahnya
Rasulullah bersama Abu Bakar ra sekitar tahun 622 M bertepatan juga umur
Abdullah bin Abbas sekitar umur 3 tahun sedangkan Hasan bin Tsabit berusia
60an keatas.
b. Lazim al-Khabar
Lazim al-Khabar adalah ketika mukhattab (orang ke-2) sudah mengetahui
isi dari berita tersebut sedangkan mutakallim mengabarkan berita tersebut
hanya sekedar menjelaskan dan memastikannya saja.12 Tujuan bait tersebut
terdapat pada bait dibawah ini:

‫َم ُي ْع ِد ْل بِ ِه َر ُجاَل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ م َن البَ ِريَّة ل‬# ‫ب َر ُس ْول اهلل قَ ْد َعل ُموا‬
ُّ ‫َو َكا َن ُح‬

‫ بِ َما َح ِماَل‬1‫اها‬
َ َ‫ َب ْع َد النَّبِ ِّي َو أ َْوف‬# َ ‫َخ ْي ُر البَ ِريَِّة أَْت َق‬
‫اها َو أ َْرأَ ُف َها‬
Jika kita lihat dua bait ini memiliki tujuan lazim khabar hal tersebut
disebabkan karena Abdullah bin Abbas sudah mengetahui bahwa
kecintaan Abu Bakar ra terhadap Rasulullah idak diragukan lagi dan
11
Ali Jarim, Musthafa Amin, Balaghah Wadihah, Darul Ma’arif, hal 146.
12
Ali Jarim, Musthafa Amin, Balaghah Wadihah, Darul Ma’arif, hal 146.

10
perangainya pun juga sudah diketahui oleh Abdullah bin Abbas.
Sedangkan ketika Hasan bin Tsabit menyebutkan dua bait diatas hanya
bertujuan untuk menjelaskan dan memastikan.
ِ ‫كل‬ ِ َ ‫َح َس ُن ِم ْن‬
ُ‫ِّساء‬
َ ‫َم تَل ُد الن‬ ْ ‫ َوأ‬# ‫ط َع ْينِي‬
ْ َ ‫َج َم ُل م ْن‬ ُّ َ‫َم َتر ق‬
َ ْ‫ك ل‬ ْ ‫َوأ‬

َ ‫ك قَ ْد ُخلِ ْق‬
ُ‫ت َك َما تَ َشاء‬ َ َّ‫ َكأَن‬# ٍ ‫ت ُمَب ّر ًءا ِم ْن ُك ِّل َع ْي‬
‫ب‬ َ ‫ُخلِ ْق‬
Artinya:
Engkau adalah manusia terbaik yang belum pernah dilihat satu mata pun
Dan engkau adalah paling indah yang belum pernah dilahirkan oleh seorang
wanita, Engkau diciptakan tanpa memiliki cacat sedikit pun seakan-akan engkau
diciptakan sebagaimana yang engkau mau

Isi Syi’ir
Syi’ir ini dibuat dengan tujuan untuk memuji sifat-sifat Rasulullah SAW.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Rasulullah SAW satu-satunya Nabi dan
Rasul yang namanya di kumpulkan jadi satu dengan Lafdzul jalalah dalam kalimat
syahadat selain itu Rasulullah diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlaq dan
sebagai rahmat untuk seluruh alam serta sebagai penutup pembawa risalah ajaran
agama-agama sebelumnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika beliau dipuji
disebabkan karena akhlaqnya yang mulia .

Analisa Syi’ir
 Segi Ilmu Arudh
Bahar yang digunakan pada syi’ir ini adalah bahar wafir. Bahar wafir adalah

wazan yang menggunakan wazan (‫ولن‬11‫اعلتن – فع‬11‫اعلتن – مف‬11‫)مف‬. Jika kita tuliskan
dengan mengikuti runtutan Kitabah Arudiyah maka akan terbentuk seperti ini:

‫َج َملُ ِم ْن َكلَ ْمتَلِ ُد ْن نِ َسا ُئ ْو‬


ْ ‫ َوأ‬# ‫َح َسنُ ِم ْن َكلَ ْمَت َرقَ ْط طَُع ْينِي‬
ْ ‫َوأ‬

11
//o/o// o///o// o///o// # o/o// o///o// o///o

‫ مفاعلتن مفاعلتن فعولن‬# ‫مفاعلتن مفاعلتن فعولن‬

 Segi Ilmu Ma’ani


Jika dilihat dari segi ilmu Ma’ani dua syi’ir ini menggunakan kalam
Khabariyah Ibtidaiyah dan satu kalam khabariyah Thalbiyah.
Adapun dari segi tujuan kalam tersebut adalah:

Tamdih (memuji) dan Tafakhur (bangga)


Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas Hasan bin Tsabit membuat
syi’ir tersebut untuk memuji segala macam yang berhubungan dengan Rasulullah
baik dari segi akhlaknya, perawatakannya, dan sifat-sifat mulianya Rasulullah
yang lainnya. Selain untuk memuji secara tidak langsung Hasan bin Tsabit juga
mengekspresikan kebanggannya kepada Rasulullah karena sudah berhasil
mendamaikan dua suku besar yaitu Suku Aws dan Khazraj yang sudah lama
berselisih di kota madinah pada saat itu. Bahkan Rasulullah mampu untuk
merubah sikap orang arab jahiliyah pada masa tersebut. Sebagaimana yang
dikatakan Dr. Ramadhan al-Buthi bahwa Rasulullah mampu untuk memimpin dan
merubah masyarakat Arab jahiliyah yang awalnya sering melakukan hal-hal yang
tidak baik sebelum datangnya Rasulullah menjadi masyarakat yang beradab.13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Sa’id Ramadhan, Mukhtarat min Ajmali as-Syi’ri fii Madhi Ar-Rasul, Darul
13

Ma’rifah, Damaskus: 1988, hal 10

12
Hasan bin Tsabit adalah salah satu penyair andalan Nabi Muhammad
SAW dalam melawan penyair orang kafir. Dengan syi’irnya beliau banyak
membela agama Islam dan Rasulullah.
Sebagaimana yang sudah dibahas di makalah bahwa Hasan bin Tsabit
membuat syi’ir tersebut untuk memuji segala yang berhubungan dengan
Rasulullah baik dari segi akhlaknya, perawatakannya, dan sifat-sifat mulia
Rasulullah lainnya.

B. Saran
Terkait materi yang sudah kita bahas bersama, alangkah baiknya kita tidak
hanya mengandalkan isi dari makalah saja, memperbanyak membaca dari
berbagai banyak nya sumber mengenai materi tersebut agar mempunyai
banyak wawasan dan makin memahami isi materi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

٢٨ :‫ ص‬٢٠١٤ )‫ تاريخ األدب العربي (دارالسالم للطباعة و النشر فونوروكو‬،‫قسم المنهج الدراسي‬

Abdurrahman bin Mu’adhah. 2010. As-Syahid as-syi’ri fii tafsir al-Qur’an


al-Karim. Maktabah Daarul Minhaj.

Muhammad Sa’id Ramadhan. 1988. Mukhtarat min Ajmali as-Syi’ri fii


Madhi Ar-Rasul. Damaskus: Daarul Ma’rifah.

Ali Jarim dan Musthafa Amin. Balaghah Wadihah. Daarul Ma’arif.

Jurnal
Pasla, Vincent D.J, dan Alvin J. Tinangon. 2016. Arsitektur Mimesis.
Media Matrasain. 13(1). Hal 47-52.
Sholih, Muhammad Ilham. 2016. Karakteristik Teknis dalam Puisi Hasan
bin Tsabit. Jurnal Adabiyyah. 16(1). Hal 90-92.
Abdurrahman bin Mu’adhah. 2010. As-Syahid as-syi’ri fii tafsir al-Qur’an
al-Karim. Maktabah Darul Minhaj. Hal 91.

14

Anda mungkin juga menyukai