Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TOKOH SASTRA DAN AHLI BAHASA MASA BANI ABBASIYAH II

Disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh al-Adab
al-Araby Fi al-‘Ashri al-Awsath

Dosen Pengampu:
Arif Mustofa, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Dede Su’eb (200301110137)
2. Imamal Mujahiddin R. (200301110146)
3. Indah Rarasati (200301110147)

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
2.1 Al-Jahiz...................................................................................................... 2
2.2 Ibnu Qutaibah............................................................................................ 4
2.3 As-Shaimary.............................................................................................. 6
2.4 Abu Firas .................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah adalahmasa pemerintahan terlama
dalam sejarah islam, yakni memimpin selama lebih dari lima ratus tahun dari tahun,
mulai dari tahun 132 – 656 H (750 – 1258 M). Pemerintahan ini dibagi dalam
beberapa periode, namun pendapat yang masyhur adalah bahwa masa Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah terbagi dalam 5 periode.Periode pertama, disebut juga dengan
periode pengaruh Persia pertama, berlangsung dari tahun 132 H/750 M – 232 H/847
M, Periode kedua,disebut juga dengan periode pengaruh Turki pertama,berlangsung
dari tahun 232 H/847 M –334 H/945 M, periode ketiga, disebut juga dengan periode
pengaruh Persia kedua, berlangsung dari tahun 334 H/945M – 447 H/1055
M,periode keempat, disebut juga dengan periode pengaruh Turki kedua, berlangsung
dari tahun 447 H/1055 M – 590 H/1194 M, dan periode kelima,periode yang bebas
dari pengaruh dinasti lain, berlangsung dari tahun 590 H/1194 M – 656 H/1258 M.
Periode pertama merupakan puncak keemasan dari pemerintahan Bani Abbasiyah.
Pada periode ini. secara politik para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Periode ini juga berhasil
menancapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan melalui
usaha penerjemahan dari berbagai sumber.
Di masa berikutnya yakni masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah periode II,
yang berlangsung dari tahun 847 – 944 M. Pada periode ini, perkembangan-
perkembangan yang terjadi secara umum tidaklah mampu melampaui apa yang telah
dicapai oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah periode I. Meskipun begitu, dalam
bidang keilmuan khususnya ilmu bahasa dan sastra periode ini tetap mampu
melahirkan tokoh-tokoh sastrawan maupun ahli bahasa yang masyhur hingga saat
ini.Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai kehidupan beberapa tokoh
sastrawan maupun ahli bahasa dalam masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah II, dan
diantara tokohnya yakni; (1) Al-Jahiz, (2) Ibnu Qutaibah, (3) As-Shaimary, dan (4)
Abu Firas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Al-Jahiz
a. Biografi singkat
Nama aslinya adalah Abu Amr Utsman bin Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-
Bashri, merupakan seorang ilmuwan terkenal yang lahir di Basra dan berasal
dari suku Kinanah. Ia merupakan cucu seorang budak berkulit hitam. Al-Jahiz
adalah seorang Muslim yang taat, dan karyanya secara konsisten bernuansa
religius.Al-Jahiz diberi gelar sebagai ilmuwan Polimatch atau serba bisa,
dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang ia kuasai. Dan gelar al-Jahiz (besar)
sendiri disebabkan karena bentuk fisik matanya yang besar. Kehidupan awal al-
Jahiz tidaklah banyak diketahui, hanya saja terdapat informasi yang mengatakan
bahwasannya ia berasal dari keluarga yang miskin. Al-Jahiz berjualan ikan
disekitar saluran irigasi di kota Baghdad untuk membantu keluarganya.
Kesulitan keuangan yang dihadapinya tidaklah menghentikan semangatnya
untuk terus mencari ilmu pengetahuan.
Al-Jahiz dikenal sebagai penulis berbagai corak keilmuwan seperti Prosa
Arab, Sastra Arab, Biologi, Zoologi, Sejarah, Filsafat Islam Awal, Psikologi
Islam, Teologi, dan Polemik dalam Politik-Agama.Al-Jahiz belajar dengan cara
berkumpul dengan para ilmuwan dari masjid ke masjid di Basra. Ia gemar
membahas berbagai subjek ilmu pengetahuan dan rajin menghadiri berbagai
kuliah yang dilakukan oleh orang-orang paling terpelajar dalam bidang literatur,
leksikografi, dan puisi. Al-Jahiz hadir sebagai penonton filologis penyelidikan
yang dilakukan pada Mirbad dan mengikuti kuliah oleh orang-orang paling
terdidiksaat itu seperti al-Asma Abu 'Ubayda dan Abu Zaid.Al-Jahiz cukup
beruntung, karena pada saat ia melanjutkan pendidikannya disaat yang
bersamaan pula kekhalifahan Abbasiyah dalam periode revolusi budaya dan
intelektual. Akibatnya, fasilitas seperti buku-buku teks tersedia dengan mudah,
dan inilah yang membuat pembelajaran dirinya menjadi semakin mudah.Al-
Jahiz meninggal di Basra pada 869 M. Penyebab pasti kematiannya tidak jelas,
tetapi asumsi populer adalah kecelakaan, dalam kondisi lumpuh, dimana
tumpukan buku-buku pada perpustakaan pribadinya ambruk dan

2
menghimpitnya. Versi lain mengatakan menjelang akhir hidupnya ia menderita
penyakit hemiplegia (salah satu penyebab stroke).

b. Karya Sastra
Karya-karya Al-Jahiz diantaranya:
1. Kitab al- Hayawan, atau ‘Buku tentang Binatang’ sebuah antologi anekdot-
anekdot binatang – yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi.Buku ini
terdiri dari tujuh volume anekdot, deskripsi puitis dan peribahasa yang
menggambarkan lebih dari 350 varietas hewan.
2. Kitab al- Bukhala‘Book of Misers’ yang merupakan sekumpulan cerita
tentang keserakahan, bersifat lucu dan menyindir. Buku ini adalah contoh
terbaik tulisan prosanya yang bertema psikologi manusia.
3. Kitab al-Bayan wa al-Tabyin yang secara harfiah berarti Fasih dan
Penjelasan, adalah salah satu karya terakhirnya di mana ia mendekati
berbagai mata pelajaran seperti pengalaman luar biasa, pidato retoris,
pemimpin sektarian, pangeran, serta memberikan perlakuan sinis dan gila
dari orang bodoh, dan lain-lain. Hal ini juga melahirkan sebuah buku
dimana ia menyatukan keterapilan dan kefasihan bahasanya seni keheningan
dan seni puisi. Buku ini dianggap salah satu karya teori dan kritik sastra
Arab paling awal.
4. Kitab al-Jawari wal Moufakharat Ghilmanyakni buku pujian-pujian dari
selir dan kasim, yang merupakan buku nakal dari sensualitas.
Isi dari salah satu karya Al-Jahiz disebutkan ada 3 pokok pendapat Al Jahiz
tentang bahasa Arab, yaitu: (1) Dari segi akar sejarahnya, bahasa Arab tidak
terpisahkan dengan ujaran nabi Ismail. Nabi Ismail adalah orang yang fasih
berbahasa Arabpadahal ia dibesarkan pada lingkungan bahasa yang lain.
Sehingga membuat bahasa ibunya menjadi bahasa yang asing baginya. (2)
Sebagaimana diketahui bahwa ketika Allah mengubah lisan Ismail untuk
mengucapkan bahasa Arab tanpa kegagapan, tidak hanya merubah bentuk lisan
secara fisiologis saja, namun juga secara watak. Kemudian menggabungkan
keduanya menjadi paduan akhlak Ismail yang terpuji dan lisan yang fasih. (3)
Orang Arab mempunyai tuturan yang darinya bahasa Arab menjadi berkembang,
kaya kosakata, makna katanya jelas, serta gaya bahasanya sangat kaya.

3
2.2 Ibnu Qutaibah
a. Biografi singkat
Nama aslinya adalah Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muslim bin Qutaibah
al-Dainuri al-Marwazi, semasa kecilnya ia akrab dipanggil dengan nama Abu
Muhammad.Ia dinisbatkan pada al-Dainuri, yaitu daerah dimana ia pernah
menjadi hakim disana. Sebagian ulama berpendapat bahwa Ibnu Qutaibah juga
dinisbatkan pada al-Marwazi yang merupakan tempat kelahiran ayahnya.Nama
Qutaibah dalam beberapa literatur bahasa Arab merupakan bentuk tasghir dari
kata Qutbah yang berarti nama jeroan dari binatang ternak. Namun belum di
ketahui mengapa kata tersebut di nisbatkan kepada dirinya (Sofwan, 2018).Ibnu
Qutaibah lahir tahun 213 H/ 828 M di Baghdad, dan ada yang mengatakan di
Kufah. Ia adalah seorang non Arab yang merupakan asli dri bangsa Turki.
Ibnu Qutaibah hidup dimana pada masa itu Baghdad menjadi ibu kota
pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Kota Baghdad juga menjadi pusat
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemunculan ulama, dan hal ini adalah
kesempatan yang tidak disia-siakan oleh Ibnu Qutaibah untuk menyerap ilmu
dari beberapa ulama setempat. Ia merasa kurang puas dengan apa yang
didapatkannya ketika di Baghdad, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk
berpergian dari satu daerah ke daerah lain untuk memperoleh ilmu. Ibnu
Qutaibah dikenal sebagai pribadi yang memiliki ilmu yang sangat mendalam
dalam bidang agama, fikih, tafsir Hadits dan beragam bidang ilmu lainnya. Ia
dikenal sebagai ilmuan dan sastrawan yang sangat cerdas dan memikiki
pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa dan kesusatraan, berani dan tegas.
Ia pengarang pertamayang berani melakukan kritik sastra. Ibnu Qutaibah
memiliki semangat belajar yang tinggi hingga akhirnya ia tumbuh berkembang
menjadi seorang ulama yang berwawasan luas, kritis terhadap permasalahan-
permasalahan sosial dan mampu mewarnai corak pemikiran keilmuan yang
berkembang pada saat itu.
Mengenai tahun wafatnya, sebagaimana tempat dilahirkannya, banyak
ulama yang berselisih pendapat mengenai tahun wafatnya Ibnu
Qutaibah,sebagian menyebutkan beliau wafat pada 270 atau 271 H, hal ini
senada sebagaimana pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Khallikan. Namun
pendapat yang unggul dari mayoritas ulama mengatakan bahwa yang tepat
4
adalah Ibnu Qutaibah wafat pada bulan Rajab tahun 276 H/ 889 M di usia 63
tahun.

b. Pendidikan dan Keilmuan


Ibnu Qutaibah berkelana mengunjungi kota Bashrah, Makkah, Naisabur, dan
tempat-tempat lain untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu. Ia belajar
Teologi secara mendalam pada seorang teolog dan ahli bahasa Ishaq bin Ibrahim
bin Rawaih al-Hazali, dan ia juga pernaha belajar kepada Abu Hatim Sahl bin
Muhammad al-Sijistani. Ia juga berguru pada al-Riyasyi yang diakui sebagai
seorang yang mewarisi keilmuan al-Asma’i dan Abu ‘Ubaidah dalam kajian
kebahasaan al-Qur’an. Ibnu Qutaibah juga pernah mendatangi Muhamad bin
Ziyad al-Ziyadi dan Ziyad bin Yahya al-Hasani untuk belajar.
Ibnu Nadim menyanjung Ibnu Qutaibah dengan mengatakan, "Ibnu
Qutaibah itu ahli dalam bidang bahasa, Nahwu, Gharib al-Quran, serta beragam
makna-maknanya, Syair, Fikih, dan juga memiliki karya yang sangat
banyak."Ibnu Katsir pun juga memuji Ibnu Qutaibah dengan mengatakan bahwa
Ibnu Qutaibah adalah pemiliki beragam karya yang mendalam, bermanfaat, yang
mengumpulkan beragam ilmu bermanfaat sehingga karangannya memiliki ciri
khas bahwa pengarangnya adalah seseorang yang memiliki akal yang runtut dan
terstruktur. Hal ini karena dirinya berusaha keras dalam mengambil manfaat dari
pencarian pengetahuan dan ilmu. Setiap membuat suatu karya, ia selalu
mempresentasikannya kepada penulisyang menurutnya lebih alim darinya.
Hampir seluruh karyanya mendapatkan apresiasi. Karangannya mapu
memberikan sumbangsih yang besar pada peradaban sastra dan sejarah. Dan ia
dianggap sebagai tokoh dan guru besar dalam bidang Sastra dan Bahasa.

c. Karya Sastra
Ibnu Qutaibah meninggalkan karya yang begitu berpengaruh, kurang lebih
terdapat 300 kitab yang ia karang dengan berbagai judul di berbagai bidang
keilmuan. Diantara karyanya:
1. Dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra, yakni; al-Wahsyu, Ma‘ani al-Syi’ri,
al-Farsu, an-Nabatu, al-Hajwu, al-alfaz al-Muqarabah bi al-Alqab al-
Mu‘arrabah, al-Ibil, jami an-Nahwi, al-Isytiqaq, tabaqat as-Syu’ara, al-Arab
wa ‘Ulumuha, al-Syi‘ru wa al-Syu‘ara’ (Ghozali, 2014).
5
2. Dalam bidang al-Qur’an dan Hadits, yakni; I’rab al-Qur’an, al-Qira’at, al-
Masail wa Ajwibatuha, Musykil al-Hadits, al-Ru’ya, Garib al-Qur’an, Garib
al-Hadits, A‘lamun Nubuwwah, al-Musytabih min alHadits, Ta’wil
Mukhtalaf al-Hadits.
3. Dalam bidang Ilmu Kalam, yakni; ar-Raddu ‘ala Man yaqulu bi khalqi al-
Qur’an, al-Ikhtilaf fi al-lafẓ wa al-Radd ala al-jahamiyah wa al-Musyabihah,
ar-Raddu ‘ala Syu‘ubiyah.
4. Dalam bidang Ilmu Politik, adaUyun al-Akhbar, al-Imamah wa as-Siyasah,
at-Taswiyah baina al-A’rab wa al-‘Ajam.
5. Dalam bidang Ilmu Fikih, yakni; al-Fiqhu, al-Asyribah, as-Ṣiyamu, al-Maisir
wa al-Qadah, Adab al-Qaḍi.
6. Dalam bidang Ilmu Umum, yakni; Adab al-Katib, al-Ma‘arif (Pengetahuan
Umum), al-Rajul wa al-Manzil (Akhlak/Sejarah politik), al-Anwa‘ fi
Mawasim al-‘Arab (Perbintangan/Ilmu Falak).
Karyanya yang bernama kitab al-Syi‘ru wa al-Syu‘ara’memuat dua poin
pembahasan: pertama, memuat tentang isi puisi itu sendiri, termasuk di
dalamnya membicarakan dari segi pembagian puisi, penilaian puisi dari sisi
bahasa, sisi makna, sisi diksi pilihan kata, juga menjelaskan macam-macam
kecacatan puisi.Kedua, membincangkan tentang persoalan para penyair, mulai
dari riwayat, termasuk juga kondisi, kemampuan, suku, keturunan, nama kuniyah
serta laqab nya dari penyair yang dikenal,dan juga karya puisinya, juga
menyebutkan tentang jumlah keseluruhan penyair di dalamnya yang banyaknya
206 penyair, semua itu tidak hanya terbatas pada penyair di satu zaman saja,
tetapi penyair lintas zaman termasuk memuat penyair mulai zaman jahili
(sebelum islam), munculnya islam, Umayyah, hingga penyair di zaman
Abbasiyah (Syakir, 1958.p.59).

2.3 As-Shaimary
a. Biografi singkat
Nama aslinya adalah Abu ‘Anbas Muhammad bin Ishaq Al-Shaimary, ia
lahir di Kufah,Irak pada tahun 213 H/882 M dan wafat di Baghdad,Irak pada
tahun 275 H/888 M. Nama As-Shaimary dikenal karena berpindah dari kufah ke
bashrah, yang al-shaimary adalah sebuah penisbatan kepada sebuah sungai yang
berada di kawasan bashrah yang terletak disebuah desa dan sekelilingnya
6
dipenuhi dengan pepohonan dan tumbuhan. Ia tinggal di kota samarra dan pada
masa kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakkil, kota tersebut mengalami
kemajuan dan as-Shaimary dijadikan sebagai pendamping pribadinya khalifah
Al-Mutawakkil dalam memimpin umat dikarenakan mereka memiliki hubungan
erat. As-Shaimary dikenal sebagai sosok yang suka bergurau.

b. Karya Sastra
Beliau adalah seorang yang ahli dalam ilmu perbintangan, memiliki dua
karangan kitab didalamnya berisi ilmu, gurauan dan bahkan syair-syairnya. Ada
yang berpendapat bahwa as-shaimary adalah orang yang kotor lisannya, karena
ia memiliki kebiasaan menghina para penyair lain dengan syairnya. Namun
disini hanya sedikit yang kami temukan mengenai syair yang berisi hinaan
begitupun dengan syair tentang pujian.
1. Syair celaan kepada Ibrahim bin Mudabbir seoran yang berhasil menduduki
sebagian jabatan diwilayah samarra dan Baghdad.

‫كب بالألعنة حنو بابك‬ ‫أسل الذي عطف املوا‬

‫زعلى وقوف يف ركابك‬ ‫وأذل موقفى العزي‬

‫مامل يكن لك ي حسابك‬ ‫وأراك نفسك مالكا‬

‫غصص املنية من حجابك‬ ‫أال يطيل جتر عي‬


Dalam puisi diatas As-Shaimary menghina Ibrahim bin Mudabbir karena sifat
keserakahannya ketika berhasil menduduki jabatan di wilayah yang
ditaklukkannya.
2. As-Shaimary juga memiliki kisah yang panjang dengan seorang penyair yang
terkenal pada masanya yaitu Al Buhtury, ia pernah menghinanya karena suatu
sebab. Al-Buhturi memiliki kebiasaan menggoyahkan kepala dan bahunya,
cara berjalannya dibuat-buat ketika khalifah Al-Mutawakkil membacakan

sebuah puisi lalu ia mengucapkan ‫اهلل‬ ‫ احسنت و‬pada setiap bait yang dibacakan
oleh sang khalifah, kemudian menghampiri khalayak ramai ditempat
pembacaan puisi tersebut sambil berkata:

‫مالكم ال تقولون أحسنت ؟ هذا واهلل ماال حيسن أحد أن يقول مثله‬
7
"mengapa kalian tidak memujinya, demi Allah tidak ada seorangpun yang
pernah ku temui seindah ucapannya”
Al-Mutawakkil pun merasa risih dengan pujian Al-Buhtury yang terlalu
berlebihan dan seolah-olah puisinya itu merendahkannya sekaligus
mencelannya. Kemudian khalifah Al-Mutawakkil menghampiri As-Shaimary
dan mengatakan:” Tidakkah engkau mendengar apa yang ia katakan, hinalah
penyair itu (Al-Buhturi) dengan puisimu” As-Shaimary pun melantunkan
qasidahnya yang begitu panjang, yang diantaranya berbunyi sebagai berikut:

‫لك من قضاقضة ضغم‬ ‫يا خبرتي حذار وي‬

‫وهبتكه جفت القلم‬ ‫فبأي عرض تعتصم‬

‫ك من احلجا سيل العرم‬ ‫ولقد أسلت بوالدي‬

‫يإبن الثقيلة و الثقفي ل على قلوب ذوى العم‬


Syair diatas berisikan celaan kepada Al-Buhturi menggunakan kata-kata yang
sangat kotor dan puisinya (as-sahimary) tersebut sangat menyentuh sangat hati
setiap orang termasuk para khalifah pada masa Abbasiyyah karena memiliki
peranan yang sangat kuat isi puisnya.
3. Syairnya yang memuji pemuda bernama Hasan bin Mukhollad yang
merupakan seorang wazir pada masa kekhalifahan Al-Mutawakkil.

‫زارين بدر على غصن قابال وصلي يقبلين‬

‫وهو روحي رد يف بدين‬ ‫خلته ملا أتى حلما‬

‫إن يل عن مثله شغال مبقال الشعر يف احلسن‬

‫قد لبسنا سابع املذن‬ ‫و أبيه خملد فبه‬

‫كاتب قل التظري له فاضل يف العلم واللسن‬


Puisi tersebut berisi pujian yang berpengaruh sangat kuat sehingga para
pemimpin merasa tersanjung atas puisi dari As-Shaimary.

8
2.4 Abu Firas
a. Biografi singkat
Nama aslinya adalah Abu Firas Al-Harits bin Abi Al-‘Ala Said bin Hamdan at-
Taghlibi, ia lebih dikenal dengan sebuatan Abu Firas. Ia lahir di manbij dan ada
yang mengatakan di Suriah dan adapula yang mengatakan di Irak, pada tahun
932 M dan wafat pada tahun 968 M dikota Mosul. Ia adalah seorang pangeran
dan juga penyair Arab. Ayahnya Abi Al-‘Ala Said adalah seorang putra dari
pendiri keluarga Hamdanid.Ibunya adalah seorang selirbudak Yunani.Abu Firas
tumbuh sebagai yatim piatu dan diasuh oleh sepupunya Sayf ad-Daulah. Abu
Firas adalah sepupu dari Sayf ad Daulah dan merupakan anggota Hamdanid,
yang merupakan penguasa di Suriah Utara dan Mesopotamia atas selama abad
ke-10.
Abu Firas tinggal di kota Aleppo yang mana pada saat itu Aleppo sebagai ibu
kota pemerintahan danmengalami kemajuan pesatdalam beberapa bidang seperti
seni, kebudayaan, peradaban, intelektual,ilmu pengetahuan dan sastrapada akhir
kekuasaan Abbasiyah. Kemasyhuran tersebut terjadi ketika Aleppo dipimpin
oleh Sayf ad-Daulah. Sehingga melahirkan beberapa penulis,ilmuan dan
sastrawan. Salah satunya adalah Abu Firas Al-Hamdani. Abu Firas berguru
dengan Ibnu Khalawayh yang merupakan seorang ahli tata bahasa. Selain
sebagai seorang penyair, Abu Firas adalah seorang komandan yang kuatkarena
keahliannya dalam perang. Ia memimpin pasukan dibawah kekuasaan Sayf ad-
Daulah.Pada tahun 968 Abu Firas wafat karena dibunuh, ketika ia mengikuti
pemberontakan terhadap keponakannya Sayf ad-Daulah.

b. Karya Sastra
Karya Abu Firas terdiri dari beberapa puisi dalam bentuk qasida klasik yang
mengandung pujian. Ia menulis sebagian karya ketika berada didalam penjara.
Karyanya yang terkenal adalah kumpulan puisi dengan judul al-Rumiyat (Puisi
tentang Bizantium). Adapun contoh puisi Abu Firas yang bernama Asy-Syi’ir al-
Wihdani (pusisi yang isinya menguangkan perasaan seorang penyair), yaitu
sebagai berikut:
1. Syair pujian yang berisi tentang mengenang kekasihnya sebelum memuji
penguasa Sayf Daulah Al-Hamdani, adalah:

9
‫أما للهوى هني عليك وال أم‬ ‫أراك عصي الدمع شيمتك الصرب‬

‫ولكن مثلي ال ياع له سر‬ ‫بلى أنا مشتاق وعندي لوعة‬

‫إذا الليل أضواين بسطت يد اهلوى وأذللت دمعا من خالئقة الكرب‬

2. Adapun syair pujian yang lainnya yang menceritakan tentang keridhaan dan
hubungan baik antara hamba dan tuhannya.

‫واليتك ترضى وتاأنام غضاب‬ ‫فليتك حتلو واحلياة مريرة‬

‫وليت الذي بيين وبينك عامر وبيين وبني العاملني خراب‬

‫إذا صح منك الود فالكل هني وكل الذي فوق الرتاب تراب‬
Adapun puisi diatas memiliki beberapa panduan dalam setiap baitnya
 Panduan Pemahaman dan pengamalan
a) Al-Imam ibnu Qayyim Al-Jaujiyah menulis: kalau bait-bait syair ini
ditujukan kepada Allah , maka bait ini bait-bait ini benar. Tapi bait-bait
ini sangat salah sekali jika ditujkan kepada sesama manusia.
b) Bait bait ni memberikan pelajaran dan motivasi luar biasa tentang
indahnya cinta imani kepada Allah. Cinta ini terbangun diatas
keyakinan yang kuat akan bahagia dan mulianya hidup ini jika kita
dicintai oleh Allah.
c) Membiasakan diri untuk menjadikan amal ibadah yang kita
perjuangkan, sebagai sumber kebahagiaan dan kekuatan jiwa dalam
kehidupan.
d) Membiasakan diri untuk menyebut nyebut amal ibadah andalan kita,
dalam munajat doa kepada waktu-waktu mustajab. Ini adalah
pengamalan tawassul kepada Allah melalui amal ibadah yang ikhlas.

3. Syair yang mengandung isi tentang perjalanan berburu

‫لو شئت مما قد قللن جدا عددت أيام السرور عدا‬

‫ألذ ما مر من األيام‬ ‫أنعت يوما مر يل باالشام‬

10
‫عند انتباهي سحرا من نومي‬ ‫دعوت بالصقار ذات يوم‬

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Al-Jahiz memiliki nama asli Abu Amr Utsman bin Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-
Bashri. Iadiberi gelar sebagai ilmuwan Polimatch atau serba bisa, dikarenakan

11
banyaknya disiplin ilmu yang ia kuasai.Karya-karyanyayang terkenal adalah Kitab
al- Hayawan, Kitab al- Bukhala‘Book of Misers’, Kitab al-Bayan wa al-Tabyin,
danKitab al-Jawari wal Moufakharat Ghilman.
2. Nama asli Ibnu Qutaibah adalahAbu Muhammad ‘Abdullah bin Muslim bin
Qutaibah al-Dainuri al-Marwazi. Diantara karyanya dalam bidang Ilmu Bahasa
dan Sastra, yakni; al-Wahsyu, Ma‘ani al-Syi’ri, al-Farsu, an-Nabatu, al-Hajwu, al-
alfaz al-Muqarabah bi al-Alqab al-Mu‘arrabah, al-Ibil, jami an-Nahwi, al-Isytiqaq,
tabaqat as-Syu’ara, al-Arab wa ‘Ulumuha, al-Syi‘ru wa al-Syu‘ara’.
3. Abu ‘Anbas Muhammad bin Ishaq Al-Shaimary atau akrab dikenal dengan As-
Shaimary merupakan ahli bahasa yang memiliki hubungan yang erat dengan
khalifah al-Mutawakkil. Ada yang mengatakan bahwa as-Shaimary adalah tokoh
yang lisannya kotor. Akan tetapi, syair-syair yang berisi hinaan hanya sedikit yang
ditemukan dan sebagaian berisi tentang pujian.
4. Abu Firas Al-Harits bin Abi Al-‘Ala Said bin Hamdan at-Taghlibi, atau yang biasa
dikenal dengan sebutan Abu Firasadalah seorang penyair, dan juga merupakan
seorang komandan yang kuatkarena keahliannya dalam perang. Ia memimpin
pasukan dibawah kekuasaan Saif ad-Daulah. Karyanya yang terkenal adalah
kumulan puisi dengan judul al-Rumiyat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abu Al-Anbas A-Shaimary. (n.d.). Retrieved April Jum'at, 2022, from Wikipedia: https://ar-m-
wikipedia-

Abu Firas al-Hamdani. (n.d.). Retrieved April Sabtu, 2022, from


https://ms.simplicitysalonandspavt.com/400991-abu-firas-al-hamdani-TTXZWE

Achmad, B. (2019). Sastrawan Arab Modern. GUIPEDIA.

Al Jahiz. (n.d.). Retrieved April Kamis, 2022, from


https://www.wikiwand.com/en/Abu_Uthman_Amr_ibn_Bahr_al-Jahiz

AL JAHIZ. (n.d.). Retrieved April Selasa, 2022, from edunitas.com:


https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Al-Jahiz_109458_p2k-unkris.html

Bahri, S. (Ed.). (2020, April). ABU FIRAS AL-HAMADANI. Retrieved April Minggu, 2022,
from https://www.islamkontemporer.id/abu-firas-al-hamadani/

Dhoif, S. (2001). Tarikh Al-Adab Al-'Araby Al-'Asr Al-'Abbasi II. Mesir: Dar El Ma'arif.

Dr. Lalu Turjiman Ahmad, M. (Ed.). (2021). TEMA-TEMA UTAMA LINGUISTIK DALAM
ADAB AL-KATIB KARYA MONUMENTAL IBN QUTAIBAH. Serang: A-Empat.

Hidayah, F. (2019). Kearbitreran Bahasa Arab dan Urgensi Mempelajarinya dala pandangan
Linguis Arab Klasik. 10, 106.

Hidayah, F. (2019). Kearbitreran Bahasa Arab dan Urgensi Mempelajarinya dalam


Pandangan Linguis Arab. STUDI ARAB, 10, 106.

Ibnu Qutaibah. (n.d.). Retrieved April Jum'at, 2022, from Ensiklopedia ISLAM:
https://ensiklopediaislam.id/ibnu-qutaibah/

Kadir, I. (2015). Retrieved April Rabu, 2022, from https://www.academia.edu/:


https://www.academia.edu/37613818/Al_Jahiz_Ulama_yang_Mati_Tertimpa_Buku

Kangdidik (Ed.). (2019, April). Biografi Imam Ibnu Qutaibah. Retrieved April Jum'at, 2022,
from Kangdidik.com: https://www.kangdidik.com/2019/04/biografi-imam-ibnu-qutaibah.html

Kholis, N. (2021). Kritik dan Penilaian Ibnu Qutaibah terhadap Puisi Arab dalam Kitab Al
syi'ru wal syu'ara. EL-IBTIKAR Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 10, 16-36.

i
Kirana, A. C. (2016). Perkembangan Puisi pada masa Dinasti Abbasiyah. 8.

Kuncahyo, W. S. (Ed.). (2020, Oktober Senin). Al-Jahiz, Pakar Evolusi Sebelum Darwin.
(ASKARA) Retrieved April Rabu, 2022, from
https://www.askara.co/read/2020/10/26/10542/al-jahiz-pakar-evolusi-sebelum-darwin

Mengenang Sosok Al-Jahiz. (2022, Januari Senin). Retrieved April Selasa, 2022, from
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA: https://www.republika.co.id/berita/r5g262313/mengenal-
sosok-aljahiz

Mushlihin, S. M. (Ed.). (2012, Desember). Biografi Ibnu Qutaibah. Retrieved April Jum'at,
2022, from https://www.referensimakalah.com/2012/12/biografi-ibnu-qutaibah.html

ii

Anda mungkin juga menyukai