Anda di halaman 1dari 4

‫المحسنات المعنوية‬

(keindahan-keindahan Makna)
A. Tauriyah

a) Tauriyah Mujarodah
Yaitu Tauriyah yang tidak dibarengi dengan sesuatu yang sesuai dengan
dua macam arti, seperti jawaban nabi Ibrahim as ketika ditanya oleh Tuhan
tentang istrinya. Ia mengatakan ‫ هذه أختى‬ini saudariku (seagama). Nabi Ibrahim as
memaksudkan kata ‫ أختى‬adalah saudara seagama.
Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman :

‫وهو الذي يتوفاكم بالليل ويعلم ما جرحتم بالنهار‬


“Dan Dialah yang mewafatkan (menidurkan) kamu di malam hari dan Dia
mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari” (al-An’am : 60)
Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat ungkapan tauriyah yaitu kata ‫ أختى‬dan
‫جرحتم‬. Pada kedua contoh di atas tidak terdapat kata-kata yang sesuai dan
munasabah semua, sehingga dinamakan tauriyah mujarrodah

b) Tauriyah Murasyahah
Tauriyah Murasyahah merupakan suatu tauriyah yang setelah itu dibarengi
dengan ungkapan yang sesuai dengan makna yang dekat. Tauriyah ini dinamakan
murasyahah karena dengan menyertakan ungkapan yang sesuai dengan makna
dekat menjadi lebih kuat. Sebab makna yang dekat tidak dikehendaki, jadi seolah-
olah makna dekat itu menjadi lemah, apabila sesuatu yang sesuai dengannya
disebutkan maka maka ia menjadi lebih kuat. Contoh,
‫والسماء بنيناها بأيد‬
“Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (kekuasaan) Kami.” (al-
Dzâriyat: 47)
Pada ayat di atas terdapat ungkapan tauriyah, yaitu pada kata ‫ بأيد‬kata tersebut
mengandung kemungkinan diartikan dengan tangan, yaitu diberi makna anggota
tubuh, dan itulah makna yang dekat. Sedangkan makna jauhnya adalah
kekuasaan. Dalam pada itu disebutkan juga ungkapan yang sesuai dengan makna
yang dekat itu dari segi untuk menguatkan, yaitu kata ‫بنيناها‬. Namun demikian,
pada ayat di atas ungkapan tauriyah mengandung kemungkinan makna yang jauh
yang dikehendaki.
c) Tauriyah Mubayyanah
Tauriyah Mubayyanah adalah salah satu jenis tauriyah yang disebutkan
padanya ungkapan yang sesuai untuk makna yang jauh. Dinamakan Mubayyanah
karena ungkapan tersebut dimunculkan untuk menjelaskan makna yang
ditutupinya. Sebelum itu, makna yang disebukan masih samar, sehingga setelah
disebutkan kelaziman makna yang dikehendaki menjadi jelas.
Contoh:
‫ﻏﺼﻮﻥ‬ ‫فﻘﺪي‬ ‫مﻦ‬ ‫وﻇللﺖ‬ # ‫مﻄﻮﻗا‬ ‫بالهﻤﻮم‬ ‫رﺁنﻲ‬ ‫مﻦ‬ ‫يا‬
‫فﻲ ﺷﺠﻮﻥ‬
“Wahai Dzat yang senantiasa melihatku dalam kesusahan ku terbelenggu
Kepapaanku menaungi bak cabang pohon rindang menggelayut”
Makna qariib = ‫ مﻥ‬artinya orang
Makna ba’iid = ‫ مﻥ‬artinya Dzat

d. Tauriyah Muhayyaah
Tauriyah Muhayyaah ialah tauriyah yang tidak terwujud kecuali dengan
lafadz sebelum atau sesudahnya. Jadi muhayyaah terbagi menjadi dua bagian:
a) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafadz yang terletak sebelumnya. Contoh:
Syair Sirajuddin al-Warraq
‫ لقاء الموت عندهم األديب‬# ‫أصون أديم وجهي عن أناس‬
‫ ولو وافي به لهم حبيب‬# ‫ورب الشعر عندهم بغيض‬
“Aku memelihara kulit mukaku dari banyak orang bertemu, mati menurut
mereka adalah sesuatu yang beradab, pengarang menurut mereka adalah
orang yang dibenci meski yang datang kepada mereka itu adalah orang yang
dicintai.”
Kata “‫ ”حبيب‬pada syi’ir di atas memiliki dua makna: pertama, orang yang
dicintai (makna dekat) dan mudah dipahami oleh hati pendengar karena
sebelumnya ada kata “‫”بغيض‬, maknakedua adalah nama AbuTamam seorang
penyair yaitu Habib bin Aus (makna jauh). Dan makna ini yang dikehendaki
penyair.
b) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafadz yang sesuai sesudahnya.
Contoh:
‫أنه كان يحرك الشمال باليمين‬
“Sesungguhnya ia menggerakkan baju lapang yang menyelubungi seluruh
badan dengan tangan kanan.”

Kata ‫الشمال‬pada contoh di atas memiliki dua makna, yaitu: pertama, tangan
kiri (makna dekat) kedua, baju longgar yang menyelubungi seluruh tubuh
(makna jauh) dan ini makna yang dikehendaki, akan tetapi makna ini tidak
kelihatan jelas karena tertutupi oleh kata sesudahnya yaitu ‫اليمين‬yang berarti
tangan kanan.

B. Musyakalah
Keserupaan dari berbagai unsur kata dalam ilmu Balaghah menurut Syeikh
Abdurrahan al-Akhdhari ada 6 yaitu:
1. Al-‘Aks
Yaitu mendahulukan bagian didalam kalimat kemudian diakhirkan seperti contoh:
‫ عادات السادات سادات العادات‬yang berarti kebiasaan sadat/sadat kebiasaan.

2. Al-tashim
Yaitu menjadikan sesuatu di awal kalimat yang menunjukkan pengertian dari akhir
kalimat contoh:
ْ َ‫وما كاﻥ هللا ِلي‬
َ ُ‫ظ ِل َمهم ولكﻥ كانوا أنف‬
‫سهم يظلموﻥ‬
“Dan Allah tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri”

3. Al-Musyakalah
Yaitu menyebutkan sesuatu dengan lafadh lain karena letaknya sebagai
penyesuai dalam rangka penguatan lafadh sebelumnya contoh:
“‫ ”صبغةَ هللا‬yaitu masdar yang menguatkan pada lafadh sebelumnya yaitu “‫”أ َمنّا باهلل‬.
Karena iman adalah mensucikan hati.

4. Al-Muzawajah
Yaitu mengumpulkan antara 2 makna didalam syarat dan jawab contoh:
َ ِ‫ ”إذا ما نهى الناهﻲ فلَ َّج ب‬yang mana ada dua makna
“‫ أصاخت إلى الواﺷﻲ فل َّج بها الهجر‬# ‫ﻲ الهوى‬
yang terkumpul dalam syarat dan jawab.

5. Al-Ruju’
Yaitu kembali kepada kalimat yang dahulu dengan membatalakan karena
kebalikannya contoh:
“‫ بلَى وﻏي ََّرها األروا ُح وال ِ ّديَ ُم‬# ‫ ”ﻗِف بالديار ا َّلتﻲ ل ْم يفعُها ال ِﻘ َد ُم‬yang mana bait yang awal
membatalkan bait yang ke dua.

6. Al-Muqabalah
Yaitu: mendatangkan 2 makna atau lebih yang saling sesuai, kemudian saling
berurutan. Seperti contoh:
ْ ‫ ”فليضحكوا ﻗليال‬antara kalimat pertama dan yang kedua maknanya sesuai
“‫وليَبكوا كثيرا‬
dan tertib/saling berurutan.

A. Pengertian Musyakalah
Musyakalah merupakan bentuk mashdar dari kata “‫”ﺷاكل‬. Secara leksikal kata
tersebut bermakna “saling membentuk”. Sedangkan kata “ ‫ ”المﺷاكلة‬sendiri secara
bahasa mempunyai arti “menyamai atau mengimbangi”.
Secara terminologis makna musyakalah yang dikemukakan oleh Ahmad Al-
Hasyimi dalam kitab Jawahirul Balaghoh adalah sebagai berikut:
‫المﺷاكلة هﻲ أﻥ يذكر الﺷﻲء بلفظ ﻏيره لوﻗوعه فﻲ صحبته‬
Artinya: “menuturkan suatu dengan menggunakan kata lain, yang mana
kedudukannya berfungsi sebagai pengimbang.”

B. Macam Musyakalah
Tertera dalam kitab Balaghoh ‘arobiyyah Musyakalah terbagi ke dalam dua
macam, yaitu:
1) Tahqiqoh
Yaitu Musyakalah yang Mushahibnya disebutkan secara lafadz. Contohnya
adalah sebagai berikut:
َّ ُّ‫لى هللاِ ِإنَّهُ ََل ي ُِحب‬
َ‫الظا ِل ِميْﻥ‬ َ ‫ع‬ َ ‫سيِّئَةُ مِثْلُ َها فَ َم ْﻥ‬
ْ َ ‫عفَا َوأ‬
َ ُ‫ص َل َح فَاَج ُْره‬ َ ‫سيِّئ َ ٍة‬
َ ‫َو َجزَ ا ُء‬
“dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,” (QS. As-
Syura:40)
Pada hakikatnya balasan untuk tindakan kejahatan bukanlah dengan
menggunakan kejahatan serupa, akan tetapi dengan memberikan hukuman adil
yang sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah. Pemberian
hukuman tersebut dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengambil hak
keadilan selaku sebgai orang yang disakiti. Maka tidaklah berdosa bagi seorang
yang mengambil hak nya, baik dengan mengambil sendiri ataupun melalui
pengadilan.
Pada ayat balasan pada suatu tindak kejahatan berupa hukuman yang
sesuai dengan kejahatan tersebut. Adapun didalam ayat ini “hukuman” yang
dinyatakan dengan menggunakan kata ( ( ‫سيئة‬merupakan bentuk ungkapan
Musyakalah, karena lafadz ‫سيئة‬yang kedua berkedudukan sebagai pengimbang
dari lafadz ‫سيئة‬yang pertama.

2) Taqdiriyyah

Yaitu Musyakalah yang mushohib tidak disebutkan dalam bentuk kata(lafadz),


dan didalam ungkapan (kalam) juga tidak terdapat tanda-tanda keberadaan nya
namun berada diluar ungkapan. Contohnya:
َ ُ‫ص ْبغَةً َو نَ ْحﻥُ لَه‬
َ‫عا ِبد ُْوﻥ‬ َ ْ‫ص ْبغَةَ هللاِ َو َم ْﻥ أَح‬
ِ ِ‫س ُﻥ مِﻥَ هللا‬ ِ
Artinya: “ shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghah nya dari pada
Allah? Dan hanya kepada-Nya lah kami menyembah.” (Qs. Al-Baqarah: 138)
Allah membenamkan kita kedalam keimanan,artinya Allah mensucikan diri
kita dengan iman. Hal ini berlawanan dengan orang-orang nasrani yan
membenamkan anak-anak mereka kedalam air yang berwarna kuning yang
biasa disebut dengan air pembaptisan. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut
dapat mensucikan anak-anak mereka. Allah memerintahkan umat Islam untuk
mengatakan kepada mereka: “kami beriman kepada Allah”. Allah
membenamkan kami kedalam keimanan, bukan seperti yang kalian lakukan.
Allah mensucikan kami dengan iman, bukan seperti pensucian yang kalian
lakukan terhadap anak-anak kalian.
Penyebutan iman kepada Allah dengan menggunakan lafadz ِ‫ص ْبغَةَ هللا‬ ِ
merupakan bentuk ungkapan musyakalah karena bertujuan sebagai
pengimbang kata َ‫ص ْبغَة‬ِ ‫ النصارى‬secara taqdiriyyah (dikira-kirakan). Adapun
qorinah yang ada dalam ayat ini adalah qorinah haliyah (indikator situasional)
yang berupa Asbabun Nuzul( sebab di turunkan nya) ayat ini , yaitu pemandian
anak-anak orang nasrani dengan air kuning.

Anda mungkin juga menyukai