Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“AL-MAKKI WA AL-MADANI”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. H. Otong Surasman, MA

Disusun Oleh :

Kelompok III

Muhammad Saifur Rijal : 202520065

Siti Nurhabibah : 202520083

Sujai Al Haq : 202520085

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


ISLAM

INSTITUT PTIQ JAKARTA

1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur keharibaan Allah Swt atas segala nikmat, rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Al-Makki wa Al-Madani” sebagai tugas mata kuliah Ulumul
Qur’an.

Shalawat terbingkai salam senantiasa tercurahkan kepada baginda


Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabat sampai kepada para
pengikutnya hingga akhir zaman, dan semoga kita semua termasuk kedalam
golongan umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Teriring ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Otong Surasman,


M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an atas segala
bimbingan dan arahan serta ilmu yang diberikan kepada kami sehingga
makalah yang berjudul “Al-Makki wa Al-Madani” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Sebagai penyusun makalah ini, kami menyadari bahwa penulisan


makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Oleh
karena itu, kami selaku penyusun senantiasa meminta kritik dan saran yang
membangun, agar kami bisa memperbaiki penulisan kami dikemudian hari.

Jakarta, 30 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………. 3

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ………………………….. 3

B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah …………………… 6

C. Ciri-ciri dari surah atau ayat yang menandakan Makkiyah dan


Madaniyah ……………………………………………………… 8

D. Macam-macam Makkiyah dan Madaniyah …………………….. 13

E. Upaya Para Ulama menggali Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah


dan Madinah ……………………………………………………..15

F. Manfaat mengetahui turunnya ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah


……………………………………………………………………16

BAB III PENUTUP ……………………………………………………. 19

A. Kesimpulan …………………………………………………… .. 19

B. Saran ……………………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan


pemikiran dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali umat Islam,
mereka sangat memperhatikan kelestarian risalah Nabi Muhammad
Saw yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah
Nabi Muhammad Saw bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan
yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal menerimanya. Tetapi,
di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada akal dan
terpatri dalam hati.

Dalam perkembangan dan dinamika turunnya wahyu terdapat


berbagai istilah-istilah yang muncul dalam pengkajian atau studi al-
Qur’an. Salah satunya ialah istilah Al-Makki dan Al-Madani yang tak
lain juga disebut dengan Makkiyah dan Madaniyah. Kedua kata
tersebut di ambil dari dua nama kota besar di Jazirah Arab yaitu kota
Makkah dan kota Madinah. Kata Al-Makki dan Al-Madani
merupakan salah satu dari penjelasan jenis ayat-ayat / surah-surah
yang ada dalam al-Qur’an.

Al-Makki dan Al-Madani atau Makkiyah dan Madaniyah


merupakan salah satu disiplin ilmu al-Qur’an yang membahas dua
periode penting tentang turunnya ayat atau surah dalam al-Qur’an.
Dan dalam menetapkan ayat atau surah mana yang termasuk
Makkiyah atau Madaniyah terdapat beberapa teori yang telah
dikemukakan oleh para ulama’.

Para Ulama’ mengemukakan empat perspektif/teori dalam


mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat
perspektif/teori itu adalah Teori Historis (zaman an-nuzul), Teori
Geografis (makan an-nuzul), Teori Subjektif (mukhatab) dan Teory
Content Analysis (maudu’).

Dalam perspektif masa turun, para ulama’ mendefinisikan


bahwa Makkiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah

1
Saw hijrah ke Madinah, meskipun bukan turun di Mekkah.
Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah
Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, walaupun turun di Mekkah atau
Arafah

Dalam perspektif tempat turun, didefinisikan bahwa


Makkiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya.
Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah
dan sekitarnya. Namun dari perspektif tersebut terdapat kelemahan
dalam pendefinisiannya karena ada ayat-ayat tertentu yang tidak
diturunkan di Mekkah dan Madinah ataupun sekitarnya, seperti Surah
Az-Zukhruf [43]: 45 yang diturunkan di Baitul Muqaddas, Surah At-
Taubah [9]: 42 yang diturunkan di Tabuk. Sehingga jika melihat
definisi dari perspektif tempat turun maka ayat-ayat tersebut tidak
dapat di kategorikan kedalam surah Makkiyah atau Madaniyah.

Di sisi lain, dalam perspektif obyek pembicaraan


didefinisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab
bagi orang-orang Mekkah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah. Definisi tersebut
dirumuskan oleh para ulama’ berdasarkan atas asumsi bahwa banyak
ayatayat al-Qur’an yang dimulai dengan“yaa ayyuhaa an-naas” yang
menjadi kriteria ayat Makkiyah, dan ungkapan “yaa ayyuhaa al-
lazina aamanuu” yang menjadi kriteria ayat Madaniyah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Makkiyah dan Madaniyah ?


2. Bagaimana dasar penetapan Makkiyah da Madaniyah?
3. Apa saja macam-macam Makkiyah dan Madaniyah?
4. Apa saja cirri-ciri surah atau ayat yang menandakan Makkiyah
dan Madaniyah ?
5. Bagaimana upaya para ulama menggali Al-Qur’an yang
diturunkan di Mekkah dan Madinah?
6. Apa saja manfaat mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan
Madaniyah?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Makkiyah dan Madaniyah merupakan penisbatan terhadap


kedua nama kota besar di Saudi Arabiah, yaitu “Makkah dan
Madinah”. Secara harfiah, Makkiyah berarti yang bersifat Makkah
atau yang berasal dari Makkah, sedangkan Madaniyah berarti yang
bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka surat atau
ayat yang turun di Makkah disebut dengan Makkiyah dan yang
diturunkan di Madinah disebut dengan Madaniyah. 1

Dan secara terminology, Pengertian Makkiyah dan


Madaniyah dikemukakan dalam 4 Teori :

1. Teori Geografis (makan an-nuzul)

Menurut teori ini, mereka mendefinisikan sebagai berikut :

ُ‫ا َ ْل َم ِكيُُ َماُُنَ َز َُلُُ ِب َمك َُةَُ َو َماُ َجاُ َو َر َهاُك َِمنَىُ َُوُع ََرفَ ُةَُ َُوح َد ْي ِب َي َة‬
ُ‫ُ َماُنَ َز َُلُ ِبالم ِد ْينَ ُِةُ َو َماُ َجاُ َو َر َهاُكَأحدُُ َوقبَا َُءُ َوس ْل َع‬:ُُ‫ َوالم َدنِي‬.
“Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya
seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah
adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti
Uhud, Quba’ dan Sul’a” 2

Namun, berdasarkan definisi diatas, ada celah kelemahan dari


pendefinisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak
di turunkan di Makkah dan di Madinah dan sekitarnya. seperti
tempat turunnya Q.S At-Taubah: 42 adalah di Tabuk, Q.S Az-

1
Abdul Hamid, Lc., M.A., Pengantar studi Al-Qur’an, Cetakan kedua, Kencana,
Jakarta,2017, Hal 119
2
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:2017), Cet.7,
hlm. 156

3
Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis (Palestina) pada malam Isra Mi’raj.
3
Allah Swt berfirman :

ُُ‫عُلَ ْي ِهم‬
َ ُُْ‫اصدًاَُّلٱتٱبَعوكَُُ َوُلَ ِكنُبَعدَت‬ ِ َ‫سفَ ًراُق‬ َ ‫َانُع ََرضًاُقَ ِريبًاُ َو‬ َُ ‫لَ ُْوُك‬
ُ‫ون‬ َ َ ‫ست‬
َُ ‫ط ْعنَاُلَ َخ َرجْ نَاُ َمعَك ُْمُي ْه ِلك‬ ْ ‫ّللُِ َل ُِوُٱ‬ َُ ‫سيَحْ ِلف‬
ُ‫ونُُِبٱ ٱ‬ َ ‫شقٱةُُُ َو‬ ُّ ‫ٱل‬
َُ ‫ّللُيَ ْعلَمُُ ِإنٱه ُْمُ َل َُكذِب‬
‫ون‬ ُ‫سه ُْمُ َُوٱ ٱ‬َ ‫أَنف‬
“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang
mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh,
pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat
jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama)
Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-
samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-
orang yang berdusta.” (QS. At-Taubah(9) :42)

ُ‫ن‬
ُِ ‫لرحْ َُم‬ ُِ ‫س ْلنَاُ ِمنُقَ ْب ِلكَُُ ِمنُ ُّرس ِلنَُاُأ َ َج َع ْل َناُ ِمنُد‬
‫ونُٱ ٱ‬ َ ‫نُأ َ ْر‬
ُْ ‫سـُ ُْلُ َم‬
ْ ‫َو‬
َُ ‫َءا ِل َه ُةًُي ْعبَد‬
‫ون‬
“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus
sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk
disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?" (QS. Az-Zukhruf
(43) : 45)

Hal ini merujuk pada H.R At-Thabrani dari Abu Umamah:


Rasulullah SAW bersabda; Al-Quran di turunkan di 3 tempat:
Makkah, Madinah, dan Syam. Walid berkata: Maksudnya Baitul
Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi penafsirannya di Tabuk adalah
lebih baik

2. Teori Historis (zaman an-nuzul)

Menurut teori ini, definisi makkiyah dan madaniyah sebagai


berikut :

3
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:2017), Cet.7,
hlm. 158

4
ُ‫َانُ ِب َغ ْي ُِرُ َمك ََة‬ ِ ْ‫ُ َماُنَ َز َُلُقَ ْب َُلُا‬:ُُ‫ا َ ْل َم ِكي‬.
ُْ ‫لهجْ َر ُِةُ َوا‬
َُ ‫ِنُك‬
َ‫َانُ ِبغَ ْي ُِرُ َم ِد ْينَ ُة‬ ُْ ‫ُ َماُنَ َز َُلُ َب ْع َُدُالِهجْ َر ُِةُ َوا‬:ُُ‫ َُوُالم َدنِي‬.
َُ ‫ِنُك‬
ُ‫الهجْ َر ُِةُ َولَ ُْوُبِ َمك َُةَُأ َ ُْوُع ََرفَ ُةَُ َم َدنِي‬
ِ ُ‫فَ َماُنَ َز َُلُبَ ْع َُد‬
“Makkiyah adalah ayat yang turun sebelum Rasulullah SAW
hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota Makah, semisal
di Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah
SAW hijrah, meskipun ayat tersebut diturunkan di Badar, Uhud,
Arafah atau Makah.”

Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama


Klasik, Modern, hingga ulama kontemporer saat ini. Adapun
yang menjadi kelebihan rumusan teori ini adalah karena
mencakup keseluruhan ayat atau surah Al-Qur’an, sehingga dapat
dijadikan ketentuan dan rujukan yang memadai.

Adapun Teori ini merujuk pada H.R Abu Amr Uthman bin Sa’id
ad-Darimi yang disandarkan pada Yahya bin Salam; 4

Ayat yang diturunkan di Makkah dan ayat yang diturunkan dalam


perjalanan menuju Madinah sebelum Nabi SAW tiba di Madinah,
maka ia termasuk kategori ayat Makkiyah. Dan ayat yang
diturunkan kepada Nabi SAW

3. Teori Subjektif (Mukhathab)

Berdasarkan sasaran pembicaraan (I’tibar al-mukhattab). Yang


ditujukan kepada penduduk Makkah dinamai Makkiyah dan yang
ditujukan kepada penduduk Madinah disebut Madaniyah. Begitu
juga yang ditujukan untuk semua manusia (dengan lafadz yaa
ayyuhannas) dinamai Makkiyah dan yang ditujukan untuk orang-

4
Ibid, hal. 160

5
orang yang beriman saja (dengan lafazh yaa ayyuha al-ladziina
aamanuu) disebut Madaniyah. 5

Kelebihan teori ini ialah rumusannya dimengerti, dan lebih cepat


dikenali dengan kriteria panggilan (nida, khitab) yang khas dari
keduanya tersebut.

Namun, teori ini banyak kelemahan pula di antaranya: Rumusan


pengertiannya

tak dapat dijadikan ketentuan, karena tak dapat mencakup seluruh


ayat AlQur’an. Dari keseluruhan ayat Al- Qur’an yang berjumlah
6236 ayat, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan
(nida), dan dari 511 ayat tersebut, yang dimulai dengan panggilan
(nida) yang khas Makkiyah berjumlah 292 ayat, dan yang khas
Madaniyah berjumlah 219 ayat. 6

4. Teory Content Analysis (Maudu’)

Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang memuat


cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian
Madaniyah adalah ayat yang berisi tentang hudud, faraid, dan
sebagainya. 7

Teori ini didasarkan pada salah satunya Riwayat Hisham dari


ayahnya, AlHakim: “Semua surah yang memuat aturan-aturan,
ketentuan ketentuan, maka ia termasuk Surah Madaniyah, dan
semua surah yang memuat tentang peristiwa masa lampau, maka
ia masuk kategori Makkiyah”. 8

B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyyah

Para ulama mengemukakan bahwa terdapat beberapa


pendapat tentang dasar penetapan atau kriteria yang dipakai untuk
menentukan Makkiyyah dan Madaniyyah suatu surat atau ayat.

5
Al-Hafizh Jalal ad-Din ‘Abd ar-Rahman as-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut:
al-Maktabah al-‘Ashriyah, 2003) juz 1 hal. 23.
6
Ibid, hal. 163
7
Ibid, hal. 164
8
Ibid, hal. 165

6
Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya ayat-ayat atau surat
sebagai dasar penentuan Makkiyyah dan Madaniyyah, sehingga
mereka membuat definisi Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai
berikut:

“Makiyah ialah yang diturunkan dimakkah sekalipun turunnya


sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di madinah”

Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-


ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak
mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk
nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak
semula disusun mengikuti petunjuk nabi.

Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis


berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim
penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan
tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai
kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak
kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya.

Ada dua cara untuk mengenali ayat yang termasuk kategori


Makkiyah dan Madaniyyah.

1. Cara Sima’iy : adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyah


yang diperoleh berdasarkan riwayat.

2. Cara Qiyasiy : adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan


Madaniyyah berdasarkan kriterianya yang menonjol, kandungannya,
redaksi dan uslub, dan lain sebagainya. 9

Dalam menentukan kategori Makkiyah dan Madaniyyah menurut


cara Qiyasiy ada dua dasar yaitu: 10

a. Dasar Aghlabiyah (mayoritas)

Bila mayoritas ayat-ayatnya adalah Makkiyah. Maka surah tersebut


disebut Makkiyah. Begitu juga sebaliknya.
9
Ibid, hal. 171
10
Ibid, hal. 171

7
b. Dasar Tabi’iyah (Kontinuitas)

Bila didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah (sebelum


hijrah), maka surah tersebut disebut Makkiyah. Begitu juga
sebaliknya.

C. Ciri-Ciri Surah Atau Ayat Yang Menandakan Makkiyah Dan


Madaniyyah

Untuk mengetahui dan menentukan Makkiah dan


Madaniyyah, para ulama bersandar pada dua cara utama;

1. Sima'i naqli (pendengaran seperti apa adanya)

2. Qiyasi ijtihadi (analogi hasil ijtihad)11

Cara pertama didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang
hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para
tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana,
di mana, dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu
itu. Sebagian besar penentuan Makkiah dan Madaniyyah itu
didasarkan pada cara pertama ini.

Sedangkan cara qiyasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri Makkiah dan


Madaniyyah. Apabila dalam surat Makkiah terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat Madaniyyah atau mengandung peristiwa
Madaniyyah, maka dikatakan bahwa ayat itu Madaniyyah. Apabila
dalam surah Madaniyyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
Makkiah atau mengandung peristiwa Makkiah, maka ayat tadi
dikatakan sebagai ayat Makkiah.

Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri Makkiah, maka surah itu
dinamakan surah Makkiyah. Demikian pula dalam hal satu surah
terdapat ciri-ciri Madaniyyah, maka surah itu dinamakan surah
Madaniyyah. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi. Oleh karena itu para
ahli mengatakan, bahwa setiap surat yang di dalamnya mengandung
kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, maka surah itu adalah

11
Manna’ Al-Qatthan, op. cit., hlm. 60

8
Makkiyah. Dan setiap surah yang di dalamnya mengandung
kewajiban atau ketentuan, surah itu adalah Madaniyyah.

Bahkan Ja'bari pun pernah mengatakan bahwa; "untuk mengetahui


Makkiyah dan Madaniyyah, ada dua cara; sima'i (pendengaran) dan
qiyasi (analogi)." Sudah tentu sima'i pegangannya berita
pendengaran, sedang qiyasi berpegang pada pernalaran. Baik berita
pendengaran maupun pernalaran, keduanya merupakan metode
pengetahuan yang valid dan metode penelitian ilmiah.

Hal yang terkait dalam perbedaan pandangan Makkiah dan


Madaniyyah tersebut dapat dilihat dari tanda-tanda yang ada pada
Makkiah dan Madaniyyah. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang
Menandakan makkiah; 12

1. Dimulai dengan nida’ (panggilan): “ya ayyuhaa an-nas” dan


sebangsanya. Dalam Al-Qur'an bentuk nida’ tersebut ada 292 ayat.

2. Di dalamnya terdapat lafadz “kalla”. Lafadz tersebut terdapat


dalam Al-Qur'an sebanyak 33 kali dalam 25 surat di bagian akhir
Mushaf Utsmani.

3. Di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah (disunnahkan bersujud


tilawah jika membacanya), di dalam Al-Qur'an ada 15 ayat sajdah.

4. Di permulaannya terdapat huruf-huruf tahajji (huruf yang


terpotong-potong), seperti huruf ‫ الم‬,‫ حم‬,‫ يس‬,‫ ن‬dan sebagainya.

5. Di dalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan umat-umat


terdahulu, selain surat Al-Baqarah dan Al-Maidah. Contohnya antara
lain seperti surat Yunus, Yusuf, Hud, Ibrahim, Al-Kahfi, Maryam,
Thaha dan sebagainya.

6. Di dalamnya berisi cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan


penyembahan-penyembahan terhadap selain Allah.

12
Abdul Djalal H.A, op. cit, hlm. 89-96.

9
7. Di dalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-
orang kafir dan orang-orang musyrik yang suka mencuri, merampok,
membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan dan sebagainya.

8. Di dalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti dan argumentasi


dari alam ciptaan Allah yang dapat menyadarkan orang-orang kafir
untuk beriman kepada Allah dan percaya kepada Rasul dan kitab-
kitab suci, hari kiamat dan sebagainya.

9. Berisi ajaran prinsip-prinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial


yang tinggi, yang dijelaskan dengan sangat mengagumkan sehingga
menyebabkan orang benci kepada kekafiran, kemusyrikan, kefasikan,
kekasaran dan sebagainya. Dan sebaliknya, menarik orang untuk
beriman, taat, setia, kasih sayang, ikhlas, hormat, rendah diri, dan
sebagainya.

10.Berisi nasehat-nasehat petunjuk dan cerita yang dapat


menyadarkan bahwa kekafiran, kedurhakaan dan pembangkangan
umat itu hanya mengakibatkan kehancuran dan kesengsaraan saja.

11.Berisi ayat-ayat nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada


penduduk Makah atau orang-orang kafir, musyrik dan sebagainya
dengan ungkapan: “yaa ayyuha an-nas” atau “ya ayyuha al-kafirun”
atau “ya bani Adama”.

12.Kebanyakan surat atau ayat-ayatnya pendek, karena menggunakan


bentuk ijaz (singkat padat). Bentuk tersebut ditujukan kepada orang-
orang Quraisy Makkah yang pada umumnya adalah pakar Bahasa
Arab.

Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan Al-Madaniyah13

1. Bila di dalamnya berisi hukum-hukum pidana, seperti tindak


pidana pencurian, perampokan, pembunuhan, penyerangan,
perzinaan, kemurtadan dan tuduhan zina. Seperti terdapat dalam surat
Al-Baqarah, An-Nisa’, Al-Maidah, Asy-Syura dan sebagainya.

13
Abdul Djalal H.A., op. cit., hlm. 96-98. Lihat Juga Muhammad Hasbi AshShiddieqy, op.
cit., hlm. 81-84

10
2. Di dalamnya berisi hukum-hukum faraidl (waris-mewaris), baik
warisan bagi dzawy al-furudl, dzawy al-arham atau dzawy al-
‘ashabah. Contohnya terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’, Al-
Maidah.

3. Berisi izin jihad fi sabilillah dan hukum-hukumnya, seperti surat


Al-Baqarah, Al-Anfal, At-Taubah dan Al-Hajj.

4. Berisi keterangan mengenai orang-orang munafiq dan sifat-sifat


serta perbuatan-perbuatannya–kecuali surat al-Ankabut. Contohnya
seperti dalam surat An-Nisa’, Al-Anfal, At-Taubah, Al-Ahzab, Al-
Fath, Al-Hadid, Al-Munafiqun dan Al-Tahrim.

5. Berisi hukum ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan


sebagainya. Contohnya seperti surat An-Nisa’, Al-Anfal, At-Taubah,
Al-Ahzab, Al-Fath, Al-Hadid, Al-Munafiqun, dan Al-Tahrim.

6. Berisi hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, sewa menyewa,


gadai, utang piutang dan sebagainya. Contohnya seperti surat Al-
Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’, Al-Maidah dan lain-lain.

7. Berisi hukum-hukum munakahat (seputar pernikahan), baik


mengenai nikah, talak, ataupun mengenai hadlanah (pemeliharaan
anak).

8. Berisi hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan seperti soal


pemusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan
dan sebagainya. Contohnya seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-
Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, Al-Hujurat dan sebagainya.

9. Berisi dakwah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani


serta penjelasan akidah-akidah mereka yang menyimpang.
Contohnya seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Fath, Al-Hujurat
dan sebagainya.

10. Berisi ayat-ayat nida’ (panggilan) yang ditujukan kepada


penduduk Madinah yang Islam dan khitab-nya; “ya ayyuha al-ladzina
amanu” yang di dalam Al-Qur'an terdapat 219 ayat.

11
11. Kebanyakan surat atau ayatnya panjang-panjang sebab ditujukan
kepada penduduk Madinah yang orang-orangnya banyak yang kurang
terpelajar, sehingga perlu dengan ungkapan yang luas agar jelas.

Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya


sebagian surat yang seluruh ayat-ayatnya Makiyah atau Madaniyah,
dan sebagian surat lain yang tergolong Makiyah atau Madaniyah,
tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya.

Berikut ini daftar surah Makkiyah dan Madaniyah merujuk kepada


Mushaf Al-Madinah, terbitan Mujamma’ al-Malik Fahd di Madinah
Munawwarah yang beredar luas di Indonesia :14

Surah-surah Makkiyah

1. Al-Fatihah 23. As-Sajdah 45.Al-Haqah 67.Al-Lail


2. Al-An’am 24. Saba’ 46.Al-Ma’arij 68.Adh-Dhuha
3. Al-A’raf 25. Fathir 47.Nuh 69.Al-Insyirah
4. Yunus 26. Yasin 48.Al-Jin 70.At-Tiin
5. Hud 27. Ash-Shaffat 49.Al-Muzammil 71.Al-Alaq
6. Yusuf 28. Shad 50.Al-Muddatsir 72.Al-Qadr
7. Ibrahim 29. Az-Zumar 51.Al-Qiyamah 73.Al-Adiyat
8. Al-Hijr 30. Al-Mukmin 52.Al-Mursalat 74.Al-Qari’ah
9. An-Nahl 31. Fushilat 53.An-Naba’ 75.At-Takatsur
10. Al-Isra 32. Asy-Syura 54.An-Naziat 76.Al-Ashr
11. Al-Kahfi 33. Az-Zukhruf 55.’Abasa 77.Al-Humaza
12. Maryam 34. Ad-Dukhan 56.At-Takwir 78.Al-Fiil
13. Thaha 35. Al-Jatsiyah 57.Al-Infithar 79.Quraisy
14. Al-Anbiya’ 36. Al-Ahqaf 58.Al-Muthafifin 80.Al-Ma’un
15.Al-Mukminun 37. Qaf 59.Al-Insyiqaq 81.Al-Kautsar
16.Al-Furqan 38. Adz-Dzariyat 60.Al-Buruj 82.Al-Kafirun
17.Asy-Syuara’ 39. Ath-Thur 61.Ath-Thariq 83.Al-Lahab
18. An-Naml 40. An-Najm 62.Al-‘Ala 84.Al-Ikhlas
19. Al-Qashash 41. Al-Qamar 63.Al-Ghasyiyah 85.Al-Falq
20. Al-Ankabut 42. Al-Waqiah 64.Al-Fajr 86.An-Nas
21. Ar-Rum 43. Al-Mulk 65.Al-Balad
22. Luqman 44. Al-Qalam 66.Asy-Syams

14
Prof.Dr.Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an. (Yogyakarta: Itqan Publishing) hlm. 50-52

12
Surah-surah Madaniyah15

1.Al-Baqarah 8.Al-Hajj 15.Al-Hadid 22.At-Taghabun


2.Ali Imran 9.An-Nur 16.Al-Mujadilah 23.At-Thalaq
3.An-Nisa 10.Al-Ahzab 17.Al-Hasyr 24.At-Tahrim
4.Al-Maidah 11.Muhammad 18.Al-Mumtahanah 25.Al-Insan
5.Al-Anfal 12.Al-Fath 19.Ash-Shaf 26.Al-Bayyinah
6.At-Taubah 13.Al-Hujurat 20.Al-Jumu’ah 27.Al-Zalzalah
7.Ar’Ra’d 14.Ar-Rahman 21.Al-Munafiqun 28.An-Nashr

D. Macam-Macam Ayat Makkiyah Dan Madaniyyah

Berbagai pendapat mengenai ayat-ayat makkiyah dan


madaniyyah, Karena itu, dari segi Makkiyah dan Madaniyah ini,
maka surat-surat Al-Qur'an itu tebagi menjadi empat macam;

1. Surah Makkiyah Murni

Yaitu surat Makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus


Makkiyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah. Surat-surat
yang berstatus Makkiyah murni ini seluruhnya ada 58 surat, yang
berisi 2.074 ayat. Contohnya surat Al-Fatihah, Yunus, Ar-Ra’du, Al-
Anbiya’, Al-Mukminun, An-Naml, Shad, Fathir dan surat-surat
pendek dalam juz 30 (kecuali surat An-Nashr).

2. Surah Madaniyah Murni

Yaitu surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus


Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makkiyah. Surat-surat
yang berstatus Madaniyyah murni ini seluruhnya ada 18 surat, yang
berisi 737 ayat. Contohnya surat Ali Imran, an-Nisa’, an-Nur, al-
Ahzab, al-Hujarat, al-Mumtahanah, al-Zalzalah dan sebagainya.

3. Surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyyah

Yaitu surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya Makkiyah, sehingga


berstatus Makkiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang
berstatus Madaniyyah. Surat yang demikian ini dalam Al-Qur'an ada

15
Ibid, hlm. 53-54

13
32 surat, yang terdiri dari 2699 ayat. Contohnya antara lain surat Al-
An’am, Al-A’raf, Hud, Yusuf, Ibrahim, Al-Furqan, Az-Zumar, Asy-
Syura, Al-Waqi’ah dan sebagainya. 16

4. Surah Madaniyah yang berisi ayat-ayat Makkiyah

Yaitu surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya Madaniyyah,


sehingga berstatus Madaniyyah, tetapi di dalamnya ada sedikit
ayatnya yang berstatus Makkiyah. Surat yang demikian ini dalam al-
Qur'an ada 6 surat, yang terdiri dari 726 ayat. Contohnya antara lain
surat Al-Baqarah, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, Al-Hajj dan
Surat Muhammad atau surat Al-Qital.17

16
Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makiyah. Misalnya, surah al-An'am. Ibnu Abbas
berkata; "Surah itu diturunkan sekaligus di Makah, maka ia Makiyah, kecuali tiga ayat
diturunkan di Madinah, yaitu ayat; "Katakanlah, 'Marilah aku bacakan ....' sampai dengan
ketiga ayat itu selesai. (al-An'am: 151--153). Surat al-Hajj adalah Makiyah, kecuali tiga ayat
diturunkan di Madinah, dari awal firman Allah yang artinya; "Inilah dua golongan yang
bertengkar mengenai Rab mereka." (al-Hajj: 19-21). Ayat yang diturunkan di Makah sedang
hukumya Madani. Mereka memberi contoh dengan firman Allah yang artinya; "Wahai
manusia, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal." (alHujuraat: 13). Ayat ini
diturunkan di Makah pada hari penaklukan kota Makah, tetapi sebenarnya Madaniah, karena
diturunkan sesudah hijrah, di samping itu seruannya pun bersifat umum. Ayat seperti ini
oleh para ulama tidak dinamakan Makki dan tidak pula dinamakan Madani secara pasti.
Tetapi mereka katakan; "Ayat yang diturukan di Mekah sedangkan hukumnya Madani”.
Lihat Manna’ Al-Qatthan, op. cit., hlm. 54. Al-Suyuthi, op. cit., hlm. 20-21.
17
Model seperti ini terkadang juga disebut sebagai ayat-ayat Makiyah dalam surah
Madaniyah. Dengan menamakan sebuah surat itu, Makiyah atau Madaniyah tidak berarti
bahwa surat tersebut seluruhnya Makkiyah dan Madaniyah, sebab di dalam surat makiah
kadang terdapat ayat-ayat Madaniah, dan di dalam surat-surat Madaniah pun terkadang
terdapat ayat-ayat Makiyah. Dengan demikian, penamaan surat itu Makiyah dan Madaniah
adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Karena itu, dalam
penamaan surat sering disebutkan bahwa surat itu Makiyah kecuali ayat "anu" adalah
Madaniyah, dan surat ini adalah Madani kecuali ayat "anu" adalah Makiyah. Di antara
sekian contoh ayat-ayat Makiyah dalam surat Madaniah ialah surah al-Anfal itu Madaniyah,
tetapi banyak ulama mengecualikan ayat yang artinya, "Dan (ingatlah) ketika orang kafir
(Qurays) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan
makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar." (alAnfal: 30). Mengenai
ayat ini, Muqatil mengatakan, ayat ini diturunkan di Mekah, dan pada lahirnya memang
demikian, sebab ia mengandung apa yang dilakukan orang musyrik di Darun Nadwah ketika
mereka merencanakan tipu daya terhadap Rasulullah sebelum hijrah. Sebagaima ulama
mengecualikan pula ayat, "Wahai nabi, cukuplah Allah dan orang-orang mukmin yang

14
َُ ‫ِينُ َكفَرواُ ِليثْ ِبتوكَُُأ َ ُْوُيَ ْقتلوكَُُأ َ ُْوُي ْخ ِرجوكَُُُ َويَ ْمكر‬
ُ‫ون‬ َُ ‫َو ِإ ُْذُيَ ْمكرُُ ِبكَُُٱلٱذ‬
َُ ‫ّللُ َخ ْيرُُٱ ْل َُم ِك ِر‬
‫ين‬ ُ‫ّللُُ َُوٱ ٱ‬
ُ‫َويَ ْمكرُُٱ ٱ‬
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya
upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan
Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas
tipu daya.” (QS. Al-Anfal (8): 30)

Surah Al-Anfal turun setelah hijrah, berbicara tentang perang badar


yang terjadi pada tahun kedua setelah hijrah, oleh sebab itu surah ini
masuk kategori Madaniyah. Tetapi banyak para ulama
mengecualikan ayat 30 karena ayat tersebut turun di Makkah, ayat 30
bercerita tentang peristiwa yang terjadi di Makkah sebelum nabi
hijrah, yaitu tentang pertemuan para pemuka Quraisy di Dar an-
Nadwah Makkah merencanakan untuk menangkap dan
memenjarakan Nabi Saw, membunuh atau mengusir beliau.18

E. Upaya Ulama dalam mengetahui ayat Makiyah dan Madaniyah

1. Metode sima’i naqli 19

Yaitu dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah mereka


melihat kepada riwayat-riwayat dari Nabi shallallahu’alaihi
wasallam yang shahih yang menjelaskan turunnya suatu ayat.
Dan juga riwayat dari para sahabat Nabi yang mereka melihat,
menyaksikan dan mengetahui secara jelas kapan, dimana,
mengapa dan bagaimana ayat-ayat Al Qur’an turun. Demikian
juga riwayat-riwayat dari para tabi’in yang mereka bertemu dan
berguru kepada para sahabat dan mendapatkan informasi
mengenai Al Qur’an dari para sahabat. Metode inilah yang
menjadi metode utama dan sumber pengambilan utama untuk
mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah.

mengikutimu menjadi penolongmu." (al-Anfaal: 64), mengingat hadis yang dikeluarkan oleh
Al-Bazzar dari Ibnu Abbas, bahwa ayat itu diturunkan ketika Umar bin Khattab masuk
Islam. Lihat Abdul Djalal H.A, op. cit, hlm. 99-100.
18
Prof.Dr.Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an. (Yogyakarta: Itqan Publishing) hlm. 55-56
19
Kadar M. Yusuf, StudiAl-Qur’an,(Jakarta: Amzah, 2009), hal.28

15
2. Metode qiyasi ijtihadi

Yaitu pada ayat dan surat yang tidak terdapat riwayat secara
tegas yang menjelaskan mengenai waktu, tempat dan kondisi
turunnya. Para ulama berpegang pada karakteristik ayat-ayat
Makiyyah dan Madaniyyah yang terdapat riwayatnya kemudian
meng-qiyaskannya dengan ayat dan surat selainnya. Jika suatu
ayat mengandung karakteristik Makiyyah maka disebut sebagai
ayat Makiyyah, demikian juga Madaniyyah. Oleh karena itu
metode ini bersifat ijtihadiy, artinya bisa jadi antara ulama yang
satu dengan yang lain berbeda ijtihadnya dalam menentukan
Makiyyah dan Madaniyyah dengan metode ini.

F. Manfaat Memahami Ayat Makkiyah dan Madaniyah

An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ‘ala Fadhl Ulum Al-


Quran, memandang subjek makkiyah dan madaniyyah sebagai ilmu
Al-Quran yang paling utama. Sementara itu , Manna’ Al-Qaththan
mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui
makkiyah dan madaniyyah sebagai berikut .20

1. Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an

Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya


Al-Qur’an tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa
yang harus menjadi patokan adalah keumuman redaksi ayat dan
bukan kehususan sebabin. Dengan mengetahui kronologis Al-Quran
pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam
dua ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-
mansukh yang hanya bisa diketahui melalui kronologi Al-Quran.

2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah

Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan


yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang
digunakan ayat-ayat makkiyah dan ayat-ayat madaniyyah

20
Syeikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm: 67-71.

16
memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan
dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu,
dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala
penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap
langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode
tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia.
Periodisasi makkiyah dan madaniyyah telah memberikan contoh
untuk itu.

3. Memberi informasi tentang sirah kenabian

Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah


nabi, baik di mekah atau di madinah, dimulai sejak diturunkannya
wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran
adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah nabi itu. Informasinya
tidak bisa diragukan lagi. Mengetahui sejarah hidup nabi melalui
ayat-ayat Al-Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan
dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya, baik
pada periode makkah maupun periode madinah, sejak

turun iqra’ sampai ayat yang terakhir diturunkan. Al-Quran adalah


sumber pokok bagi hidup Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuai
dengan Al-Quran dan Al-Quran pun memberikan kata putus terhadap
perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan. 21

4. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan


mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Quran

21
Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an, bandung, Pustaka Setia, 2008, hal 67-69.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para Ulama sangat memberi perhatian dengan cermat


terhadap Al-Qur’an. Mereka menata surah-surah sesuai dengan
metode yang dipergunakan yaitu sima’i dan qiyasi. Banyak sekali
manfaat yang kita dapatkan bila mengetahui ayat Makkiyah dan
Madaniyyah diantaranya : Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an,
Pedoman bagi langkah-langkah dakwah, Memberi informasi tentang
sirah kenabian, Membantu mufasir dalam mengistibatkan hukum-
hukum islam, Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-
hukum Islam (Taarikhut Tasyri’) yang amat bijaksana dalam
menetapkan peraturan-peraturan

Terdapat 4 teori dalam menentukan definisi Makkiyah dan


Madaniyah:

1. Teori Historis (zaman an-nuzul)


2. Teori Geografis (makan an-nuzul)
3. Teori Subjektif (Mukhathab)
4. Teory Content Analysis (Maudu’)
Dan ada 2 cara untuk mengenali ayat dan surah yang termasuk dalam
kategori Makkiyah dan Madaniyah; yaitu cara sima’i dan qiyasi. Dan
dalam menentukan suatu surah termasuk ke dalam kategori Makkiyah
dan Madaniyah menurut metode qiyasi ada 2 yaitu :

1. Dasar Aghlabiyah (mayoritas)


2. Dasar Tabi’iyah (Kontinuitas)
Serta ada 4 macam kategori surah dalam Al-Qur’an menurut
perspektif Makkiyah dan Madaniyah, yaitu :
1. Surah Makkiyah murni
2. Surah Madaniyah murni

18
3. Surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah
4. Surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun, kami


menyadari bahwa masih banyak kekurangan maupun kesalahan
dalam peyusunan makalah ini. Karena itulah kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar. Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta : Itqan


Publishing, 2014)

Al-Qaththan Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an


(Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006)

Hamid, Abdul. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta :


Kencana, 2017)

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan


Terjemahnya disertai Tema Penjelasan Kandungan ayat

Al-Hafizh Jalal ad-Din ‘Abd ar-Rahman as-Suyuthi, Al-Itqan


fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, 2003)

M. Yusuf, Kadar. StudiAl-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009)

Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an, (bandung, Pustaka Setia,


2008)

Djalal H.A, Abdul. Ulumul Qur’an, (Jakarta : Dunia Ilmu,


2000)

Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Teungku. Ilmu-ilmu Al-


Qur’an, ( Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009)

20

Anda mungkin juga menyukai