Anda di halaman 1dari 14

Desain Penelitian Living Al-Qur’an

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Studi
Living Qur’an
Dipersentasikan di lokal IAT 6B

Dosen Pengampu
Abdul Halim, S.Th.I., M.Ag

Disusun Oleh
Kelompok 4
Rahmat Hidayat : 4120048
M. Ridho : 4120066
Elfa Jufrianto : 4120069
Muhammad Naril : 4120074

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Desain Penelitian
Living Al-Qur’an” ini tepat pada waktunya. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
terstuktur studi Living Qur’an. Selain itu, tugas ini bertujuan menambah wawasan kita
selaku mahasiswa tentang desain-desain apa saja yang bisa kita kalukan dalam
penelitian living Qur’an. Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Abdul Halim, S.Th.I, M.Ag selaku dosen studi Living Qur’an, serta kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bukittinggi, 9 Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penelitian Living Qur’an ......................................................... 3
B. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 3
C. Landasan Teori dalam Penelitian Living Qur’an .............................................. 4
D. Metodologi Penelitian Living Qur’an ............................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................. 8
DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
The Living Al-Qur’an atau “Al-Qur’an yang hidup” adalah ungkapan yang
tidak asing bagi kebanyakan orang Islam. Di kalangan mereka ungkapan ini dapat
dimaknai berbagai macam. Pertama, ungkapan tersebut bisa bermakna “Nabi
Muhammad” dalam arti yang sebenarnya, yaitu sosok Nabi Muhammad SAW,
karena menurut keyakinan umat Islam akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-
Qur’an. Dalam kitab itu disebutkan bahwa pada diri Nabi Muhammad SAW
terdapat contoh yang baik. Hal ini diperkuat oleh hadits dari Siti Aisyah r.a., yang
mengatakan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an. Artinya,
beliau selalu berperilaku dan bertindak berdasarkan pada apa yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW adalah “Al-Qur’an yang
hidup,” Al-Qur’an yang mewujud dalam sosok manusia.1
Kedua, ungkapan tersebut juga bisa mengacu pada suatu masyarakat yang
kehidupan sehari-harinya menggunakan Al-Qur’an sebagai kitab acuannya. Mereka
hidup dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan menjauhi
hal-hal yang dilarang di dalamnya, sehingga masyarakat tersebut seperti “Al-
Qur’an yang hidup,” Al-Qur’an yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Ketiga, ungkapan tersebut juga dapat berarti bahwa Al-Qur’an bukanlah
hanya sebuah kitab, tetapi sebuah “kitab yang hidup,” yaitu yang perwujudannya
dalam kehidupan sehari-hari begitu terasa dan nyata, serta beraneka ragam,
tergantung pada bidang kehidupannya.2

1
Heddy Shri Ahimsa-Putra, “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,”
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (2012): hlm, 236.
2
Ahimsa-Putra, hlm, 237.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang penelitian living qur’an?
2. Bagaimana cara menentukan lokasi penelitian living qur’an?
3. Apa landasan teori dalam penelitian living qur’an?
4. Apa metodologi penelitian living qur’an?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain untuk menambah wawasan
kita selaku mahasiswa IAT terkhususnya IAT Ruangan 6-B ini seputar langkah-
langkah yang digunakan dalam penelitian living Qur’an.

1. Untuk mengetahui latar belakang penelitian living qur’an

2. Untuk mengetahui lokasi penelitian living qur’an

3. Untuk mengetahui landasan teori dalam penelitian living qur’an

4. Untuk mengetahui metodologi penelitian living qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penelitian Living Qur’an
Latar belakang berisikan landasan konseptual dan ada kaitannya dengan
landasan kontekstual yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan.
Pembahasan latar belakang berisikan penyebab kemunculan masalah, masalah
muncul disebabkan adanya kesenjangan yang terjadi antara kondisi yang
seharusnya dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi. Kesenjangan ini terjadi
disebabkan oleh kesenjangan konseptual (teoritis) dengan kesenjangan
kontekstual (praktis). Kesenjangan konseptual diperoleh dari kajian pustaka
sedangkan kesenjangan kontekstual diperoleh dari fenomena lapangan.3
B. Lokasi Penelitian Al-Qur’an
Kajian living Qur’an berusaha memotret fenomena sosial berupa
praktek keagamaan dalam sebuah masyarakat yang didasarkan atas
pemahamannya terhadap Al-Qur’an. Dengan kata lain, praktek-praktek ritual
keagamaan berupa pembacaan surat atau ayat tertentu, misalnya, yang
dilakukan oleh suatu masyarakat berdasarkan keyakinan mereka yang
bersumber dari hasil interaksi mereka dengan Al-Qur’an.4
Karena yang dikaji dalam living Qur’an ini berupa fenomena sosial,
maka model penelitian yang dipakai adalah model penelitian sosial. Dalam hal
ini, metode penelitian kualitatif lebih tepat digunakan dalam kajian living
qur’an ini. Yang pertama kali kita kaji adalah masalah lokasi. Menjelaskan
lokasi penelitian, yaitu dengan menyebutkan tempat penelitian, misalnya
disebuah desa, komunitas, kelompok, atau masyarakat tertentu. Berikutnya,
peneliti mengungkapkan alasan tentang adanya fenomena living Qur’an yang

3
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Yogyakarta:
UIN Gadjah Mada, 2016), hlm, 8.
4
Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus
di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon),” Journal of
Qur’an and Hadith Studies 4, no. 2 (2015): hlm, 181.

3
ada dalam masyarakat tersebut, misalnya seperti judul penelitian ini: “Living
Qur’an di Pesantren: Studi Tentang Tradisi Pembacaan Surat Al-Waqi‘ah di
Pondok Pesantren As-Siraj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan
Kabupaten Cirebon.”.5
Dalam Mengemukakan lokasi penelitian pertama menyebutkan tempat,
kedua mengemukakan alasan adanya fenomena living Qur’an, sedangkan yang
terakhir adanya keunikan atau kekhasan lokasi penelitian yang tidak di miliki
lokasi yang lainnya sehubungan dengan permasalahan yang hendak diteliti.6
C. Landasan Teori dalam Penelitian Living Qur’an
Landasan teori merupakan pernyataan yang berisi tentang penjelasan
variabel yang nantinya disusun secara rapi yang penyusunanya harus berurutan
dengan variabel yang dapat digunakan.7 Teori yang digunakan penelitian living
Qur’an adalah teori penelitian kualitatif. Teori kualitatif merupakan penelitian
untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap sejumlah individu
atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus
sampai tema-tema yang umum serta menafsirkan makna data.8
Pada pembahasan landasan teori ini, hal pertama yang dilakukan
biasanya menjelaskan judul penelitian yang sedang diteliti. Contoh judul Studi
living Qur’an ,“Pembacaan Surat Waqiah Sebelum Bulan Ramadhan”. Hal
pertama yang dilakukan adalah menjelaskan apa itu living Qur’an, setelah
menjelaskan apa pengertian dari living Qur’an dilanjutkan dengan menjelaskan

5
Junaedi, hlm, 182.
6
“Living Qur’an Sebagai Metode Penelitian Al-Qur’an,” 2016, 1–23.
7
Wahana Nilai Nusantara, “Contoh Landasan Teori Penelitian Berdasarkan Jenis Karya
Ilmiah,” BelajarKreatif.org, 2021.
8
Adhi Kusumastuti dan Ahmad Mustamil Khairon, Metode Penelitian Kualitatif (Semarang:
Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo, 2019), hlm, 2.

4
surah Waqiah dan ditutup dengan penjelasan bulan Ramadhan.
D. Metodologi Penelitian Living Qur’an
Metodologi penelitian merupakan dasar bagi proses penemuan sesuai
dengan disiplin ilmu yang dibangun oleh peneliti.9 Penggunaan metodologi
penelitian dalam sebuah riset akan sangat dipengaruhi sejauhmana kemampuan
seorang peneliti menguasai bangunan metodologi disiplin keilmuan yang akan
ditekuni.10 Dalam ranah studi Al-Qur’an, metode penelitian living Qur’an bisa
disebut sebagai metode yang relatif baru. Sehingga, secara konseptual metode
ini masih mencari bentuk untuk dapat dijadikan semacam acuan. Living Qur’an
adalah studi tentang Al-Qur’an, tetapi tidak bertumpu pada eksistensi
tekstualnya, melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan
kehadiran Al-Qur’an dalam wilayah geografi tertentu dan mungkin masa
tertentu pula.11
Metode living Quran tidaklah dimaksudkan untuk mencari kebenaran
positivistik yang selalu melihat konteks, tetapi semata-mata melakukan
“pembacaan” objektif terhadap fenomena keagamaan yang terkait langsung
dengan Al-Qura’n.12
Beberapa metode yang bisa diterapkan dalam penelitian living Qur’an
antara lain;
1. Observasi
Dalam melakukan penelitian, observasi adalah salah satu cara untuk
memperoleh data dengan akurat. Secara umum, observasi diartikan dengan
pengamatan atau penglihatan. Adapun secara khusus, observasi dimaknai

9
Saifullah, “Refleksi Epistimologi Dalam Metodologi Penelitian (Suatu Kontemplasi Atas
Pekerjaan Penelitian),” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 5, no. 2 (2013): hlm, 181.
10
Nuha Ajami, “Metodologi Penelitian The Living Qur’an dan Hadits,” Pendidikan Agama
Islam 2, no. 2 (2017): hlm, 9.
11
Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogjakarta: Teras, 2007).
12
Ahmad Farhan, “Living Al-Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Al-Qur’an,” El-
Afkar 6, no. 11 (2017): hlm, 93.

5
dengan mengamati dalam rangka memahami, mencari jawaban, serta
mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa mempengaruhi fenomena
yang diobservasi.13
Dalam melakukan penelitian, observasi adalah salah satu cara untuk
memperoleh data dengan akurat. Secara umum, observasi diartikan dengan
pengamatan atau penglihatan. Adapun secara khusus, observasi dimaknai
dengan mengamati dalam rangka memahami, mencari jawaban, serta
mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa mempengaruhi fenomena
yang diobservasi.14
Observasi adalah mengumpulkan data langsung dari lapangan. Data
yang diobservasi bisa berupa gambaran tentang sikap perilaku, serta
tindakan keseluruhan interaksi antar manusia Data observasi bisa juga
hanya terbatas pada interaksi antar masyarakat tertentu saja.15
Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang
akan diteliti. Dilanjutkan dengan pemetaan, sehingga diperoleh gambaran
umum tentang sasaran penelitian. Kemudian menentukan siapa yang akan
diobservasi, kapan, berapa lama dan bagaimana. Dalam ranah penelitian
living Qur‘an ini, metode observasi memegang peranan yang sangat
penting, yang akan memberikan gambaran situasi real yang ada di
lapangan.16
2. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab dengan pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan

13
Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di
Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon),” hlm, 178.
14
Ahimsa-Putra, “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,” hlm, 236-237.
15
Fajarudin Akhmad, “Metodologi Penelitian The Living Qur’an Dan Hadis,” metro 1, no. 15
(2013): hlm, 3.
16
Akhmad, hlm, 4.

6
berlandaskan kepada tujuan peneliti.17
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab dengan pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan peneliti. Metode wawancara dalam penelitian
living Qur‘an adalah suatu yang niscaya. Seorang peneliti tidak akan
mendapatkan data yang akurat dari sumber utamanya, jika dalam penelitian
tentang aktivitas yang berkaitan dengan fenomena living Qur‘an di suatu
komunitas tertentu, tidak melakukan wawancara dengan para presponden
atau partisipan. Dalam penelitian living Qur‘an yang bertujuan untuk
mengetahui fenomena interaksi masyarakat dengan Al-Qur‘an, maka
metode wawancara ini mutlak diperlukan.18
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik. Penelitian living Qur‘an tentang
fenomena ritual keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat
jika disertai dengan dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa
dokumen yang tertulis, seperti agenda kegiatan, daftar hadir peserta, materi
kegiatan, tempat kegiatan dan sebagainya, bisa juga berupa dokumen yang
tervisualisasikan, seperti foto kegiatan atau rekaman dalam bentuk video,
atau juga berupa audio. Dengan melihat dokumen yang ada, maka peneliti
bisa melihat perkembangan kegiatan tersebut dari waktu ke waktu, sehingga
dapat dianalisa bagaimana respon masyarakat dengan kegiatan ritual
tersebut.19

17
Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di
Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon),” hlm, 179.
18
Akhmad, “Metodologi Penelitian The Living Qur’an Dan Hadis,” hlm, 4.
19
Akhmad, “Metodologi Penelitian The Living Qur’an Dan Hadis,” hlm, 4.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang berisikan landasan konseptual dan ada kaitannya dengan
landasan kontekstual yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan.
Pembahasan latar belakang berisikan penyebab kemunculan masalah, masalah
muncul disebabkan adanya kesenjangan yang terjadi antara kondisi yang
seharusnya dengan kondisi yang sesungguhnya perjadi. Kesenjangan ini terjadi
disebabkan oleh kesenjangan konseptual (teoritis) dengan kesenjangan
kontekstual (praktis). Kesenjangan konseptual diperoleh dari kajian Pustaka
sedangkan kesenjangan kontekstual diperoleh dari fenomena lapangan.
Menjelaskan lokasi penelitian, yaitu dengan menyebutkan tempat
penelitian, misalnya di sebuah desa, komunitas, kelompok, atau masyarakat
tertentu. Kedua mengemukakan alasan adanya fenomena living Qur’an,
sedangkan yang terakhir adanya keunikan atau kekhasan lokasi penelitian yang
tidak di miliki lokasi yang lainnya sehubungan dengan permasalahan yang
hendak diteliti.
Landasan teori merupakan pernyataan yang berisi tentang penjelasan
variabel yang nantinya disusun secara rapi yang penyusunanya harus berurutan
dengan variabel yang dapat digunakan. Teori yang digunakan penelitian living
Qur’an adalah teori penelitian kualitatif yakni penelitian yang mengarah
kepada penjelasan menggunakan kata-kata atau dinarasikan.
Metodologi penelitian living Qur’an menggunakan teori wawancara,
observasi dan menggumpulkan dokumentasi yang diperlukan.
B. Saran
Kepada siapapun yang membaca makalah ini, kami menyarankan
jangan hanya merujuk kepada makalah ini saja. Karya ilmiah yang kami tulis
ini hanya sebatas dasar-dasar penelitian saja, jika ingin mendapatkan hasil lebih
baik kami menyarankan untuk membaca serta meneliti terhadap penelitian-

8
penelitian yang lain. Terimakasih telah membaca karya ilmiah kami, semoga
ada manfaat bagi para pembaca sekalian.

9
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi.”
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (2012): 235.

Ajami, Nuha. “Metodologi Penelitian The Living Qur’an dan Hadits.” Pendidikan
Agama Islam 2, no. 2 (2017): 1–23.

Akhmad, Fajarudin. “Metodologi Penelitian The Living Qur’an Dan Hadis.” metro 1,
no. 15 (2013).

Farhan, Ahmad. “Living Al-Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Al-
Qur’an.” El-Afkar 6, no. 11 (2017).

Junaedi, Didi. “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.
Pabedilan Kab. Cirebon).” Journal of Qur’an and Hadith Studies 4, no. 2 (2015):
169–90.

Kusumastuti, Adhi, dan Ahmad Mustamil Khairon. Metode Penelitian Kualitatif.


Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo, 2019.

“Living Qur’an Sebagai Metode Penelitian Al-Qur’an,” 2016, 1–23.

Nusantara, Wahana Nilai. “Contoh Landasan Teori Penelitian Berdasarkan Jenis Karya
Ilmiah.” BelajarKreatif.org, 2021.

Penulis, Tim. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Yogyakarta: UIN Gadjah Mada, 2016.

Saifullah. “Refleksi Epistimologi Dalam Metodologi Penelitian (Suatu Kontemplasi


Atas Pekerjaan Penelitian).” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 5, no. 2 (2013):
178–88.

Yusuf, Muhammad. “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam


Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogjakarta: Teras, 2007.

Anda mungkin juga menyukai