Anda di halaman 1dari 19

“ASAL USUL MANUSIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM”

Ilmu Alamiah Dasar

Dosen Pengampu:

Agustina Ambar Pertiwi, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Ahmad Saubari 180101030763

Hadiansyah 180101030477

Laili Noor Ainillah 180101030612

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menciptakan kita dengan segala kesempurnaan
yang kita miliki dan tidak lupa sholawat dan salah kami haturkan kepada junjungan seluruh umat
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari dunia yang gelap menuju dunia yang
damai tentram dan aman.

Puji syukur kita atas segala kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk
mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang berjudul “Asal Usul Manusia menurut Perspektif
Islam” ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahan kita tentang bagaimana manusia
dalam perspektif Al-Qu‟an dan islam.

Penulis juga sangat berterimakasih atas bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelaskai tulisan ini dengan maksimal. Penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan atau
kekeliruan dalam penulisan tulisan ini, semoga pembaca dapat memberikan masukan dan saran
sehingga tulisan ini semakin sempurna kedepan nya. Terimakasih.

Penulis

Kelompok 5

i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

A. Asal Mula Penciptan Manusia Menurut Al-Qur’an...................................................... 5


B. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an .......................................................... 9
C. Kedudukan Manusia dalam Al-Qur’an ........................................................................ 13

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan
dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan
nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama
makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan
nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Penciptaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti. Ada
tiga misi yang diemban manusia, yaitu; misi utama untuk beribadah (Az-Zariyat: 56),
misi fungsional sebagai khalifah (Al-Baqarah: 30), dan misi operasional untuk
memakmurkan bumi (Hūd: 61) Allah menyatakan akan menjadikan khalifah di muka
bumi (Al-Baqarah: 30).
Dan manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk
lain di muka bumi ini. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah
diberikan Allah Swt. Dengan sedikit banyaknya perbedaan pendapat mengenai
penciptaan manusia. Menurut ilmuwan dari Barat, manusia berasal dari seekor kera
kemudian melalui seleksi alam. Hal tersebut menyebabkan pro dan kontra disebagian
peneliti. Namun, pada hakikatnya yang lebih masuk akal yaitu yang tertera dalam kitab
suci umat Islam yaitu Al-Qur‟an. Maka dari itu kami akan menerangkan tentang asal
mula penciptaan manusia, dan proses penciptaan manusia, dan kedudukan manusia
didalam Al-Qur‟an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula penciptaan manusia menurut Al-Qur‟an?
2. Apa saja tahap/proses penciptaan manusia menurut perspektif Al-Qur‟an?
3. Bagaimana kedudukan manusia didalam Al-Qur‟an?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep dasar tentang asal usul kehidupan (manusia) menurut perspektif
Al-Qur‟an

3
2. Mengetahui tahapan-tahapan penciptaan manusia didalam Al-Qur‟an
3. Mengetahui tentang kedudukan manusia didalam Al-Qur‟an

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Penciptan Manusia Menurut Al-Qur’an


Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan
beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada dasarnya
merupakan suatu tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara lafadz-lafadz yang
sering digunakan Al-Quran dalam mengungkapkan asal mula penciptaan manusia adalah
sebagai berikut:
1. Turab
Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata “tanah” sekalipun
dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau “serbuk tanah” yaitu sesuatu yang
berukuran sangat kecil. Turab adalah zat renik, jadi awal manusia tercipta dari zat
renik, yaitu sel telur yang sangat kecil. (Baiquni, 1996)
Penciptaan manusia dalam Al-Qur‟an diungkapkan melalui kata “turab”
yang berarti zat renik yang dalam badan manusia kita kenal sebagai sel kelamin,
yang dapat tumbuh menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim seorang ibu.
Sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur‟an surah Al-Hajj ayat 5, Allah
SWT. berfirman:

ٌَّ ُ ‫عيَقَ ٍح ث‬ ْ ُّّ ِْ ٍِ ٌَّ ُ ‫ب ث‬


َ ِْ ٍِ ٌَّ ُ ‫طفَ ٍح ث‬ ٍ ‫ث فَ ِاَّّا َخيَ ْق ْٰ ُن ٌْ ِ ٍّ ِْ ذ ُ َشا‬ ِ ‫ة ِ ٍَِّ ْاىثَ ْع‬ ٍ ْٝ ‫ َس‬ْٜ ِ‫اط ا ُِْ ُم ْْر ُ ٌْ ف‬ ُ َّْ‫ُّ َٖا اى‬َٝ‫ٰٓا‬ٰٝ
ٌَّ ُ ‫ ث‬َٚ‫ ا َ َج ٍو ٍُّ َس‬ٰٚٓ‫ ْاْلَ ْس َح ِاً ٍَا َّش َۤا ُء ا ِٰى‬ِٚ‫َِِّ َى ُن ْۗ ٌْ َُّٗ ِق ُّش ف‬َٞ‫ ِْش ٍُ َخيَّقَ ٍح ِىُّْث‬ٞ‫غ‬ َ َّٗ ‫ضغَ ٍح ٍُّ َخيَّقَ ٍح‬ ْ ٍُّ ِْ ٍِ
‫ ًَْل‬ٞ‫ ا َ ْسرَ ِه ْاى ُع َُ ِش ِى َن‬ٰٚٓ‫ َُّشدُّ ا ِٰى‬ٝ ِْ ٍَّ ٌْ ‫ َٗ ٍِ ْْ ُن‬ّٰٚ‫ُّر ََ٘ف‬ٝ ِْ ٍَّ ٌْ ‫شذَّ ُم ْۚ ٌْ َٗ ٍِ ْْ ُن‬
ُ َ ‫ُّ ْخ ِش ُج ُن ٌْ ِط ْف اًل ث ُ ٌَّ ِىر َ ْثيُغُ ْٰٓ٘ا ا‬
‫َد‬ ْ ‫د َٗا َ ْۢ ّْثَر‬
ْ َ‫خ َٗ َست‬ ْ ‫ َٖا ْاى ََ ۤا َء ا ْٕر ََّض‬ْٞ ‫ع َي‬
َ ‫َاٍذَج ا فَ ِارَآٰ ا َ ّْضَ ْىَْا‬
ِ ٕ‫ض‬ َ ‫ ْاْلَ ْس‬ٙ‫ْـًٔ ْۗا َٗذ ََش‬ٞ‫ش‬ َ ٌٍ ‫َ ْع َي ٌَ ٍِ ْۢ ِْ تَ ْع ِذ ِع ْي‬ٝ
ٍ‫ْج‬ِٖٞ ‫ٍِ ِْ ُم ِّو صَ ْٗ ْۢجٍ َت‬
Wahai manusia, jika kamu meragukan (Hari) Kebangkitan maka
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu: dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu

5
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai
usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air (hujan) diatasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan
menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah. (al-Ĥajj/22: 5)
Dan dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bagaiamana terciptanya
manusia bermula dari tanah dan kemudian setelahnya berproses menjadi makhluk
yang sempurna yaitu manusia.
2. Thin
Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air, lumpur. Maurice
Bucaile berpendapat bahwa lafadz thin merupakan komponen penting dalam
pembentukan fisik manusia awal dari penciptaan manusia pada umumnya adalah
bermula dari Thin (tanah liat yang basah). Lafadz thin dapat kita lihat didalam Al-
Qur‟an surah As-Sajdah ayat 7:

ٍِْ ٞ‫اُ ٍِ ِْ ِط‬


ِ ‫س‬ ِ ْ َ‫ءٍ َخيَقَٔٗ َٗ َتذَا َ خ َْيق‬ْٜ ‫ش‬
َ ّْ ‫اْل‬ َ ‫سَِ ُم َّو‬ ْٰٓ ‫اىَّز‬
َ ْ‫ اَح‬ِٛ

Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. (As-Sajdah/32: 7)
Dan juga dapat ditemukan dalam Al-Qur‟am surah Al-An‟am ayat 2:

َُْٗ ‫ ِع ْْذَ ٗٓ ث ُ ٌَّ ا َ ّْر ُ ٌْ ذ ََْر َُش‬َٚ‫س‬ ْ ‫ُٕ َ٘ اىَّز‬


ٰٓ ٰ َ‫ ٍِْ ث ُ ٌَّ ق‬ٞ‫ َخيَقَ ُن ٌْ ِ ٍّ ِْ ِط‬ِٛ
َ ٍُّ ‫ ا َ َج اًل َْۗٗا َ َج ٌو‬ٚ‫ض‬

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya”.
3. Shalshal
Dalam kamus kata shalshal berarti lumpur yang kering, yang gemerisik
karena keringnya. Lafadz tersebut juga berarti lempung yang merupakan bahan
porselin atau lumpur murni yang bercampur dengan pasir. Shalshal adalah tembikar
kering yang berongga yang dibuat dari tanah. Sehingga mengeluarkan bunyi bila

6
ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-Qur‟an dibuat dari hama‟ yaitu tanah
liat yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (Masnun) menjadi shalshal tersebut.
Dan lafadz tersebut diulang tiga kali didalam Al-Qur‟an surah Al-Hijr ayat
26, 28 dan 33:

َ ‫ص ْي‬
ٍُ ْۚ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ِ ٍّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬ ِ ْ ‫َٗىَقَ ْذ َخيَ ْقَْا‬
َ ّْ ‫اْل‬
َ ِْ ٍِ َُ‫سا‬

26. “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.

ۤ
َ ِْ ٍّ ِ ‫ خَا ِى ْۢ ٌق تَش اَشا‬ْٜ ِّّ ِ‫َٗاِ ْر قَا َه َست َُّل ِى ْي ََ ٰي ِٕى َن ِح ا‬
َ ‫ص ْي‬
ٍُ ْۚ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ِ ٍّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬

28. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh,
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam
yang diberi bentuk”.

َ ‫ص ْي‬
ٍُ ْ٘ ُْ‫صا ٍه ِ ٍّ ِْ َح ََ ٍا ٍَّ ْس‬ َ ِّ ِْ ‫قَا َه ىَ ٌْ ا َ ُم‬
َ ِْ ٍِ َٗٔ ‫ْل ْس ُجذَ ِىثَش ٍَش َخيَ ْقر‬

33. “Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang
Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.”

Dan lapadz shalshal juga disebutkan dalam surah Ar-Rahman ayat 14:

ِ ‫صا ٍه َم ْاىفَ َّخ‬


‫اس‬ َ ‫ص ْي‬ ِ ْ َ‫َخيَق‬
َ ّْ ‫اْل‬
َ ِْ ٍِ َُ‫سا‬

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. (Ar-Rahman: 14)

Imam Al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan lafadz shalshal dalam Q.S Al-
Hijr: 26 berarti tanah yang sudah kering, setelah sebelumnya basah dan lembab.
Dalam Al-Qur‟an bentuk dari shalshal seperti al-Fakhkhar yakni kerangka matang
berbentuk manusia.
4. Sulalah

7
Lafadz sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang dikeluarkan dari
sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Dengan demikian “sulalah” ditafsirkan
sebagai ekstrak (dari tanah). (Baiquni, 1996)
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an surah Al-Mu‟minun ayat 12:

ٍِْ ٞ‫س ٰييَ ٍح ِ ٍّ ِْ ِط‬ ِ ْ ‫َٗىَقَ ْذ َخيَ ْقَْا‬


َ ّْ ‫اْل‬
ُ ِْ ٍِ َُ‫سا‬

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah.” (Al-Mu‟minun: 12)
Dalam ayat diatas sulalalatin min thin berarti sesuatu yang berasal dari
tanah. Dalam hal ini imam Al-Razi memaparkan dua pendapat. Pertama, al-Razi
berpendapat bahwa sulalah berarti Adam yang merujuk pada riwayat Ibnu Abbas
dari Ikrimah, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian keturunannya berasal dari
“air yang hina” (air mani). Pendapat yang kedua mengutarakan bahwa lafadz al-
Insan dalam Q.S. Al-Mu‟minun/23:12 mengandung arti anak cucu Adam, dan
lafadz al-Thin merupakan nama Adam. Lafadz sulalah sendiri berarti unsur-unsur
dari tanah yang terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses menjadi air mani.
5. Nuthfah, „Alaqah, Mudghah, Idzam, dan Lahm
Beberapa lafadz lainnya yang disebutkan Al-Qur‟an dalam menyebutkan
asal mula penciptaan manusia ialah Nuthfah, „Alaqah, Mudghah, Idzam, dan Lahm.
Lafadz Nuthfah adalah setetes air mani yang dipancarkan (ditumpahkan
kedalam rahim)
Sedangkan lafadz „Alaqah dalam kitab Zad Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi
mengemukakan tentang „Alaqah yang memiliki arti sejenis darah yang
bergumpalan dan kental. Sifatnya lembab dan bergantung dengan yang
berhubungan dengannya.
Dan lafadz Mudghah Quraish Shihab berpandangan bahwa Mudghah
yakni sesuatu berupa sekerat daging dan sebesar apa yang dapat dikunyah
(segumpal daging). (Shihab, 2012)
Untuk lafadz Idzam, dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan
bahwa kata Idzam merupakan sebuah proses dari pembentukan daging menjadi
tulang-tulang. (Amrullah, 1982)

8
Dan lafadz Lahm, dalam Tafsir al-Azhar juga dijelaskan bahwa Lahm
merupakan sebuah proses tulang belulang yang diliputi dengan daging.

Sebagaimana disebutkan dalam, Al-Qur‟an surah Al-Mu‟minun ayat 12-14:

()ٍِْ ٞ‫ قَ َش ٍاس ٍَّ ِن‬ْٜ ِ‫طفَحا ف‬ْ ُّ ُْٰٔ ‫ ٍِْ )( ث ُ ٌَّ َج َع ْي‬ٞ‫س ٰييَ ٍح ِ ٍّ ِْ ِط‬ ُ ِْ ٍِ َُ‫سا‬ ِ ْ ‫َٗىَقَ ْذ َخيَ ْقَْا‬
َ ّْ ‫اْل‬
ُّٰٔ ْ ‫س َّْ٘ا ْاى ِع ٰظ ٌَ ىَحْ اَا ث ُ ٌَّ ا َ ّْشَأ‬
َ ‫ضغَحَ ِع ٰظ اَا فَ َن‬ْ َُ ‫ضغَحا فَ َخيَ ْقَْا ْاى‬
ْ ٍُ َ‫عيَقَحا فَ َخيَ ْقَْا ْاىعَيَقَح‬ َ َ‫طفَح‬ ْ ُّْ‫ث ُ ٌَّ َخيَ ْقَْا اى‬
َِْْۗ ٞ‫س ُِ ْاى ٰخ ِي ِق‬
َ ْ‫ّٰللاُ اَح‬
ّٰ ‫اس َك‬َ َ‫خ َْيقاا ٰاخ ْۗ ََش فَرَث‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci
Allah, Pencipta yang paling baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia
dimulai dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi
pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian berkembang
membentuk „alaqah (segumpal darah) kemudian berproses menjadi mudghah
(segumpal daging), lalu „izaman (tumbuh tulang belulangnya) kemudian tulang-
tulang itu dibungkus dengan daging (lahm).
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan
(nafakha) kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan
Akhar). Disebut demikian karena manusia memiliki keistimewaan tersendiri yang
tidak dimiliki makhluk lainnya.
B. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
“Katakanlah, „Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan pendengaran,
penglihatan dan hati nurani bagi kalian. (Tatapi) sedikit sekali kalian bersyukur” (QS.
Al-Mulk: 23).
Ayat diatas adalah mengenai bagaimana hakikat penciptaan manusia, Allah
menciptakan dan memberikannya anugerak fisik dan hati nurani. Al-Quran mengatakan

9
bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah dan anugerah yang diberikan kepada manusia
sangatlah banyak sekali.
Al-Quran sebagai kitab suci umat islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk
praktis dan prinsip kehidupan umat manusia, namun berbicara juga mengenai proses
penciptaan manusia. Beberapa pandangan ilmuwan menyatakan bahwa manusia bukan
berasal dari penciptaan melainkan proses alamiah dan revolusi. Untuk itu, islam memiliki
kitab suci Al Quran untuk menjelaskan bagaimana proses penciptaan manusia mulai dari
hanya setitik air yang hina hingga berkembang secara kompleks.
1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur‟an, dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-
baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia
menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : "Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr : 26)
2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah
berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri).
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam
surat An Nisaa‟ ayat 1 :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
sangat banyak..." (QS. An Nisaa‟: 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan: "Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam" (HR. Bukhari-Muslim)

10
Ayat-ayat diatas mengandung makna bahwa untuk manusia Allah
menjadikan pasangannya dari jenis yang sama sehingga dapat terjadi rasa
ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya untuk berkembang biak. Apabila
kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tidak langsung hubungan
manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam
bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan
meneruskan generasinya.
3. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur‟an
dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur‟an proses kejadian
manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya diatas,
yaitu surat Al-Mu‟minun ayat 12-14.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS.Al-Mu‟minun 12-14)
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda: "Telah
bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam
rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat
puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh
hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam)
: rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-
Muslim).

11
Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori
pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang
membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat
nabi Adam a.s. yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel
benih (nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses
akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang
sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan),
makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua
unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang
akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh.
Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya.
Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat embrio
sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara ruh dan badan,
terbentuklah makhluk baru manusia.
Ungkapan ilmiah dari Al Qur‟an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi
bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-
organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur‟an dengan
"saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah
protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari
tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh
diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan
(hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum
(sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk
manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara
bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al-
Qur‟an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat
mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof.
Dr. Keith Moore, beliau mengatakan "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah
pernyataan Al Qur‟an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain itu beliau juga
mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur‟an dan hadits banyak mengilhami para

12
scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang
diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin
betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan).
Manusia terbentuk dari dua unsur diantaranya dari tanah dan dari tiupan
luhur dari Allah SWT. Islam berpendapat bahwa bahan dasar kakek moyang
manusia itu dari tanah, sementara bahan dasar kita ini adalah sperma yang hina.
Hanya saja Allah SWT telah meniupkan roh-Nya. Di dalam diri kita, ada kehinaan
dan ada pula kemuliaan. Tidak mungkin bisa dikatakan bahwa manusia itu hewan
yang kotor. Bahkan, dia dimuliakan dengan tiupan Allah SWT.
Allah SWT telah menciptakan kakek moyang kita dengan tangan-Nya.
Allah SWT juga memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada-Nya. Hal yang
lain adalah bahwa manusia lemah karena tercipta dari tanah yang dibasahi yang
kemudian menjadi tanah liat, berbentuk, dan menjadi tanah liat yang kering. Tanah
liat kering itu dibiarkan hingga mengering dan menjadi seperti tembikar.
Seandainya tidak ada tiupan Allah SWT, tentu tembikar itu menjadi patung yang
tak bernilai.
C. Kedudukan Manusia dalam Al-Qur’an
Al-Quran memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia,
bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Quran justru memuliakan manusia
sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan
spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski harus melewati rintangan dan
cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidup di dunia ini. Al-
quran pun mempunyai beberapa istilah untuk menunjukan pengertian manusia,
diantaranya:
a. Basyar
Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makluk biologis
dalam QS Ali Imran : 47
Secara bahasa, berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai
uraian tentang al-basyar. Menurut Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya
dalam Mu‟jam alMaqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa semua kata yang
huruf-huruf asalnya terdiri dari ba, syin dan ra‟ berarti sesuatu yang tampak jelas

13
dan biasanya cantik dan indah. Dengan demikian, bahwa manusia yang dijelaskan
oleh al-basyar menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia
yang secara umum relatif sama antara semua manusia. (Sudarmojo, 2009)
b. Al-insan
Kata al-insan dihubungkan dengan beberapa pengertian, pertama al-insan
dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah sebagaimana dalam QS
Al-Ahzab :72, kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam
diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir dalam QS Al-Ma'arij :19-21 dan
ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur
materi dan nonmateri menurut QS Al-Hijr :28-29. Semua konteks al-insan ini
menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
c. An-nas
Kata an-nas dalam al-quran mengacu kepada manusia sebagai makhluk
social dengan karakteristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal
sebenarnya tidak menurut QS Al-Baqarah :8.

Dengan demikian, dalam hubungannya dengan penjelasan tentang manusia, dapat


dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang berkelompok dan ia akan selalu
membentuk kelompoknya sesuai dengan ciri-ciri dan persamaannya. Seperti persamaan
biologis, kebutuhan, kepentingan, suku, bangsa dan lainnya. Memang dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan Kelompok. Mulai dari kelompok, suku,
etnis, wilayah, sosial politik, agama dan sebagainya. (Sudarmojo, 2009)

Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna. Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah yaitu turab
(tanah), tanah basah (thin), dan lain-lain.

Tentunya hal ini menunjukan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam
bahan yang ada di dalam tanah menurut Al-Mu'minun 12-16 . Manusia dikaruniai akal
dan pikiran oleh Allah SWT, akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia
dalam menjalankan perannya.

14
Lalu apa keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Di banding
makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia
di lebihkan dari makhluk lainnya.

Jika manusia lebih istimewa dari makhluk lainnya, tentu Allah SWT mempunyai
tujuan dalam penciptaan manusia. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah SWT di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam tentunya. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi
khalifahnya di bumi sangat jelas sebagaimana firman Alah SWT. Selain untuk menjadi
khalifah, manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah
di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya,
yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang
dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai
dengan kehendak dan kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-
Nya.

Adapun peranan manusia di bumi selain sebagai khalifah, setiap juga manusia
mempunyai fungsi dan peranannya. Peran yang hendaknya dilakukan seorang manusia
sebagaimana yang ditetapkan Allah, diantaranya yaitu :

 Belajar dari QS. An-Naml:15-16, QS. Al-Mukmin: 54 . Belajar yang dinyatakan


pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al-Quran
 Mengajarkan ilmu menurut QS. Al-Baqarah:31-39 . Khalifah yang telah diajarkan
ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain. Yang
dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
 Membudayakan ilmu menurut al Mukmin : 35 ; Ilmu yang telah diketahui bukan
hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk
dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh
Nabi SAW.

15
Adapun kedudukan manusia yang dimaksud pada makalah ini adalah konsep
yang menunjukkan hubungan manusia dengan Allah dan dengan lingkungannya.
Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Secara
moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khaliknya, yang
telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.

Berdasarkan hadits Al-Lu'lu Uwal, kewajiban manusia kepada Allah pada garis
besarnya ada 2 yaitu mentauhidkan-Nya, maksudnya yakni tidak memusyrikan-Nya
kepada sesuatu apapun dan beribadat kepada-Nya. Orang yang demikian mempunyai hak
untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi pahala yang berlipat ganda. Kewajiban
manusia terhadap Allah juga harus diimbangi dengan iman dan amal saleh. Oleh karena
itu, kedudukan manusia dalam islam yang pertama yaitu manusia sebagai hamba allah.
Tidak hanya sebagai hamba Allah saja, kedudukan manusia dalam islam yang kedua
yaitu manusia sebagai khalifah Allah. Seperti yang sudah di jelaskan pada ayat
sebelumnya mengenai tugas manusia sebagai khalifah, tentunya manusia sebagai
makhluk Allah mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di hadapan-Nya.

Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi sebagai tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan dan sebagai wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam. Penegasan ini mengisyaratkan adanya hubungan antara manusia
dengan Tuhan.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah,
bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak
terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang yang
telah menciptakan manusia.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut kitab suci Al-Qur‟an pada surat Al-Hijr ayat 28-29, asal usul manusia
adalah ketika Allah berfirman;
28. Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat; ”sesungguhnya aku
akan menciptakan seseorang dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.
29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan
roh (ciptan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Dari ayat tersebut dapat kita dapat memahami bahwa manusia berasal dari tanah
dan kemudian tercipta dari setetes mani yang tersimpan didalam rahim wanita kemudian
menjadi segumpal darah dan segumpal daging kemudian tumbuhlah tulang-tulang yang
dibalut oleh daging tersebut lalu ditiupkanlah ruh. Manusia adalah makhluk hidup satu-
satunya yang memiliki akal dan sangat berperan besar di muka bumi ini, baik sebagai
subjek yang sangat berpengaruh dalam roda kehidupan sehari-hari yang dapat mencari
kebutuhan yang diperlukannya. Banyak Istilah dalam penyebutan manusia seperti al-
basyar, al-Insan, an-Nas. Namun, hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari eksistensi
manusia itu sendiri.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah,
bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak
terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang yang
telah menciptakan manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, A. M. (1982). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Baiquni, A. (1996). Al-Qur‟an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa.

Kementrian Agama. (2012). Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains, Jakarta:
Kemenag RI

Shihab, M. Q. (2012). Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati.

Sudarmojo, A. H. (2009). Perjalanan Akbar Ras Adam. Bandung: PT Mizan Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai