Anda di halaman 1dari 7

Hadits ahad

Disusun Oleh:
Syahilda Maharani (2102032224)
Iis Sintawati (2102030006)
Pengertian
Hadits Ahad adalah hadits yang jumlah rawinya tidak sampai pada
jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai
pada derajat mutawatir. Hal ini dinyatakan dalam kaidah ilmu hadis berikut
ini :
‫ما ال يجتمع فيه شروط التواتر‬
(Hadist yang tidak mencapai derajat mutawatir)

Hadist yang tidak sampai jumlah rawinya kepada jumlah hadits


mutawatir, baik rawinya itu seorang, dua, tiga, empat, lima atau seterusnya
dari bilangan-bilangan yangtidak memberi pengertian bahwa hadits itu
denganbilangan tersebut masuk ke dalam hadits mutawatir Ada juga ulama
yang mendefinisikan hadits ahad secara singkat, yakni hadits yang tidak
memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir, hadits selain hadits mutawatir, atau
hadits yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai kepada sumbernya
(Nabi) tetapi kandungannya memberikan pengertian zhanni dan tidak sampai
kepada qath’i dan yaqin.
Macam-macam hadits ahad
1. Hadits Masyhur
Masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu' (sesuatu yang sudah tersebar dan populer). Hadis
ini dinamakan masyhur karena telah tersebar luas di kalangan masyarakat, lawan dari masyhur adalah Majhul
yaitu hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak terkenal dalam kalangan ahli ilmu. Ada
ulama yang memasukkan seluruh hadits yang telah populer dalam masyarakat, sekalipun tidak mempunyai
sanad sama sekali baik berstatus sahih atau dhaif ke dalam hadis masyhur. Ulama Hanafiah mengatakan
bahwa hadist masyhur menghasilkan ketenangan hati, dekat pada keyakinan dan wajib untuk diamalkan,
tetapi bagi yang menolaknya, tidak dikaitkan kafir.
Hadis masyhur ini ada yang berstatus sahih, hasan dan daif. Yang dimaksud dengan hadis masyhur yang telah
memenuhi ke tentuan hadist sahih, baik pada sanad maupun matannya.
 
2. Hadits Aziz
Kata Aziz menurut etimologi, jika diambil dari kata , Ya'izzu berarti sedikit dan jika diambil dari kata ,
Ya'izzu berarti kuat. Adapun pengertian hadist aziz menurut terminologi ialah hadis yang diriwayatkan oleh
dua Orang rawi atau lebih dalam satu thabaqatnya. Definisi ini paling populer dan telah digunakan oleh Ibnu
Hajar kitabnya Al-Nukhbah Sedang menurut Ibnu Al-Shalah dan yang lain, bahwa hadis aziz ialah hadis
yang diriwayatkan oleh dua atau tiga orang rawi.
Hadits ini diriwayatkan dari Rasulullah oleh Anas bin Malik kemudian diriwayatkan kepada dua orang yaitu,
qatadah dan Abdul Aziz bin suhaib, dari qatadah diriwayatkan pada dua orang, yaitu Syu’bah dan Husain al-
Muallim. Dan dari Abdul Aziz diriwayatkan kepada dua orang yaitu Abdul Warits dan Ismail bin ‘Ulaiyyah,
dari keempat orang rawi ini diriwayatkan pada generasi dibawahnya lebih banyak lagi yang akhirnya sampai
pada Imam Bukhari dan Muslim.
Macam-macam hadits ahad
3. Hadits Gharib
Gharib menurut bahasa berarti jauh dari tanah air atau sukar
dipahami. Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang asing, sebab
hanya diriwayatkan oleh seorang rawi, atau disebabkan oleh adanya
penambahan matan atau sanad. Hadis yang demikian disebut gharib
karena keadaannya asing menurut pandangan rawi-rawi yang lain, seperti
orang yang jauh dari tempat tinggalnya.
Hadits ini dibagi menjadi 2 jenis: Gharib Muthlaq (Hadits yang
menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada asal sanad) dan
Gharib Nisby (adalah apabila penyendirian itu mengenai sifat- sifat atau
keadaan tertentu seorang rawi).
Dasar hukum hadits ahad

Imam Syafi’i berpendapat bahwa hadis ahad tidak dapat menghapuskan suatu hukum
dari hukum-hukum Al-Quran. Ahlu Zhahir (pengikut Daud Ibnu ‘Ali Al-Zhahiri) tidak
membolehkan men-takhshis-kan umum ayat-ayat Al-Quran dengan hadis .Hukum Islam
adalah kaidah dan norma kemasyarakatan yang bersumber pertama pada Al-Qur’an, kedua
pada As-Sunnah, dan ketiga pada akal pikiran. As-Sunnah merupakan segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifat. Salah satu
bentuk dari As-Sunnah yaitu Hadits Ahad yang dapat dijadikan sumber hukum. Imam Abu
Hanifah menggunakan Qiyas untuk menilai Hadits Ahad dan Imam Malik bin Anas
menggunakan Amal Ahli Madinah untuk menilai Hadits Ahad. Tujuan dari penelitian yang
hendak dicapai oleh peneliti yaitu pertama, untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah
tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum Syara’, kedua, untuk mengetahui
pendapat Imam Malik bin Anas tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum
Syara’, ketiga, untuk mengetahui perbandingan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik bin Anas. Sunnah bersifat bayani yang menjalankan fungsi untuk menjelaskan
hukum Al-Qur’an . Namun dalam kedudukan sunnah sebagai dalil yang berdiri sendiri dan
sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an, menjadi bahan perbincangan di kalangan Ulama,
karena di dalam Surah Yunus ayat 37 dijelaskan, bahwa Al-Qur’an sudah sempurna tidak
ada keraguan di dalamnya.
Dasar hukum hadits ahad
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pendekatan kuantitatif dengan
metode komparatif. Yaitu membandingkan antara pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik bin Anas tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum Syara’. Jenis data
yang dipergunakan dalam penelitian ini karya Musthafa Assiba’i: As-Sunnah wa
Makanatuha Fii Tasyri’i Islam, juga kitab, buku, dan jurnal yang berhubungan dengan
penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pendapat Abu Hanifah bahwa
kedudukan Qiyas ada diatas Khabar Ahad dapat dijadikan sumber hukum, apabila ‘illatnya
berasal dari ketetapan yang pasti dan tidak dapat dijadikan dalil hukum dalam masalah
aqidah tetapi dalam amal perbuatan, kedua, pendapat Malik bin Anas bahwa Khabar Ahad
yang tidak bertentangan dengan Amal Ahli Madinah dapat dijadikan sumber hukum karena
Kota Madinah merupakan tempat menyebar luasnya Hadits, dengan kultur sosialnya yang
masih sederhana. Ketiga, Persamaan pendapat keduanya adalah Khabar Ahad dapat
dijadikan sebagai sumber hukum. Sedangkan perbedaan keduanya yaitu, Khabar Ahad tidak
dapat dijadikan Dalil Hukum dalam masalah aqidah menurut Imam Abu Hanifah dan
Khabar Ahad dapat dijadikan Dalil dalam cabang hukum syara. Maka Hadits Ahad dapat
diterima sebagai hujjah dengan adanya delapan syarat.
Terimakasih !!

Anda mungkin juga menyukai