Anda di halaman 1dari 21

Perbandingan

Pemikiran aliran ilmu


kalam
1 ilmu kalam
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Ilmu kalam merupakan
suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu berlatar Islam
sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini. Kata Ilmu merupakan kata
yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti maha mengetahui. Sedangkan kata
kalam merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan.
Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajran-ajaran dasar
itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang
percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak
percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


2 pelaku Dosa besar
1. Aliran Khawarij

Ciri yang menonjol dari aliran khawarij adalah watak ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-
persoalan kalam. Hal ini didukung oleh watak kerasnya akibat kondisi geografis gurun pasir, juga
dibangun atas dasar pemahaman tekstual atas nas-nas Al-quran dan Hadis. Tak heran kalau aliran ini
memiliki pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa orang-
orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa Al-
Asy’ari adalah kafir. Hal ini berdasarkan firman Allah pada surat Al-Maidah ayat 44 yang artinya:
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah [5]:44) Semua pelaku dosa besar (murtakib al-kabirah),
menurut semua subkete khawarij, kecuali Najdah adalah kafir dan disiksa di neraka selamanya.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


3 pelaku Dosa besar
2. Aliran Murji'ah

Pandangan tentang aliran Murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari definisi iman
yang dirumuskan menurut versi mereka. Secara garis besar, sebagaimana telah dijelaskan subkete khawarij
dapat dikategorikan ke dalam dua kategori ekstrem dan moderat. Untuk memilah subkete yang ekstrem atau
moderat, Harun Nasution memberikan indikasi bahwa subkete Murji’ah yang ekstrem adalah mereka yang
berpandangan bahwa iman terletak didalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang
yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau merusak keimanannya, bahkan
keimanannya masih sempurna di mata Tuhan. Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka
yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak menjadi kafir. Meskipun ia akan disiksa di neraka, tetapi
tidak kekal dan bergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


4 pelaku Dosa besar
3. Aliran Mu'tazilah

Kemunculan aliran Mu’tazilah dalam pemikiran teologi islam sesungguhnya diawali oleh masalah yang
kurang lebih sama dengan kedua aliran yang telah dijelaskan diatas, yaitu mengenai status pelaku dosa besar,
apakah masih beriman atau telah menjadi kafir. Perbedaannya, apabila khawrij mengkafirkan pelaku dosa
besar dan murji’ah memelihara keimanan pelaku dosa besar. Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat
yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah tetap mukmin atau telah kafir, kecuali dengan sebutan yang sangat
terkenal al-manzilah bain al-manzi-latain. Setiap pelaku dosa besar menurut mu’tazilah berada diposisi tengah
diantara posisi mukmin dan posisi kafir. Menurut pandangan mu’tazilah, dosa besar adalah segala perbuatan
yang ancamannya disebutkan secara tegas dalam nash. Dosa kecil adalah segala ketidakpatuhan yang
ancamannya tidak tegas dalam nash. Tampaknya mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kriteria dasar bagi
dosa besar atau kecil.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


5 pelaku Dosa besar
4. Aliran Asy’ariah

Terhadap pelaku dosa besar, Al-Asy’ari sebagai wakil Ahl As-Sunnah menyatakan pendiriannya dengan
tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl Al-Qiblah) walaupun melakukan dosa besar,
seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan
yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Adapun balasan di akhirat kelak yang akan diperoleh pelaku
dosa besar apabila meninggal dan tidak sempat bertaubat, menurut Al-Asy’ari hal itu bergantung pada
kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak. Tuhan bisa mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar
itu mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW, sehingga terbebas dari siksaan neraka atau sebaliknya. Tuhan
bisa memberinya siksa neraka sesuai dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Walaupun begitu, ia tidak akan
kekal di neraka seperti orang-orang kafir lainnya.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


6 pelaku Dosa besar
5. Aliran Maturidiah

Baik Samarkand maupun Bukhara tampaknya sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap
sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Berkaitan dengan persoalan ini, Al-Maturidi peletak
dasar aliran kalam Al-Maturidiah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal
didalam neraka walaupun ia meninggal sebelum bertaubat. Hal ini karena tuhan telah menjanjikan akan
memberi balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk
orang yang berbuat dosa syirik. Berbuat dosa besar selain syirik tidak akan kekal didalam neraka. Oleh karena
itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidak menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi,
iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu amal
tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman kecuali menambah atau mengurangi pada sifatnya.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


7 pelaku Dosa besar

6. Aliran Syi’ah Zaidiah

Penganut Syi’ah Zaidiah percaya bahwa orang yang melakukan dosa


besar akan kekal dalam neraka, jika ia belum bertaubat dengan pertaubatan
yang sesungguhnya. Dengan hal ini, Syi’ah Zaidiah dekat dengan
Mu’tazilah. Ini bukan sesuatu yang aneh mengingat kedekatan aliran ini
dengan mu’tazilah. Wasil bin ‘Atha’ salah seorang pemimpin mu’tazilah
mempunyai hubungan dengan Zaid. Moojan Momen bahkan mengatakan
bahwa Zaid pernah belajar kepada Wasil bin Atha.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


8 Iman dan kufur
1. Aliran Khawarij

Sebagai kelompok yang lahir dari peristiwa politik, pendirian teologis khawarij terutama yang berkaitan
dengan masalah iman dan kufur, sebenarnya lebih bertendensi politis daripada ilmiah-teoritis. Kebenaran
pernyataan ini tidak dapat disangkal karena seperti yang telah diungkapkan sejarah bahwa khawarij mula-mula
memunculkan persoalan teologis seputar masalah. Mereka berpendapat karena Ali dan Muawiyyah telah
melakukan tahkim kepada manusia, mereka telah berbuat dosa besar. Iman terhadap pandangan khawarij tidak
semata-mata percaya kepada Allah. Akan tetapi, mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga
merupakan bagian dari keimanan. Oleh karena itu, segala perbuatan yang religious, termasuk didalamnya
masalah kekuasaan adalah bagian dari keimanan (al-‘amal juz’ al-iman). Siapa pun yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah dan Muhammad adalah Rasulnya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama bahkan
melakukan perbuatan dosa oleh khawarij dipandang kafir.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


9 Iman dan kufur
2. Aliran Mur’jiah

Abu Al-Hasan Al-Asy’ari mengklasifikasikan aliran teologi Murji’ah berdasarkan pandangannya


tentang iman sebanyak 12 subsekte yaitu Al-Jahmiah, Ash-Shalihiah, Al-Yunusiah, Asy-Syimriah, As-
Saubaniah, An-Najariyah, Al-Kailaniah bin Syabib dan pengikutnya, Abu Hanifah dan pengikutnya, At-
Tumaniah, Al-Marisiah, dan Al-Karamiah. Sementara itu, Harun N. dan Abu Zahrah Murj’ah menjadi
kelompok utama yaitu murji’ah moderat (Murji’ah Sunnah) dan murji’ah ekstrem (murji’ah bid’ah).
Iman menurut Abu Hanifah adalah iqrar dan tashdiq. Ditambahkannya pula bahwa iman tidak
bertambah dan tidak berkurang. Hal ini merupakan sikap umum yang ditunjukkan oleh murji’ah baik
ekstrem maupun moderat seperti, Al- Jahmiah, Ash-Shalihiah, Asy-Syimriah dan Al-Gailaniah. Lalu
Abu Hanifah berpendapat bahwa seluruh umat islam sama dalam tauhid dan keimanan.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


10 Iman dan kufur
3. Aliran Mu’tazilah

Seluruh pemikir mu’tazilah tampaknya sepakat menyatakan bahwa amal perbuatan merupakan salah
satu unsur terpenting dalam konsep iman. Bahkan hampir mengindentikkannya. Ini mudah dimengerti karena
konsep mereka tentang amal sebagai bagian terpenting dalam keimanan, memiliki keterkaitan langsung
dengan masalah al-wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman) yang merupakan salah satu dari “Pancasila”
mu’tazilah. Aspek penting lain dari konsep mu’tazilah tentang iman adalah yang mereka identifikasikan
sebagai ma’rifah (pengetahuan dengan akal). Ma’rifah merupakan unsur pokok yang rasional dari iman, dalam
pandangan mu’tazilah berimplikasi dari sikap penolakan keimanan berdasarkan otoritas orang lain (al-iman bi
at-taqlid). Disini mu’tazilah lebih menekankan pentingnya pemikiran logis atau penggunaan akal bagi
keimanan. Dengan demikian bagi mu’tazilah iman seseorang dikatakan benar apabila berdasarkan akal bukan
taqlid kepada orang lain.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


11 Iman dan kufur
4. Aliran Asy-ariah

Agak pelik sebenarnya memahami makna iman yang diberikan oleh Abu Al-Hasan Al- Asy’ari. Sebab didalam
karya-karyanya seperti maqalat, Al- Ibanah dan Al- Luma’ iman didefinisikan secara berbeda satu sama lain. Dalam
maqalat dan Al- Ibanah disebutkan bahwa iman adalah qawl dan amal dan dapat bertambah serta berkurang. Dalam
Al-Luma’ iman diartikan sebagai tashdiq bi Allah. Argumentasinya bahwa kata “mukmin” seperti dijumpai dalam Al-
Quran surat Yusuf ayat 17 memiliki hubungan makna dengan kata shadiqin dalam ayat itu. Salah seorang teolog
asy’ariah Asy-syahrastani menulis: “Al-asy’ari berkata… iman (secara esensial) adalah tashdiq bi al-janan
(membenarkan denan kalbu). Sedangkan ‘mengatakan’ (qawl) dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama
(amal bi al-arkan) sekadar merupakan furu’ (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan
keesaan Tuhan dengan kalbunya dan membenarkan utusan-utusannya beserta yang mereka bawa darinya, iman yang
semacam orang itu merupakan iman yang sahih dan seseorang tidak akan tanggal keimanannya, kecuali jika
mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut".

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


12 Iman dan kufur
5. Aliran Maturidiah

Dalam masalah iman, aliran maturidiah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb
bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian semacam ini dikemukakan oleh Al-maturidi sebagai bantahan
sebagai Al-karamiah salah satu subkete Murji’ah. Ia berargumentasi dengan surat Al-Hujarat ayat 14. Menurut
Al-maturidi sebagai suatu penegasan bahwa iman tidak cukup hanya dengan perkataan sementara kalbu tidak
beriman. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman menjadi batal apabila hati tidak
mengakui ucapan lidah. Meskipun demikian, Al-maturidi tidak berhenti sampai disana. Tashdiq seperti yang
dipahami diatas adalah yang harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil ma’rifah menurut al-maturidi adalah
yang didapatkan melalui penalaran akal. Bukan sekadar berdasarkan wahyu. Pendapat Maturidiah Bukhara
tampaknya tidak banyak berbeda dengan Asy’ariah yang sama-sama menempatkan tashdiq sebagai unsur
esensial dari keimanan meskipun dengan ungkapan yang berbeda pula.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


13 Perbuatan tuhan Dan manusia

1. Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Ini bukan berarti bahwa
Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Perbuatan buruk tidak dilakukannya
karena ia mengetahui keburukan perbuatan buruk itu. Bahkan di dalam Al-Quran dikatakan
bahwa Tuhan tidak berbuat zalim.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


14 Perbuatan tuhan Dan manusia

2. Aliran Asy-ariah

Bagi aliran asy-ariah paham kewajiban tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia (ash-shalah wa al-
ashlah), sebagaimana dikatakan aliran mu’tazilah tidak dapat diterimanya karena bertentangan dengan paham
kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Hal ini ditegaskan oleh Al-ghazali ketika mengatakan bahwa tuhan
tidak berkewajiban berbuat baikdan terbaik bagi manusia. Dengan demikian, aliran asy-ariah tidak menerima
paham tuhan mempunyai kewajiban. Paham mereka bahwa tuhan dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap
makhluk, mengandung arti bahwa tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa. Sebagaimana dikatakan Al-
Ghazali perbuatan-perbuatan tuhan bersifat tidak wajib (ja’iz) dan tidak satu pun darinya memiliki sifat wajib.
Al-ghazali pun mengatakan hal itu dalam al-iqtishad.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


15 Perbuatan tuhan Dan manusia

3. Aliran Maturidiyah

Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara maturidiyah samarkand dan
maturidiah bukhara. Aliran maturidiyah samarkand, yang juga memberikan batas pada kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja.
Dengan demikian, tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baikbagi manusia. Demikian juga pemikiran
rasul dipandang maturidiyah samarkand sebagai kewajiban Tuhan. Adapun maturidiyah bukhara memiliki
pandangan yang sama dengan asy’ariyah mengenai paham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Namun,
sebagaimana di jelaska oleh badzawi, Tuhan pasti menempati janjinya, seperti memberi upah kepada orang
yang berbuat baik, walaupun Tuhan membatalkan ancaman bagi orang yang berbuat dosa besar.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


16 Perbuatan tuhan Dan manusia

4. Aliran Jabariah

Tampaknya ada perbedaan pandangan antara jabariah ekstrim dan jabariah moderat dalam masalah perbuatan
manusia. Jabariah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul
dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Misalnya, kalau seseorang mencuri,
perbuatan itu bukanlah terjadi atas kehendak sendiri, tetapi timbul karena qadha dan qadar Tuhan yang menghendaki
demikian. Adapun Jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan
jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang di ciptakan di dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang di maksud dengan kasab (acquisition).
Menurut paham kasab manusia tidaklah majbur (di paksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang kehendaki oleh
dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia itu memperoleh perbuatan yang di ciptakan Tuhan.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


17 Perbuatan tuhan Dan manusia

5. Aliran Qadariyah

Aliran qadariah menyatakan bahwa tingkah laku manusia di lakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia
mempunya kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, Karena itu, ia
berhak mendapatkan pahala kebaikan yang di lakukannya dan juga berhak memperoleh hukuman atas
kejahatan yang di perbuatnya. Dalam kaitan ini bila seseorang di beri ganjaran, surga maupun neraka kelak di
akhirat. Itu berdasarkan pilihan pribadinya bukan oleh takdir tuhan. Adapun paham Qadariyah, takdir itu
adalah ketentuan Allah yang di ciptakannya untuk alam semesta beserta seluruh isinya, semenjak ajal, yaitu
hukum yang di dalam isitlah Al-Qur’an adalah sunatullah. Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada
alasan yang dapat menyadarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan Tuhan.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


18 Perbuatan tuhan Dan manusia

6. Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karena itu,
mu’tazilah menganut faham Qadariyah atau free will. Menurut Al-juba’i dan Abd al-jabbar, manusia berbuat
baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya
sendiri. Daya (al-sititha’ah) untuk mewujudkan kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum adanya
perbuatan. Perbuatan manusia bukan di ciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang
mewujudkan perbuatannya. Aliran Mu’tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta awal, sedangkan manusia
berperan sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya. Meskipun berpendapat bahwa Allah tidak
menciptakan perbuatan manusia dan tidak pula menentukanya. Semua perbuatan itu diketahui Allah SWT.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


19 Perbuatan tuhan Dan manusia

7. Asy’ariah

Dalam faham asy’ari, manusia ditempatkan pada posisi yang lemah. Ia di ibaratkan anak kecil
yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karena itu, aliran ini lebih dekat dengan faham
jabariyah dari pada dengan faham Mu’tazilah. Untuk menjelaskan dasar pijakannya, Asy’ari memakai
teori al-kasb (acquistion, perolehan). Teori al-kasb asy’ari dapat dijelaskan sebagai berikut. Segala
sesuatu terjadi dengan perantraan daya yang di ciptakan, sehingga terjadi perolehan bagi muktasib
(yang memperoleh kasab) untuk melakukan perbuatan. Sebagai konsekuensi dari teori kasb ini,
manusia kehilangan keaktifan sehingga mansia bersikap pasif dalam perbuatan-perbuatannya.

© 1999 - 2014 IX Web Hosting. All rights reserved


Terimakasih !!

Anda mungkin juga menyukai