Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nurul Latifah

NPM: 2101018009
Tugas Essay Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi dan Tegaknya Kedaulatan Bangsa

A. Pengertian Pendidikan Anti Korupsi


Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan
peluang bagi berkembangnya korupsi (Maheka, t.th: 31). Pencegahan yang dimaksud
adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi
dan bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara. Menurut Maheka (t.th: 31),
peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan cara melakukan
perbaikan sistem (hukum dan kelembagaan) dan perbaikan manusianya. Dalam hal
perbaikan sistem, langkah-langkah antikorupsi mencakupi:
1. Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku untuk mengantisipasi
perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang
sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat hukum;
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana (simpel) dan
efisien;
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk
kepentingan umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi;
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara
tegas;
5. Penerapan prinsip-prinsip good governance;
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human
error.

B. Nilai-nilai Anti Korupsi


Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan
menangkap dan menjebloskan koruptor ke penjara, sebab peluang untuk berbuat
korupsi terhampar luas di hadapan para calon koruptor, terlebih lagi banyak tersedia
arena bagi koruptor-koruptor baru untuk melampiaskan hasrat korupsinya. Itulah
sebabnya diperlukan penanaman nilai-nilai antikorupsi sebagai upaya pencegahan
kepada generasi muda. Mengapa nilai-nilai antikorupsi perlu disemaikan ke dalam
jiwa dan roh generasi muda? Ada keyakinan bahwa generasi sekarang ini adalah
generasi yang lahir, tumbuh, dan berkembang di dalam sistem dan budaya yang
korup. Hal ini berakibat pada sikap permisif generasi sekarang terhadap perbuatan
korupsi. Secara lahiriah mereka mengutuk dan mencela perbuatan korupsi, tetapi hati
mereka tidak tega terhadap para koruptor, sehingga mereka cenderung membiarkan
dan memaafkan para koruptor. Jika demikian halnya, selamanya korupsi tidak akan
dapat diberantas. Untuk itulah, generasi yang akan datang atau yang saat ini disebut
generasi muda harus didorong untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas
setiap bentuk korupsi. Adapun nilai-nilai anti korupsi yang harus ditanamkan sejak
kecil adalah nilai: 1) Kejujuran, 2) Tanggung Jawab, 3) Keberanian, 4) Keadilan, 5)
Keterbukaan, 6) Kedisiplinan, 7) Kesederhanaan, 8) Kerja Keras dan 9) Kepedulian.

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi


Dalam memberantas masalah korupsi di Indonesia, tidak hanya lembaga-
lembaga saja yang berpengaruh besar tapi juga masyarakatnya. Di sini peranan
masyrakat sangat penting untuk mencehah korupsi, meliputi:
1. Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam upaya pemberantasan
korupsi. Sebagai pihak eksternal, kehadiran masyarakat sangat dibutuhkan, sebab
biasanya mata luar lebih awas daripada mata yang ada di dalam. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat merupakan strategi kunci bagi upaya pemberantasan
korupsi (Sudjana, 2008: 168). Masyarakat yang berdaya dapat melakukan kontrol
secara efektif terhadap lembaga negara yang bertugas memberantas korupsi.
Bahkan masyarakat dapat menjadi mitra strategis bagi lembaga antikorupsi dalam
melakukan kegiatan pencegahan dan penindakan terhadap pelaku korupsi.
Mengapa masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya pemberantasan korupsi. Hal
ini beralasan, karena masyarakat pun memiliki kontribusi dan memberikan
peluang bagi tumbuh suburnya korupsi. Seperti dikatakan Pope (2007: 59),
kegiatan- kegiatan publik tidak dilakukan dalam situasi vakum. Masyarakatlah
yang sering memberi suap. Titik singgung antara sektor swasta dan sektor publik
juga sering menjadi tempat terjadinya korupsi dan suap-menyuap. Contoh yang
paling telanjang adalah penyuapan yang dilakukan oleh pengendara motor atau
mobil kepada polisi lalu lintas ketika mereka melakukan pelanggaran lalu lintas.
Upaya antikorupsi tanpa melibatkan masyarakat, akan sia-sia karena masyarakat
merupakan salah satu pendukung yang paling berpotensi dan ampuh dalam
memberantas korupsi. Itulah sebabnya, pemerintah juga memiliki kewajiban turut
memberdayakan masyarakat agar mereka semakin sadar dan tidak terlibat
korupsi (Sudjana, 2008: 171).

2. Pemberian Penghargaan
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999,
pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah
berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak
pidana korupsi (Direktorat Pembinaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan
Instansi KPK, 2006: 149). Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2000, setiap orang, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya
masyarakat yang telah berjasa dalam usaha membantu upaya pencegahan atau
pemberantasan tindak pidana korupsi berhak mendapat penghargaan.
Penghargaan tersebut berupa premi atau piagam. Dalam pasal 9 Peraturan
Pemerintah tersebut, besar premi ditetapkan paling banyak sebesar dua permil
dari nilai kerugian keuangan negara yang dikembalikan. Premi diberikan kepada
pelapor setelah putusan pengadilan yang memidana terdakwa memperoleh
kekuatan hukum tetap. Penyerahan premi dilakukan oleh Jaksa Agung atau
pejabat yang ditunjuk. Sementara itu, piagam diberikan kepada pelapor setelah
perkara dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (pasal 10).
Penyerahan piagam tersebut dilakukan oleh penegak hukum atau KPK.
Pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa baik dalam kegiatan
penindakan maupun pencegahan, tentu saja tidak terbatas pada apa yang telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut di atas. KPK bisa mengembangkan
1.001 cara untuk mendorong masyarakat agar membantu pemerintah dan KPK
dalam memberantas korupsi. Misalnya dengan memberikan penghargaan melalui
ajang KPK Award. Kategori penghargaan dapat bervariasi, misalnya kategori
anggota Dewan terbersih, menteri terbersih, gubernur terbersih, bupati atau wali
kota terbersih, guru terjujur, dosen terjujur, pengusaha terjujur, LSM antikorupsi
tergiat, pokja antikorupsi perguruan tinggi tergiat, dan sebagainya. Dengan
pemberian penghargaan tersebut, akan mendorong mereka yang bekerja tanpa
pamrih tersebut untuk berbuat lebih baik dan lebih banyak lagi kepada nusa,
bangsa, dan negara. Yang paling penting pula adalah sel-sel antikorupsi tetap
hidup dan bermutasi lebih banyak lagi menyebarkan virus antikorupsi di semua
lapisan masyarakat.

D. Meneladani Sikap Antikorupsi dari Tokoh Besar


Selain itu, kita bisa mempelajari penerapan antikorupsi dari orang-orang
bersih seperti ketiga orang di bawah ini:
1) Muhammad Hatta
Nama Mohammad Hatta sudah tak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Ia
adalah salah satu pahlawan proklamasi bersama Sukarno. Selain berjasa besar
bagi kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, sapaan akrabnya, juga memiliki rekam
jejak sebagai seorang sosok yang sangat anti terhadap korupsi.
Salah satu kisahnya ada pada 1970, ketika Bung Hatta dan rombongan
mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya, tempat ia sempat dibuang oleh kolonial
Belanda. Di Irian Jaya, Bung Hatta disodori amplop berisi uang. Uang tersebut
sebenarnya bagian dari biaya perjalanan Bung Hatta yang ditanggung pemerintah.
Namun, Bung Hatta menolaknya. "Uang apa lagi...? Bukankah semua ongkos
perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian
ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?"
kata Bung Hatta. Bung Hatta juga mengatakan bahwa uang pemerintah pun
sebenarnya adalah uang rakyat. "Tidak, itu uang rakyat, saya tidak mau terima..
Kembalikan," tegas Bung Hatta seperti dikutip dari buku berjudul Mengenang
Bung Hatta (2002).
Ketegasan Bung Hatta perihal korupsi juga tecermin pada hal yang
sederhana. Pada suatu ketika, Hatta menegur sekretarisnya karena menggunakan
tiga lembar kertas kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk mengirim surat
pribadi. Menurut Hatta, kertas itu adalah aset negara yang merupakan uang rakyat.
Hatta pun mengganti kertas tersebut dengan uang pribadinya.

2) Hoegeng
Gus Dur pernah berkata, "Hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap,
yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng." Kalimat tersebut diutarakan Gus
Dur lantaran Hoegeng memang merupakan ikon polisi jujur dan antisuap. Sepak
terjangnya sebagai seorang polisi yang amanah memang patut ditiru.
Ketika menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet, Hoegeng
seharusnya mendapat mobil dinas dan mobil keluarga. Ia menolak satu mobil,
yaitu mobil keluarga. "Hoegeng mau simpan di mana lagi, Mas Dharto? Hoegeng
tak punya garasi lagi," katanya kepada sekretarisnya dalam Hoegeng, Polisi dan
Menteri Teladan (2014). Namun karena sudah ketentuan, mobil tersebut akhirnya
diterima. Akan tetapi, mobil tersebut disimpan di rumah sekretarisnya dan hanya
akan dipakai ketika perlu saja.
Selain itu, Hoegeng juga pernah menerima hadiah mobil dari perusahaan
Dasaad Musin Concern yang memegang lisensi beberapa mobil merek Eropa dan
Jepang. Namun, oleh Hoegeng surat pemberitahuan hadiah tersebut tak ditanggapi
dan malah diberikan kepada seorang teman.
Selain mobil, Hoegeng juga pernah menolak hadiah dua motor. Oleh
Hoegeng, kedua motor tersebut langsung dikembalilan pada hari kedatangan. Ia
memang tak pernah mau menerima hadiah-hadiah yang tidak jelas juntrungannya.
Ketika menjadi Kapolri, pemilik rumah yang disewa Hoegeng tidak mau dibayar.
Ia akhirnya harus membayarnya lewat wesel. Hoegeng memang sangat
menghindari politik balas budi meski dalam bentuk yang paling sederhana.
Hoegeng berpesan mengenai cara memberantas korupsi yang menurutnya
efektif. "Kalau mau menghilangkan korupsi di negara ini, sebenarnya gampang.
Ibaratnya, kalau kita harus dimulai dari atas ke bawah. Membersihkan korupsi
juga demikian. Harus dimulai dengan cara membersihkan korupsi di tingkat atas
atau pejabatnya lebih dulu, lalu ke turun badan atau level pejabat eselonnya dan
akhirnya ke kaki hingga telapak atau ke pengawal bawah," kata Hoegeng kepada
anaknya Didit Hoegeng.

3) Baharuddin Lopa
Baharuddin Lopa adalah sosok lain dalam ikon antikorupsi di Indonesia.
Namanya santer disebut sebagai Jaksa Agung yang tegas dan tak pandang bulu
dalam penegakan hukum. Lopa juga sangat galak terhadap setiap tindak tanduk
yang menjurus ke korupsi. Lopa adalah Jaksa Agung Republik Indonesia pada 6
Juni 2001 hingga meninggal dunia pada 3 Juli 2001.
Pernah suatu ketika, Lopa ingin membeli mobil pribadi karena tidak mau
menggunakan mobil dinas untuk kegiatan keseharian. Lopa menghubungi Jusuf
Kalla yang merupakan pengusaha otomotif dan menginginkan sedan yang paling
murah. Kalla pun membohongi Lopa dengan menawarkan Corolla seharga Rp 5
juta. Padahal harga sesungguhnya Rp 27 juta. Karena tidak mau membeli dengan
harga teman tersebut, Lopa akhirnya membayar mobil tersebut dengan harga asli.
Mobil tersebut lunas setelah dicicil selama tiga tahun. "Ya... boleh terima mobil
darimu karena memang tidak ada urusan apa pun. Tapi, suatu saat kau atau
temanmu punya urusan kemudian datang dan minta tolong. Saya tidak tegak lagi
karena telah tersandera oleh pemberianmu waktu itu," ungkap Lopa kepada Kalla
di kemudian hari.
Baharuddin Lopa sangat anti terhadap suap. Lopa sering menerima parsel
ketika hari raya, tapi semua parsel yang dikirim ke rumahnya selalu dikembalikan.
Suatu kali, anak-anak Lopa mengambil cokelat dalam parsel dan menutup kembali
bungkus parsel tersebut. Namun hal ini ternyata diketahui oleh Lopa. "Jadi parsel
itu mereka buka diambil cokelatnya, kemudian saya cari bungkus cokelat itu di
toko, kemasannya apa, mereknya apa harus sama, saya masukkan kembali dan
saya bungkus kembali parsel itu lalu saya kembalikan," kata Lopa bercerita
kepada seorang sahabatnya.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad menganggap Lopa adalah sosok
yang sangat bersahaja dan sederhana. Sebagai seorang pejabat, Lopa pun tidak
memiliki harta melimpah sampai akhir hidupnya.

E. Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Sarana Awal Untuk Menegakkan Kedaulatan


Bangsa
Pendidikan antikorupsi ini berfungsi untuk mempersiapkan generasi muda
sebagai pemimpin masa depan.
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan mengendalikan dan mengurangi
korupsi. Hal ini diharapkan untuk mendorong generasi muda untuk kritis terhadap
nilai-nilai anti korupsi. Berikut sembilan nilai antikorupsi yang perlu diajarkan untuk
membentengi diri dari sikap koruptif. Sikap tersebut meliputi kejujuran, tanggung
jawab, kesederhanaan, kepedulian, kemandirian, disiplin, keadilan, kerja keras, dan
keberanian. Mentalitas antikorupsi diwujudkan dalam memahami kelemahan sistem
nilai yang diwariskan dan mengembangkan kemampuan generasi mendatang. Hal itu
bertujuan untuk memperbarui sistem nilai tersebut dalam situasi baru. Pendidikan
antikorupsi tidak hanya sebagai sarana transmisi pengetahuan, tetapi juga
menekankan pada pembentukan karakter. Tak hanya itu, pendidikan ini dapat
menumbuhkan kesadaran moral yang menolak penyimpangan perilaku koruptif.
Pendidikan antikorupsi sangat penting bagi perkembangan psikologis anak. Di
mana mereka dapat mengenal lebih dini hal-hal terkait dengan korupsi. Ini juga
termasuk sanksi yang diterima apabila melakukan tindakan tersebut. Sehingga
menciptakan generasi muda yang berkarakter dan berintegritas tinggi untuk
meminimalisir korupsi. Pendidikan antikorupsi usia dini dapat dimulai dari hal-hal
kecil dan disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, memberi pemahaman penuh
tentang korupsi dan dampak buruk dari tindakan tersebut. Selain itu, juga
mengajarkan anak untuk selalu jujur dalam segala hal, melatih, dan memberikan
haknya. Dengan mutu pendidikan yang berkualitas, generasi muda Indonesia dididik
menjadi individu yang bermoral. Lalu, berkepribadian yang bertanggung jawab serta
mengakui hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Di sisi lain, mutu kualitas
pendidikan yang rendah mendorong munculnya praktik korupsi di masa depan.
Penetran pendidikan anti korupsi sejak dini diharapkan dapat membekali
generasi mendatang dengan pengetahuan tentang segala jenis korupsi. Hal ini melalui
peraturan dan tindakan untuk mencegah korupsi di masa mendatang. Pengetahuan
yang diberikan sejak dini memungkinkan generasi muda untuk membangun Indonesia
lebih baik.
Dan adapaun tujuan dari mata kuliah pendidikan antikorupsi di kalangan
mahasiswa berdasarkan rumusan yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), ada sembilan nilai dasar yang perlu ditanamkan melalui pendidikan anti
korupsi, yaitu kejujuran, adil, berani, sederhana, tanggung jawab, disiplin, kerja keras,
hemat dan mandiri. Selain untuk menanamkan kesembilan nilai dasar tersebut, tujuan
lainnya mempelajari pendidikan anti korupsi adalah sebagai berikut :
a) Memahami Pengetahuan tentang Korupsi
Banyak hal yang dapat diketahui mengenai korupsi. Mulai dari kriteria,
penyebab, sampai dengan akibat perbuatan korupsi itu sendiri. Mahasiswa
diharapkan mendapatkan pengetahuan tersebut secara menyeluruh agar mereka
dapat mengenal perbuatan korupsi, dapat membedakan kejahatan korupsi dengan
kejahatan yang lainnya, dapat membedakan mana perbuatan baik dan perbuatan
buruk dan juga dapat membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
menilai sesuatu. Dengan pertimbangan tersebut, mahasiswa dapat menentukan
perilaku yang akan dilakukan.
Mahasiswa juga diharapkan dapat mempunyai argumen yang jelas
terhadap perbuatan korupsi yang dianggap sebagai perbuatan yang harus dihindari
serta merugikan banyak pihak dan juga dapat menilai perbuatan korupsi di sekitar
lingkungan mereka.

b) Dapat Merubah Sikap


Memang tidak mudah untuk dapat merubah sikap yang telah dimiliki
sebelumnya. Apalagi jika sifat tersebut berlawanan dengan sifat sebelumnya.
Contohnya seperti jika sebelumnya tidak dapat membiasakan hidup tepat waktu,
berbuat curang pada saat ujian sampai menyogok aparat penegak hukum pada saat
melanggar lalu lintas. Jika sikap tersebut telah berkelanjutan, maka akan terasa
sulit untuk mengubahnya dan tidak melakukan hal tersebut.
Dengan adanya pendidikan anti korupsi, sifat-sifat seperti itu perlu untuk
diubah sesuai dengan nilai-nilai dasar anti korupsi. Memang, diperlukannya waktu
untuk mengatasi hal ini karena ketika menerapkan pengetahuan sifat-sifat anti
korupsi ke dalam suatu tindakan yang tidak biasa dilakukan membutuhkan waktu
yang lama.

c) Dapat Mengembangkan Sikap


Dalam pengembangan sikap, pendidikan anti korupsi memberikan
perhatian yang cukup besar untuk pengembangan sikap mahasiswa. Pendidikan
anti korupsi bukanlah suatu aturan yang dibuat oleh orang dan harus diikuti oleh
orang lain karena korupsi adalah suatu kejahatan yang dapat dihindari.
Pada dasarnya, pendidikan anti korupsi akan mengatur mahasiswa agar
dapat berperilaku sesuai dengan norma yang ada di dalam masyarakat. Untuk
mengembangkan sikap dari nilai dasar anti korupsi, diperlukannya langkah yang
dapat dilakukan, seperti melibatkan para generasi muda secara langsung dalam
aktifitas sosial di lingkungan sekitar dan juga memberikan kesempatan untuk
generasi muda mengembangkan pemahaman yang mereka miliki.
Jadi, mari tanamkan sikap antikorupsi sejak dini agar tidak merugikan diri
sendiri maupun orang lain dan sebagai generasi baru kita bisa menekan angka
kasus korupsi di negara Indonesia serta menciptakan kedaulatan bangsa di masa
depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai