ILMU KALAM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
ARDIANA 2119270
DOSEN PEMBIMBING :
IMAN TAUFIQ
2020/2021
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad.Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran
Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada
periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat
dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun
selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan
Ada beberapa kelompok besar yang pemahamannya sangat ekstrim (berlebihan)
dan saling bertolak belakang. Kelompok ini muncul di akhir era para sahabat.
Diantara kelompok tersebut adalah Qadariyah dan Jabariyah. Pemikiran qadariyah ini
bercorak liberal, sedangkan jabariyah mempunyai corak pemikiran tradisional.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah dan Qadariyah. Dalam
makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran
Jabariyah dan Qadariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya
sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum
A. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Sejarah Jabariyah dan Qadariyah
2. Menjelaskan Perkembangan Jabariyah dan Qadariyah
3. Menjelaskan saja Tokoh-tokoh Jabariyah dan Qadariyah
4. Menjelaskan Ajaran pokok Jabariyah dan Qadariyah
5. Menjelaskan saja Metode kalam Jabariyah dan Qadariyah
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Sejarah Jabariyah dan Qadariyah
2. Untuk mengetahui Perkembangan Jabariyah dan Qadariyah
3. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh Jabariyah dan Qadariyah
4. Untuk mengetahui Ajaran pokok Jabariyah dan Qadariyah
5. Untuk mengetahui Metode kalam Jabariyah dan Qadariyah
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
persoalanpersoalan yang sebelumnya tidak pernah terbetik dalam dalam hati
mereka. Kemudian kaum muslimin mulai memecahkan persoalan mereka dengan
metode yang di sesuaikan dengan keyakinan hati mereka. Dialog itu dapat
disimpulkan bahwa semua manusia tidak dapat melakukan sesuatu kecuali dengan
pertolongan Allah SWT. Kalau begitu di mana posisi kebebasan kehendak dalam
diri manusia3
3
Sidik, “Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah” Rausyan Fikr, 12No.2, IAIN Palu (2016), h. 281-282.
4
Sahilun Nasir. kalam (teologi islam): sejarah, ajaran, dan perkembangannya.
5
Sedangkan menurut qadariyah takdir adalah ketentuan yang diciptakan Allah
bagi semesta alam dan seluruh isinya sejak awal yang didalam istilah Al Qur’an
disebut dengan istilah sunnatullah, misalnya manusia telah ditakdirkan tidak
memiliki sirip seperti ikan yang mampu berenang dengan baik di air, tapi
meskipun manusia tidak memiliki sirip, manusia tetap bisa berenang dengan baik
seperti ikan dengan kemampuan dan usahanya sendiri.
6
Sunnah wal Jama`ah. Tapi sekarang aliran ini sudah tidak ada lagi.karena
tidak adanya pengikut. Hilang bersama waktu.
Dhirar bin Amir
2. Tokoh-tokoh Qadariyah
Ma‘bad al-Jauhani.
Ma‘bad al-Jauhani adalah orang pertama yang menyerukan paham
Qadariah. Ia lahir di Basrah kemudian berkunjung ke Damaskus dan Madinah.
Di dua kota inilah ia menantang kejahatan dan kezaliman yang dilakukan oleh
sebagian Khalifah Bani Umayyah. Akhirnya ia terbunuh oleh al-
Hajjaj.5Adapun pendapatnya yaitu ia mengatakan bahwa semua perbuatan
manusia di tentukan oleh dirinya sendiri. Kalau Tuhan adil maka Tuhan akan
menghukum orang yang bersalah dan memberi pahala orang yang berbuat
baik, karena itu manusia harus bebas dalam menentukan nasibnya dengan
memilih perbuatan yang baik atau buruk (free will). Seiring perjalanan
penyebaran paham ini, Ma‘bad al-Juhani terlibat dalam gerakan politik
menentang pemerintahan Umayyah. Beliau memihak kepada ‗Abdurrahman
ibn al-Asy‘as, Gubernur Sajistan wilayah kekuasann Bani Umayyah. Pada satu
pertempuran, Ma‘bad al-Juhani terbunuh pada tahun 80 H. Ghailan
adDimasyqi menjadi penerus aliran Qadariyah pasca terbunuhnya Ma‘bad al-
Juhani. Paham ini menyebar luas ke wilayah Damaskus, namun mendapat
larangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar bin Abdul Aziz
wafat, penyebaran paham ini dapat berlangsung lama, tapi Ghailan dihukum
mati oleh Khalifah Hisyam bin Malik (724-743 M). Ada dialog singkat
sebelum dia dibunuh: ―Manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya,
manusia sendirilah yang melakukan perbuatanperbuatan baik atas kehendak
dan kekuasaannya Ghailan al-Dimasyaqy
Ghailan al-Dimasyaqy
Ghailan ini seorang orator yang handal, juru debat yang mahir. Ia hidup di
Damaskus dekat dangan Bani Umayyah, tetapi hal ini tidak menghalanginya
untuk menentang pemerintahan Umayyah. Paham ini segera mendapat
5
Ibrahim Madkour, Aliran Teori Filsafat Islam, h.154.
7
pengikut, sehingga terpaksa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik mengambil
tindakan kekerasan dengan membunuhnya6
6
Taufiq Abdullah, Ensklopedi Tematis Dunia Islam,Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), Jilid.IV, h. 351-352.
7
Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)
8
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim…, hlm. 141
8
wafat wajib dishalatkan seka- lipun anak hasil zina karena dia dilahirkan dalam
keadaan fithrah Islam, jika ke- dua orangnya mengaku beragama Islam atau hanya
bapaknya yang mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama Islam
selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) dan tidak
dishalatkan bila ketika dila- hirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara
(menangis) karena dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan perkataan
Abu Hurairah radliallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ti- dak ada seorang anak pun yang terlahir
kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fit- rah. Maka kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang mela- hirkan binatang ternak dengan sempurna.
Apakah kalian melihat ada cacat pada- nya?". Kemudian Abu Hurairah radliallahu
'anhu berkata, (mengutip firman Al- lah QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu
Bila diinterpretasikan lebih lanjut dari istilah fitrah sebagaimana yang telah di-
sebutkan di atas, dapat mengandung implikasi kependidikan yang berkonotasi
kepa- da paham nativisme. Oleh karena itu, fitrah mengandung makna “kejadian”
yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus, yaitu Islam.
Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh apa pun karena fitrah itu merupakan
ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan, baik isi maupun bentuknya
dalam tiap pri- badi manusia.
2. Metode kalam qadariyah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Qadariyah adalah paham yang lebih con-
dong kepada penggunaan akal pikiran yang sangat dominan, sehingga
menganggap bahwa perbuatan yang dihasilkan manusia itu atas dasar
kehendaknya sendiri tanpa adanya campur tangan Tuhan.
Sejalan dengan hal tersebut mengenai pendidikan Islam, seorang tokoh filosof
muslim bernama Ibnu Sina mengatakan bahwa seorang anak telah mempunyai ke-
mampuan-kemampuan alamiah, akan tetapi mengandalkan kemampuan tersebut
ti- dak cukup untuk mendidik seseorang, harus ada faktor-faktor lain yang turut
mem- pengaruhinya. Ini berarti bahwa manusia diberikan kebebasan dengan
menggunakan akal pikirannya dalam menentukan jalan hidupnya.
9
Jadi, paham Qadariyah memberikan peran yang sangat besar kepada manusia
dalam memilih, berpikir, menentukan atau memutuskan perbuatannnya.
Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan tak terbatas, melainkan
kebebasan dalam determinisme. Di sinilah peran pendidikan Islam dalam
mengajarkan berbagai hal agar menjadi suatu kebiasaan yang tentunya dalam hal
ini faktor lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh pada kebebasan diri atau
pikiran manusia dalam me- milih atau memperbuat sesuatu.9
Faktor lingkungan pendidikan Islam berfungsi menunjang terjadinya kegiatan
proses pembelajaran secara aman, tertib, dan berkelanjutan. Salah satu lingkungan
yang berperan adalah lingkungan masyarakat. Manusia adalah makhluk yang
diciptakan Allah swt yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia
mem- butuhkan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kebutuhan
manusia yang diperlukan dari lingkungan masyarakatnya tidak hanya yang
menyangkut bi- dang material melainkan juga bidang spiritual, termasuk ilmu
pengetahuan, peng- alaman, keterampilan dan sebagainya. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa da- lam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia
membutuhkan adanya ling- kungan sosial masyarakat. Masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat yang ter- buka dan dapat menerima yang baik dari manapun
datangnya, tanpa terlepas dari ruh Ilahiyah. Masyarakat muslim juga adalah
masyarakat yang kuat fisik dan men- talnya.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangat membuka peluang kepada manusia
agar senantiasa berusaha mananamkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupannya
de- ngan mengerahkan seluruh kemampuan akalnya dan pemahamannya terhadap
wah- yu (ruh ilahiyah), karena dua hal tersebut selalu berdampingan satu sama
lain dan sa- ling melengkapi.
9
Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Qur’an, Cet. I; Jakarta: Bulan Bin-
tang, 1992, h. 91.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang artinya memaksa atau
mengharuskan mengerjakan sesuatu. Imam Al-Syahrastani memaknai al-jabr
dengan ―nafy al-fil haqiqatan an al-abdi wa idhafatihi ila al-Rabb‖ yaitu
(Menolak adanya perbuatan manusia dan menyandarkan semua perbuatannya
kepada Allah SWT).
Paham Jabariyah dalam sejarah teologi Islam pertama kali dikemukakan oleh al-
Ja‘d bin Dirham. Tetapi yang menyebarkannya adalah Jahm bin Safwan. Jahm bin
Safwan adalah tokoh yang paling terkenal sebagai pelopor atau pendiri paham
Jabariyah.
11
Paham ini juga identik dengan paham Jahmiyah dalam kalangan Murji‘ah sesuai
dengan namanya. Jahm bin Safwan terkenal pandai berbicara dan berpidato
menyeru manusia ke jalan Allah dan berbakti kepada-Nya sehingga banyak sekali
orang yang tertarik kepadanya.
2. Qadariyah
Qadariyah adalah sebuah ideologi di dalam akidah Islam yang muncul pada
pertengahan abad pertama Hijriah di Basrah, Irak. Kelompok ini memiliki
keyakinan mengingkari takdir, yaitu bahwasanya perbuatan makhluk berada di
luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah. Para hamba berkehendak
bebas menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk sendirilah yang
menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil dari Allah SWT.
B. SARAN
Penyusun menyadari asih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan yang terdapat
dalam penyusunan makalah Ini, baik dari segi penulisan ataupun pembatasannya.
Oleh karena itu penulis memohon saran dan kritikannya yang bersifat membangun
sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Nunu Burhanuddin, 2016. Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Ilmu Kalam Tematik,
Klasik dan Kontemporer Jakarta: Prenadamedia.
Ahmad Amin, 1996. Fajr al-Islam Kairo: Dar al-Kutub al-‘Arabiyah
Sidik, 2016 “Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah” Rausyan Fikr, 12No.2, IAIN Palu
Sahilun Nasir. kalam (teologi islam): sejarah, ajaran, dan perkembangannya.
Ibrahim Madkour, Aliran Teori Filsafat Islam
Taufiq Abdullah, Ensklopedi Tematis Dunia Islam,Pemikiran dan Peradaban,Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002, Jilid.IV.
Achmad Surya, 1945.Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama.
12
Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Qur’an, Cet. I; Jakarta: Bulan Bin-
Tang
13