NIM : 2119289
JURUSAN/KELAS : PAI/3G
MATA KULIAH : ILMU KALAM
DOSEN PENGAMPU : IMAN TAUFIQ
Jika disuruh memberikan tanggapan mengenai makalah yang telah dibuat oleh kelompok
12, jika ditinjau dari tata cara pembuatan dan penulis, mungkin masih ada beberapa hal yang
mesti ditinjau kembali, seperti dalam pembuatan daftar pustaka, halaman, tata letak seperti
daftar pustaka di buat dalam satu halaman yang berbeda, dan beberapa hal kecil lainnya,
namun jika dilihat dari segi isi, menurut saya pribadi sudah baik, ada riwayat hidup dan juga
pendidikan serta pemikiran tokohnya, namun mungkin bisa ditambahkan tanggapan dari
pemakalah mengenai masing-masing tokoh.
Dan jika disuruh tulis pemahaman saya, yang pertama yaitu mengenai Muhammad
Abduh, yang mana menurut saya pribadi saya setuju dengan pandangan beliau
mengintegrasikan akal dan naql, dan bagi beliau pun seseorang tak mungkin beriman tanpa
disertai akal. Bagi saya pun kurang lebih seperti itu, kita harus memiliki akal, jika tidak
demikian, bagi saya pribadi ada yang kurang dan bisa dibilang hampa. Kenapa ? karena jika
beriman tanpa akal bagaimana kita hendaknya membedakan antara yang hak dan yang bathil
nantinya, jika beriman tanpa akal, kita bisa saja diperbodoh oleh orang lain, orang lain bilang
ini kita ikut, orang lain bilang itu kita percaya, padahal belum pasti kebenarannya.
Dan yang kedua mengenai pandangan Jamaluddin Al-Afghani. Di dalam makalah
disebutkan, pemikiran beliau hanya fokus dan merekonstruksikan pemahaman qadha dan qadr
yang statis menjadi bentuk yang dinamis dan bersemangat modernis. Namun jika demikian
saya tidak terlalu menjabarkannya, karena jujur disini saya masih sedikit ragu dan menjadi
tanda tanya dikepala saya. Qadha dan Qadr seperti apa yang beliau pahami, takdir seperti apa
? Tidak dijelaskan lebih detail hal tersebut, dan saya pribadi masih mencari jawaban akan hal
tersebut.
Yang ketiga pemikiran Sayyid Ahmad Khan, dari pemikiran Sayyid Ahmad Khan, saya
pribadi kurang setuju mengenai paham beliau yaitu mengenai perbuatan manusia yang sejalan
dengan Qodariyah. Kenapa ? saya masih dengan pendapat/kalam saya, yang mana
sebagaimana telah saya sebutkan pada tugas bab Jabariyah dan Qadariyah, yaitu ketika
ditanya mana yang paling ideal, pertanyaan tersebut sejalan dengan pendapat saya kepada
pemikiran Ahmad Khan ini. Di satu sisi, saya pribadi tidak setuju sepenuhnya kepada
Jabariyah, karena jabariyah mengatakan semuanya kehendak Allah, jika demikian timbul
pertanyaan saya, kenapa manusia diciptakan ? Dan di satu sisi mengenai Qadariyah, saya juga
tidak setuju 100% kepada paham ini yang mana Qadariyah berkehendak bebas menentukan
perbuatannya sendiri. Namun seperti yang saya katakan tadi, saya masih dengan paham atau
kalam saya sendiri, yang mana menurut saya ada yang namanya iradat atau kehendak Allah,
yang mana nantinya sepemahaman saya iradat tersebut ada macam macam dan
pembagiannya, sehingga dengan demikian, saya sendiri tidak berpaham sesuai dengan
pemikiran Ahmad Khan yang sejalan dengan Qadariyah, yang mana bagi saya pribadi
perbuatan manusia itu sesuatu kehendak yang atas kehendak kita sendiri, dan ada sesuatu itu
atas kehendak Allah, sehingga keduanya 50:50, sepadan, tidak seperti jabariyah maupun
qadariyah, yang satu bilang segala sesuatu kehendak Allah dan yang satu menolak takdir itu
berasal dari Allah.
Dan yang terakhir adalah dari pemikiran Muhammad Iqbal, disini saya pribadi keluar dari
apa yang telah disampaikan di dalam makalah, karena saya memiliki keraguan awalnya.
Kenapa ? karena Muhammad Iqbal lebih terkenal sebagai seorang filosof eksistensialis
daripada seorang teolog, sehingga agak sulit untuk menemukan pandangannya mengenai
wacana-wacana kalam klasik, seperti fungsi akal dan wahyu, perbuatan Tuhan, perbuatan
manusia dan kewajiban-kewajiban Tuhan. Namun bukan berarti bahwa ia sama sekali tidak
menyinggung ilmu kalam. Nah, karena hal tersebut saya membaca beberapa sumber, dari
sumber yang saya dapatkan, dari pemikiran beliau seperti dosa, jati diri manusia dan lainnya,
ada satu hal yang menarik bagi saya mengenai pemikiran atau kalam Muhammad Iqbal ini,
yaitu mengenai Surga dan Neraka. Didalam pikiran saya selama ini Surga dan Neraka adalah
suatu tempat. Namun Muhammad Iqbal didalam salah satu sumber yang saya baca
mengatakan surga dan neraka adalah suatu keadaan, bukanlah tempat. Bagaimana itu saya
sedang mencari lebih detail mengenai hal tersebut dan belum menemukannya. Namun bagi
saya pribadi hanya mengenai surga neraka tersebut yang menjadi tanda tanya mengenai kalam
dari Muhammad Iqbal.