KHAWARIJ
ILMU KALAM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING :
IMAN TAUFIQ
2020/2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur Alhamdulillah kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena
telah melimpahkan Rahmad dan karunianya kepada kita semua berupa
kesempatan dan ilmu pengetahuan sehingga makalah yang bertemakan
“Khawarij” ini dapat terselesaikan pada waktunya. Sholawat beserta salam tak
lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad , yang telah membawa umat manusia
dari alam kebodohan kepada alam yang bergelimang ilmu pengetahuan separti
sekarang ini, dan dia juga yang memberi teladan dengan memeragakan akhlak dan
moral yang tinggi kepada ummatnya dengan tujuan hidup yang lebih baik di dunia
maupun akhirat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Sejarah Khawarij.....................................................................................................3
B. Perkembangan Khawarij.........................................................................................5
C. Tokoh-Tokoh Khawarij............................................................................................6
D. Ajaran Pokok Khawarij............................................................................................7
E. Metode Kalam Khawarij.......................................................................................10
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Khawarij
3
Ditinjau dari segi bahasa kata khawarij berasal dari suku kata Arab
خرجyang artinya keluar atau hengkang dan yang dimaksud adalah suatu
aliran atau golongan atau kelompok yang pada mulanya setia dan
mendukung Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu kemudian bergabung
dengan kelompok lain karena karena tidak setuju dengan kebijakan
pemerintah Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’ahu.1
Pendapat lain mengatakan bahwa khawarij berasal dari kata - خرج
خروجاdidasarkan atas QS.An-Nisaa’:100 yang pengertiannya keluar dari
rumah berjuang dijalan Allah. Kaum khawarij memandang diri mereka
sebagai orang-orang yang keluar dari rumah semata-mata berjuang dijalan
Allah. 2
Dengan demikian khawarij adalah aliran(firqah) yang keluar dari
jama’ah disebabkan ada perselisihan pendapat yang bertentangan dengan
prinsip yang mereka yakini kebenarannya.
Golongan Khawarij timbul setelah perang Siffin. Perang yang
terjadi antara ‘Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah disuatu daerah di Iraq
yang bernama Siffin pada tahun 37H/657M. Peperangan ini cukup besar,
terbukti dengan banyaknya korban. Dipihak ‘Ali gugur kurang lebih
25.000 orang dan dipihak Muawiyah kurang lebih 45.000 orang. Ini
merupakan bala yang besar bagi umat Islam dalam abad-abadnya yang
pertama.
Jalannya peperangan menguntungkan pasukan ‘Ali, hampir seluruh
pasukan Muawiyah lari kucar-kacir. Akan tetapi mereka menjalankan atau
menyerukan “cease fire” yaitu penghentian tembak menembak. Mereka
mengikatkan beberapa kitab suci Al-Qur’an diujung tombak mereka dan
mengacungkannya keatas sambil meneriakkan penghentian tembak
menebak yang berhukum kepada Al Qur’an.
1
M Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam Dan Ciri-ciri
ajarannya, (Jakarta: Pustaka Al-Riyadl,2006), hal.39
2
Al-Syahristani, Al-Minal Wa Al-Nihal, Jilid 1 (Cairo: t.p 1968), hal.123
4
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai
kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan
itu. Namun, karena desakan sebagian pengikutnya terutama ahli qurra
seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin
Husein Ath-Thai, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar
(komandan pasukannya) untuk menghentikan peperangan.
Namun, sebagian lagi diantara pasukan ‘Ali ada yang tidak suka
menerima ajakan tahkim tersebut, karena mereka menganggap bahwa
orang yang mau berdamai ketika pertempuran adalah orang yang ragu
akan pendiriannya, dalam kebenaran peperangan yang ditegakkan. Hukum
Allah sudah nyata, kata mereka. Siapa yang melawan khalifah yang sah
harus diperangi. Mereka juga tidak menyukai berhukum kepada Al Qur’an
seperti yang diserukan Muawiyah, karena mereka berpaham :
1. Berhukum kepada Qur’an itu hanya ucapan bibir saja, sedang
hakikatnya akan berhukum pada “delegasi” yang berunding.
2. Menerima penghentian tembak-menembak itu berarti ragu atas
kebenaran pendirian.
3. Orang yang ragu-ragu tidak berhak menjadi imam, kata mereka.
Kaum ini akhirnya membenci Sayyidina ‘Ali karena dianggapnya
lemah dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana mereka membenci
Muawiyah yang melawan Khalifah yang sah. Inilah asal usul kaum
Khawarij.3
B. Perkembangan Khawarij
3
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, cet. 32.
2006), 114
5
khawarij menyebabkan mereka sangat rentan pada perpecahan, baik
secara internal kaum khawarij sendiri, maupun secara eksternal
dengan sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat berbeda
pendapat tentang jumlah sekte yang terbentuk akibat perpecahan yang
terjadi dalam tubuh Khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini
telah terpecah menjadi 18 subsekte. Adapun seperti dikutip Bagdadi,
mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.
Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-
tokoh yang disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte Khawarij yang
besar terdiri dari , yaitu:
1. Al-Muhakkimah, mereka tidak mena’ati Ali bin Abi Thalib setelah
terjadinya tahkim. Golongan khawarij asli dan terdiri dari pengikut-
pengikut Ali. Mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi
kafir.
2. Al-Azariqah, mereka yang memberontak terhadap Ali bin Abi
Thalib kemudian melarikan diri ke Basrah, Ahwaz dan berhasil
mengusai Ahwaz. Golongan yang dapat menyusun barisan baru
dan besar lagi kuat sesudah golongan Al-Muhakkimah. Mereka
menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik.
3. An-Najadat, Mereka keluar dari Yamamah bersama bala tentaranya
untuk menemui dan bergabung dengan Al-Adzariqah, namun
ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Abu hudaid dan At-
Hiyah bin Al-Aswad(termasuk bagian dari kelompok yang
menyelisihi Nafi’). Mereka berpendapat bahwa orang yang berdosa
besar yang menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang
Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Adapun pengikutnya
jika mengerjakan dosa besar akan mendapatkan siksaan,tetapi
dalam neraka dan kemudian akan masuk syurga.
4. Al-Ajaridah, mereka berpandangan bahwa berhijrah bukanlah
kewajiban, tetapi hanya merupakan kebajikan.
6
5. Al-Syufriyah,mereka berpendapat bahwa dosa besar itu terbagi
menjadi dua, yaitu dosa besar balasannya di dunia dan dosa besar
balasannya di akhirat.
6. Al-Ibadliyah, mereka yang memberontak terhadap pemerintah
khalifah Marwan Ibn Muhammad. Golongan yang paling berbeda
dari seluruh golongan khawarij,golongan ini memisahkan diri dari
golongan Azariqah.
4
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 53-56
7
C. Tokoh-Tokoh Khawarij
8
1. Doktrin Politik
Melihat pengertian politik secara praktis yakni kemahiran
bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam
memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar belakang,
motivasi, dan hasrat mengapa manusia ingin memperoleh kekuasaan.
Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik.
Diantara doktrin-doktrin dari segi politik yang dikembangkan oleh
khawarij:
a. Khalifah atau imam harus di pilih secara bebas oleh seluruh
umat islam.
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan
demikian setiap orang muslim berhak menjadi khalifah
apabila sudah memenuhi syarat.
c. Khalifah di pilih secara permanen selama yang
bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat islam.
Ia harus dijatuhkan bahkan di bunuh kalau melakukan
kezaliman
d. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke
tujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman ra. Di anggap
telah menyeleweng.
e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah tahkim, ia di anggap
telah menyeleweng. Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu
Musa Al Asy’ari juga di anggap menyeleweng dan teleh
menjadi kafir.
f. Pasukan perang Jamal yag melewati Ali juga kafir.
2. Doktrin Teologi
Selain itu juga dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar.
Doktrin teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan
imbas langsung dari doktrin sentralnya, yakni doktrin politik.
Mereka fanatik dalam menjalankan agama. Sifat fanatik itu
biasanya mendorong seseorang berfikir simplistis, berpengetahuan
sederhana, melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, dan bukan
9
berdasarkan pada data dan konsitensi logis, bersandar lebih banyak
pada sumber pesan (wadah) dari pada isi pesan, mencari informasi
tentang kepercayaan orang lain dari sumber kelompoknya dan bukan
dari sumber kepercayaan orang lain, mempertahankan secara kaku
sistem kepercayaannya, dan menolak, mengabaikan, dan mendistorsi
pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.
Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij ini menggunakan
kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa
kekerasan pernah memegang peran penting.
Diantara Doktrin-doktrin dari segi teologi yang dikembangkan oleh
khawarij:
a. Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim
sehingga harus di bunuh. Yang sangat anarkis ( kacau ) lagi,
mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi
kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah
di anggap kafir dengan resiko ia menanggung beban harus
dilenyapakan pula.
b. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan
golongan mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib
diperangi karena hidup dalam darul harb (negara musuh) ,
sedang golongan mereka sendiri di anggap darul islam
(negara islam).
c. Seseorang harus menghindari pimpinan yang menyeleweng.
d. Adanya wa’ad dan wa’id ( orang yang baik harus masuk
surga sedangkan orang yang jahat masuk ke dalam neraka).
3. Doktrin Sosial
Doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok khawarij
sehingga sebagian pengamat menganggap doktrin ini lebih mirip
dengan doktrin mu’tazilah, meskipun kebenarannya adalah doktrin ini
dalam wacana kelompok khawarij patut dikaji mendalam.
Namun, bila doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan
doktrin khawarij, dapat diprediksikan bahwa kelmpok khawarij pada
10
dasarnya merupakan orang-orang baik. Hanya saja, keberadaan mereka
sebagai kelompok minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya
dikucilkan dan di abaikan penguasa, di tambah oleh pola pikirnya yang
simplistis, telah menjadikan mereka bersikap ekstrim.
Diantara Doktrin-doktrin dari segi teologi sosial yang
dikembangkan oleh khawarij:
a. Amar ma’ruf nahi mungkar
b. Memalingkan ayat-ayat Al Qur’an yang tampak mutasyabihat (
samar).
c. Al Qur’an adalah makhluk
d. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
Ciri-ciri dan Pokok Ajaran Khawarij
1. Mereka lebih dahulu memberontak pada Ali, baru kemudian mencari
sebab dan dalil bagi tindakan mereka itu. Setelah mereka mencari
alasan tak kunjung bertemu, mereka kembali menyokong Ali, tetapi
mereka rindu lagi pada perpecahan, maka mereka memisahkan diri
lagi.
2. Mereka taat beribadah dan memperberat ibadah-ibadah mereka.
3. Mereka ikhlas membela pendirian dan berani berperang untuk itu.6
6
Burhandaya, Sejarah Perkembangan pemikiran ketuhanan dalam islam,
(Yogyakarta:Pustaka tiga A, 1976), hal,37
11
semuanya menisbahkan diri kepada Islam dan mengakui Al-Qur‟ân. Nash-
nash Al-Qur`ân yang mereka pandang mendukung mereka, akan mereka
pegangi. Dan nash-nash yang menurut mereka tidak sejalan dengan
pemahaman mereka, maka mereka berusaha melarikan diri darinya dengan
takwil yang tidak bertentangan dengan dasar dan ajaran mereka. Maka,
jadilah mereka tidak melihat Al-Qur‟ân kecuali dari sela-sela pemikiran-
pemikiran dan keyakinan-keyakinan mereka, dan mereka tidak memahami
satupun dari makna-maknanya kecuali dengan kacamata cara pandang
mereka dan di bawah pengaruh kendali madzhab mereka.
Sikap khawarij terhadap sunnah, khawarij banyak menolak sunnah
yang berasal dari rasulullah yang mereka anggap menyelisihi dari
pemahaman-pemahaman yang mereka percayai, syaikhul islam ibnu
taimiyyah rohimakumullah berkata "sesungguhnya khawarij menggunakan
ittiba' al-quran dengan pemikiran pemikiran mereka, dan mereka
mininggalkan sunnah yang dianggap menyilisihi al-quran. Kelakuan dan
sikap kaum ini yang menolak hadist-hadist yang di percayai oleh mereka
bertentangan dengan alqur'an nabi sudah mengkabari berita ini jauh-jauh
hari kepada umat nabi s.a.w dan untuk menaggulangi ini nabi meyuruh
umatnya untuk lebih bertakwa dan mengikuti jalan iman yang benar.
Khawarij memasulkan hadist-hadist, diantara kelompok khawarij
ada yang memalsukan hadist tentang masalah kematian ustman bin affan
guna untuk membela pemikiran mereka agar lebih di percayai dan
memasarkannya di setiap golongan manusia.
Khawarij di dalam persoalan ijma' dan qiyyas. Khawarij menolak
berhujjah dengan ijma' di karenakan tidak sejalan dengan pemikiran-
pemikiran yang dianut oleh kaum khawarij dan ahli sunnah. Dalam hukum
yang ada nashnya persamaan keduanya dilihat dalam illat hukumnya.
Tanggapan khawarij terhadap nash-nahs takhrif, dalam hal ini kelompok
Khawarij menyikapi terhadap nash-nash sudah menjadi karakteristik
mereka dalam masa ke masa dan juga mereka mengelola nash-nash agar
sesuai dengan pemikiran-pemikiran mereka yang rusak
12
Golongan khawarij hanya mengandalkan pemahaman-pemahaman
mereka dalam memahami nash-nash. Seandainya mereka mau mempelajari
lebih dalam lagi tentang ilmu tafsir tafsir yang mu'tamad, yang
diriwayatkan oleh para sahabat yang agung dan para ulama yang mulia
niscaya akan tampak bagi mereka kebenaran.
Penolakan kehujjahan sahabat pada kelompok khawarij. Kelompok
khawarij sungguh berkeras kepala terhadap kehujjahan kehujjahan para
ulama ini yang termasuk dosa besar. sama saja berupa nifaq atau syiriq,
dan termasuk dosa dosa besar jika ia melakukan secara terus menerus apa
yang sudah dilarang dan di jelaskan oelh nabi. Salah seorang pengumpul
hadist berkata"kaum kami telah meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa yang
dimaksud kejelekan di dalam ayat ini adalah kesyirikan" syeh abdul aziz
bin bazrahimakumullah berkata "dan telah muncul sebuah kelompok pada
awal islam yang mengingkari sunnah dengan sebab ketidak percayaan
mereka kepada para sahabat r.a, karena sebenarnya khawarij ini telah
mengkafirkan banyak sahabat dan menfasikan mereka maka jadilah
khawarij tidak bersandar kecuali kepada kitabullah karena buruknya
persangkaan mereka terhadap para sahabat rasulullah s.a.w
7
Almanhaj. (2015). Metode berdalil khawarij dalam timbangan manhaj salaf. As-sunah.
Vol 2,
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Sirajuddin. 2006. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta: Pustaka
Tarbiyah.
Abdullah, M Sufyan Raji. 2006. Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam Dan Ciri-
ciri ajarannya. Jakarta: Pustaka Al-Riyadl.
Almanhaj. (2015). Metode berdalil khawarij dalam timbangan manhaj salaf. As-
sunah. Vol 2,
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2007. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
15
16