Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Khawarij dan Murji’ah


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Betris Monika (3422023)
2. Huryatul Hasni (3422024)
3. Putri Rahmah Elpadriah (3422026)

Dosen Pengampu :
Fitrawati, M.Ag

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SILAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.
DJMAIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TAHUN 2022/2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kita sudah tahu apa yang terjadi ketika peperangan Shiffin antara
Sayidina Ali dengan Saidina Muawiyah ra. Pihak Sayidina Muawiyah
hampir kalah lalu mereka mengangkat Mushaf pada ujung tombak dan
menyerukan perhentian peperangan dengan bertahkim.Akibat itu golongan
Ali terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang setuju dengan tahkim
dan golongan yang tidak setuju dengan tahkim. Mereka yang tidak setuju
dengan tahkim beralasan bahwa orang yang mau berdamai pada ketika
pertempuran adalah orang yang ragu akan pendiriannya, dalam kebenaran
peperangan yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah nyata kata mereka,
siapa yang melawan khalifah yang sah harus diperangi.Kaum inilah yang
dinamakan kaum Khawarij yaitu kaum yang keluar yakni keluar dari
Saidina Muawiyah dan keluar dari Saidina Ali.
Kemudian selain Khawarij, umat islam juga mengenal aliran Murji’ah.
Aliran Murji’ah ini merupakan golongan yang tak sepaham dengan
kelompok Khawarij dan Syi’ah. Pengertian Murji’ah sendiri adalah
penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di
pengadilan Allah SWT, sehingga seorang muslim sekalipun berdosa besar
dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan mempunyai harapan
untuk bertobat.
Setiap orang Islam harus mengetahui macam dan bentuk paham
Khawarij dan Murji’ah, agar kita bisa mengambil pelajaran penting yang
bisa diambil dari kedua paham tersebut. Memang kedua golongan ini sudah
hilang dibawa arus sejarah, tetapi pahamnya masih berkeliaran dimana-
mana.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang muncul dan perkembangannya aliran khawarij dan
murji’ah?
2. Apa doktrin-doktrin aliran khawarij dan murji’ah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami apa latar balakang muncul dan perkembangannya
aliran khawarij dan murji’ah dan khawarij
2. Untuk memahami apa doktrin-doktrin aliran khawarij dan murji’ah

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmatnya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Khawarij dan
Murji’ah” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata


kuliah Ilmu Tauhid. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat
Ibu Fitrawati selaku pembimbing dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak
yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Ilmu Tuhid yakni apa itu
Khawarij dan Murji’ah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan
keterbatasan yang kita miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan
tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 4 November 2022

Pemakalah

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
DARTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Khawarij……………………………………………………………….. 3
1. Latar Belakang munculnya Khawarij…………………………... 3
2. Perkembangan Khawarij………………………………………... 4
3. Doktrin-doktrin Khawarij………………………………………. 7
B. Murji’ah………………………………………………………………... 7
1. Latar belakang munculnya Murji’ah…………………………… 8
2. Perkembangan Murji’ah………………………………………... 9
3. Doktrin-doktrin Murji’ah……………………………………….. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 12
B. Saran…………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Khawarij
1. Latar belakang munculnya khawarij
Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja
yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan
dengan pengertian etimologis ini, Syahrastani menyebut orang yang
memberontak imam yang sah sebagai khawarij. Berdasarkan pengertian
etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap
laten ingin keluar dari kesatuan umat islam.
Kaum Khawarij menganggap bahwa nama itu berasal dari kata dasar
kharaja yang terdapat pada Q.S An.Nisa’[4];100. Yang merujuk pada
seseorang yang keluar dari rumahnya untuk hijrah dijalan Allah SWT
dan Rasulnya.
Artinya : "Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya
mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan
(rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan
maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh,
pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 100)
Khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang menerima
arbritase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37H/648M dengan
kelompok bughat (pembetotakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khaligofah. Kelompok khawarij pada mulanya
memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena
Ali merupakan khalifah yang sah yang telah dibaiat(berjanji) mayoritas
umat islam, sementara mu’awiyah berada pada pihak yang salah karena

6
memberontak kepada khilafah yang sah. Lagi pula, berdasarkan estimasi
khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan
itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai mu’awiyah,
kemenangan yang hampir diraih itu menjadi gaib.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan
Abdullah bin abbas sebagai delegasi guru damai (hakam)-nya, tetapi
orang-orang khawarij menolaknya dengan alasan bahwa Abdullah bin
abbas adalah orang yang berasal dari Ali. Mereka itu lalu mengusulkan
agar Ali mengirim Abu musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat
memutuskan perkara berdasarkan kitab allah. Keputusan tahkim, yaitu
Ali di turunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya,
sementara itu mu’awiyah di nobatkan menjadi khalifah oleh delegasi
pula sebagai pengganti Ali, akhirnya mengecewakan oarng-orang
khawarij. Sejak itulah, orang-orang khawarij membelot dengan
mengatakan, ‘’ menngapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak ada
hukum selain hukum yang ada pada sisi Allah.’’ Mengomentari
perkataan mereka, imam Ali menjawab, “itu adalah ungkapan yang
benar, tetapi mereka artikan dengan keliru.” Pada itulah orang-orang
khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju hurura, sehingga
khawarij disebut juga dengan nama hururiah. Kadang-kadang mereka
disebut dengan syurah dan al-mariqah.
Di hurura kelompok khawarij melanjutkan perlawanan selain
kepada mu’awiyah juga kepada Ali. Di sana mereka mengangkat
seorang pemimpin definitif yang bernama abdullah bin sahab ar-rasyibi.
Sebelumnya mereka di pandu abdullah al-kiwa untuk samapai ke
hurura.1

2. Perkembangan Khawarij

1
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2012), hlm.65

7
Khawarij, sebagaimana telah di kemukakan, telah menjadi imamah/
khilafah/ politik sebagai doktrin sentral yang memicu munculnya
doktrin-doktrin teologis lainya. Radikalitas yang melekat pada watak
dan perbuatan dan kelompok khawarij menyebabkan sangat rendah pada
perpecahan, baik secara internal kaum khawarij maupun secara
eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat telah
berbeda pendapat tentang berapa banyak perpecahan yang terjadi dalam
tubuh khawarij. Al-bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah pecah
menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah pecah
menjadi 18 subsekte. Adapun al-asfarayani, seperti dikutip bagdadi,
mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 sub sekte.
Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-
tokoh seperti Al-Bagdadi dan Al-Asfarayani, sepakat bahwa subsekte
khawarij yang besar terdiri dari delapan macam, yaitu:
1. Al-Muhakkimah adalah golongan khawarij asli yang terdiri dari
pengikut-pengikut Ali.
2. Al-Ajaridah adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang
menurut Al-Syahrastani merupakan salah satu teman dari At-
Tiah Al-Hanafi.
3. Al-Azriqah adalah golongan yang dapat Menyusun barisan baru
dan besar lagi kuat sesudah golongan muhakimah hancur.
4. As-Saalabiyah adalah sifat sifat yang menafsirkan sifat yang
tidak layak bagi Allah SWT.
5. An-Nadjat adalah golongan dari Yamamah dengan pengikut-
pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan
golongan Al-Azriqah.
6. Al-Abadiyah adalah golongan yang paling beda dari seluruh
golongan khawarij.
7. Al-Baihasiyah adalah golongan dari khawarij yang dikomandoi
oleh Abu Baihas Al-Hashimi bin Jabir.

8
8. As-Sufriyah adalah golongan yang dipimpin oleh Ziad Ibnu Al-
Asfar dalam pahamnya yang dekat dengan golongan Al-
Azriqah.
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum orang yang
berbuat dosa besar, apakah ia masih mukmin atau telah menjadi kafir.
Tampaknya doktrin teologi ini tetap menjadi primadona dalam
pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin lain hanya merupakan
pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis dari pada
teoritis, sehingga kriteria bahwa seseorang dapat di kategorikan
sebaagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini menyebabkan dalam
kondisi tertentu seorang dapat disebut mukmin sakaligus pada waktu
yang bersamaan disebut sebagai kafir.
Tindakan kelompok khawarij di atas telah merisaukan hati semua
umat islam saat itu. Sebab, dengan cap kafir yang di berikan salah satu
subsekte tertentu khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun
oleh subsekte yang lain orang bersangkutan masih masih dikategorikan
sebagai mukmin sehingga dikatakan bahwa jiwa seorang yahudi atau
majusi masih lebih berharga dibandingkan dibandingkan dengan
seorang mukmin. Meskipun demikian, ada sekte khawarijyang agak
lunak, yaitu sekte najdiyat dan ibadiyah. Keduanya membedakan antatra
kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan
tidak berterimakasih kepada allah. Orang seperti ini, kata kedua sekte
diatas, tidak perlu di kucilkan dari masyarakat. Semua aliran yang
bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut, dikategorikan sebagai
aliran khawarij, selama terdapat indkasi doktrin yang identik dengan
alliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini, harun mengidentifikasi
beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran
khawarij masa kini yaitu :
1. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan
mereka, walaupun orang itu adalah penganut agama islam;

9
2. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan
amalkan, sedangkan islam yang sebagaimana yang dipahami
dan diamalkan golongan lain tidak benar.
3. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu di
bawa kembali keislam yang sebenarnya, yaitu islam seperti
yang mereka pahami dan amalkan;
4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan
mereka adalah sesat, mereka memilih imam dari golongannya,
yaitu imam dalam arti pemuka agama dan pemuka
pemerintahan;
5. Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan
menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai
tujuannya.2

3. Doktrin-doktrin Khawarij
Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah:
1. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat
islam.
2. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.
3. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah
memenuhi syarat.
4. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan
bahkan dibunuh jika melakukan kezaliman.
5. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah
sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya,
Utsman r.a. dianggap telah menyeleweng
6. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di
anggap menyeleweng.

2
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2012), hlm.70

10
7. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir
8. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir
9. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim
karena harus dibunuh.
10. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah
dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus
dilenyapkan pula
11. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka. Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi
karena hidup dalam dar al harb (Negara musuh), sedangkan
golongan mereka di anggap berada dalam dar al islam (Negara
islam)
12. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng
13. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga,
sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka)
14. Amar makruf nahi mungkar
15. Al- Qur’an adalah makhluk
16. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan3

B. Murji’ah
1. Latar belakang munculnya murji’ah
Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna
penundaan penangguhan, dan pengharapan yang artinya memberi
harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan
rahmat dari Allah. Oleh karena itu Murji’ah artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan
Muawiyah serta pengikutnya hari kiamat kelak.

3
Syed Amir Ali, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1891), hlm. 228

11
Kaum Murji’ah tidak mengakui bahwa iman bercabang-cabang
seperti yang diyakini oleh kaum ahlussunah yaitu lebih dari tujuh puluh
cabang, seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW :
“Iman lebih dari tujuh puluh cabang dan malu adalah satu cabang
dari pada iman”(HR.Bukhari Muslim)

Teori-teori mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah yaitu, teori


pertama mengatakan bahwa irja’ atau arja’a dikembangkan sebagian
sahabat dengan tujuan persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi
pertikaian politik serta menghindari sektarianisme. Murji’ah
diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syiah dan Khawarij.

Teori kedua mengatakan bahwa irja’ merupakan doktrin Murji’ah,


muncul pertama kali sebagai gerakan yang diperlihatkan oleh cucu Ali
bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah tahun 695.
Watt penggagas teori ini menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian
Muawiyah tahun 680, Al-Mukhtar membawa faham Syiah ke Kuffah
tahun 685-687, kemudian muncul respon gagasan irja’ atau
penangguhan sekitar tahun 695 oleh Al-Hasan dalam sebuah surat
pendek yang menunjukkan sikap politik untuk menanggulangi
perpecahan umat. Al-Hasan kemudian mengelak berdampingan dengan
kelompok Syiah yang mengagungkan Ali dan pengikutnya serta
menjauhkan diri dari Khawarij.

Teori ketiga, menceritakan bahwa terjadi perseteruan antara Ali dan


Muawiyah, dilakukanlah tahkim (abitrase) atas usulan Amr bin Ash,
kaki tangan Muawiyah dan kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu
pro dan kontra, salah satunya adalah kubu kontra yaitu Khawarij yang
berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa besar dan pelakunya
dapat dihukumi kafir, seperti zina, riba, membunuh tanpa alasan dan

12
masih banyak lagi. Pendapat ini ditentang oleh kelompok Murji’ah yang
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir,
sementara dosanya diserahkan kepada Allah SWT.

2. Perkembangan Aliran Murji’ah


Aliran Murji’ah ini sangat berkembang sangat subur pada masa
pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Aliran ini tidak memberontak
pada pemerintah, karena bersifat netral dan tidak memusuhi pemerintah
yang sah. Dalam perkembangan yang berikutnya, lambat laun aliran ini
tidak mempunyai bentuk lagi. Bahkan beberapa jajarannya diakui oleh
aliran kalam yang berikutnya. Sebagai aliran yang berdiri sendiri,
gologngan Murji’ah modern telah hilang dalam sejarah dan ajaran-
ajaran mereka mengenai iman, kufr, dan dosa besar masuk ke dalam
aliran Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Sementara itu, golongan Murji’ah
ekstrim pun sudah hilang dan tidak ditemui lagi sekarang. Namun ajaan-
ajarannya yang ekstrim itu masih didapati pada sebagaian umat Islam
yang menjalankan ajaran-ajarannya. Kemungkinan merek tidak sadar
bahwa mereka sebenarnya mengikuti ajaran-ajaran golongan Murji’ah.

3. Dokrin-Doktrin Murji’ah
Ajaran pokok Murji’ah bersumber dari gagasan atau doktrin irja’
yang diaplikasikan di banyak persoalan, baik politik atau teologis. Di
bidang politik doktrin irja’ selalu netral yang diekspresikan dengan
diam, itulah sebabnya Murjiah dikenal sebagai the queuietits (kelompok
bungkam). Di bidang teologis, doktrin irja’ dikembangkan ketika
menanggapi persoalan yang muncul, yang menjadikan semakin
kompleks sehingga mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan.
Berkaitan dengan doktrin teologi, ada beberapa pendapat mengenai
ajaran pokok Murji’ah, yaitu: Harun Nasution menyebutkan empat
ajaran pokok Murjia’ah:

13
a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu
Musa Al-Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya
kepada Allah di hari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim
berdosa besar.
c. Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
d. Memberikan penghargaan kepada muslim yang berdosa besar
untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Mandudi menyebutkan dua doktrin
Murji’ah:
a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Amal
atau perbuatan itu merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.
Seseorang dianggap mukmin walau meninggalkan perbuatan
dosa besar.
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman
di hati, maksiat tidak akan mendatangkan madharat atas
seseorang untuk mendapatkan ampunan maka cukup
menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah
tauhid.4

BAB III
PENUTUP

4
Harun Nasution, Teologi Islam, (Bandung : Mizan, 1995), hlm.22-23

14
A. Kesimpulan
Maka dapat dismpulkan bahwa Secara etimologis kata khawarij
berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul,
atau memberontak. Terdapat beberapa doktrin pokok dalam kaum
Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum Khawarij dapat dikategorikan
dalam tiga kategori: politik, teologi, dan sosial. Dalam perkembangannya
subsekte Khawarij yang besar terdiri dari delapan macam.
Murji’ah diambil dari irja atau arja’a, yaitu menunda,
menangguhkan, mengakhirkan: mungkin karena mereka mengakhirkan
tingkatan amal dari iman, atau kah mereka menangguhkan hukuman
terhadap pelaku dosa besar sampai hari qiamat, dan menyerahkan
perkaranya kepada Tuhannya.
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau
doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoala politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja
diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir
selalu diekspresikan dengan sikap diam.

B. Saran
Demikian laporan yang kami susun, selebihnya kritik dan saran yang
bersifat membangun senantiasa saya harapkan. Semoga laporan ini dapat
dijadikan sebagai acuan untuk contoh laporan berikutnya agar lebih
sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul. 2012.Ilmu Kalam. Bandung.CV Pustaka Setia.

15
Ali, Syed Amir.1891.The Spirit Of Islam.Terjemahan H.B. Yasin.Jakarta : Bulan
Bintang.
Nasution Harun.1995.Teologi Islam.Bandung : Mizan.

16

Anda mungkin juga menyukai