Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KERANGKA PENYAJIAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN,


TANTANGAN AKUNTANSI DI MASA DEPAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah

Disusun oleh kelompok 1:


Sarah Nurfarizki (3422019)
Huryatul Hasni (3422024)
Sri Al Ashar (3422008)
Sonia Febriela (3422032)
Wesi Junita (3422020)
Dosen Pengampu:
Santi Deswita SE, ME

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH LOKAL A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023
PEMBAHASAN

A. Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun
buku yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan
keuangan memiliki fungsi yang sangat vital bagi para investor karena bisa
menjadi salah satu alat bantu untuk mempertimbangkan keputusan yang akan
diambil dalam melakukan investasi. Oleh karena itu, laporan keuangan
memiliki fungsi strategis sebagai informasi yang menggambarkan kinerja
perusahaan. Dari laporan keuangan dapat diketahui pergerakan aktiva
perusahaan, jumlah kewajiban yang masih harus dibayar, jumlah saham yang
beredar, dan semua kegiatan operasional perusahaan.1
Laporan posisi keuangan dalam SAK Umum memiliki penyajian aset,
liabilitas, dan ekuitas. Salah satu komponen ekuitas adalah other
comprehensive income (OCI). Pada SAK ETAP dan SAK EMKM, tidak
dikenal adanya komponen OCI dalam penyajian laporan keuangan.
Penyajian di dalam laporan laba rugi entitas pengguna SAK ETAP
memperbolehkan penyajian secara gabungan antara laporan laba rugi dan
laporan perubahan ekuitas apabila perubahan ekuitas hanya terjadi
dikarenakan deviden saja. SAK EMKM tidak mensyaratkan adanya laporan
perubahan ekuitas.
Laporan arus kas pada SAK ETAP hanya disyaratkan menggunakan
metode tidak langsung. Sementara dalam SAK EMKM, sebuah laporan
keuangan lengkap tidak termasuk laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas, SAK EMKM menyatakan bahwa bagi entitas EMKM laporan keuangan
cukup terdiri dari laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan.2

1
Murtanto, Aufa Kemala, “Pemahaman Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian
Laporan Keuangan PSAK Pada Akuntan Publik”, Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing &
Informasi, Vol. 13 No. 1, April 2013, hlm. 61
2
Hans Kartikahadi dkk, Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS, (Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia, 2019), hlm. 373-374

1
Urutan laporan keuangan berdasarkan proses penyajiannya adalah sebagai
berikut:
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan laporan yang
sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan untuk satu periode
waktu tertentu. Laporan laba rugi ini akhirnya memuat informasi
mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba atau rugi neto, yang
merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban.
2. Laporan Ekuitas Pemilik (Statement of Owner’s Equity) adalah sebuah
laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam ekuitas pemilik suatu
perusahaan untuk satu periode waktu tertentu (laporan perubahan modal).
Ekuitas pemilik akan berkurang dengan adanya prive (penarikan atau
pengambilan untuk kepentingan pribadi) dan rugi neto.
3. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position) adalah sebuah
laporan yang sistematis tentang posisi aset, liabilitas, dan ekuitas
perusahaan per tanggal tertentu. Tujuan laporan posisi keuangan adalah
untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) adalah sebuah laporan yang
menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari
masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi, sampai pada aktivitas pendanaan atau pembiayaan untuk satu
periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukkan besarnya kenaikan
atau penurunan neto kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan
serta saldo kas yang dimiliki perusahaan sampai dengan akhir periode.3
Dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) , kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan memuat beberapa hal, yaitu:
1. Tujuan laporan keuangan
2. Asumsi Dasar
3. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam
laporan keuangan

3
Hery, Akuntansi dan Rahasia Di Baliknya Untuk Para Manajer Non-akuntansi, (Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2012), hlm. 18-19

2
4. Unsur Laporan Keuangan
5. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
6. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
7. Konsep modal serta pemeliharaan modal

B. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut PSAK adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
non-keuangan.
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan,
hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.
Tujuan umum dari laporan keuangan adalah (1) memberikan informasi
yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari
perusahaan bisnis, dan (2) memberikan informasi yang dapat diandalkan
mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan
bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba.
Laporan keuangan, sebagaimana dimuat dalam Prinsip Akuntansi
Indonesia Tahun 1984, dibuat untuk suatu tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.4
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu

4
Murtanto, Aufa Kemala, “Pemahaman Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian
Laporan Keuangan PSAK Pada Akuntan Publik”, Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing &
Informasi, Vol. 13 No. 1, April 2013, hlm. 62-65

3
perusahaan yang timbul dari aktivitas perusahaan dalam rangka
memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai
aktivitas pembelanjaan dan penanaman.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijaksanaan akutansi yang dianut
perusahaan.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian,
laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus
dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya
adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan
yang lazim dilakukan.5

C. Asumsi Dasar Penyusunan Laporan Keuangan


Lima asumsi (assumption) dasar yang mendasari struktur akuntansi
keuangan: (1) entitas ekonomi, (2) kelangsungan usaha, (3) unit moneter, (4)
periodisitas, dan (5) basis akrual. Berikut pembahasannya satu per satu.
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumsption) berarti
bahwa kegiatan ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit akuntabilitas
tertentu. Dengan kata lain, perusahaan menjaga aktivitasnya terpisah dan
berbeda dari pemiliknya dan dari unit bisnis lainnya. Pada tingkat yang
paling dasar, asumsi entitas ekonomi mewajibkan Sappi Limited (ZAF)

5
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.
11

4
mencatat kegiatan keuangan perusahaan terpisah dari kegiatan keuangan
pemilik dan manajernya. Sama pentingnya, pengguna laporan keuangan
harus dapat membedakan kegiatan dan unsur perusahaan yang berbeda.
seperti Volvo (SWE), Ford (AS), dan Volkswagen AG (DEU).

2. Asumsi Kelangsungan Usaha


Sebagian besar metode akuntansi bergantung pada asumsi
kelangsungan hidup (going concern assumption) bahwa perusahaan akan
memiliki umur panjang. Meskipun banyak kegagalan bisnis, sebagian
besar perusahaan memiliki tingkat kelangsungan yang cukup tinggi.
Biasanya perusahaan berharap dapat bertahan cukup lama untuk
memenuhi tujuan dan komitmen mereka.
Asumsi ini memiliki implikasi yang signifikan. Prinsip biaya akan
terbatas kegunaannya jika kita menganggap likuidasi dalam waktu dekat.
Berdasarkan pendekatan likuidasi, misalnya, sebuah perusahaan lebih
baik menyatakan nilai aset pada nilai wajar daripada biaya perolehan.
Kebijakan penyusutan dan amortisasi dibenarkan dan sesuai hanya jika
kita menganggap beberapa ketetapan pada perusahaan. Jika perusahaan
mengadopsi pendekatan likuidasi klasifikasi aset lancar/tidak lancar dan
liabilitas akan kehilangan banyak maknanya Mengklasifikasikan apa pun
sebagai aset berumur panjang atau tidak lancar akan sulit untuk
dibenarkan. Memang, mengklasifikasikan liabilitas atas dasar prioritas
dalam likuidasi akan lebih masuk akal.
Asumsi kelangsungan usaha diterapkan pada sebagian besar situasi
bisnis Asumsi ini tidak diterapkan hanya jika likuidasi akan segera terjadi.
Dalam kasus ini revaluasi total atas aset dan liabilitas dapat memberikan
informasi yang mendekati nilai wajar perusahaan. Lebih lanjut tentang
isu-isu akuntansi terkait perusahaan yang dilikuidasi akan dipelajari di
akuntansi keuangan lanjutan.6

6
Kieso Weygandt Warfield, Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate Accounting,
(Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 63-64

5
3. Asumsi Unit Moneter
Asumsi unit moneter (monetary unit assumption) berarti bahwa
uang adalah penyebut umum dari aktivitas ekonomi dan memberikan
dasar yang tepat untuk pengukuran dan analisis akuntansi. Artinya, unit
moneter adalah cara yang paling efektif mengungkapkan perubahan pihak
yang berkepentingan dalam modal dan pertukaran barang dan jasa. Unit
moneter bersifat relevan, sederhana, tersedia secara universal, dimengerti,
dan berguna. Penerapan asumsi ini tergantung pada asumsi yang lebih
mendasar bahwa data kuantitatif berguna dalam mengomunikasikan
informasi ekonomi dan dalam membuat keputusan ekonomi yang
rasional.
Akuntansi umumnya mengabaikan perubahan tingkat harga (inflasi
dan deflasi) dan mengasumsikan bahwa unit pengukuran-euro, dolar, atau
yen-masih cukup stabil. Oleh karena itu, penggunaan asumsi unit moneter
memberikan alasan untuk menambahkan euro tahun 1980 sampai euro
tahun 2011 tanpa penyesuaian. Diharapkan bahwa euro atau mata uang
lainnya, tanpa penyesuaian inflasi atau deflasi, akan terus digunakan
untuk mengukur pos-pos yang diakui dalam laporan keuangan. Jika
keadaan berubah secara dramatis (misalnya tingkat inflasi yang tinggi
seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Selatan) maka "akuntansi
inflasi" akan dipertimbangkan.

4. Asumsi Periodisitas
Asumsi periodisitas atau periode waktu (periodicity or time period
assumption) menunjukkan bahwa perusahaan dapat membagi kegiatan
ekonomi ke dalam beberapa periode waktu artifisial. Periode waktu ini
bervariasi, tetapi yang paling umum adalah bulanan, triwulanan, dan
tahunan.7

7
Kieso Weygandt Warfield, Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate Accounting,
(Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 63-65

6
Semakin pendek periode waktu, semakin sulit untuk menentukan
laba neto yang tepat untuk periode tersebut. Hasil satu bulan biasanya
terbukti kurang dapat diandalkan dibandingkan hasil kuartalan, dan hasil
kuartalan ini cenderung kurang dapat diandalkan dibandingkan hasil satu
tahun. Investor menginginkan dan meminta sebuah perusahaan cepat
memproses dan menyebarkan informasi. Namun, semakin cepat
perusahaan merilis informasi, semakin besar kemungkinan informasi
tersebut akan mengandung kesalahan. Fenomena ini memberikan contoh
menarik dari trade-off antara relevansi dan penyajian jujur dalam
mempersiapkan data keuangan.
Masalah dalam mendefinisikan periode waktu menjadi lebih serius
ketika siklus produk yang singkat dan produk lebih cepat menjadi usang.
Banyak yang percaya bahwa, mengingat kemajuan teknologi, perusahaan
perlu memberikan informasi keuangan real-time dan online untuk
menjamin ketersediaan informasi yang relevan.

5. Akuntansi Berbasis Akrual


Perusahaan menyiapkan laporan keuangan menggunakan basis
akrual. Akuntansi berbasis akrual (accrual-basis accounting) berarti
bahwa transaksi yang mengubah laporan keuangan perusahaan dicatat
pada periode di mana peristiwa itu terjadi. Misalnya, dengan
menggunakan basis akrual berarti bahwa perusahaan mengakui
pendapatan apabila kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan
akan diperoleh perusahaan dan pengukuran yang diandalkan mungkin
dilakukan (prinsip pengakuan pendapatan). Hal ini berbeda dengan
pengakuan berdasarkan penerimaan kas. Demikian juga, dengan metode
akrual, perusahaan mengakui beban pada saat terjadinya (prinsip
pengakuan beban), bukan pada saat dibayar. Alternatif untuk basis akrual
adalah basis kas.8

8
Kieso Weygandt Warfield, Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate Accounting,
(Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 65

7
D. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi dan Kendalanya
Ada empat karakteristik kualitatif menurut SAK yang merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Karakteristik kualitatif tersebut adalah: dapat dipahami, andal, dapat
dibandingkan, dan relevan.
Kualitas penting dari informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai. Namun demikian, informasi kompleks yang harus dimasukkan
dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami
yang mamadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas,
atau penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh
suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah aset dam liabilitas serta
penghasilan dan beban. Saling hapus dalam laporan keuangan mengurangi
kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi,
peristiwa, dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas
entitas di masa depan.
Agar dapat bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas andal, jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan menyajikan secara jujur tentang apa
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan
(faithful representation). Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan
dengan jujur transaksi bisnis serta peristiwa internal lain yang harus disajikan
maka peristiwa tersebut perlu dicatat sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (prinsip substansi dan realitas
ekonomi mengungguli bentuk/substance and economic reality over form
principle).9

9
Raja Adri Satriawan Surya, Akuntansi Keuangan Versi IFRS+, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), hlm. 10-13

8
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Oleh karenanya, perusahaan perlu menyajikan informasi
periode sebelumnya dalam laporan keuangan, serta melakukan pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi bisnis dan peristiwa ekonomi
internal lainnya yang serupa secara konsisten (prinsip konsistensi).

E. Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Berikut adalah definisi dari masing-masing kesepuluh unsur laporan
keuangan sebagaimana yang telah dirumuskan oleh FASB dalam SFAC No. 6:
1. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan,
yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari transaksi
atau peristiwa di masa lalu.
2. Kewajiban adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin
terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat ini,
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di
masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
3. Ekuitas adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva entitas,
yang masih tersisa setelah dikurangi dengan kewajibannya.
4. Investasi oleh pemilik adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) entutas
yang dihasilkan dari penyerahan sesuatu yang bernilai oleh entitas lain
untuk memperoleh atau meningkatkan bagian kepemilikannya.
5. Distribusi kepada pemilik adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih)
entitas yang disebabkan oleh penyerahan aktiva, jasa, atau terjadinya
kewajiban entitas kepada pemilik.
6. Laba komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas entitas sepanjang
suatu periode sebagai akibat dari transaksi dan peristiwa serta keadaan-
keadaan lainnya yang bukan bersumber dari pemilik.10
7. Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas
aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari

10
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 39-40

9
keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau akivitas lainnya
yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
8. Beban adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas aktiva atau
terjadinya (munculnya) kewajiban entitas (atau kombinasu dari keduanya)
yang disebabkan oleh pengiriman atau pembuatan barang, pemberian jasa,
atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral
perusahaan.
9. Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang
ditimbulkan oleh transaksi periferal (transaksi di luar operasi utama atau
operasi sentral perusahaan) atau transaksi insidentil (transaksi yang
keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta peristiwa
maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak
termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
10. Kerugian adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang
ditimbulkan oleh transaksi periferal (transaksi di luar operasi utama atau
operasi sentral perusahaan) atau transaksi insidentil (transaksi yang
keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta peristiwa
maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak
termasuk yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.11

F. Tantangan Akuntansi Di Masa Depan


Pengguna IFRS sebagai standar Internasional memunculkan tantangan
akuntansi di masa mendatang. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar
dalam laporan keuangan akan menyebabkan banyak angka dalam laporan
keuangan yang tidak berasal dari proses pencatatan akuntansi. Akuntansi
menghadapi tantangan di masa mendatang misalnya kebutuhan informasi
nonkeuangan, penggunaan teknologi informasi., kompleksitas bisnis, aset tak

11
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 41

10
berwujud memiliki posisi semakin besar, dan etika dalam penyusunan laporan
keuangan.12
Untuk membuat seorang professional dalam bidangnya, tentu saja harus
memahami pekerjaan yang harus ditekuni saat ini dengan baik dan mengetahui
peraturan perkembangan profesi tersebut dimasa depan. Profesi akuntan
dengan berbagai keahlian, sekalipun hanya merupakan bagian kecil dari
aktivitas ekonomi, otomatis harus menyiapkan diri menghadapi perubahan
ekonomi tersebut. Gambaran profesi akuntansi saat dan masa yang akan
datang tuntunan profesi akuntansi digambarkan sebagai berikut:

Akuntan

Masa Sekarang Masa Yang akan Datang

Menyiapakan Menyiapkan informasi menggunakan


informasi dalam teknologi guna perencanaan &
bentuk laporan- pengambilan keputusan sesuai dengan
laporan guna perubahan zaman ekonomi batu, yaitu
pengambilan abad “Network Intellgent” atau
keputusan Ekonomi Digital”

Teknologi Informasi dalam kegiatan akuntansi merupakan suatu


metodologi pemprosesan yang menggunakan alat-alat teknologi yang
digunakan untuk menghasilkn informasi dengan sangat cepat, akurat, efektif
sehingga dapat digunakan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemanfaatan fungsi teknologi informasi, diantaranya computer digunakan
untuk mempercepat proses pekerjaan yang berkaitan dengan akuntansi
meliputi pembacaan data, pengolahan dan pelaporan keuangan sebagai bagian
dari sistem. Dan salah satu kemajuan teknologi akuntansi ialah penggunaan
software yang dapat menjadi ancaman tersendiri bagi para profesi akuntan

12
Dy Ilham Satria, Akuntansi Keuangan 1, (Aceh: Universitas Malikussaleh, 2016), hlm.
10

11
karena software tersebut akan terus disempurnakan agar lebih optimal dan
efisien. Oleh karena itu, para akuntan harus dapat memberikan apa yang tidak
dapat dilakukan oleh teknologi.13
Ada tiga hal yang sangat penting bagi masa depan akuntansi, yang perlu
dicermati dan mendapat perhatian khusus dari profesi akuntansi. Ketiga hal
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Masalah Pengakuan (Recognition) dan Pengukuran (Measurement) atas
Aktiva dan Kewajiban Perusahaan, dengan kata lain apa yang seharusnya
dilaporkan dalam laporan keuangan (neraca).
Neraca harus dapat secara memadai dan akurat mencerminkan
aktiva dan kewajiban perusahaan. Pengguna laporan keuangan seharusnya
dapat memanfaatkan neraca untuk memperoleh gambaran yang cukup
mengenai suatu perusahaan. Namun, pada kenyataannya banyak sekali
keterbatasan-keterbatasan yang terkandung dalam neraca, di antaranya
adalah kecenderungan untuk mengabaikan efek inflasi, tidak
mencerminkan nilai perusahaan saat ini (current value of entity), tidak
mengungkap seluruh aktiva dan kewajiban perusahaan, serta kurangnya
memiliki daya banding.
Biaya historis yang dilaporkan dalam neraca tidak pernah
disesuaikan (di-adjust) dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
daya beli (purchasing power) dari unit yang diukur. Hasilnya adalah
neraca yang mencerminkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan
unit daya beli yang tidak sama. Variasi daya beli atas jumlah-jumlah yang
dilaporkan dalam neraca ini telah membuat perbandingan di antara
perusahaan, dan bahkan dalam satu perusahaan yang sama menjadi
kurang bermakna. Konsep biaya atau historical cost accounting yang
diterapkan dalam neraca telah menjadikan efek inflasi diabaikan, sesuai
dengan asumsi stable mo-netary unit, di mana daya beli dianggap
konstan. Karena banyak aktiva yang dilaporkan dalam neraca sebesar

Nanang Sasangko, “Profesi Akuntansi : Masa Kini dan Tantangan Masa Depan.”, Jurnal
13

Ilmiah Akuntansi, Vol. 1 No. 2, Mei 2002, hlm. 13-14

12
biaya historis, di mana biasanya biaya historis ini nilainya relatif lebih
kecil dibanding nilai pasarnya, maka neraca pada umumnya tidak dapat
menggambarkan nilai perusahaan atau kondisi kekayaan perusahaan yang
sebenarnya pada saat ini.
Ketidakmampuan untuk mengakui seluruh aktiva dalam neraca
telah menghasilkan neraca yang hanya menunjukkan sedikit posisi
keuangan yang sebenarnya. Banyak intangible economic assets, seperti
reputasi produk atau jasa unggulan tidak diakui dalam neraca, karena
tidak dapat diukur dalam satuan unit moneter. Belum lagi kekayaan
intelektual (intellectual property) yang tidak dicatat sebagai aktiva di
neraca. Satu dari keterbatasan neraca lainnya adalah meningkatnya
penggunaan off balance sheet financing.14 Hal ini juga merupakan
masalah bagi profesi akuntansi yang dihadapi pada saat ini, di mana
perusahaan pada umumnya enggan untuk mengungkap seluruh
kewajibannya dengan maksud untuk membuat posisi keuangan mereka
seolah-olah tampak lebih kuat (lebih baik). Secara tradisional, leasing
telah menjadi salah satu dari kebanyakan bentuk off-balance-sheet
financing lainnya.
Keterbatasan lainnya dari neraca adalah terkait dengan kebutuhan
daya banding, yaitu bahwa seluruh perusahaan tidak mengklasifikasi- kan
dan melaporkan seluruh item yang sama dengan cara yang sama. Sebagai
contoh, nama dan klasifikasi akun yang berbeda; beberapa perusahaan
memberikan lebih terperinci dari pada yang lainnya, dan beberapa
perusahaan dengan transaksi yang sama melaporkan secara berbeda.
Perbedaan ini telah membuat perbandingan menjadi sulit dan mengurangi
nilai potensi dari analisis neraca.
Untuk kebutuhan akuntansi (pelaporan keuangan) di masa
mendatang mungkin perlu dipikirkan cara baru agar apa yang dilaporkan
dalam neraca dapat menjadi lebih relevan atau dapat memberikan
gambaran mengenai nilai perusahaan yang sesungguhnya. Profesi

14
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 24-25

13
akuntansi perlu memikirkan tekhnik pengakuan dan pengukuran atas soft
assets ini, di samping kebutuhan akan pengungkapan (disclosures) yang
memadai, termasuk tindakan antisipasi terhadap penggunaan off-balance-
sheet financing.

2. Masalah Ketepatan Waktu (Timeliness) Pelaporan Keuangan, dengan kata


lain kapan seharusnya akun-akun dilaporkan.
Masalah ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan juga semakin
bertambah penting seiring dengan kemajuan (kompleksnya) dunia bisnis.
Saat ini, laporan tahunan dan bahkan laporan kwartalan sudah tidak lagi
dapat memenuhi arus kebutuhan informasi yang mendesak.15 Siklus
produk semakin singkat sehingga produk akan menjadi lebih cepat usang
dari sebelumnya. Sangat sulit untuk memperoleh gambaran dari cepatnya
pergerakan dan perubahan jika hanya mengambil langkah pelan. Sudah
banyak contoh perusahaan yang menampilkan laporan yang akurat dan
menarik pada beberapa tahun, lalu tiba-tiba jatuh bangkrut.
Beberapa instrumen keuangan masa kini telah membuat sebagian
perusahaan mengubah seluruh arah dan profil risiko mereka, bahkan
hanya dalam waktu singkat. Sistem pelaporan keuangan secara periodik
(berkala) telah berlangsung selama ini, tetapi masalahnya adalah bahwa
lingkungan bisnis telah berubah secara dramatis. Dalam hal ini, users juga
tentu saja membutuhkan informasi yang lebih segera. Sistem pelaporan
keuangan mau tidak mau harus dapat mengikuti atau mencerminkan
perubahan ini agar dapat memenuhi kebutuhan users di masa depan.
Di masa mendatang, mungkin perlu dikembangkan sebuah sistem
pelaporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan penyebaran
informasi keuangan yang lebih tepat waktu. Arus informasi keuangan
merupakan komponen yang sangat kritis dalam output pelaporan
keuangan, apalagi dengan adanya perubahan yang begitu cepat dalam
dunia bisnis yang nyata. Perusahaan dapat menambah arus informasi yang

15
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 26

14
relevan kepada users pada waktu yang lebih tepat (segera), seperti neraca
atau laporan arus kas yang belum diaudit didistribusikan kepada users
pada waktu yang lebih sering (misalnya secara bulanan). Akan tetapi,
memang hal ini juga menimbulkan beberapa kendala. Perlu dipikirkan
lebih lanjut cara untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya salah saji
atas laporan keuangan yang belum diaudit tadi.16

3. Masalah Pendistribusian Informasi Keuangan (Distribution of Financial


Information), dengan kata lain bagaimana informasi keuangan
didistribusikan kepada para users.
Masalah terakhir sehubungan dengan masa depan akuntansi
(pelaporan keuangan) yang perlu dicermati dan mendapat perhatian
khusus dari profesi akuntansi adalah cara informasi keuangan
didistribusikan. Secara tradisional, publik mendapatkan informasi
mengenai kesehatan keuangan perusahaan dengan mengandalkan laporan
yang diberikan emiten kepada SEC (badan pengawas pasar modal),
laporan periodik ke pemegang saham, dan analis. Di Amerika, telah
dikembangkan sebuah sistem komputerisasi untuk mendistribusikan
informasi keuangan emiten kepada publik, seperti melalui the SEC's
Electronic Data Gathering and Retrieval system (EDGAR) atau melalui
commercial vendors, seperti LEXIS/NEXIS.
Dengan mempertimbangkan bahwa beberapa pemakai laporan
keuangan (end-users) bisa mengambil lebih banyak keuntungan dari akses
langsung ke rincian data mentah, maka di masa mendatang, pemakai jelas
akan lebih banyak akses ke elektronik data base yang telah dianalisis
yang akan membuat informasi tersebut menjadi sangat berguna dan tepat
bagi mereka. Jika informasi ini bisa tersedia secara langsung (direct on-
line) dari sistem informasi manajemen perusahaan, pemakai bisa
mengambil dan menganalisa data untuk keperluan internal mereka sendiri
dan mendapatkan keputusan yang lebih sesuai dengan keinginan individu

16
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 27

15
mereka. Profesi akuntansi mungkin perlu memikirkan perubahan
paradigma dalam sistem pelaporan keuangan jika ingin mengembangkan
akuntansi dan sistem pelaporan yang dapat menjawab segala tantangan
yang timbul di masa mendatang.17

17
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 28

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja keuangan, arus kas suatu entitas, serta laporan terkait
fungsi sosial dari entitas yang bersangkutan. Informasi ini bermanfaat untuk
pembuatan keputusan ekonomi. Selain itu, laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telak dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajeme atas sumber daya yang dikelolanya. Laporan
posisi keuangan dalam SAK Umum memiliki penyajian aset, liabilitas, dan
ekuitas. Penyajian di dalam laporan laba rugi entitas pengguna SAK ETAP
memperbolehkan penyajian secara gabungan antara laporan laba rugi dan
laporan perubahan ekuitas apabila perubahan ekuitas hanya terjadi
dikarenakan deviden saja. Laporan arus kas pada SAK ETAP hanya
disyaratkan menggunakan metode tidak langsung. Ada lima asumsi dasar yang
mendasari struktur akuntansi keuangan yaitu: (1) entitas ekonomi, (2)
kelangsungan usaha, (3) unit moneter, (4) periodisitas, dan (5) basis akrual.
Ada empat karakteristik kualitatif menurut SAK yang merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Karakteristik kualitatif tersebut adalah: dapat dipahami, andal, dapat
dibandingkan, dan relevan. Unsur-unsur laporan keuangan ada sepuluh yaitu
aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik,
laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Ada tiga
hal yang sangat penting bagi masa depan akuntansi, yang perlu dicermati dan
mendapat perhatian khusus dari profesi akuntansi yaitu masalah pengakuan
(recognition) dan pengukuran (measurement) atas aktiva dan kewajiban
perusahaan, dengan kata lain apa yang seharusnya dilaporkan dalam laporan
keuangan (neraca), masalah ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan,
dengan kata lain kapan seharusnya akun-akun dilaporkan, masalah
pendistribusian informasi keuangan (distribution of financial information),

17
dengan kata lain bagaimana informasi keuangan didistribusikan kepada para
users.

B. Saran
Setelah dijelaskan mengenai materi tentang kerangka penyajian dan
penyusunan laporan keuangan, tantangan akuntansi di masa depan, diharapkan
para pembaca dapat memahami isi dari materi tersebut dan bisa menambah
ilmu pengetahuan lebih dalam tentang kerangka penyajian dan penyusunan
laporan keuangan, tantangan akuntansi di masa depan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2012. Akuntansi dan Rahasia Di Baliknya Untuk Para Manajer Non-
akuntansi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kartikahadi, Hans dkk. 2019. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis


IFRS. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kemala, Aufa, Murtanto.“Pemahaman Kerangka Dasar Penyusunan Dan


Penyajian Laporan Keuangan PSAK Pada Akuntan Publik”. Jurnal Media
Riset Akuntansi, Auditing & Informasi. vol. 13 no. 1. (April 2013): 61.

Satria, Dy Ilham. 2016. Akuntansi Keuangan 1. Aceh: Universitas Malikussaleh.

Sasangko, Nanang. “Profesi Akuntansi : Masa Kini dan Tantangan Masa Depan.”,
Jurnal Ilmiah Akuntansi. vol. 1 no. 2. (Mei 2002): 13-14.

Surya, Raja Adri Satriawan. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS+.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Warfield, KiesoWeygand. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate


Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai