Anda di halaman 1dari 22

Tafsir Ayat Tentang Konsep Harta

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok


mata kuliah: Tasir Ayat Ekonomi

Disusun oleh:
kelompok: 3
Sarah Nurfarizki :3422019
Rissa Giska :3422014
Nurul Al Husna :3422006
Indah Fajri Dodi :3422029
Yadri Yansah Bugis :3422001

Dosen Pembimbing:
Rahmad Sani, S. Th. I, M. Ag

JURUSAN AKUNTANSI SYARI’AH LOKAL-A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ditugaskan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Tafir Ayat Ekonomi ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa suatu
halangan apapun.

Makalah Tafsir Ayat Ekonomi yang berjudul Tafsir Ayat Tentang Konsep
Harta ini kami susun sebagai tugas Tafsir Ayat Ekonomi dan juga memberikan
wawasan dan pemahaman yang lebih tentang bagaimana Tafsir Ayat Tentang
Konsep Harta. Sebagai penulis makalah ini, kami menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah mendukung kelancaran dan terciptanya makalah
ini. Terutama kepada dosen Tafsir Ayat Ekonomi yaitu bapak Rahmad Sani, S.
Th. I, M. Ag.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang.
Atas kurang lebihnya kami mengucapkan terimakasih.

Bukittinggi, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................1
a. Latar Belakang .........................................................................................1
b. Rumusan Masalah ....................................................................................1
c. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................3
a. Redaksi dan Terjemah Ayat-Ayat Tentang Konsep Harta .......................3
b. Q.S At-Thagabun: 14-15 ........................................................................10
c. Q.S Ali-Imran: 14 ...................................................................................12
d. Q.S An-Nisa: 5 .......................................................................................15
BAB III: PENUTUP.............................................................................................18
a. Kesimpulan .............................................................................................18
b. Saran .......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut al-Qur’an, Allah adalah pemilik mutlak harta. Harta sebaga milik
pribadi seseorang dimaksudkan untuk mengarahkan sifat dan sikap manusia
dalam mencari, memiliki, dan mempergunakannya pada jalan yang benar.
Harta sebagai milik bersama dimaksudkan bahwa semua manusia mempunyai
kesempatan untuk mencari harta, tidak seorang pun diberikan hak untuk
mempersempit peredaran harta dalam linkungan manusia, dan dalam setiap
harta seseorang, terdapat bagian orang lain. Fungsi harta sebagai bekal untuk
ibadah, penunjang keidupan, sebagai ujian keimanan, pendukung untuk
menjadi pemimpin, dan salah satu perhiasan hidup. Memperoleh harta tidak
boleh dengan batil, penggunaannya harus seimbang, pengelolaanya harus
cemat, jujur, ikhlas, dan transparan serta mampu memberi manfaat bagi
masyarakat.
Harta adalah suatu aset kekayaan kebendaan yang dibutuhkan, dicari, dan
di miliki oleh manusia. Harta juga sangat berguna bagi semua orang., karena
dengan harta kekayaan manusia dapat memenuhi segala kebutuhan baik yang
diinginkan atau yang sedang di butuhkan. Harta dapat menjadi kebahagiaan
dunia dan akhirat apabila digunakan dalam hal yang benar, sebaliknya jika
digunakan dalam halnya pisau terkadang pisau dapat menolongdan terkadang
dapat membunuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa redaksi dan terjemah ayat-ayat tentang konsep harta?
2. Apa terjemahan surah Q.S : At-Taghabun : 14-15, serta kata kunci, makna
ayat, uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat?
3. Apa terjemahan surah Q.S : Ali-Imran: 14, serta kata kunci, makna ayat,
uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat?

1
4. Apa terjemahan surah Q.S : An-Nisa: 5, serta kata kunci, makna ayat,
uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui redaksi dan terjemahan ayat-ayat tentang konsep
2. Untuk mengetahui terjemahan surah Q.S : At-Taghabun : 14-15, serta kata
kunci, makna ayat, uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat
tersebut.
3. Untuk mengetahui terjemahan surah Q.S : Ali-Imran : 14, serta kata kunci,
makna ayat, uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat tersebut.
4. Untuk mengetahui terjemahan surah Q.S : An-Nisa: 5 serta kata kunci,
makna ayat, uraian ayat, kandungan hukum, dan hikmah ayat tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Redaksi dan Terjemah Ayat-Ayat Tentang Konsep Harta


Kepemilikan atas kekayaan hakikatnya adalah milik Allah. Allah melalui
hukum-hukumnya telah menyerahkannya kepada manusia untuk diatur dan
dibagikan. Harta (al-mal) dalam al-Qur’an mencakup makanan (tha’am),
tanah (ardhun), dan uang (dirham). Makna senonim dengan al-mal adalah
qitharah, tsmarun, kanzun, kaza’in, maghanim, al-anfal mata’, al-khair, dan
al-turats.
Harta dalam bahasa arab disebut (al-mal), bentuk plural atau jamaknya
adalah (al-amwal). Secara etimologis kata al-mal berarti condong, mirip dan
juga berpaling. Sedangkan harta menurut terminologi adalah “segala yang
diminati dan dapat dihadirkan ketika diperlukan atau segala sesuatu yang
dapat dimiliki, disimpan, dan dapat dimanfaatkan”. Definisi ini dikemukakan
oleh ulama Hanafiah, dalam definisi ini tersirat bahwa manfaat tidak termasuk
kata, karena manfaat termasuk milik.
Adapun definisi selanjutnya diberikan oleh Jumhur ulama adalah “segala
sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat dikenakan ganti rugi bagi orang
yang merusak ataumelenyapkannya”.
Menurut al-Qur’an, Allah adalah pemilik mutlak harta. Harta sebaga milik
pribadi seseorang dimaksudkan untuk mengarahkan sifat dan sikap manusia
dalam mencari, memiliki, dan mempergunakannya pada jalan yang benar.
Harta sebagai milik bersama dimaksudkan bahwa semua manusia mempunyai
kesempatan untuk mencari harta, tidak seorang pun diberikan hak untuk
mempersempit peredaran harta dalam linkungan manusia, dan dalam setiap
harta seseorang, terdapat bagian orang lain. Fungsi harta sebagai bekal untuk
ibadah, penunjang keidupan, sebagai ujian keimanan, pendukung untuk
menjadi pemimpin, dan salah satu perhiasan hidup. Memperoleh harta tidak
boleh dengan batil, penggunaannya harus seimbang, pengelolaanya harus

3
cemat, jujur, ikhlas, dan transparan serta mampu memberi manfaat bagi
masyarakat.
a. Unsur Harta
Unsur utama harta adalah secara adat dan kebiasaan (tradisi) ia
merupakan kebutuhan manusia yang memeiliki nilai, baik berupa materi
maupun bukan materi (manfaat), baik dapat disimpan dalam waktu lama
ataupun tidak, baik dapat dimiliki secara individual, maupun kolektif. Jadi
yang menetapkan nilai sesuatu tersebut adalah tradisi, situasi, atau kondisi
suatu masyarakat.

b. Macam Harta dan Akibat Hukumnya


a. Harta ditinjau dari segi kebolehan memanfaaatkannya menurut syara’
terbagi menjadi bebrapa bagian:
1) Mal Mutaqawwim
“Segala sesuatu yang boleh dimanfaatkannya menurut
syara”. Harta yang termasuk jenis ini adalah semua harta yang baik
jenisnya, dan baik cara memperoleh dan penggunaannya, misalnya:
kerbau halal dagingnya bila disembelih dengan cara yang sesuai
petunjuk shari’ah.
2) Mal Ghairu Mutaqawwin
“Segala sesuatu yang tidak boleh dimanfaatkan menurut
syara”’. Harta yang termasuk jenis ini adalah semua harta yang
tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, maupun cara
memperoleh dan penggunaanya, misalnya; babi haram karena
jenisnya, sepatu hasil curian haram karena cara memperolehnya,
dan uang disumbangkan untuk dan pembagunan kasino haram
karena penggunaanya yang tidak sesuai dengan petunjuk shari’ah.
Pembagian ini merupakan inti pembagian harta dalm hukum islam,
karena harta yang memiliki peran, fungsi, dan memiliki akibat
hukum dalam aktifitas atau transaksi yang dilakukan oleh seorang

4
muslim hanyalah harta yang masuk kategori pertama yaitu Mal
Mutaqawwim.

b. Mal Mutaqqawwin ditinjau dari segi ada atau tidak ada jenisnya di
pasaran. Maka harta terbagi menjadi:
1) Harta Qimi
Sesuatu yang kuarang dalm kesatuannya, karenanya tidak
dapat berdiri sendiri tanpa (harus) ada perbedaan.
2) Harta Mitsli
Sesuatu yang ada persamaan dalam kesatuannya, dalam arti
dapat berdiri sendiri tanpa menganggap ada perbedaan. Harta mitsli
adalah harta yang jenisnya secara persis dapat diperoleh di pasar,
sedangkan harta qimi adalah jenis harta yang jenisnya sulit di
dapat di pasar, mungkin dapat diperoleh, tapi jenisnya berbeda,
kecuali dalam hal harga. Misalnya karpet Bagdad diimpor oleh
Indonesia, maka ia termasuk jenis harta qimi. Kategorisasi ini
termasuk relatif dan kondisional, sesuai kebutuhan dan kualitas
masing-masing. Akibat hukum dari pembagian ini memuat
ketentuan antara lain:
a) Tidak akan terjadi riba dalam harta qimi, karena jenis
satuannya tidak sama, lain halnya dengan harta mitsli.
b) Bila terikat dalam usaha bersama, maka masing-masing
boleh mengambil bagian tanpa harus menunggu mitra
usahanya, bila bagian itu berupa harta mitsli, lain halnya
dengan harta qimi.
c) Kerusakan yang terjadi pada harta mitsli harus diganti
dengan harta mitsli, teapi harta qimi boleh mengganti
dengan seharga nilainya.

5
c. Hal Mutaqawwim ditinjau dari segi pemanfaatnya terbagi menjadi:
1) Harta Istihlak
Sesuatu yang tidak dapa diambil kegunaan dan manfaatnyasecara
biasa, kecuali dengan menghabiskannya.
Harta jenis ini terbagi menjadi dua:
a) Harta Istihlak Haqiqi
Sesuatu baru dianggap harta, bila secara nyata zatnya habis
digunakan dalam satu kali pakai, seperti: korek api.
b) Harta Istihlak Huquqi
Harta yang sudah habis nilainya, bila telah digunakan,
tetapi zatnya masih utuh, hanya berpindah kepemilikannya,
seperti uang bila dibayarkan untuk melunasi hutang.
2) Harta Isti’mal
Sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya tetap
terpelihara. Harta Isti’mal tidak habis sekali deigunakan, tetapi
dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Akibat hukum dari pembagian ini hanya dari sisi akadnya saja.
Harta Istihlak akadnya hanya bersifat saling menolong, sedangkan
harta Isti’mal disamping bersifat saling menolong juga bisa dengan
cara mengambil imbalan, seperti sewa-menyewa dan sebagainya.

d. Mal Mutaqawwim ditinjau dari sisi jenisnya, maka harta terbagi


menjadi:
1) Harta Manqul
Segala sesuatu yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu tempat
ke tempat lain.
2) Harta Ghairu Manqul
Segala sesuatu yang tidak dapat dipindahkan (bergerak) dari satu
tempat ke tempat lain.

6
Akibat hukum dari pembagian ini memuat ketentuan antara lain:
1) Adanya hak shuf’ah (hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang
terhadap harta yang akan dijual oleh seseorang untuk mengajukan
penawaran). Hak ini dimiliki oleh tetangga, dan mitra yang
bersukutu dalam pemilikan.
2) Harta yang boleh diwakafkan hanya harta ghairu manqul (aqar),
atau sulit dipisahkan dari aqar menurut Hanafiah, tetapi menurut
Mayoritas Ulama kedua jenis harta tersebut boleh diwakafkan.
3) Harta ghairu manqul (aqar) milik anak yatim tidak boleh dijual
kecuali dalam hal-hal yang amat mendesak bagi kebutuhan
hidupnya.
4) Tidak ada gasab bagi harta ghairu manqul (aqar), menurut
Hanafiah dan Imam Abu Yusuf. Ini berbeda dengan pendapat
mayoritas ulama.

e. Mal Mutaqawwim ditinjau dari sisi materi dan bukan, maka harta
terbagi menjadi:
1) Harta Ain
a) Harta Ain Dzati Qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk
yang dianggap sebagi harta karena memiliki nilai.
b) Harta Ain Ghairu Dzati Qimah, yaitu benda yang memiliki
bentuk tetapi tidak memiliki nilai atau harga, misalnya
sebutir beras.
2) Harta Dain
Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.
3) Harta Nafi’
Sesuatu yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan
waktu, karena itu ia tidak memiliki wujud dan tidak mungkin
disimpan.

7
f. Hal Mutaqawwim ditinjau dari segi statusnya, maka harta terbagi
menjadi:
1) Mal Al-Mamluk
Harta yang telah dimiliki, baik secara pribadi, maupun oleh badan
hukum seperti negara, organisasi kemasyarakatan. Mal Al-Mamluk
terbagi ke dalam 2 kategori:
a) Al-Mal Al-Mustaqil (harta perorangan/milik pribadi).
b) Al-Mal Al-Musyarokah (harta milik bersama).
Akibat hukum dari pembagian ini memuat ketentuan antara lain:
a) Harat milik negara harus mempertimbangkan kepentingan
rakyat, diatur dengan perundang-undangan, rakyat juga
tidak boleh merusak dan menjadikannya milik pribadi.
b) Harta milik bersama harus mempertimbangkan keuntungan
dan kepentingan bersama diatur dengan kesepkatan
bersama, tanpa merusak dan merugikan pihak lain
(mitranya).
c) Harta milik pribadi, maka pemilik bebas menggunakannya
sejalan dengan aturan shariat, dengan menjaga hak-hak
pihak lain, dan tanpa merugikan pihak lain.
2) Al-Mal Al-Mubah
Sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air pada
mata air, binatang buruan darat, laut, dan lain sebagainya, seperti
pepohonan di hutan dan buah-buahannya. Harta yang masuk
kategori ini boleh diambil manfaatnya oleh siapapun menurut
kemammpuan usahanya, dengan tanpa merusak lingkungan dan
potensi alam, dan sejalan dengan aturan syara’. Maka apa yang
diambilnya tersebut telah menjadi hak miliknya.
3) Al-Mal al-Manjur
Sesuatu yang oleh syara’ tidak boleh dimiliki secara pribadi, dan
tidak boleh diberikan kepada pihak lain secara pribadi. Sesuatu
tersebut adakalanya karena sudah diwarkafkan, dan adakalanya

8
karena untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, masjid,
pemakaman dan lain sebagainya.
g. Al-Mutaqawwim ditinjau dari segi dapat dibagi dan tidak, maka harta
terbagi menjadi:
1) Harta yang dapat dibagi, yaitu harta apabila dibagi maka ia tidak
rusak dan manfaatnya tidak hilang. Pembagian tersebut tidak boleh
menghilangkan manfaat dan tidak boleh merusak nilai harta.
2) Harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta yang apabila dibagi maka
ia akan rusak dan manfaatnya juga akan hilang.
Akibat hukum dari pembagian ini memuat ketentuan antara lain:
1) Terhadap harta yang dapat dibagi, dapat dilakukan eksekusi
putusan hakim untuk membaginya. Sedang terhadap harta yang
tidak dapat dibagi, putusan hakim tidak dapat memaksa untuk
membaginya, tetapi harus dilakukan berdasarkan kerelaan masing-
masing pihak yang berhak atas harta itu.
2) Harta yang tidak dapat dibagi, bila diibahkan atau diwakafkan 1/3
atau ½, hukumnya juga sah, hanya saja harus dilakukan pembagian
terlebih dahulu.
3) Harta yang dapat diabagi, bila dimiliki tanpa izin mitranya dan
tanpa izin hakim, maka ia tidak berhak minta ganti rugi. Tetapi bila
hartanya tidak dapat dibagi, maka ia berhak meminta ganti rugi.

h. Mal Mutaqawwim ditinjau dari segi berkembang atau tidaknya, baik


melalui upaya manusia, maupun dengan sendirinya, maka harta terbagi
menjadi:
1) Harta pokok/modal (asli), yaitu harta yang meghasilkan harta
yang lain.
2) Harta hasil/untung, harta yang dihasilkan dari harta pokok.
Akibat hukum dari pembagian ini memuat ketentuan antara lain:
1) Harta pokok yang diwakafkan tidak boleh dibagi kepada yang
berhak menerima wakaf, tetapi harta hasil boleh dibagi.

9
2) Harta pokok yang berstatus milik umum tidak boleh dibagi,
tetapi harta hasil boleh dinikmati oleh siapapun.
3) Pemilik harta pokok otomatis menjadi pemilik harta hasil,
misalnya: ada seseorang yang memiliki sebidang tanah yang di
atasnya dibangun sebuah rumah dan di samping rumah ada
sebuah pohon mangga gadung. Rumah dan pekarangan tersebut
disewa oleh seseorang, maka penyewa berhak menikmati
manfaat rumah dan buah mangganya. Demikian juga bila di
tengah menyewakan rumah dan pekarangan tersebut, pemilik
menjualnya kepada orang lain (pembeli), maka pembeli berhak
menerima uang sewa rumah dan pekarangan tersebut.1

B. Q.S At-Taghabun: 14-15


۟ ‫صفَ ُح‬
‫وا‬ َ ‫َيَٰٓأ َ ُّي َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإنَّ ِم ْن أَ ْز َو ِج ُك ْم َوأَ ْولَ ِد ُك ْم‬
۟ ُ‫عد ًُّوا لَّ ُك ْم فَٱحْ ذَ ُرو ُه ْم ۚ َو ِإن تَ ْعف‬
ْ َ‫وا َوت‬
ٌ ُ ‫غف‬
‫ور َّر ِحي ٌم‬ َ َ‫وا فَ ِإنَّ ٱ َّّلل‬۟ ‫َوتَ ْغ ِف ُر‬

Artinya: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu


dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-
hatilah kamu terhadap merka dan jika kamu memafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”.

‫إِنَّ َما َٰٓ أَ ْم َولُ ُك ْم َوأَ ْولَ ُد ُك ْم فِتْنَةٌ ۚ َوٱ َّّللُ ِعن َد َٰٓهُۥ أَجْ ٌر ع َِظي ٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan


(bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar”.2
1. Kata Kunci Ayat dan Maknanya
Kata kunci untuk ayat ini merupakan peringatan dari Allah untuk
orang-orang yang beriman agar tidak terlalaikan atau “terpedaya oleh istri
dan anak” karena sebagiannya ada yang menjadi musuh bagi mereka,
yakni yang menghalangi mereka dari kebaikan. Oleh karena itu, sikap
yang harus mereka lakukan adalah berwaspada, tetap melakukan perintah
1
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm. 45-50
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 277-278

10
Allah, megutamakan keridhaan-Nya kerena di sisi-Nya ada pahala yang
besar dan mengutamakan akhirat daripada dunia yang fana.
Maksudnya, terkadang istri atau anak dapat mejerumuskan suami
atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan
agama atau menghalanginya dari mengerjakan kebaikan seperti bejihad
dan berhijrah. Oleh karena larangan menaati istri dan anak jika di sana
terdapat bahaya terhadap seorang hamba memberikan kesan agar bersikap
keras kepada mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghilangkan
kesan ini dan memerintahkan mereka untuk memaafkan, tidak memarahi
dan mengampuni mereka. Hal itu, karena sikap tersebut (memberi maaf)
terdapat banyak maslahat.
Hal itu, karena balasan disesuaikan dengan jenis amalan. Barang
siapa yang memaafkan, maka Allah akan memaafkannya, barang siapa
yang mengampuni maka Allah akan mengampuninya, dan barang suiapa
yang bermua’malah dengan Allah dengan amal yang dicintai-Nya, maka
Allah akan mencintainya, demikian pula barang siapa yang bermu’amalah
dengan manusia dengan amal yang dicintai mereka niscaya manusia
mencintainya.3

2. Uraian Ayat
Kata fitnah yang diterjemahkan dengan ujian, dipahami oleh
Thahir Ibn ‘Asyur dalam arti “Kegoncangan hati serta kebingungannya
akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa yang menghadapi
situasi itu.” Karena itu ulama ini menambahkan makna sebab (penyebab)
sebelum kata fitnah yakni harta dan anak-anak dapat menggoncangkan hati
seseorang. Ulama ini kemudian memberi contoh dengan keadaan Rasul
saw. yakni satu ketika beliau sedang melakukan khutbah jum’at, tiba-tiba
cucu beliau Sayydina al-Hasan ra. datang berjalan terbata-bata, terjatuh
lalu berdiri. Maka rasul saw. turun dari mimbar dan menariknya lalu beliau
membaca “innama Amwalukum Wa auladukum fitnah” dan bersabda:

3
Al-Mahalili dan As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , (Jakarta: Ummul Qura, 2018), hlm. 577

11
“Aku melihat keduanya, dan aku tidak sabar” kemudian setelah itu beliau
terbata, terjatuh lalu berdiri. Maka rasul saw. Turun dari mimbar dan
menariknya lalu beliau membaca “Innamal Amwalukum fitnah” dan
bersabda: “aku melihat keduanya, dan aku tidak sabar “Kemudian setelah
iti beliau melanjutkan khutbah beliau” (HR. Abu Daud melalui Buraidah)

3. Kandungan Hukum dan Hikmahnya


Harta sebagi fitnah ujian keimanan. Harta merupakan nikmat dari
Allah yang dengannya Dia menguji pemiliknya, apakh bersyukur atau
kufur. Karena itu Allah menyebut harta sebagai fitnah, yaitu ujian dan
cobaan. Allah berfirman dalam Surat At-Taghabun: 14-15.
Ayat tersebut terkandung isi seperti berikut (Hai orang-orang yang
beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian
ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian)
janganlah kalian menaaati mereka sehingga menyebabkan kalian
ketinggalan tidak mau melakukan perbuatan yang baik, seperti berjihad
dan berhijrah. Karena sesungguhnya latar belakang turunnya ayat ini
adalah karena menaatinya (dan jika kalian memaafkan) mereka yeng telah
memperlambat kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik,
karena alasan bahwa mereka merasa berat berpisah dengan kaliab (dan
tidak memarahi serta mengampuni, mereka, maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).4

C. Q.S Ali-Imran: 14
‫ض ِّة‬ َّ ‫ب َوٱ ْل ِّف‬ َ ‫ير ٱ ْل ُم َقن‬
ِّ ‫ط َر ِّة ِّمنَ ٱلذَّ َه‬ ِّ ‫سا ٓ ِّء َوٱ ْل َبنِّينَ َوٱ ْل َق َٰنَ ِّط‬ ِّ ‫ش َه َٰ َو‬
َ ِّ‫ت ِّمنَ ٱلن‬ َّ ‫اس حُبُّ ٱل‬ ِّ َّ‫ُز ِّينَ ِّللن‬
ِّ ‫ث ۗ َٰذَلِّكَ َم َٰتَ ُع ٱ ْل َح َي َٰو ِّة ٱلدُّ ْن َيا ۖ َوٱ َّّللُ ِّعن َدهۥُ ُح ْسنُ ٱ ْل َمـَٔا‬
‫ب‬ ِّ ‫س َّو َم ِّة َوٱ ْْل َ ْن َٰ َع ِّم َوٱ ْل َح ْر‬
َ ‫َوٱ ْل َخ ْي ِّل ٱ ْل ُم‬
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang

4
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm. 43

12
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.5

1. Kata Kunci Ayat dan Maknanya


Kata kunci ayat ini merupakan “kecintaan manusia terhadap apa
yang diinginkannya”, seperti wanita, anak-anak, harta yang berupa emas
maupun perak, dan juga binatang ternak. Akan tetapi itu semua merupakan
kesenangan dunia yang hanya bersifat fana. Dan hanya kembali disisi
Allah lah merupakan tempat yang paling baik.
Maksud dari ayat ini adalah Allah mengabarkan tentang kondisi
manusia ketika mendahulukan dunia atas akhirat, lalu antara kedua alam
tersebut, diamna Allah mengabarkan bahwa manusia dihiasi dengan
perkara-perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata mereka,
dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka, jiwa-jiwa mereka
terbuai dalam kenikmatan-kenikmatannya. Seperti syahwat yang
menyenangkan hati itu dibuat menjadi sesuatu yang dicintai oleh manusia,
yaitu wanita untuk dinikmati dan membuat keturunan, anak laki-laki, harta
melimpah yang telah terkumpul atau berlipat-lipat mencapai jumlah yang
sangat banyak berupa emas, perak, kuda dari keturunan yang baik dan
istimewa yang memiliki beberapa tanda, hewan-hewan ternak (unta, sapi,
dan kambing) dan hasil pertanian.
Dan setiap kelompok dari manusia itu condong kepada salh satu
jenis dari jenis-jenis kenikmatan tersebut, yang sebenarnya mereka telah
menjadikannya sebagai cita-cita terbesar mereka dan puncak dari
pengetahuan mereka. Padahl itu semua hanya kenikmatan yang sedikit
yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap, maka itulah “kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”.6

5
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Gema Insani, 2015), hlm. 586
6
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm. 42-43

13
2. Uraian Ayat

(‫ت‬ َّ ‫ٱل‬
ِّ ‫ش َه َٰ َو‬ ِّ ‫) ُز ِّينَ ِّلل َّن‬
ُّ‫اس ُحب‬ Zuyyina Lin- Naas Hubbusy-Syahawaat:
Dijadikan kecintaan kepda apa yang disukai (syahawaat). Yang trsebut
dalam ayat ini menjelaskan bahwa apa yang ada pada mausia seolah-olah
sesuatu yang indah sehingga mereka tidak melihatnya sebagai sasuatu
yang buru dan jelek.
َّ ‫ )ٱل‬Asy-Syahwaat: Kata Syahwaat adalah bentuk jama’ dari kata
ِّ ‫ش َه َٰ َو‬
(‫ت‬
Syahwah yang artinya sesuatu yang diingini dan disukai secara alami dan
insting seperti makanan yang lezat dan minuman yang segar.
َ ‫ٱ ْل ُمقَن‬
(‫ط َر‬ ِّ ‫)ٱ ْلقَ َٰ َن ِّط‬
‫ير‬ Al-Qanathiiril-Muqantharati: Al-Qinthaar adalah
ukuran berat yaituseribu seratus uqiyah perak. Al-Muqantharah: banyak
sekali bertumbuk-tumpuk.

َ ‫ٱ ْل ُم‬
(‫س َّو َم ِّة‬ ‫) َوٱ ْل َخ ْي ِّل‬ Al-Khailil-Musawwamah: kuda yang punya tanda
istimewa dan sangat indah yang dipersiapkan sebagai kendaraan untuk
berperang dan berjiad.

ِّ ‫ )ٱ ْل َح ْر‬Al-An’aam: Onta, lembu dan kambing yang biasa disebut


(‫ث‬
binatang ternak.

(‫ٱلدُّ ْن َيا‬ ِّ‫) َٰذَلِّكَ َم َٰتَ ُع ٱ ْل َح َي َٰوة‬ Dzaalika Mataa’ul Hayaatid-Dun-yaa: Semua
yang tersebut dalam ayat ini berupa wanita, anak-anak dan seterusnya, itu
semua adalah kesenangan hidup duniawi, dimana setiap orang
menikmatinya di dunia, lalu setelah itu ia mati dan meninggalkanya.7

3. Kandungan Hukum dan Hikmahnya Ayat


Pada surat Al-Imran ayat 14, mengandung bahwa menjadikan
kecintaan pada jiwa mereka pada sesuatu tanpa melihat adanya kejelekan
dan cela padanya. Selanjutnya adalah keinginan yang bersifat alami,
seperti nafsu makan dan minum. Kemudian harta yang banyak, bisa

7
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, (Jakarta: Darus Sunnah Press,
2017), hlm.45-46

14
berupa emas dan perak. Dan juga kuda-kuda pilihan yang dijadikan
tunggangan dalam peperangan. Dan binatang ternak semisal sapi, kambing
onta dan lain-lain, adapun sawah diladang sebagi tempat pertanian.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy menyatakan bahwa
Allahta’ala mengkhabarkan kepada kita bahwa Dia telah menghiasi bagi
manusia kecintaan kepada dunia, khususnya pada harta benda yang telah
disebutkan dalam ayat ini, karena semua itu adalah sebesar-besar syahwat
(keinginan) sedangkan yang lain hanya mengikutinya.8

D. Q.S An-Nisa: 5

ُ ‫ار ُزقُ ْو ُه ْم ِّف ْي َها َوا ْك‬


‫س ْو ُه ْم‬ ‫سفَ َه ۤا َء ا َ ْم َوالَ ُك ُم الَّ ِّت ْي َج َع َل ه‬
ْ ‫ّٰللاُ لَ ُك ْم ِّق َٰي ًما َّو‬ ُّ ‫َو ََل تُؤْ تُوا ال‬
‫َوقُ ْولُ ْوا َل ُه ْم قَ ْو ًَل َّم ْع ُر ْو ًفا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik”.9

1. Kata Kunci Ayat dan Makna


Kata kunci ayat ini merupakan Allah “melarang para wali
meyerahkan harta mereka yang belum sempurna akalnya agar harta itu
tidak habis atau binasa”. Hal itu, karena Allah menjadikan harta sebagai
penopang hamba-hamba-Nya untuk maslahat dunia mereka maupun
agama, mereka yang belum sempurna akalnya tidak dapat mengatur
hartanya dan menjaganya.
Maksudnya ayat ini menjelaskan larangan menyerahkan harta
mereka bila mereka belum mampu mengurus. Dan janganlah kalian
serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, yaitu anak yatim
atau orang dewasa yang belum mampu mengurus, harta mereka yang ada
dalam kekuasaan kalian yang dijadikan Allah sebagi pokok kehidupan,

8
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm.44
9
Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 196

15
penyangga hidup, penopang urusan, dan penunjang berbagai keinginan
dalam kehidupan ini. Sebab, dalam kondisi seperti itu mereka akan
menghabiskan harta tersebut secara sia-sia. Oleh karena itu, wali mereka
yang bertindak mengeluarkan untuk sesuatu yang darurat (penting) atau
dibutuhkan mereka baik terkait dengan agama maupun dunia.
Disandarkannya harta kepada para wali sebagai isyarat wajibnya bagi para
wali memberlakukan harta anak yatim sebagimana mereka
memberlakukan harta mereka dengan menjaganya, bertindak tepat dan
tidak membawa kepada hal-hal yang berbahaya.10

2. Uraian Ayat
۟ ‫)ل ت ُؤْ ت‬
(‫ُوا‬ َ Laa Tu’tuu: Jangan memberikan.
(‫سفَ َها َٰٓ َء‬
ُّ ‫ )ٱل‬As-Sufahaa’a: Kata As-Sufahaa’a adalah bentuk jama’ dari kata
Safiih, yakni orang yang tidak bisa bertindak bijaksana dalam mengurus
harta.
(‫ ) ِق َي ًما‬Qiyaaman: Apa yang menjadi landasan segala sesuatu. Harta
dijadikan Allah sebagai landasan; pokok kehidupan manusia dan
kemaslahatannya, baik untk dunia ataupun agamanya.
(‫ )قَ ْو ًل َّم ْع ُروفًا‬Qaulan Ma’ruufan: Perkataan yang menyenangkan hati dan
tidak menyebabkan sedih ataupun marah.11

3. Kandungan Hukum dan Hikmah Ayat


Harta akan dapat terkelola dengan baik, apabila berada pada tangan
yang tepat. Seperti pada firman Allah surat An-Nisa: 5
Ayat tersebut mengandung bahwa Allah Ta’ala melarang memberikan
kemungkinan kepda sufaha untuk mengeloala harta kekayaan yang
dijadikan Allah sebagai poko kehidupan bagi manusia; harta yang

10
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm. 43
11
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, (Jakarta: Darus Sunnah Press,
2017), hlm. 309-310

16
diandalkan untuk menopang penghidupan mereka, seperti perdagangan
dan semacamnya. Larangan itulah yang menjadi dasar perlindungan atas
sufaha yang terdiri atas sufaha yang terdiri atas beberapa macam.
Sufaha dapat berupa anak kecil. Ia harus dilarang mengelola
hartanya karena pertimbangan tidak dapat dijadikan patokan. Sufaha dapat
berupa orang gila dan orang yang tidak cakap dalam mengelola harta
lantaran kurang ilmu pengetahuan dan agamanya. Sufaha dapat berupa
orang yang muflis, yaitu orang yang berhutang dan hartanya tidak
mencukupi untuk membayar hutang. Jika orang yang berpiutang menagih
kepada yang berhutang, maka hakim melarangnya menggunakan hartanya.
Konsep yang terkandung dalam ayat tersebut adalah:
a. Harta terbaik seorang muslim adalah harta yang mapu menjaga
agamnaya dari fitnah.
b. Harta harus didapatkan secara halal.
c. Harta harus dijadikan sebagai pokok kehidupan (qiyaman).
d. Harta harus berfungsi ekonomis, yakni memenuhi kebutuhan hidup.
e. Harta harus berfungsi sosial, yakni sebagi sarana saling membantu
kebutuhan hidup bagi yang tidak mampu memenuhinya.12

12
Adz Dzahab, “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 6 No. 1, 2021, hlm. 44

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harta adalah suatu aset kekayaan kebendaan yang dibutuhkan, dicari, dan
di miliki oleh manusia. Harta juga sangat berguna bagi semua orang., karena
dengan harta kekayaan manusia dapat memenuhi segala kebutuhan baik yang
diinginkan atau yang sedang di butuhkan. Harta dapat menjadi kebahagiaan
dunia dan akhirat apabila digunakan dalam hal yang benar, sebaliknya jika
digunakan dalam halnya pisau terkadang pisau dapat menolongdan terkadang
dapat membunuh.
Menurut al-Qur’an, Allah adalah pemilik mutlak harta. Harta sebaga milik
pribadi seseorang dimaksudkan untuk mengarahkan sifat dan sikap manusia
dalam mencari, memiliki, dan mempergunakannya pada jalan yang benar.
Harta sebagai milik bersama dimaksudkan bahwa semua manusia mempunyai
kesempatan untuk mencari harta, tidak seorang pun diberikan hak untuk
mempersempit peredaran harta dalam linkungan manusia, dan dalam setiap
harta seseorang, terdapat bagian orang lain.

B. Saran
Setelah dijelaskan mengenai materi tentang konsep harta, diharapkan para
pembaca dapat memahami isi dari materi tersebut dan bisa menambah ilmu
pengetahuan lebih dalam tentang konsep harta.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dzahab, Adz. “Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam. vol.6, no. 1 (2021): 44.
Shihab,M.Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Mahalili, dkk. 2018. Tafsir Jalalain. Jakarta: Ummul Qura.
Hamka. 2015. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Gema Insani.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 2017. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. Jakarta: Darus
Sunnah Press.
Hasan, Abdul Halim. 2011. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai