Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIMBINGAN DAN KOMUNIKASI HAJI DAN

UMROH

“MELONTAR JUMRAH”

Dosen Pengampu :

Syahidin, Lc., MA. Hum

Disusun Oleh:

Ilma Ramadhani Putri 2111170005

Kesya Dwi Sartika 2111170006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO


BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang mana telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW., yang kita nanti-nantikan syafa’at nya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah MELONTAR JUMRAH.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-
besar nya.

Bengkulu, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan .......................................................................................... 3

A. Definisi Melontar Jumrah ....................................................................... 3


B. Hukum Melontar Jumrah ........................................................................ 4
C. Macam-Macam Melontar Jumrah ........................................................... 5
D. Waktu Melontar Jumrah ......................................................................... 5
E. Masalah Terkait Melontar Jumrah .......................................................... 6

Bab III Penutup ............................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................ 9
B. Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rukun ialah suatu yang harus dikerjakan dan haji tidak sah, tanpa rukun
tersebut. Rukun tidak dapat diganti dengan Dam (denda), yaitu
menyembelih binatang. Wajib ialah suatu yang harus dikerjakan, dan haji
tetap sah, bila wajib haji itu tidak dilaksanakan dan boleh diganti dengan
Dam (denda). Melontar jumrah adalah salah satu wajib haji.
Jumrah berarti tempat pelemparan yang didirikan untuk memperingati
Nabi Ibrahim as., yang digoda oleh syaitan agar tidak melaksanakan
perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail as. Tiga kali beliau
digoda dan tiga tempat pula beliau melemparkan batu kepada syaitan
sebagaimana yang diperintahkan dan dibimbing langsung oleh malaikat.
Ditempat beliau melempar inilah yang kemudian tugu-tugu dengan Jumrah
Ula, Wustha, dan Aqabah. Untuk memudahkan jamaah, pemerintah Arab
Saudi membangun jalan lebar dua lantai, sehingga ketiga jumrah tersebut
mudah dicapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi melontar jumrah?
2. Bagaimana hukum melontar jumrah?
3. Sebutkan macam-macam melontar jumrah?
4. Kapan waktu melontar jumrah?
5. Apa masalah terkait melontar jumrah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi melontar jumrah.
2. Untuk mengetehui hukum melontar jumrah.

1
3. Untuk mengetahui macam-macam melontar jumrah.
4. Untuk mengetahui waktu melontar jumrah.
5. Untuk mengetahui masalah terkait melontar jumrah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Melontar Jumrah


Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah sebuah kegiatan yang
merupakan bagian dari ibadah haji tahunan ke kota suci Mekkah, Arab
Saudi. Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang yang
berada dalam satu tempat bernama kompleks Jembatan Jumrah, di kota
Mina yang terletak sebelah timur Mekkah. Para jemaah mengumpulkan
batu-batuan tersebut dari tanah di hamparan Muzdalifah dan
meleparkannya. Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan dalam rangkaian
kegiatan-kegiatan ritual yang harus dilakukan pada saat melaksanakan
ibadah haji, dan umumnya menarik jumlah peserta yang sangat besar
(mencapai lebih dari sejuta jemaah). Ini adalah pemeragaan simbolis haji
Nabi Ibrahim, dimana dia melemparkan batu ke tiga tiang yang
merpresentasikan godaan untuk tidak mematuhi Allah. 1 Berdasarkan sudut
pandang fikih, jika yang dimaksud ‘jamrah’ adalah tiang-tiang yang
dipasang pada jamarat, terkenanya batu padanya merupakan syarat sahnya
pelemparan atau lontaran jumrah, dan jika yang dimaksud ‘jamrah’ adalah
tempat dari tiang-tiang yang mana batu-batu kerikil tertumpuk atau
terkumpul di sana, terkenanya batu ke tiang-tiang tersebut tidak
diharuskan.
Pada Idul Adha (hari ke-10 Dzulhijjah), jamaah haji harus melontar
jumrah aqabah/Al-Jamrah Al-Aqaba dengan tujuh batu kerikil. Setelah
pelontaran selesai, setiap jamaah harus memotong atau mencukur
rambutnya.2 Kemudian, pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, mereka harus
melontar jumrah ula, jumrah wusta, dan jumrah aqabah dengan masing-

1
“Hari Terakhir Jemaah Haji di Mekkah”. VOA Indonesia. Diakses tanggal 2021-12-05
2
“ Day 3: 10th of Dhul Hijjah | Hajj & Umrah Planner”. hajjumrahplanner.com. Diakses tanggal
2017-04-07.

3
masing tujuh batu kerikil, secara berurutan. Biasanya, kerikil yang
digunakan diambil di Muzdalifah, pada malam sebelum pelontaran
pertama, namun juga bisa diambil di Mina.
Pelemparan pada setiap jumrah yang dilakukan dengan cara melempar
batu masing-masing tujuh kali itu terkandung maksud bahwa rasa benci
dan permusuhan terhadap setan dan seluruh pengikutnya adalah abadi.
Mereka adalah musuh abadi bagi seluruh umat manusia. Semua perilaku
syaitan harus dijauhi manusia, yang mengajak ke jalan kesesatan. Dengan
melontar jumrah diharapkan perilaku buruk hilang dalam diri seseorang
dan dapat digantikan dengan perilaku yang baik.3

B. Hukum Melontar Jumrah


Dikutip dari buku Rujukan Utama Haji dan Umrah untuk Wanita karya
Dr. Ablah Muhammad al-Kahlawi, ahli fiqh sepakat bahwa lempar jumrah
termasuk wajib haji yang jika ditinggalkan tidak akan sampai
menggugurkan ibadah haji, tapi hanya menuntut pembayaran Dam. Hal ini
berdasarkan pada riwayat Jabir, “ Aku pernah melihat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melempar jumrah sambil mengendarai unta.
Beliau lalu bersabda, ‘Wahai umat manusia, ambilah tata-tata ibadah haji
kalian dariku karena aku tidak pernah mengetahui apakah setelah ini aku
bisa berhaji lagi atau tidak’.” (HR. Ahmad dan al-Nasa’i).
Hukum melontar jumrah adalah wajib dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pada hari Nahar (10 Dzulhijah) melontar jumrah Aqabah. Apabila tidak
melontar jumrah Aqabah pada hari Nahar dan tidak mengqadha pada hari-
hari tasyri’ maka wajib membayar Dam.
Pada hari-hari tasyri’ (11, 12, dan 13 Dzulhijah) melontar ketiga jumrah
(Ula , Wustha, dan Aqabah). Apabila sama sekali tidak melontarkannya
pada hari-hari tersebut maka wajib membayar fidyah satu Mud dan apabila

3
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005)

4
meninggalkan dua hari (bagi yang Nafar Tsani) wajib membayar fidyah
dua Mud. Bagi yang udzur atau dikhwatirkan mendapat masyaqah karena
keadaan yang sangat padat dapat diwakilkan kepada orang lain.
C. Macam-Macam Melontar Jumrah
Ada tiga macam melontar/melempar jumroh, yaitu:
 Jumrah Ula adalah jumrah terdekat ke masjid Khaif dan paling jauhnya
jumrah ke arah Mekkah.
 Jumrah Wustha, berada di antara jumrah Ula dan Aqabah, yang
sebelumnya hanya merupakan satu pilar, tetapi dengan adanya sebuah
perubahan pada tahun 1425 H maka ia berubah bentuk menjadi satu
dinding sepanjang 25 meter dan lebar satu meter.
 Jumrah Aqabah adalah jumrah terdekat ke arah Mekah. Jumrah
Aqabah berada di pertengahan gunung dan pelemparan jumrah tersebut
dilakukan pada sisi yang tampak. Pada tahun 1376, gunung
dihancurkan dan di daerah sekitar pelemparan Jumrah dipugar
(memperbaiki kembali) menjadi ruangan terbuka dan pada perubahan
terakhir pada tahun 1425 H, tempat pelemparan jumrah berubah
bentuk menjadi sebuah dinding yang memiliki panjang 25 meter dan
lebar satu meter. Jumrah Aqabah juga sering disebut dengan nama
semacam "Jumrah Qushwa", "Jumrah Kubra", "Jumrah Uzma", "
Jumrah Akhirah", "Jumrah 'Ulya" dan "Jumrah Tsalitsah".
D. Waktu Melontar Jumrah
Pelemparan/melontar Jumrah dilakukan pada hari Idul Adha dan dua
hari setelahnya. Waktu pelemparan Jumrah menurut masyhur dimulai dari
terbit matahari hingga senja, dikecualikan bagi mereka yang memiliki
halangan atau udzur dari melempar jumrah seperti mereka yang sakit dan
berumur.4
Pelemparan Jumrah pada hari Idul Adha, setelah selesai melaksanakan
wukuf di Masy'aril Haram atau Muzdalifah dan para jamaah haji sudah

4
Manasik Haji, masalah 996, masalah 997. https://id.wikishia.net/view/Melempar_Jumrah

5
memasuki Mina, pertama kali yang mereka lempar adalah Jumrah Aqabah
dan kemudian berkorban dan dilanjutkan dengan mencukur habis atau
memendekkan rambut. Pada setiap pelemparan harus dengan 7 batu kerikil
(dilempar satu persatu) dengan tangan dan jika dimungkinkan hendaknya
dia yakin bahwa lemparannya itu mengenai tembok jumrah.
Pelemparan Jumrah pada Hari-Hari Tasyriq, Para jamaah haji melempar
jumrah di hari kesebelas dan juga kedua belas secara berurutan dari
Jumrah Ula, Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah. Mereka memiliki
kesempatan untuk melaksanakan amalan ini sejak matahari terbit sampai
terbenam. Jika pada malam ketiga belas juga berada di Mina, maka pada
hari ketiga belas harus melempar ketiga jumrah tersebut.
Pelemparan Jumrah Untuk Perempuan, Para wanita dan perempuan
dapat melakukan wukuf di Masy'aril Haram pada malam hari Idul Adha
(kurban) dan setelah memasuki tanah Mina, dapat langsung melaksanakan
pelemparan Jumrah Aqabah hari Idul Kurban pada malam harinya. Tetapi
untuk pelemparan jumrah setelahnya harus dilakukan pada siang hari
kecuali dikarenakan keramaian atau uzur lainnya yang tidak dapat
melakukan pelemparan pada siang hari dimana dalam keadaan seperti ini
maka dilazimkan baginya untuk melakukan pelemparan jumrah pada
malam hari.
 Waktu melontar jumrah Aqabah pada hari nahar mulai setelah lewat
tengah malam sampai subuh tanggal 11 dzulhijjah.
 Melempar jumrah pada hari tasyri’ dilakukan setelah tergelincir
matahari hingga terbenam matahari. Dalam hal yang dirasa mengalami
kesulitan dapat dilakukan pada saat terbenam matahari hingga subuh.
Bagi yang nafar tsani, dibolehkan melontar sebelum dzuhur jika
hendak meninggalkan Mina sebelum dzuhur.
E. Masalah Terkait Melontar Jumrah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata kepadaku di pagi hari
Aqabah (10 Dzulhijah) saat beliau menunggang hewan tunggangannya,
‘Berikan dan pungutkan untukku (batu untuk melontar).’ Maka dia

6
berkata, ‘Maka aku pungutkan untuknya beberapa batu seukuran batu yang
dapat dijentikkan. Lalu beliau genggam dengan telapak tangannya.” Lalu
beliau bersabda, “Dengan batu sepeti inilah hendaknya kalian melontar.
Hati-hatilah kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan), sesungguhnya yang
membinasakan orang sebelum kalian adalah ghuluw dalam beragama.”
(Dinyatakan shahih olah Al-Albany dalam Shahih Ibnu Majah, no. 2455).
Kekeliruan yang dilakukan sejumlah jamaah haji saat melontar jumrah
ada beberapa, di antaranya:
1. Sebagian orang mengira bahwa melontar tidak sah kecuali dengan batu
yang berasal dari Muzdalifah. Karena itu Anda akan dapatkan mereka
menyulitkan dirinya untuk mencari batu di Muzdalifah sebelum
berangkat ke Mina. Ini adala keyakinan keliru. Batu dapat diambil
dimana saja, di Muzdalifah, Mina, dan dari mana saja. Yang penting
dia adalah batu kerikil.
2. Sebagian orang, jika memungut batu, dia mencucinya. Apakah karena
hati-hati, khawatir ada orang yang kencing di atasnya, atau dengan niat
membersihkannya, karena dia mengira apabila batunya bersih, maka
dia lebih utama. Kesimpulannya, mencuci batu untuk melontar jumrah
adalah bid’ah, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak
melakukannya. Beribadah dengan sesuatu yang tidak dilakukan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam merupakan bid’ah. Jikapun
hal itu dilakukan bukan berdasarkan ibadah, maka itu merupakan
kebodohan dan menyia-nyiakan waktu.
3. Sebagian orang menganggap remeh dan tidak peduli, apakah batunya
jatuh ke tempat melontar atau tidak? Jika batunya tidak masuk ke
kubangan pelontaran, maka lontarannya tidak dianggap sah. Cukup
perkiraan kuat saja bahwa batu telah masuk kubangan pelontaran, tidak
disyaratkan yakin. Karena yakin dalam masalah ini sulit. Jika yakin
sulit diwujudkan maka cukup perkiraan kuat saja.
4. Sebagian orang mengira bahwa batunya harus mengenai tiang yang
terdapat di tempat pelontaran. Ini keliru, karena tidak disyariatkan batu

7
harus mengenai tiang tersebut. Sebab tiang tersebut dibuat hanya untuk
menjadi tanda kubangan tempat jatuhnya batu.
5. Di antara kekeliruan besar adalah bahwa sebagian orang menganggap
remeh perkara melontar. Lalu dia mewakilkannya kepada orang lain,
padahal dirinya mampu melakukannya. Ini kekeliruan besar, karena
melontar termasuk syiar manasik haji. Allah Ta’ala berfirman :

ۗ ‫ِ ٰلِلِ َو ْالعُ ْم َرةَ ْال َحج َواَتِ ُّموا‬


“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-
Baqarah:196)
Hal ini mencakup agar kita menyempurnakan haji dengan seluruh
syiar-syiarnya. Jamaah haji harus melakukannya sendiri langsung,
tidak boleh mewakilkannya kepada siapa pun.
Kesimpulannya, menganggap remeh masalah ini, yaitu mewakilkan
orang lain untuk melontar jumrah kecuali orang yang uzur tidak
mampu untuk melontar, merupakan kesalahan besar. Karena dia
menganggap remeh masalah ibadah dan enggan melakukan perkara
wajib.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jumrah berarti tempat pelemparan yang didirikan untuk memperingati
Nabi Ibrahim as., yang digoda oleh syaitan agar tidak melaksanakan
perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail as. Tiga kali beliau
digoda dan tiga tempat pula beliau melemparkan batu kepada syaitan
sebagaimana yang diperintahkan dan dibimbing langsung oleh Malaikat.
Ditempat beliau melempar inilah yang kemudian tugu-tugu dengan nama
jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah. Untuk memudahkan jamaah,
pemerintah Arab Saudi membangun jalan lebar dua lantai, sehingga ketiga
jumrah tersebut mudah dicapai.
B. Saran
Demikian, makalah yang telah kami buat ini jauh dari kata sempurna.
Kami dari pihak penulis menerima kritik dan saran dari saudara mengenai
makalah di atas. Atas waktu dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hari Terakhir Jemaah Haji di Mekkah”. VOA Indonesia. Diakses tanggal 2021-
12-05

Day 3: 10th of Dhul Hijjah | Hajj & Umrah Planner”. hajjumrahplanner.com.


Diakses tanggal 2017-04-07.

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005)

Manasik Haji, masalah 996, masalah 997.


https://id.wikishia.net/view/Melempar_Jumrah

10

Anda mungkin juga menyukai