Kelompok 3 :
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah makalah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah yang berisi tentang
“Akuntansi Penghimpunan Dana”.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Penyusun,
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan Syariah menggunakan instrument
yang sama dengan penghimpun dana pada perbankan konvensional, yaitu instrument
giro, tabunagan dan deposito. Ketga jenis instrument ini biasa disebut dengan istilah
Dana Pihak Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang sama,
mekanisme keja masing-masing instrument penghimpunan pada bank Syariah
bebeda dengan instrument penghimpun bank konvensional. Perbedaan mendasar
mekanisme kerja instrument penghimpunan dana Syariah terletak pada tidak adanya
bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional dalam memberikan
keuntungan kepada nasabah.
Ketentuan tentang larangan haramnya menggunakan mekanisme bunga bagi
bank Syariah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa DSN
Nomor 1 tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan dan Nomo 3 tentang Deposito.
Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan mekanisme alternative yang
dibnarkan prisip Syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Giro, disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan bedasarkan prinsip
Syariah adalah giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.
Selanjutnya, berdasarkan fatwa DSN Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tabungan,
mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank Syariah adalah tabungan yang
berdasarkan prinsip mudaraah dan wadiah. Adapun untuk deposit, dinyatakan dalam
fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito
yang berdasarkan prinsip mudharabah. Oleh karena mekanisme penghimpunan dana
pihak ketiga hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi
hasil), secara teori pengklasifikasian penghimpunan dana di bank Syariah
didasarkan pada penghimpunan berdasarkan wadiah dan penghimpunan berdasarkan
mudharabah.
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tabungan yang sesuai dengan prinsip syariah?
b. Jelaskan mengenai Akuntansi Tabungan Mudharabah!
c. Jelaskan mengenai Akuntansi Tabungan Wadiah!
d. Apa yang dimaksud dengan giro yang sesuai dengan prinsip syariah?
e. Jelaskan mengenai Akuntansi Giro Wadiah!
f. Jelaskan mengenai Akuntansi Giro Mudharabah!
g. Apa yang dimaksud dengan deposito yang sesuai dengan prinsip syariah?
h. Jelaskan mengenai Akuntansi Deposito Mudharabah!
i. Jelaskan mengenai penyajian penghimpunan dana
j. Pengungkapan transaksi penghimpunan dana!
C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui mengenai apa itu Tabungan yang sesuai dengan prinsip syariah.
b. Mengetahui apa itu Akuntansi Tabungan Mudharabah.
c. Mengetahui apa itu Akuntansi Tabungan Wadiah.
d. Mengetahui mengetahui apa itu giro yang sesuai dengan prinsip syariah.
e. Mengetahui apa itu Akuntansi Giro Wadiah.
f. Mengetahui apa itu Akuntansi Giro Mudharabah.
g. Mengetahui mengenai apa itu Deposito yang sesuai dengan prinsip syariah.
h. Mengetahui apa itu Akuntansi Deposito Mudharabah.
i. Menyajikan mengenai penyajian Penghimpunan Dana
j. Pengungkapan transaksi penghimpunan dana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabungan
Adapun pengertian tabungan sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 ayat (21) yang menyatakan bahwa,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.1 Hal ini sejalan dengan fatwa DSN Nomor 2 Tahun
2000 tentang Tabungan, mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank syariah
adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil) dan wadiah
(titipan). 2
Tabungan sendiri merupakan salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh
masyarakat untuk menyimpan uangnya karena tabungan merupakan jenis simpanan
yang dapat dibuka dengan persyaratan yang sangat mudah. Setoran awal rekening
tabungan juga rendah, sehingga terjangkau oleh masyarakat luas.3
Perbedaan menabung di Banl Syariah dengan bank konvensiaonal, yaitu:
pertama, terletak pada akadnya. Pada Bank Syariah semua transaksi harus
berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Sedangkan pada bank konvensional,
transaksi pembukuan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan
perjanjian titipan, namun perjanjian titipan ini tidak mengikuti prinsip maupun dalam
muamalah syariah. Kedua, terletak pada imbalan yang diberikan. Pada bank syariah
menggunakan pendekatan profit sharing, artinya keuntungan yang didapatkan dari
pembiayaan dibagi dua, untuk biaya nasabah berdasarkan perjanjian pembagian
1
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (21).
2
Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 100.
3
Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta: Prenadamedia Group,
2010), h. 48.
3
keuntungan. Sedangkan bank konvensional menggunakan konsep biaya untuk
menghitung keuntungan, artinya bunga yang dijanjikan dimuka kepada nasabah
penabung merupakan ongkos yang harus dibayar oleh bank. Ketiga, terletak pada
sasaran kredit atau pembiayaan. Pada bank syariah penyaluran pembiayaan yang
akan diberikan harus memiliki kriteria-kriteria syariah, disamping pertimbangan-
pertimbangan keuntungan. Sedangkan di bank konvensional di salurkan kepada
semua bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut, bahkan sering terjadi
dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek milik group perusahaan
bank tersebut.4
4
Feby Ayu Amalia, “Investasi Tabungan Di Bank Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah”. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol. 4, No. 1 (Juni 2019), h. 75.
5
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori
dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 101.
6
Ibid.
4
Syariah (BPS) sebesar Rp1.500.000
Ursila menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari
31 Jun 20XA
BMS sebesar Rp20.000
➢ Untuk transaksi yang bersifat transfer antar kantor, dalam praktik perbankan bisa
digunakan rekening sementara dengan nama rekening antarkantor (RAK),
seperti dapat dilihat pada jurnal traksaksi tanggal 8 Juni.
➢ Untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda, biasanya
diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak
bank yang ditunjuk oelh Bank Indonesia. Mekanisme ini biasa disebut dengan
7
Ibid.
5
kliring. Pada transaksi kliring, semua penerimaan dari atau pembayaran kepada
bank lain dilakukan melalui rekening giro pada Bank Indonesia, seperti yang
terlihat pada jurnal transaksi tanggal 17 Juni.
2. Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah8
Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer dari rekening lain
pada bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya
administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank. Sebagai contoh kasus:
Ursila, nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang
07 Jun 20XA Yogyakarta menarik tunai tabungan mudharabah
sebesar Rp1.500.000
Ursila mentransfer sebesar Rp500.000 dari
11 Jun 20XA rekeningnya ke rekening tabungan nasabah BMS
cabang Solo.
Ursila mentransfer sebesar Rp250.000 dari
14 Jun 20XA rekeningnya ke rekening giro nasabah Bank Syariah
Muhammadiyah (BSM).
Potongan tabungan mudharabah Ursila untuk
administrasi tabungan sebesar Rp2.000 dan pajak
31 Jun 20XA sebesar Rp4.000 (20% dari bagi hasil yang diterima
sebesar Rp20.000 pada transaksi kasus transaksi
pertambahan tabungan mudharabah di atas).
Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
04/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 1.500.000
Kr Kas 1.500.000
8
Ibid, h. 102.
6
11/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 500.000
Kr RAK Cabang Solo 500.000
14/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 250.000
Kr Giro pada Bank
250.000
Indonesia
31/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 2.000
Pendapatan administrasi
2.000
tab. Mudharabah
Db Tab. mudharabah – Ursila 4.000
Titipan kas negara – pajak
4.000
tabungan*
*Pajak PPh Pasal 4 (2) atas bungan atau pendapatan yang dapat disamakan
dengan itu (bagi hasil atau bonus transaksi perbankan syariah) adalah sebesar
20% dan dimasukkan dalam rekening titipan kas negara.
9
Ibid.
10
Ibid, h. 103.
11
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, h. 11.2.
7
Kr. Giro/tabungan Wadiah
2. Pada saat penarikan
Db. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan
3. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah
Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah
Kr. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kewajiban pajak penghasilan
12
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta:
LPFE Usakti, 2010), h. 96-
13
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 103.
8
Db Beban Bonus Tab. 20.000
wadiah
Kr Tab.Wadiah -- 20.000
01/08/08 Haniya
Db Tabungan Wadiah 4.000
Kr Titipan kas negara 4.000
– pajak tabungan
D. Pengertian Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan.14 Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah.15
1. Giro wadiah
Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu
ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.16 Dalam transaksi giro wadiah, nasabah bentindak sebagai
penitip dana (mudi’) dan bank bertindak sebagai penerima dana titipan
(muda’). Bank berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggung jawab
atas pengembaliannya bila sewaktu-waktu ditarik oleh nasabah pemilik
titipan. Keuntungan atas pengelolaan dana titipan tersebut menjadi milik
bank.17
2. Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah instrumen penghimpunan dana melalui produk giro
yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudhrabah adalah akad yang
14
Ibid.
15
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 1 Tahun 2000.
16
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, h. 11.1.
17
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 104.
9
digunakan dalam perjanjian anatar pihak penanam dana dan pihak pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang elah disepakati sebelumnya. 18
18
Ibid, h. 105.
10
Kr Giro Wadiah --
35.000.000
Thariq
05/03/XA Db RAK Cabang Solo 5.000.000
Kr Giro Wadiah --
5.000.000
Thariq
10/03/XA Db Giro pada Bank
15.000.000
Indonesia
Kr Giro Wadiah --
15.000.000
Thariq
31/03/XA Db Beban Bonus Giro
50.000
wadiah
Kr Giro Wadiah --
50.000
Thariq
19
Ibid.
11
lain sebesar Rp10.000.000
Dipotong giro wadiah Thariq untuk administrasi
giro wadiah sebesar Rp15.000 dan untuk pajak
31 Maret 20XA
sebesar Rp10.000 (20% dari bonus giro wadiah
yang diterima sebesar Rp50.000)
20
Ibid, h. 106.
12
Sebagai contoh:
Pada tanggal 5 Maret 20XA Haniya, nasabah giro mudharabah Bank Peduli
Syariah (BPS), menerima imbalan bagi hasil atas rekening gironya sebesar
Rp45.000. dengan demikian jurnalnya yaitu:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/03/XA Db Hak pihak ketiga atas bagi
45.000
hasil
Kr Giro Mudharabah –
45.000
Haniya
05/03/XA Db Giro Mudharabah --
9.000
Haniya
Kr Tititpan kas negara –
9.000
pajak giro
21
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (22).
22
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 106.
13
nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan mengurangi
keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.23
Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
01/09/XA Db Kas 5.000.000
23
Ibid.
14
Kr Deposito Mudharabah –
5.000.000
Bunda Dolly
30/09/XA Db Hak Pihak Ke-3 atas bagi hasil
15.000.000
– deposito mudharabah*
Kr Bagi hasil belum
15.000.000
dibagikan – deposito
04/10/XA Db Bagi hasil belum dibagikan --
40.000
deposito
Kr Tabungan mudharabah –
32.000
Bunda Dolly**
Kr Titipan Kas Negara –
8.000
pajak Deposito
05/10/XA Db Deposito Mudharabah – Bunda
5.000.000
Dolly
Kr Kas 5.000.000
* Hak pihak ke-3 bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar
setiap bulan. Terdapat dua alternatif: pertama, dicadangkan sebagaian besar total
bagi hasil yang akan dibayarkan selama satu bulan penuh pada bulan jatuh tempo.
Kedua, dicadangkan sebesar posrsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir
pencatatan. Kemudian saat pembayaran bagi hasil saat jatuh tempo, mengakui
adanya tambahan hak pihak ke-3 (biaya bagi hasil).
** Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan
dengan bagi hasil deposito. Pada tabungan, bank memasukan semua bagi hasil untuk
tabungan terlebih dahulu sebelum memotong pajak PPh Pasal 4 (2) agar nasabah bisa
melihat besar masing-masing bagi hasil dan pajak. Adapun bagi hasil deposito yang
disalurkan kepada nasabah bersifat neto karena sudah dipotong langsung.
15
sebagai berikut: 1. dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan
memisahkan antara dana mudharabah yang berasal dari bank dan yang berasal dari
bukan bank. 2. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban
segera. 3. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode
tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. untuk
penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyatakan bahwa
saldo simpanan wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing
bentuk simpanan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian tabungan sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 ayat (21) yang menyatakan bahwa,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari
pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi dana syirkah temporer diukur nilai tercatatnya : 1.
Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah dan 2. Transaksi Pengurangan
Tabungan Mudharabah
3. Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan
mudharabah. Perbedaannya adalah dalam hal insentif yang diterima oleh
nasabah
4. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah.
5. Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Deposito adalah
Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank
Syariah dan/atau UUS.
17
DAFTAR PUSTAKA
18