Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

Dosen Pengampu : Arifa Kurniawan, S.E, M.S.A

Kelompok 3 :

Alda Siska Dewi (2051030284)

Indah Ayu Permata S. (2051030028)

Jhodi Wiraputra (2051030259)

Ulul Habibah (2051030174)

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Akuntansi Syariah
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah makalah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah yang berisi tentang
“Akuntansi Penghimpunan Dana”.

Sholawat serta salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah selanjutnya.

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 03 Maret 2022

Penyusun,

Alda Siska Dewi, dkk

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Tabungan ............................................................................ 3
B. Akuntansi Tabungan Mudharabah........................................................ 5
C. Akuntansi Tabungan Wadiah .............................................................. 9
D. Pengertian Giro .................................................................................... 11
E. Akuntansi Giro Wadiah ....................................................................... 12
F. Akuntansi Giro Mudharabah ............................................................... 15
G. Pengertian Deposito (Prinsip Syariah) ................................................ 16
H. Akuntansi Deposito Mudharabah ........................................................ 17
I. Penyajian Transaksi Penghimpunan Dana .......................................... 19
J. Pengungkapan Transaksi Penghimpunan Dana ................................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21


A. Kesimpulan ........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan Syariah menggunakan instrument
yang sama dengan penghimpun dana pada perbankan konvensional, yaitu instrument
giro, tabunagan dan deposito. Ketga jenis instrument ini biasa disebut dengan istilah
Dana Pihak Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang sama,
mekanisme keja masing-masing instrument penghimpunan pada bank Syariah
bebeda dengan instrument penghimpun bank konvensional. Perbedaan mendasar
mekanisme kerja instrument penghimpunan dana Syariah terletak pada tidak adanya
bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional dalam memberikan
keuntungan kepada nasabah.
Ketentuan tentang larangan haramnya menggunakan mekanisme bunga bagi
bank Syariah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa DSN
Nomor 1 tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan dan Nomo 3 tentang Deposito.
Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan mekanisme alternative yang
dibnarkan prisip Syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Giro, disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan bedasarkan prinsip
Syariah adalah giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.
Selanjutnya, berdasarkan fatwa DSN Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tabungan,
mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank Syariah adalah tabungan yang
berdasarkan prinsip mudaraah dan wadiah. Adapun untuk deposit, dinyatakan dalam
fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito
yang berdasarkan prinsip mudharabah. Oleh karena mekanisme penghimpunan dana
pihak ketiga hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi
hasil), secara teori pengklasifikasian penghimpunan dana di bank Syariah
didasarkan pada penghimpunan berdasarkan wadiah dan penghimpunan berdasarkan
mudharabah.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tabungan yang sesuai dengan prinsip syariah?
b. Jelaskan mengenai Akuntansi Tabungan Mudharabah!
c. Jelaskan mengenai Akuntansi Tabungan Wadiah!
d. Apa yang dimaksud dengan giro yang sesuai dengan prinsip syariah?
e. Jelaskan mengenai Akuntansi Giro Wadiah!
f. Jelaskan mengenai Akuntansi Giro Mudharabah!
g. Apa yang dimaksud dengan deposito yang sesuai dengan prinsip syariah?
h. Jelaskan mengenai Akuntansi Deposito Mudharabah!
i. Jelaskan mengenai penyajian penghimpunan dana
j. Pengungkapan transaksi penghimpunan dana!

C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui mengenai apa itu Tabungan yang sesuai dengan prinsip syariah.
b. Mengetahui apa itu Akuntansi Tabungan Mudharabah.
c. Mengetahui apa itu Akuntansi Tabungan Wadiah.
d. Mengetahui mengetahui apa itu giro yang sesuai dengan prinsip syariah.
e. Mengetahui apa itu Akuntansi Giro Wadiah.
f. Mengetahui apa itu Akuntansi Giro Mudharabah.
g. Mengetahui mengenai apa itu Deposito yang sesuai dengan prinsip syariah.
h. Mengetahui apa itu Akuntansi Deposito Mudharabah.
i. Menyajikan mengenai penyajian Penghimpunan Dana
j. Pengungkapan transaksi penghimpunan dana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tabungan
Adapun pengertian tabungan sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 ayat (21) yang menyatakan bahwa,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.1 Hal ini sejalan dengan fatwa DSN Nomor 2 Tahun
2000 tentang Tabungan, mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank syariah
adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil) dan wadiah
(titipan). 2
Tabungan sendiri merupakan salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh
masyarakat untuk menyimpan uangnya karena tabungan merupakan jenis simpanan
yang dapat dibuka dengan persyaratan yang sangat mudah. Setoran awal rekening
tabungan juga rendah, sehingga terjangkau oleh masyarakat luas.3
Perbedaan menabung di Banl Syariah dengan bank konvensiaonal, yaitu:
pertama, terletak pada akadnya. Pada Bank Syariah semua transaksi harus
berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Sedangkan pada bank konvensional,
transaksi pembukuan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan
perjanjian titipan, namun perjanjian titipan ini tidak mengikuti prinsip maupun dalam
muamalah syariah. Kedua, terletak pada imbalan yang diberikan. Pada bank syariah
menggunakan pendekatan profit sharing, artinya keuntungan yang didapatkan dari
pembiayaan dibagi dua, untuk biaya nasabah berdasarkan perjanjian pembagian

1
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (21).
2
Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 100.
3
Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta: Prenadamedia Group,
2010), h. 48.

3
keuntungan. Sedangkan bank konvensional menggunakan konsep biaya untuk
menghitung keuntungan, artinya bunga yang dijanjikan dimuka kepada nasabah
penabung merupakan ongkos yang harus dibayar oleh bank. Ketiga, terletak pada
sasaran kredit atau pembiayaan. Pada bank syariah penyaluran pembiayaan yang
akan diberikan harus memiliki kriteria-kriteria syariah, disamping pertimbangan-
pertimbangan keuntungan. Sedangkan di bank konvensional di salurkan kepada
semua bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut, bahkan sering terjadi
dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek milik group perusahaan
bank tersebut.4

B. Akuntansi Tabungan Mudharabah


Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari
pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi dana syirkah temporer diukur nilai tercatatnya.5
1. Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah6
Beberapa traksaksi terkaid tabungan mudharabah dapat mengakibatkan
bertambahnya saldo tabungan. Transaksi tersebut antara lain adalah setoran tunai
nasabah, transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah, transfer dari bank
lain ke rekening nasabah, dan penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening
nasabah. Sebagai contoh:
Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta
02 Jun 20XA menerima setoran tunai pembukaan tabungan
mudharabah atas nama Ursila sebesar Rp3.500.000
Ursila menerima transfer dari nasabah BMS cabang
08 Jun 20XA
Solo sebesar Rp500.000
17 Jun 20XA Ursila menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli

4
Feby Ayu Amalia, “Investasi Tabungan Di Bank Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah”. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol. 4, No. 1 (Juni 2019), h. 75.
5
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori
dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 101.
6
Ibid.

4
Syariah (BPS) sebesar Rp1.500.000
Ursila menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari
31 Jun 20XA
BMS sebesar Rp20.000

Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut.7

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/06/XA Db Kas 3.500.000
Kr Tab. mudharabah -
3.500.000
- Ursila
08/06/XA Db RAK Cabang Solo* 500.000
Kr Tab. mudharabah -
500.000
- Ursila
17/06/XA Db Giro pada Bank
1.500.000
Indonesia
Kr Tab. mudharabah -
1.500.000
- Ursila
31/06/XA Db Hal pihak ketiga atas
20.000
bagi hasil
Kr Tab. mudharabah -
20.000
- Ursila
*RAK (Rekening Antarkantor) juga dicatat di cabang yang mengirim.

➢ Untuk transaksi yang bersifat transfer antar kantor, dalam praktik perbankan bisa
digunakan rekening sementara dengan nama rekening antarkantor (RAK),
seperti dapat dilihat pada jurnal traksaksi tanggal 8 Juni.
➢ Untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda, biasanya
diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak
bank yang ditunjuk oelh Bank Indonesia. Mekanisme ini biasa disebut dengan

7
Ibid.

5
kliring. Pada transaksi kliring, semua penerimaan dari atau pembayaran kepada
bank lain dilakukan melalui rekening giro pada Bank Indonesia, seperti yang
terlihat pada jurnal transaksi tanggal 17 Juni.
2. Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah8
Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer dari rekening lain
pada bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya
administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank. Sebagai contoh kasus:
Ursila, nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang
07 Jun 20XA Yogyakarta menarik tunai tabungan mudharabah
sebesar Rp1.500.000
Ursila mentransfer sebesar Rp500.000 dari
11 Jun 20XA rekeningnya ke rekening tabungan nasabah BMS
cabang Solo.
Ursila mentransfer sebesar Rp250.000 dari
14 Jun 20XA rekeningnya ke rekening giro nasabah Bank Syariah
Muhammadiyah (BSM).
Potongan tabungan mudharabah Ursila untuk
administrasi tabungan sebesar Rp2.000 dan pajak
31 Jun 20XA sebesar Rp4.000 (20% dari bagi hasil yang diterima
sebesar Rp20.000 pada transaksi kasus transaksi
pertambahan tabungan mudharabah di atas).

Jurnal untuk transaksi di atas sebagai berikut.

Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
04/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 1.500.000
Kr Kas 1.500.000

8
Ibid, h. 102.

6
11/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 500.000
Kr RAK Cabang Solo 500.000
14/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 250.000
Kr Giro pada Bank
250.000
Indonesia
31/06/XA Db Tab. mudharabah – Ursila 2.000
Pendapatan administrasi
2.000
tab. Mudharabah
Db Tab. mudharabah – Ursila 4.000
Titipan kas negara – pajak
4.000
tabungan*
*Pajak PPh Pasal 4 (2) atas bungan atau pendapatan yang dapat disamakan
dengan itu (bagi hasil atau bonus transaksi perbankan syariah) adalah sebesar
20% dan dimasukkan dalam rekening titipan kas negara.

C. Akuntansi Tabungan Wadiah


Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan
mudharabah. Perbedaannya adalah dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah.9
Berdasarkan PAPSI 2013, tabungan wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau
10
penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. Setoran tabungan yang diterima
secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan wadiah melalui kliring
diakui setelah efektif diterima. Nasabah tabungan wadiah yang menerima insentif
dalam bentuk bonus wadiah. Berdasarkan PAPSI 2013 transaksi pemberian bonus
atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Berdasarkan ilustrasi jurnal pada PAPSI 201311, traksaksi yang terjadi dalam
tabungan wadiah dapat diilustrasikan sebagai berikut.
1. Pada saat penerimaan titipan
Db. Kas/kliring/pemindahbukuan

9
Ibid.
10
Ibid, h. 103.
11
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, h. 11.2.

7
Kr. Giro/tabungan Wadiah
2. Pada saat penarikan
Db. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan
3. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah
Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah
Kr. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kewajiban pajak penghasilan

Sebagai contoh kasus tabungan wadiah:12


• Pada tanggal 01 Agustus 2008 diterima setoran tunai pembukaan
tabungan/giro wadiah atas nama Qohar sebesar Rp20.000.000.
Maka jurnalnya:
Db Kas 20.000.000
01/08/08 Kr Tab.Wadiah -- 20.000.000
Qohar

• Pada tanggal 05 Agustus 2008 Qohar melakukan penarikan tunai melalui


ATM sebesar Rp2.000.000.
Maka jurnalnya yaitu:
Db Tab. Wadiah – Qohar 2.000.000
01/08/08
Kr Kas 2.000.000

• Pada tanggal 5 Maret 20XA, Haniya nasabah tabungan wadiah Bank


Peduli Syariah (BPS) menerima bonus wadiah sebesar Rp20.000 dan
potongan pajak Rp4.000.
Maka jurnalnya sebagai berikut:13

12
Sofyan Safri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta:
LPFE Usakti, 2010), h. 96-
13
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 103.

8
Db Beban Bonus Tab. 20.000
wadiah
Kr Tab.Wadiah -- 20.000
01/08/08 Haniya
Db Tabungan Wadiah 4.000
Kr Titipan kas negara 4.000
– pajak tabungan

D. Pengertian Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan.14 Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah.15
1. Giro wadiah
Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu
ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.16 Dalam transaksi giro wadiah, nasabah bentindak sebagai
penitip dana (mudi’) dan bank bertindak sebagai penerima dana titipan
(muda’). Bank berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggung jawab
atas pengembaliannya bila sewaktu-waktu ditarik oleh nasabah pemilik
titipan. Keuntungan atas pengelolaan dana titipan tersebut menjadi milik
bank.17
2. Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah instrumen penghimpunan dana melalui produk giro
yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudhrabah adalah akad yang

14
Ibid.
15
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 1 Tahun 2000.
16
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, h. 11.1.
17
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 104.

9
digunakan dalam perjanjian anatar pihak penanam dana dan pihak pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang elah disepakati sebelumnya. 18

E. Akuntansi Giro Wadiah


1. Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah
Rekening Giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai,
transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama,
penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank,
dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.
Berikut adalah contoh ilustrasi kasus yang mengakibatkan rekenening giro
wadiah bertambah.
Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta
01 Maret 20XA menerima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas
nama Thariq sebesar Rp35.000.000
Thariq menerima transfer dari BMS cabang Solo
05 Maret 20XA
sebesar Rp5.000.000
Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank
Peduli Syariah (BPS) yang pernah membeli sesuatu
10 Maret 20XA dari Thariq seharga Rp15.000.000. Bilyet giro
tersebut dicairkan oleh Thariq untuk dimasukkan ke
rekening giro wadiah Thariq di BMS.
Thariq menerima bonus giro wadiah dari BMS
31 Maret 20XA
sebesar Rp50.000

Jurnal untuk transaksi di atas yaitu:


Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
01/03/XA Db Kas 35.000.000

18
Ibid, h. 105.

10
Kr Giro Wadiah --
35.000.000
Thariq
05/03/XA Db RAK Cabang Solo 5.000.000
Kr Giro Wadiah --
5.000.000
Thariq
10/03/XA Db Giro pada Bank
15.000.000
Indonesia
Kr Giro Wadiah --
15.000.000
Thariq
31/03/XA Db Beban Bonus Giro
50.000
wadiah
Kr Giro Wadiah --
50.000
Thariq

2. Transaksi Pengurangan Giro Wadiah


Beberapa transaksi dapat berakibat terjadinya pengurangan saldo giro
wadiah, antara lain yaitu penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk
ditukarkan secara tunai, penarikan bilyet giro untuk ditransfer ke cabang lain
bank yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan
pajak tabungan.19 Berikut adalah contoh ilustrasi transaksi yang mengakibatkan
berkurangnya rekening giro wadiah nasabah.
Thariq menggunakan cek untuk mencairkan dana di
03 Maret 20XA rekening giro wadiahnya di Bank Murni Syariah
(BMS) secara tunai sebesar Rp12.000.000.
Thariq menggunakan bilyet giro untuk mentransfer
07 Maret 20XA sejumlah dana ke nasabah giro wadiah BMS cabang
Jakarta sebesar Rp5.000.000.
Thariq menggunakan bilyet giro untuk pembayaran
12 Maret 20XA
pembelian sebuah mesin kepada nasabah giro bank

19
Ibid.

11
lain sebesar Rp10.000.000
Dipotong giro wadiah Thariq untuk administrasi
giro wadiah sebesar Rp15.000 dan untuk pajak
31 Maret 20XA
sebesar Rp10.000 (20% dari bonus giro wadiah
yang diterima sebesar Rp50.000)

Jurnal untuk transaksi diatas yaitu :


Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
01/03/XA Db Giro Wadiah -- Thariq 12.000.000
Kr Kas 12.000.000
05/03/XA Db Giro Wadiah -- Thariq 5.000.000
Kr RAK Cabang
5.000.000
Jakarta
10/03/XA Db Giro Wadiah -- Thariq 10.000.000
Kr Giro pada Bank
10.000.000
Indonesia
31/03/XA Db Giro Wadiah -- Thariq 15.000
Kr Pendapatan
15.000
administrasi giro wadiah
Db Giro Wadiah -- Thariq 10.000
Kr Titipan kas
10.000
negara – pajak giro

F. Akuntansi Giro Mudharabah


Akuntansi giro mudharabah pada prinsipnya sama dengan akuntansi giro
wadiah. Perbedaannya sama seperti pembahasan sebelumnya yaitu pada insentif
yang diterima nasabah. 20

20
Ibid, h. 106.

12
Sebagai contoh:
Pada tanggal 5 Maret 20XA Haniya, nasabah giro mudharabah Bank Peduli
Syariah (BPS), menerima imbalan bagi hasil atas rekening gironya sebesar
Rp45.000. dengan demikian jurnalnya yaitu:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/03/XA Db Hak pihak ketiga atas bagi
45.000
hasil
Kr Giro Mudharabah –
45.000
Haniya
05/03/XA Db Giro Mudharabah --
9.000
Haniya
Kr Tititpan kas negara –
9.000
pajak giro

G. Pengertian Deposito (Prinsip Syariah)


Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Deposito
adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah
dan/atau UUS.21 Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Dalam transaksi prinsip ini, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul
maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Sebagai mudharib, bak
dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk bermudharabah dengan pihak lain.22
Modal yang didepositokan harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
Sebagai mudharib, bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan

21
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (22).
22
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Edisi 2) (Jakarta: Salemba Empat, 2021), h. 106.

13
nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan mengurangi
keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.23

H. Akuntansi Deposito Mudharabah


Untuk memberikan gambaran, berikut merupakan contoh ilustrasi transaksi
deposito mudharabah.
Bank Murni Syariah (BMS) menerima setoran atas
01 Sep nama Bunda Dolly Rp5.000.000 sebagai investasi
20XA deposito mudharabah untuk jangka satu bulan dengan
nisbah 60% untuk nasabah dan 40% untuk BMS.
Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi
30 Sept
hasil yang akan dibayar untuk kelompok deposito
20XA
mudharabah adalah sebesar Rp15.000.000
Dibayarkan bagi hasil deposito mudhrabah kepada
Bunda Dolly sebesar Rp40.000 dan atas pembayaran
04 Okt
tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran
20XA
bagi hasil dilakukan ke rekening tabungan
mudharabah atas nama pemilik yang sama*
05 Okt Tbunda Dolly mencairkan deposito mudharabah.
20XA Pencairan dilakukan secara tunai.
*Dalam praktik perbankan, bagi hasil deposito dapat dibayarkan ke berbagai
rekening sesuai permintaan nasabah deposito, antara lain kke tabungan mudharabah,
giro wadiah, penambah saldo deposito periode berikut, atau rekening nasabah di
bank lain.

Jurnal untuk traksaksi kasus di atas adalah:

Kredit
Tanggal Rekening Debit (Rp)
(Rp)
01/09/XA Db Kas 5.000.000

23
Ibid.

14
Kr Deposito Mudharabah –
5.000.000
Bunda Dolly
30/09/XA Db Hak Pihak Ke-3 atas bagi hasil
15.000.000
– deposito mudharabah*
Kr Bagi hasil belum
15.000.000
dibagikan – deposito
04/10/XA Db Bagi hasil belum dibagikan --
40.000
deposito
Kr Tabungan mudharabah –
32.000
Bunda Dolly**
Kr Titipan Kas Negara –
8.000
pajak Deposito
05/10/XA Db Deposito Mudharabah – Bunda
5.000.000
Dolly
Kr Kas 5.000.000
* Hak pihak ke-3 bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar
setiap bulan. Terdapat dua alternatif: pertama, dicadangkan sebagaian besar total
bagi hasil yang akan dibayarkan selama satu bulan penuh pada bulan jatuh tempo.
Kedua, dicadangkan sebesar posrsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir
pencatatan. Kemudian saat pembayaran bagi hasil saat jatuh tempo, mengakui
adanya tambahan hak pihak ke-3 (biaya bagi hasil).
** Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan
dengan bagi hasil deposito. Pada tabungan, bank memasukan semua bagi hasil untuk
tabungan terlebih dahulu sebelum memotong pajak PPh Pasal 4 (2) agar nasabah bisa
melihat besar masing-masing bagi hasil dan pajak. Adapun bagi hasil deposito yang
disalurkan kepada nasabah bersifat neto karena sudah dipotong langsung.

I. Penyajian Transaksi Penghimpunan Dana


Penyajian akun yang berkaitan dengan transaksi penghimpunan dana didasarkan
pada akad yang digunakan . berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.13), terdapat beberapa
akun yang berkaitan dengan penghimpunan dana dengan akad mudharabah disajikan

15
sebagai berikut: 1. dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan
memisahkan antara dana mudharabah yang berasal dari bank dan yang berasal dari
bukan bank. 2. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban
segera. 3. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode
tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. untuk
penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyatakan bahwa
saldo simpanan wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing
bentuk simpanan.

J. Pengungkapan Transaksi Penghimpunan Dana


Berdasarkan PASPSI (h. 5.14-15), untuk dana yang dihimpun dengan skema
mudharabah harus mengungkapkan: 1. isi kesepakatan utama akad mudharabah
berupa porsi dana dan pembagian hasil usaha. 2. rincian dana mudharabah yang
diterima berdasarkan: a. jenis mudharabah( mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayadah) b. pemilik dana mudharabah (bank dan bukan bank) c. jenis mata uang
dana mudharabah( rupiah dan valuta asing) 3. rincian dana mudharabah yang
disalurkan berdasarkan: a. sumber dana mudharabah yang berasal dari mudharabah
mutlaqah dan mudharabah muqayyadah b. penerimaan dana mudharabah bank dan
bukan bank syariah c. jenis mata uang yang digunakan rupiah dan valuta asing 4.
pihak-pihak yang berelasi ,baik nasabah,( pemilik dana ,shahibul maal) atau nasabah
penerima Penyaluran dana mudharabah. 5. jumlah simpanan yang diblokir untuk
tujuan tertentu antara lain sebagai jaminan pembiayaan dan atau transaksi perbankan
syariah lainnya.
Untuk penghimpunan dengan skema wadiah,PAPSI 2013 (h. 11.2) menyebutkan
hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. rincian simpanan mengenai: a. jumlah
dan jenis simpanan ,termasuk pihak berelasi. b. jumlah simpanan yang diblokir untuk
tujuan tertentu. 2. pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian tabungan sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 ayat (21) yang menyatakan bahwa,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari
pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi dana syirkah temporer diukur nilai tercatatnya : 1.
Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah dan 2. Transaksi Pengurangan
Tabungan Mudharabah
3. Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan
mudharabah. Perbedaannya adalah dalam hal insentif yang diterima oleh
nasabah
4. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah.
5. Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Deposito adalah
Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank
Syariah dan/atau UUS.

17
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga Aji, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba


Empat, 2021.
Feby Ayu Amalia, Investasi Tabungan Di Bank Syariah Dalam Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Juni 2019
Ismail, Akuntansi Bank, Jakarta: Prenadamedia Group, 2010.
OJK, “Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah”. (Online),
tesedia di : https://www.ojk.go.id/waspada-investasi/id/regulasi/Pages/Undang-
Undang-Nomor-21-Tahun-2008-Tentang-Perbankan-Syariah.aspx.
Safri Sofyan, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta: LPFE
Usakti, 2010.
Yaya Rizal, Aji Erlangga , Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta:
Salemba Empat, 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai