Anda di halaman 1dari 12

HADIST TENTANG SYIRKAH

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Hukum Bisnis Islam

Dosen pengampu :

Dr. H. M. Ridlwan Hambali, Lc., MA

Disusun Oleh :

Yulia Indahsari (201955020400821)

Ataya Safa Nabila (201955020400818)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kasih
sayang, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hadist
Hukum Bisnis Islam dengan tema “Hadist tentang Syirkah”.

Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik
dan sesuai dengan harapan kami semua,walaupun dalam membuat makalah ini kami mengalami
kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki.

Oleh karna ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H.M. Ridlwan
Hambali, Lc, M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah Hadist Hukum Bisnis Islam. Dan juga
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.

Bojonegoro, 27 Maret 2021

Tim penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A.    Latar Belakang.....................................................................................................................4
B.     Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C.     Tujuan Penelitian.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A.    Pengertian Syirkah...............................................................................................................5
B.     Ayat-ayat yang membahas syirkah......................................................................................5
C.     Hadist yang membahas syirkah...........................................................................................7
KESIMPULAN..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam aspek pengetahuan yang sekarang ini, telah banyak pembahasan tentang suatu
hukum ekonomi khususnya ekonomi islam. perekonomian kaitannya dengan hubungan antara
manusia yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Dimana dalam kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari manusia yang lain karena saling membutuhkan satu sama lain. Terkadang masih
banyak masyarakat yang melakukan salah satu bentuk transaksi seperti syirkah yang akan
dibahas dalam makalah ini, belum mengetahui ayat-ayat dan hadis yang membahas tentang
syirkah.
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam
hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bisa dikatakan bahwa Syirkah adalah persekutuan usaha yang menjadi milik
bersama antara dua orang atau lebih.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Syirkah?
2.      Bagaimana tafsir ayat yang membahas tentang syirkah?
3.      Bagaimana tafsir hadis yang membahas tentang syirkah?

C. Tujuan Penelitian
1.      Untuk menjelaskan pengertian dari Syirkah
2.      Untuk mendeskripsikan tafsir ayat yang membahas tentang Syirkah
3.      Untuk mendeskripsikan tafsir hadis yang membahas tentang Syirkah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirkah
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il
mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau
syarikat (kamus al Munawar). Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah berarti mencampurkan
dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya,
(An-Nabhani).
Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtilåth (percampuran) atau persekutuan dua hal atau
lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau
syirkah usaha. Dalam kamus hukum, musyarakah berarti serikat dagang, kongsi, perseroan,
persekutuan.1 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, syirkah, musyawarah dan syarikah, dalam
bahasa Arab berarti persekutuan, perkongsian dan perkumpulan. Sedangkan dalam istilah
fiqh, syirkah berarti persekutuan atau perkongsian antara dua orang atau lebih untuk
melakukan usaha bersama dengan tujuan memperoleh keuntungan.2
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau kompensasi,
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. Musyarakah adalah akad kerjasama atau usaha patungan antara
dua/lebih pemilik modal atau ahliah, untuk melaksanakan suatu jenis usaha yang halal dan
produktif.
Beberapa pengertian syirkah secara terminologis yang disampaikan oleh ahli fiqih
Mazhab empat adalah sebagai berikut :
1. Menurut ahli fiqih Hanafiyah, syirkah adalah : akad antara pihak-pihak yang berserikat

dalam hal modal dan keuntungan.

2. Menurut ahli fiqih Malikiyah, syirkah adalah kebolehan (atau izin) bertasharruf bagi

1
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 285
2
Harun Nasution, (eds), Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 907

5
masing-masing pihak yang berserikat. Maksudnya masing-masing pihak saling

memberikan izin kepada pihak lain dalam mentasharrufkan harta (obyek) syirkah.

3. Menurut ahli fiqih Syafi‟iyyah, syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua

pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan.3

B. Ayat-ayat yang membahas syirkah

ِ ‫واالصالِح‬
‫ات‬ ِ
َ َّ ُ‫آمنُوا َو َعمل‬
ِ َّ
َ ‫ض إِاَّل الذ‬
َ ‫ين‬ ُ ‫َوإِ َّن َكثِ ًيرا ِم َن الْ ُخلَطَ ِاء لَيَْب ِغي َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم َعلَ ٰى َب ْع‬

Artinya:
“ Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh” (Q.S. shaad: 24)
Maksud dari ayat diatas bahwa, Ayat ini merujuk pada dibolehkannya praktik akad
musyarakah. Lafadz “al-khulatha” dalam ayat ini bisa diartikan saling bersekutu/partnership,
bersekutu dalam konteks ini adalah kerjasama dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha
perniagaan. Berdasarkan pemahaman ini, jelas sekali bahwa pembiayaan musyarakah
mendapat legalitas dari syariah.
Orang-orang yang benar-benar memperhatikan hak orang lain dalam persekutuan dan
pertemanan serta tidak melakukan sedikit pun kezaliman pada teman-temannya hanya sedikit
jumlahnya. Hanya orang-orang yang cukup modal keimanan dan amal salehnya saja yang
pada umumnya begitu memperhatikan hak-hak temannya dan orang-orang yang mereka kenal
dengan cara sempurna dan adil.
Ayat di atas menunjukkan perkenaan dan pengakuan Allah SWT. akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta dalam QS. Shad: 24 terjadi atas dasar akad (Ikhtiyari).
Firman Allah dalam surat Al-Ma’idah ayat 2:

َّ ‫َوَت َع َاونُوا َعلَى الْبِ ِّر َو‬


‫ َواَل َت َع َاونُوا َعلَى اإْلِ ثْ ِم َوالْعُ ْد َوا ۚ ِن‬  ۖ ‫الت ْق َو ٰى‬
Artinya:

3
Ghufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 192

6
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. ...”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua perbuatan dan sikap hidup membawa
kebaikan kepada seseorang (individu) atau kelompok masyarakat digolongkan kepada
perbuatan baik dan taqwa dengan syarat perbuatan tersebut didasari dengan niat yang ikhlas.
Tolong menolong (syirkah al-ta’awun) merupakan satu bentuk perkongsian, dan harapan
bahwa semua pribadi muslim adalah sosok yang bisa berguna / menjadi partner bersama-sama
dengan muslim lainnya.
Allah SWT telah berfirman agar manusia saling tolong menolong dan bersama-sama
berusaha untuk suatu tujuan yang baik , dengan kata lain Musyarakah adalah sebuah bentuk
usaha atas dasar saling tolong-menolong antara sesama manusia dengan tujuan mendapatkan
profit/laba, oleh sebab itu Prinsip dari musyarakah ini sangat dianjurkan dalam agama Islam.

Firman Allah SWT. dalam surat al-Anfal ayat 41 yaitu:

َّ ‫ول َولِ ِذي الْ ُق ْربَ ٰى َوالْيَتَ َام ٰى َوال َْم َساكِي ِن َوابْ ِن‬
ِ ِ‫السب‬
‫يل إِ ْن‬ ِ ‫لر ُس‬ َّ ‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما غَنِ ْمتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَأ‬
َّ ِ‫َن لِلَّ ِه ُخ ُم َسهُ َول‬

‫ َواللَّهُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬  ۗ ‫ان‬


ِ ‫ان يوم الَْت َقى الْجمع‬
ََْ
ِ ِ ِ
َ ْ َ َ‫آم ْنتُ ْم بِاللَّه َو َما أَْن َزلْنَا َعلَ ٰى َع ْبدنَا َي ْو َم الْ ُف ْرق‬
َ ‫ُك ْنتُ ْم‬
Artinya:
“ Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”

            Pembahasan dari ayat diatas adalah Kata ghanimah dalam ayat tersebut adalah


rampasan perang yang diperoleh kaum muslimin bersama-sama dan dijadikan
harta syirkah  dengan pembagian yang adil menurut ketentuan syari’at Islam dengan
memperhatikan jenis dan usaha yang dikembangkan. 
           
C. Hadis yang membahas Syirkah

7
ُ ِ‫ أَنا ثَال‬:‫ال اللَّهُ تَعالى‬
‫ث‬ َ َ‫ "ق‬:‫صلّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلّم‬
َ ‫ول اهلل‬
ُ ‫قال َر ُس‬ ِ ‫َعن أَبي ُهريْرةَ ر‬
َ :‫ض َي اللَّهُ َع ْنهُ قال‬ َ َ ْ

‫ت ِم ْن َب ْينِ ِه َما‬ ِ ‫"الش ِري َكي ِن ما لَم ي ُخن أَح ُدهما ص‬


ُ ‫ فَإذا َخا َن َخ َر ْج‬،ُ‫احبَه‬ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َّ

‫ْحاكِ ُم‬
َ ‫ص ّح َحهُ ال‬
َ ‫داو َد َو‬
ُ ‫ر َواهُ أبو‬.
َ
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah pernah bersabda Allah telah
berfirman: “Aku menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang dari
keduanya tidak mengkhianati yang lain. Bila salah seorang berkhianat, maka Aku akan
keluar dari kemitrausahaan mereka”.(HR. Abu Daud)

Kajian Kebahasaan:

َ ‫الش ِري‬
a.    ‫ك ْين‬ َّ ُ ِ‫أَنَا ثَال‬
‫ث‬
Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang bermitrausaha. Maksudnya: “Aku (Allah)
akan selalu menyertai keduanya dengan memberikan pertolongan, bimbingan dan  berkah
terhadap perniagaan keduanya”
ِ‫ص‬
b.   ‫احبَه‬ ‫َح ُد ُه َما‬
َ َ ‫َم يَ ُخ ْن أ‬
ْ ‫َما ل‬
Selama salah seorang dari kedua pihak yang bermitrausaha itu tidak mengkhianati
mitrausahanya, dengan berbagai bentuk pengkhianatan yang berpotensi merugikan atau
berakibat pada kerugian mitra usahanya.

c.    ُ‫خانَه‬
َ ‫فَِإ َذا‬
Jika salah seorang dari keduanya berkhianat, dengan – misalnya — berbuat curang atau
melakukan manipulasi yang berpotensi atau berakibat pada kerugian mitrausahanya.

d.   ‫َب ْينِ ِه َما‬ ‫ت ِم ْن‬


ُ ‫َخ َر ْج‬
Aku (Allah) pasti akan keluar (maksudnya membiarkan dengan tidak memberikan
pertolongan, bimbingan dan berkah) kepada kemitrausahaan keduanya.

Maksud Hadis

8
Apabila dua pihak melakukan akad (kontrak) kemitrausahaan dengan berbagai macam
bentuknya, maka Allah akan memberikan dukungan penuh kepada kedua pihak tersebut selama
keduanya memegang amanah masing-masing dan tidak mengkhianati janjinya. Bila salah
seorang dari keduanya tidak memiliki komitmen lagi terhadap (isi) perjanian yang telah
disepakati dalam akad (kontraknya), maka Allah akan berlepas diri dari kemitrausahaan
keduanya, dengan mencabut kepedulian-Nya untuk mendukung usaha mereka. Sehingga usaha
mereka selamanya tidak akan mendapatkan pertolongan, bimbingan dan barakah-Nya.

          Maka, Berdasarkan sumber hukum diatas maka secara ijma para ulama sepakat bahwa
hukum syirkah yaitu boleh.Makna Hadits itu ialah bahwa Allah bersama keduanya dalam
pemeliharaannya, pengawasannya, dalam bantuan dan pertolongan kepada keduanya dalam
pengembangan harta keduanya dan Allah menurunkan berkah pada perdagangan keduanya.
Apabila terjadi pengkhianatan salah satu dari keduanya, maka akan dicabut berkah dari harta
keduanya. Jadi dalam hadits tersebut terkandung anjuran kerjasama tanpa ada pengkhianatan
serta ancaman Allah terhadap orang yang mengadakan persekutuan yang terdapat pengkhianatan
antara kedua belah pihak.

Adapun yang pelajaran yang terkandung dalam hadis tersebut antara lain:
1.   Kerja sama dalam usaha bisnis adalah suatu usaha terpuji dan diridhai oleh Allah.
2.  Allah memberikan berkah kepada orang yang suka bersekutu dalam usaha bisnis selama
semua orang yang bersekutu itu sama-sama ikhlas, jujur, dan rukun.
3.  Orang yang menghianati temannya dalam persekutuan usaha itu dibenci oleh Allah.

Hadis yang bersumber dari As Said, diriwayatkanoleh Abu Daud

‫اهلِيَّ ِةفَ ُك ْنتَ َخ ْي َر َش ِريْ ٍكالَتُ َدا ِريْنِْي َوالَتُ َما ِريْنِ ْي‬
ِ ‫ُك ْنت َش ِري ِك ِيفيالْج‬
َ ْ َ
Dari Saib ra bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Engkau pernah menjadi kongsiku
pada (zaman) jahiliyah, (ketika itu) engkau adalah kongsiku yang paling baik. Engkau tidak
menyelisihku, dan tidak berbantah-bantahan denganku.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1853
dan Ibnu Majah II: 768 no: 2287).

9
Para ahli fiqih membagi syirkah menjadi empat bagian dan mereka menjelaskan syirkah
dan cabang-cabangnya ini secara panjang dalam kitab-kitab fiqih. Adapun macam-macam
syirkah adalah:
a. Syirkah al ‘Inan
Syirkah al ‘Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan modal dan berpartisipasi dalam kerja.
b. Syirkah al Mufawadlah
Syirkah al Mufawadlah adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih,
setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja.
c. Syirkah al A’maal
Syirkah al-A’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima
perkerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
d. Syirkah al Wujuh
Syirkah al Wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise yang baik secara ahli dalam bisnis.

10
KESIMPULAN

Musyarakah adalah akad kerjasama atau usaha patungan antara dua/lebih pemilik modal
atau ahliah, untuk melaksanakan suatu jenis usaha yang halal dan produktif.
Surat As Shaad ayat 24, dalam ayat ini bisa diartikan saling bersekutu/partnership,
bersekutu dalam konteks ini adalah kerjasama dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha
perniagaan. Kedua, Al Ma’idah ayat 2, ayat tersebut menjelaskan bahwa tolong menolong
(syirkah al-ta’awun) merupakan satu bentuk perkongsian. Ketiga, Al Anfal ayat 41,
kata ghanimah dalam ayat tersebut adalah rampasan perang yang diperoleh kaum muslimin
bersama-sama dan dijadikan harta syirkah  dengan pembagian yang adil menurut ketentuan
syari’at Islam. Keempat, Dari Abu Hurairah r.a, Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah
SWT akan menurunkan barakah pada harta mereka, memberi pengawasan dan pertolongan
kepada mereka dan mengurus terpeliharanya atas harta mereka selama dalam perkongsian itu
tidak ada pengkhianatan tetapi apabila ada pengkhianatan maka Allah SWT akan mencabut
barakah dari harta tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Allamah, Kamal Faqih Imani, 2010, Tafsir Nurul Qur’an, Jakarta: Al-Huda, Cetakan I


Djuwaini, Dimyauddin, 2010, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan
II
https://ustadzahliblog.wordpress.com/2012/05/30/tafsir-surat-al-maidah-ayat-2/
http://freyacatatanku.blogspot.sg/2012/12/syirkah.html
Muhammad, Abubakar, 1995, Hadits Tarbiyah,  Surabaya: Al-Ikhlas, Cetakan I
Syafii,Antonio, 2002, Bank Syariah dari  Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani

12

Anda mungkin juga menyukai