Anda di halaman 1dari 17

1

Manajemen Syariah

“Pengawasan Dalam Manajemen Syariah”

Dosen Pengampu : Noorikha Pandayahesti Saputeri, M.E.

Disusun oleh :

1. Azizah Zubaidah S
2. Dafa Faturachman
3. Diyah Anggraeni
4. Frengki Wijaya
5. Jelly Trisnawati
6. Khairunnisaa
Kelas B

Manajemen Bisnis Syariah

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

TA. 2017/2018
2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengawasan Dalam Pandangan Islam..............................................................4-5

b. Pengawasan Pada Zaman Raulullah SAW.......................................................5-9

c. Pengawasan Langsung Di Bank Syariah......................................................10-13

d. Pengawasan Terhadap Orang Yang Tidak Seagama.........................................13

e. Cara Pengawasan Dan Kunci Pengawasan........................................................14

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan........................................................................................................15

b. Kritik dan saran.................................................................................................15

c. Daftar Pustaka..............................................................................................16-17
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengawasan dalam suatu organisasi atau kelompok memilii peranan penting
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk menjamin dan
mengusahakan agar semua pelaksanaan dapat berlangsung serta berhasil sesuai
dengan apa yang direncanakan diperlukan pengawasan agar tujuan tercapai
sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam Islam, pengawasan lebih ditujukan
kepada kesadaran dalam diri sendiri tentang keyakinan bahwa Allah SWT.
Selalu mengawasi kita, sehingga takut untuk melakukan kecurangan. Dan juga
kesadaran dari luar, dimana ada orang lain yang mengawasi kinerja kita,
seorang pemimpin harus mampu mengawasi semua kinerja dari karyawanmya
agar tujuan dari sebuah organisasi dapat tercapai sebagaimana yang telah
direncanakan. Fungsi utama pengawasan ialah untuk memastikan setiap
pegawai yang memiliki tanggung jawab dapat melaksanakannya dengan sebaik
mungkin. Kinerja mereka dikontrol dengan sistem operasional dan prosedur
yang berlaku, sehingga kesalahan dan penyimpangan yang terjadi dapat di
atasi.
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengawasan Dalam Pandangan Islam


Secara bahasa pengawasan berasal dari bahasa inggris yaitu “controlling” yang
berarti pengawasan, dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) pengawasan
disebut pengendalian berarti proses, cara, perbuatan mengendalikan,
pengekangan, pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil
dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil
pengawasan.1
Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak
lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.
Pengawasan (control) dalam ajaran Islam (hukum syariah), terbagi menjadi dua
hal.
1. Kontrol yang berdasar dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan
keimanan kepada Allah swt. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti
mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika dia sendiri,
ia yakin bahwa Allah yang kedua dan ketika berdua, ia yakin Allah yang
ketiga. Ini adalah kontrol yang paling efektif yang berasal dari dalam diri
sendiri. Ada sebuah hadits yang mengatakan,

... ‫اتق هللا حيثما كنت‬


“Bertakwalah Anda kepada Allah, dimanapun Anda berada”
Takwa tidak mengenal tempat. Takwaa bukan sekedar di masjid, bukan
sekedar di atas sejadah, namun juga ketika beraktivitas. Takwa semacam
inilah yang mampu menjadi kontrol yang paling efektif. Takwa seperti ini
hanya mungkin tercapai jika para manajer bersma-sama dengan para
karyawan, melakukan kegiatan-kegiatan ibadah secara intensif.

1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.708.
5

Intinya bagaimana menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Itulah


yang disebut dengan kontrol yang sangat kuat yang berasal dari dalam diri
dan bukan semata-mata dari luar.
2. Sebuah pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan tersebut juga
dilakukan dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan itu dapat terdiri atas
mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian
tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antar penyelesaian tugas dan
perencanaan tugas, dan lain-lain.2

B. Pengawasan Pada Zaman Raulullah SAW


Berkaca pada sejarah hidup, Rasulullah saw. Melakukan pengawasan yang
benar-benar menyatu dalam kehidupan. Jika ada seorang yang melakukan
kesalahan, maka pada saat itu juga Rasulullah saw menegurnya, sehingga tidak
ada kesalahan yang didiamkan oleh Rasulullah saw saat itu. Rasulullah saw
pernah melihat seseorang yang whudunya kurang baik, ia langsung ditegur saat
itu juga. Ketika ada seorang sahabat yang shalatnya kurang baik, Rasulullah
saw mengatakan, “shalatlah Anda karena sesungguhnya Anda adalah orang
yang belum melaksnakan shalat.”
Jadi, dapat dilihat bagaimana mekanisme kontrol (pengawasan) diterapkan
dalam tatanan kehidupan. Itulah cara Rasulullah saw dalam melakukan
pengawasan terhadap sahabat-sahabatnya.3

2
Kadar Nurzaman, Manajemen Perusahaan. (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2013), hlm. 146-
158.
3
Ibid, hlm.160.
6

Contoh Pengawasan Yang Dilakukan Oleh Nabi Muhammad SAW:


1. Pengawasan Pemerintahan
Beliau selalu mengawasi kinerja pegawai dan mendengarkan informasi
tentang aspek kinerja mereka dalam menjalankan pemerintahan. Rasulullah
melenserkan Ala’bin Al–Hadharmi, Gubernur Bahrain, dari jabatannya
berdasarkan laporan dan pengaduan Abdul Qais, dan menggantikannya
dengan Abann Bin Said, dan berkata kepadanya mintalah nasehat kepada
Abu Qois tentang kebaikan dan kemuliaan, “Rosulullah senantiasa
melakukan pengawasan dan audit terhadap kinerja pegawainya. Terlebih
jawaban yang terkait dengan keuangan Negara. Rasul selalu mengaudit
pendapatan dan pengeluaran keuangan Negara dari para petugas Zakat.4
Pada masa ini, sistem administrasi pemerintahan yang diterapkan oleh Nabi
Muhammad saw sangat sederhana, tidak ada pemilihan atau pembagian
kekuasaan sebagaimana yang tergambar dalam lembaga yudikatif, eksekutif,
legislatif, dewan pertimbangan, dan lembaga pemeriksa keuangan negara
seperti yang terjadi di masa sekarang ini. Nabi Muhammad saw adalah
penguasa tunggal, di zaman Nabi Muhammad saw kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif berada satu atap yaitu di bawah kekuasaan Nabi
Muhammad saw secara mutlak. Di masa itu pula belum pernah ada
pembicaraan tentang batas masa jabatan kepemimpinannya seseorang. Nabi
Muhammad saw juga tidak pernah mengangkat menteri untuk kabinet
kekuasaannya.5

4
Ahmad Ibrohim Abu sinn, Manajemen syariah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm.181.
5
Muh. Zuhri, Potret Keteladanan Kiprah Politik Muhammad Rasulullah, (Yogyakarta: LESFI,
2004), hlm.61.
7

2. Pengawasan Perekonomian
Rasulullah saw sendiri yang langsung turun tangan memberi teladan bagi
semua umatnya, terutama bagi pelaku pasar. Beliau rela keluar masuk pasar
untuk melihat umatnya bertransaksi, bernegosiasi, berbisnis dan sebagainya.
Nabi selalu memberi penyuluhan, motivasi, dan yang terpenting lagi, beliau
tak henti-hentinya mendoakan umatnya.
Salah satu buktinya, pernah suatu hari, Nabi memasuki pasar, tepatnya
menuju ke stand-stand penjualan barang sembako. Tanpa diduga, tiba-tiba
Rasulullah mendekati seorang penjual gandum. Setelah sebentar menyapa,
beliau langsung memasukkan sebelah tangannya ke dalam tumpukan
gandum yang sedang dijual. Betapa terkejutnya beliau tatkala telapak
tangannya menyentuh bagian bawah tumpukan gandum yang telah basah.
Ini artinya, beliau menemukan kecurangan. Tatkala beliau tengah sibuk
dengan adanya kegiatan dakwah dan menerima banyak tamu atau delegasi
dari berbagai kerajaan di luar Madinah, Rasulullah saw tidak serta-merta
mengabaikan pengawasan pasar. Beliau justru menunjuk orang yang tepat
sebagai kepala dan wakil urusan ekonomi pasar. Dengan pengangkatan
Umar sebagai kepala pasar, bisa dikatakan, tidak pernah terjadi kasus
penipuan, penimbunan, pemalsuan, kebohongan dan praktek dhalim lainnya
yang muncul di pasar Madinah. Para pelaku pasar seperti penjual, pembeli,
tengkulak, agen, makelar, semua merasa takut dan menaruh hormat atas
kebijakan Umar. Bahkan, para kafilah atau pedagang importir yang masuk
ke Madinah, tidak ada yang berani menaikkan harga semau mereka, juga
tidak sembarangan memasok barang dalam jumlah besar melebihi
kebutuhan, sebab hal itu akan berakibat jatuhnya harga barang di dalam
negeri Madinah.6

6
http://www.taufiq.net201007pengawasan-pasar-nabawi.html dikutip pada hari Jum’at pada
tanggal 9 November 2018 pukul 21:34.
8

3. Pengawasan Dalam Al-Qur’an


Pengawasan dalam bahasa arab memiliki makna yang sama dengan ar-
Riqobah. Di dalam al-Qur’an kata ini disebutkan pada beberapa ayat yang
secara umum menunjukkan tentang adanya fungsi pengawasan, terutama
pengawasan dari Allah SWT. Ayat-ayat tersebut diantaranya adalah:
a) Surat Al-Maidah ayat 117

Artinnya: “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa


yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah
Maha menyaksikan atas segala sesuatu”.
1) Dalam tafsir Ibnu Katsir: Kata Syahida dijelaskan adalah menyaksikan
atau mengamati dari setiap perbuatan yang nampak.7
2) Dalam tafsir Ibnu Su’ud: Kata Syahida dijelaskan adalah sama dengan
arti Raqoba adalah pengawasan atau saksi dari semua perbuatan baik
yang di perintah atau pun laranganNya mulai hidup sampai mati.8

7
Abul fida’ bin Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qursyi al-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir fi Tafsir al-
Qur’an al-Adhim, juz 3, (Mauqiu Majma' al Mulk littibaat al-Syarifah: dalam Software Maktabah
Samilah, 2005), hlm. 233.
8
Muhammad bin Muhammad al-Imady Abu Su’ud Tafsir Abi Su’ud fi al-Kitab Irsad Al-Aqlu as-
Salim Ila Mazaya, Al-Qur’an Al-Karim, juz 3, (Dar Al-Ihya’ al-Turas al-Araby dalam Software
Maktabah Samilah, 2005), hlm.110.
9

b) Surat Al-Qaaf ayat 18

Artinya: tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di


dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (QS. Al-Qaaf, 18)
1) Dalam tafsir al-Qurtuby: Kata Raqibun dalam ayat di atas diartikan
sebagai pengawasan tanpa sebuah ucapan sedikit pun kecuali dalam
bentuk penulisan.9
Ada tiga aspek pengawasan (controlling) yang disebutkan dalam tafsir
ini, pemeriksaan, pemeliharaan dan persaksian.
2) Dalam tafsir Ibnu Katsir : Di jelaskan pula bahwa pengawasan yaitu
pengawasan malaikat terhadap perbuatan manusia baik perbuatan baik
atau pun jelek.10
Dari penjelasan beberapa tafsir di atas, bahwa mengindikasikan kata
Raqiba-Raqibun dan Syahida dalam ayat al-Qur’an memiliki arti yang
sama yaitu pengawasan atau persaksian. Hal ini sebagai landasan pijak
untuk melakukan controlling. Tujuan melakukan pengawasan,
pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah seseorang jatuh
terjerumus pada sesuatu yang salah. Tujuan lain adalah agar kualitas
kehidupan terus meningkat.

9
Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin farha al-Qurtuby abu Abdullah, Tafsir Al-Qurtuby Juz
13, (Mauqiut Tafaasir Dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hlm. 17.
10
Abul fida’ bin Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qursyi al-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir fi Tafsir
al-Qur’an al-Adhim, juz 7, (Mauqiu Majma' al Mulk littibaat al-Syarifah: dalam Software
Maktabah Samilah, 2005) hlm. 398.
10

C. Pengawasan Langsung Di Bank Syariah


Pengaturan dan pengawasan bank syariah dimaksudkan untuk meningkatkan
keyakinan dari setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan bank, bahwa
bank-bank dari segi finansial tergolong sehat, dan sesuai dengan ajaran Islam
serta di dalam bank tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman
terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank.
Berdasarkan kerangka keuangan Islam pengawasan setidaknya harus
mencakup dua dimensi utama, yakni patuh terhadap standar yang telah
ditentukan oleh Basel Committeedan Ketentuan hukum tentang bank dan
keuangan di Negara masing-masing; patuh terhadap norma-norma syariah
untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa produknya tidaklah
sama dengan produk yang ditawarkan system konvensional.11
Di Indonesia, Bank Indonesia secara spesifik membuat aturan dalam Peraturan
Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mengatur secara konprehensif
mekanisme pengawasan di bank syariah meliputi komposisi, karakteristik,
struktur, dan mekanisme dasar yang harus dimiliki oleh Dewan Komisaris dan
Direksi.Selain itu, diatur juga tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah.12

Dewan Pengawas Syariah.


Secara umum pengawasan Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia
sebagai otoritas Pembina dan pengawas bank. Namun secara khusus dilakukan
oleh Dewan Pengawas Syariah yang ada pada tiap bank yang menjalankan
usahanya berdasarkan prinsip syariah.13

11
M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan
Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
12
Mal An Abdullah, Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010), hlm. 75.
13
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
utama, 2003), hlm. 68.
11

Dewan Pengawas Syariah merupakan badan independen yang bertugas


melakukan pengarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting),
melakukan evaluasi (evaluating), dan pengawasan (supervising) terhadap
kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan bahwa kegiatan usaha bank
syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap prinsip syariah sebagaimana
telah ditentukan oleh fatwa dan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah
merupakan keunikan tersendiri yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah.
Organisasi ini terdiri dari cendekiawan Syariah yang bertugas mengawasi dan
memantau kegiatan lembaga keuangan untuk memastikan bahwa lembaga
tersebut patuh terhadap prinsip syariah.14
Adanya Dewan Pengawas Syariah ini merupakan salah satu hal pokok yang
membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah. Tugas utama
DPS adalah mengawasi pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya
supaya tidak menyimpang dari aturan syariah.
Menurut Standar AAOIFI, dewan syariah setidaknya harus terdiri atas tiga
anggota cendekiawan syariah yang diangkat berdasarkan rapat umum
pemegang saham (RUPS) dan dalam keadaan tidak merangkap jabatan sebagai
konsultan di seluruh Bank Umum Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah.Hal ini
perlu dilakukan karena DPS sebagai badan independen dapat terlepas dari
konflik kepentingan.15

14
Hennie van Grunieng et al., Islamic Finance: The Regulatory Challenge (Singapura: John
Willey & Son, 2007), hlm. 28.
15
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), hlm. 590.
12

Dalam pelaksanaan tugasnya, diatur dalam pasal 46 PBI-2009.


Berikut Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah:
1. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai
dengan Prinsip Syariah.
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah meliputi:
a) Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank
b) Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan
fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia
c) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya
d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa Bank
e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Apabila dalam pelaksanaan produk baru yang telah ditawarkan ternyata
tidak memenuhi prinsip syariah, maka Dewan Pengawas Syariah tidak
memiliki wewenang untuk menghentikan produk tersebut karena ini
merupakan otoritas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
menghentikan produk yang dimaksud.
4. Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan
Dewan Pengawas Syariah secara semesteran yang disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester
dimaksud berakhir. Dalam laporannya dibuat pernyataan bahwa bank yang
diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini
kemudian dimuat dalam laporan keuangan bank.16

16
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
hlm. 50.
13

5. Dari segi kinerja bisa jadi tugas Dewan Pengawas Syariah lebih berat dari
dewan komisaris. Hal ini bisa dilihat dari jumlah rapat yang wajib dilakukan
oleh Dewan Pengawas Syariah dibandingkan oleh Dewan Komisaris. Dalam
Pasal 49 ayat 1 PBI-2009 disebutkan rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Sedangkan
bagi dewan komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) bulan.17

D. Pengawasan Terhadap Orang Yang Tidak Seagama


Pengendalian berawal dari diri sendiri, dengan keyakinan bahwa apapun yang
dilakukan akan diawasi oleh Allah swt. akan memberikan reward dan
punishment didunia ini maupun diakhirat nanti. Kesadaraan seperti inilah yang
harus ditumbuhkan. Untuk menumbuhkan kesadaran seperti ini diperlukaan
pembinaan kerohaniaan, akhlak, serta moral secara bersama-sama. Pembinaan
ini ditunjukkan hanya kepada bawahan, melainkan juga kepada pimpinan.
Kontrol akan berjalan dengan baik jika pimpinannya baik seorang pimpinan
yang beragama muslim maupun non muslim. Dalam mekanisme, sistem harus
dibangun dengan baik, sehingga semua orang secara sadar dan sengaja bahwa
jika melakukan sebuah kesalahan, maka sama saja dengan merusak sistem
yang ada. Hal yang harus diingat adalah bahwa nilai-nilai kebaikan tetap
bersifat universal. Kejujuran bukan hanya milik agama Islam, melainkan milik
semua agama. Transparansi, keterbukaan, kesungguhan dan keadilan, bersifat
universal. Kegiataan muamalah tidak membedakan agama. Artinya Orang
Islam boleh saja diawasi oleh orang non muslim atau sebaliknya. Ali bin Abi
Thalib mengatakan “Hai kita adalah hak mereka, hak mereka adalah hak kita.
Kewajiban kita adalah kewajiban mereka, kewajiban kita adalah kewajiban
kita.” Hal ini yaitu pembinaan orang, ketepatan pemilihan orang dan sistem
yang baik merupakan kunci sebuah pengawasan yang efektif.18

17
Ibid, hlm. 50.
18
Didin Hafidhuddin, Manajemen Syaiah Dalam Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm.
167.
14

E. Cara Pengawasan Dan Kunci Pengawasan


Cara Pengawasan
Ada dua pendapat dalam hal pengawasan, ada yang mengatakan “benahi dulu
orangnya, baru sistemnya.” Dan ada pula yang lain mengatakan “benahi dahulu
sistemnya, nanti orangnya akan mengikuti.”
Sebenarnya, baik orang ataupun sistemnya, kedua-duanya harus dibenahi. Jika
yang dibenahi adalah system tanpa membenahi orangnya, maka akan tidak
berhasil. Jika disusun system dan aturan tertentu, namun tidak dihayati, maka
pengawasan tidak akan berhasil. Fenomena yang terjadi dan sudah menjadi
rahasia umum adalah bahwa begitu banyak aturan yang dikeluarkan, maka
orang-orang akan berfikir bagaimana cara mengutak-atik aturan tersebut,
bagaimana cara agar melakukan kesalahan, namun tidak melanggar aturan.
Sebenarnya sistem harus dibangun bersama-sama dengan membangun SDM
ataupun orangnya. Orang yang melakukan kesalahan harus segera dihukum.
Sehingga sistem yang dibangun akan didukung oleh orang-orang yang baik dan
mau menjalankan sistem tersebut.
Kunci Pengawasan
Ada tiga kunci dalam menjalankan pengawasan, yaitu :
1. Pengendalian berawal dari dalam diri sendiri, inheren dalam diri dengan
keyakinan bahwa apapun yang dilakukan akan diawasi oleh Allah SWT.
Allah SWT akan memberikan hukuman dan imbalan didunia ini maupun
diakhirat nanti. Kesadaran seperti inilah yang harus ditumbuhkan. Untuk itu
diperlukan pembinaan yang terus menerus menyangkut pembinaan moral,
kerohanian, serta akhlak secara bersama-sama.
2. Kontrol yang akan berjalan dengan baik jika pemimpinnya memang orang-
orang yang pantas untuk menjadi pengawas dan pengontrol.
3. Dalam mekanisme, sistem harus dibangun dengan baik, sehingga orang itu
secara sadar dan sengaja bahwa jika melakukan sebuah kesalahan, maka
sama saja dengan merusak sistem yang ada.19

19
http://said-iqbal.blogspot.com/2012/01/fungsi-pengawasan-dalam-islam.html dikutip pada hari
Jum’at tanggal 9 November 2018 pukul 06:40.
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus
dilaksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya
sesuai dengan semestinya atau tidak. Selain itu Pengawasan adalah suatu
penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan pembandingan dari
hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai dengan hasil-hasil yang
seharusnya di capai. Dengan kata lain, hasil pengawasan harus dapat
menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidak cocokan serta
mengevaluasi sebab-sebabnya.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah isi dari makalah kami, yang telah kami susun secara sistematis
agar pembaca mudah untuk memahaminya. Dengan memahami materi tentang
Pengawasan Dalam Manajemen Syariah. Diharapkan dapat menambahkan
wawasan yang lebih luas lagi bagi para pembaca. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik atau saran yang
bersifat membangun agar dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.
16

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Kadar Nurzaman. 2013. Manajemen Perusahaan. Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA.

Ahmad Ibrohim Abu sinn. 2006. Manajemen Syariah. Jakarta: Raja Grafindo.

Muh. Zuhri. 2004. Potret Keteladanan Kiprah Politik Muhammad Rasulullah.


Yogyakarta: LESFI.

http://www.taufiq.net201007pengawasan-pasar-nabawi.html dikutip pada hari


Jum’at pada tanggal 9 November 2018 pukul 21:34.

Abul fida’ bin Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qursyi al-Dimasyqy. 2005. Tafsir
Ibnu Katsir fi Tafsir al-Qur’an al-Adhim, juz 3. Mauqiu Majma' al Mulk
littibaat al-Syarifah: Dalam Software Maktabah Samilah.
Muhammad bin Muhammad al-Imady Abu Su’ud Tafsir Abi Su’ud fi al-Kitab
Irsad Al-Aqlu as-Salim Ila Mazaya. 2005. Al-Qur’an Al-Karim, juz 3. Dar Al-
Ihya’ al-Turas al-Araby Dalam Software Maktabah Samilah.
Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin farha al-Qurtuby abu Abdullah. 2005.
Tafsir Al-Qurtuby Juz 13. Mauqiut Tafaasir Dalam Software Maktabah
Samilah.
Abul fida’ bin Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qursyi al-Dimasyqy. 2005. Tafsir
Ibnu Katsir fi Tafsir al-Qur’an al-Adhim, juz 7. Mauqiu Majma' al Mulk
littibaat al-Syarifah: Dalam Software Maktabah Samilah.

M. Umer Chapra dan Habib Ahmed. 2008. Corporate Governance Lembaga


Keuangan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mal An Abdullah. 2010. Corporate Governance Perbankan Syariah di


Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rachmadi Usman. 2003. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
17

Hennie van Grunieng et al. 2007. Islamic Finance: The Regulatory Challenge.
Singapura: John Willey & Son.
Muhammad Ayub. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Muhammad Syafi’i Antonio. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani.

Didin Hafidhuddin. 2003. Manajemen Syaiah Dalam Praktik. Jakarta: Gema


Insani Press.

http://said-iqbal.blogspot.com/2012/01/fungsi-pengawasan-dalam-islam.html
dikutip pada hari Jum’at tanggal 9 November 2018 pukul 06:40.

Anda mungkin juga menyukai