Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

POLA MANAJEMEN BANK SYARIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah :
Manajemen Perbankan Syariah
Dosen Pengampu :
Agus Achmad Faruk, S.Sos., M.M.

Disusun Oleh
Kelompok 9
Dadang Efendi
Niya Atika
Novi Nuraeni

FAKULTAS SYARIAH
PRODI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG
TASIKMALAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa,
karena berkat inayah dan taufik-Nya penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi akhir
zaman, Muhammad Saw, keluarga, para sahabatnya dan seluruh pengikutnya
sampai akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang “Pola manajemen bank syariah ” yang
terdiri atas tiga bab, Bab I Pendahuluan, Bab II Pembahasan, dan Bab III Penutup.
Upaya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penulisan ini rasanya
optimal, meskipun demikian sudah pasti masih banyak kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ajukan makalah sederhana ini
kepada Dosen untuk kiranya memperoleh masukan penyempurnaan dan penilaian.
Semoga hasil karya sederhana ini dengan keterbatasan dapat bermanfaat bagi
penulis dari semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tasikmalaya, 20 mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian manajemen dalam islam ……………………….…………..…..6
B. Paradigma manajemen syariah ………………….……………………..…..7
C. Dasar dasar manajemen islam…...………...……………………………… 8
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Simpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai suatu sistem hidup yang sempurna tentu saja
memiliki konsep pemikiran tentang manajemen. Kesalahan kebanyakan
dari kaum muslimin dalam memahami konsep manajemen dari sudut
pandang Islam adalah karena masih mencampuradukan antara ilmu
manajemen yang bersifat teknis (uslub) dengan manajemen sebagai
aktivitas.
Kerancuan ini akan mengakibatkan kaum muslimin susah
membedakan mana yang boleh diambil dari perkembangan ilmu
manajemen saat ini dan mana yang tidak. Managemen di dalam Bank
berfungsi sebagai sarana pendorong tercapainya tujuan dari Bank Syari’ah
itu sendiri. Bukan hanya untuk pencapain ke untungan semata melainkan
untuk kemaslahatan umat. Untuk lebih jelasnya kami telah menyiapkan
penjelasan yang lebih rinci pada bab selanjutnya.
Penjelasan tersebut mencakup sebagian penjelasan mengenai Pola
Managemen Bank Syari’ah yaitu: Tujuan dari Managemen bank syari’ah,
aspek dan sifat manusia sebagai dasar managemen bank syari’ah, unsur
dari managemen bank syari’ah dan bagaimana implikasinya di dalam bank
syari’ah. Struktur organisasi tergantung pada besar kecilnya bank (bank
size), keragaman layanan yang ditawarkan, keahlinya personelnya dan
peraturanperaturan perundang-undangan yang berlaku.
Tidak ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi bagi
bank dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Struktur organisasi setiap
bank berikut tanggung jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi
satu sama lain. Oleh karena itu struktur organisasi mencerminkan
pandangan menejemen tentang cara yang paling efektif untuk
mengoperasikan bank.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Pengertian manajemen dalam islam
2. Untuk mengetahui paradigma manajemen syraiah
3. Untuk mengetahui dasar dasar manajemen islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Dalam Islam


Pengertian Manajemen Secara Umum Pengertian manajemen yang
paling sederhana adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh orang lain.Manajemen : Proses Perencanaan,
Pengorganisasian, Pengarahan,dan Pengawasan Pengertian manajemen
juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni

Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As


Sunnah juga Ijma’ ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang
serba terarah dan teratur. Dalam pelaksanaan shalat yang menjadi icon
paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit adanya manajemen
yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya
merupakan pelaksanaan manajemen yang monomintal.

Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya


bukan hal yang baru dalam perspektif islam. Manajemen itu telah ada
paling tidak ketika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Unsur-
unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhlukmakhluknya
lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam
sebagai khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur
manajemen tersebut.

Contoh kecil realisasi manajemen seperti digambarkan oleh


makhluk ciptaan Allah berupa semut. Dalam menjalankan hidupnya semut
termasuk diantara makhluk yang sangat solid dan berkomitmen
menjalankan roda kehidupannya dengan menggunakan manajemen,
tentunya versi semut. Keteraturan dan komitmen semut dalam kinerjanya
sangat solid dan penuh kepatuhan.

Istilah Management atau Idarah adalah suatu keadaan timbal


balik,berusaha supaya menaati peraturan yang telah ada. Idarah dalam
pengertian umum adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan manusia
yang berhubungan dengan perencanan dan pengendalian segala sesuatu
secara tepat guna.

5
Asal penemuan ilmu management itu bermula dari timbulnya
berbagaimacam persoalan yang berhubungan dengan bisnis sehingga
berkembang menjadi sebuah ilmu untuk mencapai berbagai macam tujuan.

Dalam hal asas-asas ini Alquran memberikan dasar sebagai berikut:


1. Beriman.
Diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 28

‫ ْي ٍء ِإاَّل َأ ْن‬F‫ْس ِمنَ هَّللا ِ فِي َش‬ َ ‫ ْؤ ِمنِينَ َو َم ْن يَ ْفعَلْ ٰ َذلِكَ فَلَي‬F‫اَل يَتَّ ِخ ِذ ْال ُمْؤ ِمنُونَ ْال َكافِ ِرينَ َأوْ لِيَا َء ِم ْن دُو ِن ْال ُم‬
‫صي ُر‬ِ ‫تَتَّقُوا ِم ْنهُ ْم تُقَاةً َويُ َح ِّذ ُر ُك ُم هَّللا ُ نَ ْف َسهُ ۗ َوِإلَى هَّللا ِ ْال َم‬

Artinya: “Janganlah orang-orang mengambil (memilih) orang-orang kafir


menjadi wali (Pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Barang siapa berbuat demikian, lepaslah ia dari pertolongan Allah”.

2. Bertaqwa.
Diterangkan dalam surat An-Naba’: 31

‫ِإ َّن لِ ْل ُمتَّقِينَ َمفَا ًزا‬

 Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, mendapat


kemenangan.”

3. Azas Keseimbangan dan Keadilan


Menurut Nuruddin Keadilan dan Keseimbangan adalah suatu
konsep yang luas berkaitan hampir dengan seluruh aspek kehidupan sosial,
politik terutama ekonomi. Dalam Alqur’an kata adil disebut sebanyak tiga
puluh satu kali. Belum  lagi kata-kata  yang  semakna seperti al-Qisth, al-
Wazn (Seimbang) dan al-Wasth (Moderat).

4. .Musyawarah.
Diterangkan dalam surat As-Syu’ara: 38

….‫… َوَأ ْم ُرهُ ْم ُشو َر ٰى بَ ْينَهُ ْم‬.

Artinya: “….. Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di


antara mereka.”

Ada empat pilar etika manajemen bisnis dalam perspektif Islam


seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu tauhid, adil,
kehendak bebas, dan tanggung jawab. Keempat pilar tesebut akan

6
membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melakukan kontrak-
kontrak kerja dengan perusahaan lain ataupun antara pimpinan dengan
bawahan. Konsep membangun ekonomi Islam, harus dilakukan sistem
ekonomi yang berbasis pada masyarakat atau umat dengan melalui sistem
perbankan Islam atau ekonomi Islam yang dikembangkan di dalam
masyarakat.

Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk dapat dikategorikan


sebagai manajemen Islami, yaitu:

1.Manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak-akhlak Islam


2.Kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar
pekerja.
3.Faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi
ekonomis.
4.Manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak-akhlak Islam

B. Paradigma Manajamen Syariah

Menurut Prof. Dr. H. Ma’ruf Abdullah, SH., MM., dalam bukunya


Manajemen Berbasis Syariah, paradigma manajemen syari’ah memiliki
tiga landasan, yakni :
1. Teologi Manajemen Syariah Pemikiran Islam sebenarnya bukan
merupakan buah dari intelektual manusia, namun pemikiran itu merupakan
pemikiran ilahi yang bersumber dari Allah SWT, dzat yang maha benar
dan maha sempurna, sebagai firman Allah:
ۤ
ؕ ‫ ٍ‌ر‬F‫وا ع َۡن َكثِ ۡي‬Fۡ Fُ‫ب َويَ ۡعف‬ ِ ‫ونَ ِمنَ ۡال ِك ٰت‬Fۡ Fُ‫ب قَ ۡد َجٓا َء ُكمۡ َرس ُۡولُـنَا يُبَيِّنُ لَـ ُكمۡ َكثِ ۡيرًا ِّم َّما ُك ۡنتُمۡ تُ ۡخف‬
ِ ‫ٰيـا َ ۡه َل ۡال ِك ٰت‬
‫قَ ۡد َجٓا َء ُكمۡ ِّمنَ هّٰللا ِ نُ ۡو ٌر َّو ِك ٰتبٌ ُّمبِ ۡي ٌن‬
‫ ِد ْي ِه ْم اِ ٰلى‬F ‫نِه َويَ ْه‬
ٖ ‫ت اِلَى النُّوْ ِر بِا ِ ْذ‬ ُّ َ‫ ِر ُجهُ ْم ِّمن‬F‫يَّ ْه ِديْ بِ ِه هّٰللا ُ َم ِن اتَّبَ َع ِرضْ َوانَهٗ ُسب َُل الس َّٰل ِم َوي ُْخ‬
ِ ٰ‫الظلُم‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ٍْم‬ ِ

Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,


dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-
orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus”. (Q.S. al-Maidah: 15-16).
Dengan demikian maka tidak etis rasanya kalo kita membangga-
banggakan teori-teori yang diikuti itu sebagai karya manusia, seperti
misalnya teori manajemen (scentific management). Sebetulnya manusia
mendapat pentunjuk dan bimbingan untuk menggali mutiara pikiran itu
dari khazanah kekayaan ilmu Allah SWT. Allah Maha Mengatur dan

7
Menyiapkan segala sesuatunya yang diperlukan manusia untuk
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi (Q.S Hud : 61).
Bumi tempat tinggal ini telah disiapkan oleh Allah SWT dengan isi
selengkap-lengkapnya: ada air, ada tanah, ada tumbuh-tumbuhan, ada
hewan, ada tambang, ada mineral, dan sebagainya. Manusia tinggal
mengelolanya sesuai dengan misi yang diembannya sebagai khalifah fil
ardhi.
Untuk dapat mengelola kehidupan di muka bumi dengan sebaik-
baiknya dengan melaksanakan sumber daya yang disediakan oleh Allah
SWT secara bertanggung jawab, diperlukan pengetahuan, wawasan,
keterampilan, dan sikap kerja yang profesional yang dalam istilah modern,
sekarang disebut dengan “Manajemen”. Manajemen dalam pandangan
ajaran Islam mengandung pengertian segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur. prosesnya harus diikuti dengan baik.
segala sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
hal ini sesuai dengan sabda Rasulallah SAW : “sesungguhnya Allah
SWT sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara itqan (tetap, teratur, jelas dan tuntas)”. (HR. Thabarani).
2. Budaya Manajemen Syariah Sebagai konsekuensi logis dari
pentingnya manajemen dalam melakukan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab seseorang maka perlu dibangun budaya manajemen
syariah agar seorang pemimpin dalam menjalankan tugas meanajemen
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya betul-betul kredibel dan
kapabel. Budaya manajemen syariah yang dimaksud adalah :
a. Mengutamakan Akhlak
Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan Rasulallah SAW dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya dalam kapasitasnya sebagai
pemimpin agama, kepala keluarga, pemerintahan maupun entrepeneur
adalah mengutamakan akhlak. Akhlak merupakan faktor utama (payung)
dari semua aktivitas yang dilakukan oleh Rasulallah SAW . Hal tersebut
tidak hanya diakui oleh kawan (sahabatnya), tetapi juga oleh lawannya,
seperti kaisar Romawi Heracleus dan lain-lain.

Dalam konteks kekinian yang disebut akhlak itu ialah Emotional


Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional. Dalam melaksanakan tugas-
tugas kepemimpinan, EQ menjadi sumber utama terbangunnya kredibilitas
dan kapabilitas. Banyak orang yang menduduki jabatan pemimpin yang
gagal dalam melaksanakan kepemimpinannya dan setelah ditelusuri
kegagalannya tersebut ternyata umunya mereka itu memiliki EQ yang
rendah sehingga menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
Untuk semua bidang kehidupan termasuk menjadi pemimpin,
Rasulallah SAW menyatakan dalam haditsnya : “Tidak ada semata yang

8
lebih berat dalam timbangan dari pada akhlak yang baik “. (HR. Ahmad
dan Abu Daud).
Dan dalam hadits yang lainnya: “Sesungguhnya orang yang paling
aku cintai dan paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang
paling baik akhlaknya”. Sebenarnya setiap orang dibekali potensi akhlak
(EQ) oleh Allah SWT. Dan Akhlak itu dapat dikembangkan oleh manusia
untuk meraih sukses dalam kehidupan didunia dan diakhirat kelak. Dan
tanda-tanda orang yang berakhlak baik itu anatara lain: banyak malu,
banyak berbuat baik, sedikit bicara, tidak mengagung-agungkan diri
sendiri, menyambung tali persaudaraan, sabar, ikhlas dan lain sebagainya.

b. Mengutamakan Pembelajaran
Rasulullah SAW dalam semua bidang kehiduapan yang digeluti beliau
mengajarkan pentingnya pembelajaran. Sebagai contoh misalnya,
kepemimpinan Rasulullah SAW dalam bisnis sejak menjalani magang
(internship) dengan pamannya Abu Thalib hingga mandiri dan sampai
puncak karirnya di usia 35 tahun (menjelang mejadi rasul), dijalaninya
dalam empat metode.
1) meniru (copy paste).
2) coba dan coba lagi (trial and error)
3) pengondisian (conditioning)
4) berfikir (thinking)
Mengutamakan pembelajaran bagi seorang pemimpin tidak dapat
dinafikan, karna problema kehidupan dalam satu organisasi seperti
organisasi bisnis memerlukan solusi yang sesuai dengan perkembangan
zaman. hal itu diakui oleh para CEO perusahaa besar dan terkemuka yang
menjadikan perusahaannya sebagai organisasi pembelajaran (learning
organization).

c. Mengutamakan Pelayanan
Dalam menjalankan tugas kepemimpinan di bidang bisnis Rasulullah
SAW memberi contoh perlu mengutamakan pelayanan (costumer service)
yang menjadi naluri akhlaknya. Kebiasaan Muhammad mengutamakan
pelayanan dalam kegiatan bisnis berlanjut dalam kegiatannya setelah
menjadi rasul (pemimpin umat). Dalam mengutamakan pelayanan
terhadap umatnya muhammad SAW menjalankan pola-pola pelayanan
berikut :
1) Murah senyum Memberi senyuman merupakan kebiasaan
muhammad SAW ketika bertemu dengan siapapun. Senyuman adalah
sunnah beliau, sehingga beliaupun menyatakan bahwa senyum adalah
sedekah. Muhammad selalu berusaha menyapa orang terlebih dahulu,
bahkan sampai 3 kali.

9
2) Ramah Muhammad SAW dalam menjalakan tugas
kepemimpinannya selalu ramah kepada siapapun dan menjauhkan diri dari
perkataan yang menyakitkan. Muhammad SAW mengajarkan kepada kita
jika ada 3 orang berkumpul maka tidak boleh 2 orang diantaranya berbisik.
Beliau juga melarang keras mengunjing, karena sama dengan memakan
bangkai saudaranya sendiri. Beliau tidak pernah menghardik orang dan
selalu memberi nasehat pada waktu yang tepat.
3) Menepati Janji Muhammad SAW adalah orang yang teguh
memegang janji. Beliau pernah menunggu mitra bisnisnya dalam 3 hari,
sementara mitra bisnisnya lupa dengan janjinya. Pernah Zainil Ghulam
180 | Iqtishoduna Vol. 6 No. 1 April 2017 terjadi suatu saat ada orang
yang mengutangi Muhammad SAW datang menagih utangnya dengan
kasar. Sahabat Umar Bin Khatab yang menyaksikan marah sekali.
Rasulullah SAW lalu bersabda: “Biarkan dia wahai Umar. Mestinya
engkau suruh aku agar membayarnya dan mestinya engkau suruh dia agar
bersabar”.
4) Senang memberi hadiah Muhammad SAW ketika setelah diangkat
oleh Allah menjadi rasul menjelaskan hukum bahwa Rasul dan
keluarganya tidak menerima sedekah, tetapi boleh menerima
hadiah.sebagai mana hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a: “Rasullah
SAW senantiasa menerima hadiah (yang di berikan kepadanya) dan
membalas dengan hadiah juga”
5) Adil Muhammad SAW terkenal dengan sikapnya yang adil tanpa
memihak. Beliau tidak pernah mendahulukan keluarga ataupun kaum
kerabatnaya. Beliau juga mengingatkan agar orang tua berlaku adil kepada
semua anak-anakya. Sikap muhammad SAW yang mengutamakan
pelayanan terhadap orang lain dalam kepemimpinannya bagian dari
budaya dari budaya manajemen syariah yang mengantarkannya kepada
kesuksesannya dalam memimpin umat.

3. Landasan Moral Manajemen Syariah

Dalam persektif Syariah seorang pemimpin dalam


menjalankan kepemimpinannya mempunyai landasan moral yang
harus ia pegang teguh agar ia bisa lurus dalam menjalankan tugas-
tugas kepemimpinannya. Landasan moral yang dimaksud adalah :
a. Kesadaran bahwa dirinya di perintah oleh Allah
Maksudnya seorang pemimpin itu tidak boleh lupa
bahwa apapun yang dia lakukan dalam menjalankan
tugas kepemimpinannya ia tidak pernah luput dari
pantauan Allah.
b. Komitmen yang tinggi pada kejujuran

10
Jujur adalah kesucian nurani tang memberi jaminan
terhadap kebenaran dalam berbuat , ketapatan dalam
bekerja, dan dapat di percaya, serta enggan untuk
berbuatg dusta. Pemimpin yang lurus ( benar dan jujur)
adalah pemimpin yang menjadi idaman semua orang.
pemimpin yang benar dan jujur adalah pemimpin yang
setara antara ucapan dan perbuatan (dapat membuktikan
yang di ucapkannya), karena rakyat (orangorang yang
dipimpinnya itu) perlu bukti bukan janji.
c. Komitmen yang tinggi pada amanah Amanah atau
kepercayaan yang diberikan kepada seorang pemimpin
yang berorientasi syariah merupakan penghargaan
moral yang teramat mahal. Amanah tidak di dapat
begitu saja, tetapi melalui proses yang panjanfg dimulai
dari pengamatan, pemantauan dan di akhiri oleh
penilaian yang teliti atas prilaku yang diberi amanah

C. Dasar Dasar Manajemen islam


Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga)
yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah dan Atsaar serta perundangundangan
yang berlaku di Indonesia (Uhbiyati 1998, hlm. 19).
1. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar
tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa
dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara
ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar manajemen
pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
‫ ِّد ْي ِن‬F‫وْ ا فِى ال‬Fُ‫ط ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّه‬ ۗ
َ ‫وْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّةً فَلَوْ اَل ن‬Fُ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمن‬
َ ‫ ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم‬F‫َفَر ِم ْن ُك‬
َ‫ َذرُوْ ن‬FFFFFFFFFFFFFFFFFْ‫وا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَح‬FFFFFFFFFFFFFFFFFُ
ْٓ ‫ ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم اِ َذا َر َجع‬FFFFFFFFFFFFFFFFF‫َولِيُ ْن‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan


perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (QS. AtTaubah: 122).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam


menegaskan tentang pentingnya manajemen, di antaranya
manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen sumber daya
manusia.

2. Sunnah dan Atsar

11
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga
menjunjung tinggi terhadap pendidikan dan memotivasi umatnya
agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran. Rasulullah SAW
bersabda: Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka
Allah akan mengekangnya dengan kekang berapi ( HR. Ibnu
Majah)
Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki
perhatian yang besar terhadap pendidikan. Di samping itu, beliau
juga punya perhatian terhadap manajemen, antara lain dalam sabda
berikut: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika
melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqon (tepat,
terarah, jelas dan tuntas) (HR. Thabrani) Sahabat Rasulullah SAW,
yaitu Ali bin abi Thalib ra mengatakan: Perkara yang batil
(keburukan) yang tertata dengan rapi bisa mengalahkan kebenaran
(perkara) yang tidak tertata dengan baik.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-


Qur’an dan As Sunnah juga Ijma’ ulama banyak
mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan
teratur. Dalam pelaksanaan shalat yang menjadi icon
paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit
adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan.
Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan
pelaksanaan manajemen yang monomintal.

Untuk dapat mengelola kehidupan di muka bumi


dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan sumber
daya yang disediakan oleh Allah SWT secara
bertanggung jawab, diperlukan pengetahuan, wawasan,
keterampilan, dan sikap kerja yang profesional yang
dalam istilah modern, sekarang disebut dengan
“Manajemen”. Manajemen dalam pandangan ajaran
Islam mengandung pengertian segala sesuatu harus
dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
prosesnya harus diikuti dengan baik. segala sesuatu
tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
hal ini sesuai dengan sabda Rasulallah SAW :
“sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang
yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan
secara itqan (tetap, teratur, jelas dan tuntas)”. (HR.
Thabarani).

13
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenfatah.ac.id/5375/3/BAB
%20II%20ok.pdf
file:///C:/Users/novin/Downloads/164-
189_Iqtishoduna+Vol.+6+No.
+1+April+2017_Zainil+Ghulam_publish.pdf
https://hes.unida.gontor.ac.id/management-
dalam-prespektif-islam/

14

Anda mungkin juga menyukai