i
KATA PENGANTAR
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar BIsnis Islam pada
Ekonomi Syariah (ESY) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sulthan Syarif
Tegur sapa dari para arif bijaksana, sangat kami harapkan untuk perbaikan
penulisan makalah ini. Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu atas tunjuk
ajar serta nasehatnya, yang insyaAllah ridlo Allah menyertai setiap langkah dan
perjalanannya.
Kepada Allah SWT. Kami mohon taufiq dan hidayah-Nya, semoga usaha
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
B. Manajemen Pemasaran........................................................................................
C. Manajemen Keuangan
3
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran-saran .........................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen merupakan hal yang penting dan mempengaruhi hampir
seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan manajemen manusia mampu
mengenali kemampuannya dan mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai
suatu tujuan. Dalam konteks bisnis Islam, manajemen merupakan sebuah
keharusan sebagai counter dari sistem manajemen konvensional yang terbukti
gagal dalam menciptakan manusia yang berpihak kepada kejujuran, kebahagiaan,
dan memanusiakan manusia. Kencenderungan manajemen bisnis konvensional
berorientasi laba, sehingga miskin nilai dan moral spiritual. Manajemen bisnis
Islam merupakan sebuah sistem yang berjalan berdasarkan koridor nilai-nilai dan
prinsip-prinsip Islam dengan mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai
4
pedoman. Panduan Islam dalam mengatur aktivitas bisnis antara lain; planning,
organization; coordination, controling, motivation, dan leading.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Materi Tentang Manajemen Bisnis Islam?
2. Jelaskan Materi Tentang Manajemen Pemasaran?
3. Jelaskan Materi Tentang Manajemen Keuangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Penjelasan Materi Manajemen Bisnis Islam
2. Untuk Mnegetahui Penjelasan Materi Manajemen Pemasaran
3. Untuk Mengetahui Penjelasan Materi Manajemen Keuangan
BAB II
PEMBAHASAN
5
(Amin dan Tim FEBS FEUI, 2010: 46). Manajemen juga sering diartikan dari
kata to manage yang secara umum berarti mengurusi.
Menurut Stonner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari anggota
organisasi dan dari sumbersumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan (Rivai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda
Arfa, 2012: 192). Sedangkan dalam perspektif Islam, manajemen merupakan
suatu kebutuhan yang tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam
pada kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, manajemen
sering dianggap sebagai ilmu sekaligus teknik (seni) kepemimpinan. Akan tetapi
secara umum tidak ada pengertian baku apa yang disebut sebagai manajemen
Islami. Kata manajemen dalam bahasa Arab adalah Idara yang berarti
“berkeliling” atau “lingkaran”.
Dalam konteks bisnis bisa dimaknai bahwa “bisnis berjalan pada
siklusnya”, sehingga manajemen bisa diartikan kemampuan manajer yang
membuat bisnis berjalan sesuai dengan rencana (Amin dan Tim FEBS FEUI,
2010: 66). Sedangkan A. Riawan Amin mendefenisikan manajemen dalam Islam
sebagai “Getting God will done by the people” atau melaksanakan keridaan Allah
SWT melalui orang (Amin, 2004: 14). Sementara Veithzal Rivai, Amiur
Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, (2012: 186-187) menyatakan bahwa
manajemen dalam perspektif Islam memiliki dua pengertian, yaitu sebagai ilmu,
dan sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai salah satu
ilmu umum yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban sehingga hokum
mempelajarinya adalah fardu kifayah. Sedangkan sebagai aktivitas ia terikat pada
aturan dan nilai atau hadlarah Islam.
Di lihat dari sisi bisnis Islam, maka diartikan sebagai suatu bentuk bisnis
yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Oleh karena itu, praktiknya
dalam Islam itu bersifat universal, artinya semua negara dapat melakukan atau
mengadopsi sistem bisnis Islam dalam hal sebagai berikut : a. Menetapkan
imbalan yang akan diberikan masyarakat sehubungan dengan pemberian jasa yang
dipercayakan kepadanya. b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan
6
dengan penyediaan jasa kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk
keperluan investasi maupun modal kerja. c. Menetapkan imbalan sehubungan
dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh bisnis Islami. Bisnis
Islami merupakan unit usaha, dimana menjalankan usahanya berpatokan kepada
prinsip-prinsip syariah Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’’an dan hadis.
Prinsip Islam dimaksudkan di sini adalah beroperasi atau dalam
menjalankan praktik bisnis mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya cara bermuamalah secara Islam, misalnya, menjauhi praktik yang
mengandung riba (bunga), dzulm (merugikan hak orang lain), gharar (tipuan),
dharar (bahaya), dan jahalah (ketidakjelasan) serta praktik-praktik mendzalimi
orang lain lainnya. Sebagai contoh, khusus pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan utang atau tagihan yang dipersamakan berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut, setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (mudharabah).
7
bisa melihat realitas manusia secara utuh dan satu kesatuan meskipun
menggunakan teknik manajemen yang canggih. Lebih dari itu, bisnis yang tidak
dilakukan untuk melayani kepentingan manusia dan alam secara umum. Tidak
heran kemudian kalau bisnis yang dilakukan tidak memungkinkan kita menjadi
apa yang sebenarnya dapat kita capai. Konsekuensinya, kita gagal terhadap
komitmen terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, seperti kelaparan,
kerusakan lingkungan, disfungsi personal, konflik sosial, dan lain sebagainya
bukan karena ketidakmampuan, melainkan karena worldview yang digunakan
menyebabkan terjadinya benturan antara keinginan (intention), nilai-nilai (values),
dan prioritas. Kita sudah lama terjebak pada pandangan bahwa business is
business atau business is as usual. Akibatnya, kita memisahkan urusan bisnis dari
spiritualitas dan nilai-nilai.
Kita menganggap bahwa bisnis dan spiritualitas adalah dua entitas yang
tidak mungkin disatukan. Selain itu, memasukkan unsur spiritualitas atau
relegiusitas dalam bisnis dapat menyebabkan benturan dan ketidakluwesan dalam
berbisnis. Sebagian lagi ada yang menganggap bahwa spiritualitas atau
relegiusitas tidak ada hubungannya dengan kegiatan bisnis. Agama hanya
seperangkat aturan yang membahas hal-hal yang bersifat ibadah ritual (ibadah
mahdhah) seperti upacara kelahiran, kematian, pernikahan, dan ritual ibadah
sehari-hari. Agama hanya ada di tempat-tempat ibadah saja bukan di sentra-sentra
bisnis. Dikatomi antara agama dan bisnis ini menyebabkan keduanya seperti tidak
berhubungan. Padahal agama tanpa didukung oleh perekonomian yang cukup
dapat menyebabkan keterbelakangan pelakunya di berbagai bidang karena semua
kegiatan hidup membutuhkan dukungan ekonomi. Sebaliknya, bisnis tanpa nilai-
nilai keagamaan atau spiritualitas menyebabkan ketidakpuasan yang berlarut-larut
dan kebingungan terhadap arah yang akan dituju. Pencapaian-pencapaian target
bisnis yang fantastis tidak juga kunjung mendatangkan kebahagiaan (Antonio,
2008: 17-18).
Islam sebagai agama rahmatan lil alamien telah meletakkan pondasi yang
tepat terhadap dunia bisnis. Bisnis merupakan suatu bentuk ibadah dalam rangka
8
memakmurkan bumi dan isinya sesuai dengan yang diinginkan Allah SWT yang
telah mengangkat mereka sebagai wakil (khalifah)-Nya di bumi. Selain itu, dalam
konsep Islam dimensi keimanan (esensi), dimensi bentuk yang berupa ritual wajib
dan sunnah termasuk dalam bidang bisnis dan manajemennya, serta dimensi
ekspresi yang berupa tata hubungan antara manusia dan makhluk lain terjalin
menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan (Shomad, 2010: 2).
B. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah proses analisis, perencanaan, implementasi,
serta pengendalian atas program-program yang didesain untuk menciptakan,
membangun, dan menjaga pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli
sasaran untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional atau tujuan-tujuan
perusahaan. Manajemen pemasaran bertugas untuk memasarkan produk
perusahaan, sehingga tercapai tingkat keuntungan jangka panjang perusahaan dan
menjamin kelangsungan hidup serta pengembangan perusahaan.
9
Menciptakan pembelian. Membuat pembelian berulang. Penciptaan tenaga kerja,
dalam pemasaran layanan atau barang fisik, secara tidak langsung menciptakan
tenaga kerja. Membentuk brand produk yang bagus, produk yang dikenal dan
mempunyai konsumen yang loyal akan menciptakan brand yang bagus yang pada
akhirnya produk tersebut selalu dicari oleh konsumen.
1. Tujuan Manajemen Pemasaran
10
e. Meningkatkan citra perusahaan. Tujuan manajemen pemasaran lainnya
adalah meningkatkan citra perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk membangun citra
positif perusahaan di mata pelanggan dan masyarakat.
a. Analisis pasar
b. Penentuan harga
Penerapan manajemen pemasaran lainnya adalah menentukan harga
produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan kondisi
pasar. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya produksi,
persaingan, dan keuntungan yang diinginkan.
c. Promosi
Penerapan manajemen pemasaran selanjutnya adalah melakukan
promosi produk atau jasa perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan berbagai media, seperti iklan, brosur, dan media sosial.
d. Distribusi
Penerapan manajemen pemasaran juga meliputi distribusi produk
atau jasa perusahaan. Hal ini dilakukan dengan memilih saluran distribusi
yang tepat untuk mencapai pelanggan dengan efektif.
e. Pelayanan pelanggan
11
Penerapan manajemen pemasaran terakhir adalah memberikan
pelayanan pelanggan yang baik. Hal ini dilakukan dengan memberikan
informasi yang jelas dan akurat tentang produk atau jasa perusahaan, serta
memberikan layanan purna jual yang memuaskan.
C. Manajemen Keuangan
c. Pengelolaan Aset
Dalam mengelola aset perusahaan, tugas manajemen keuangan
adalah untuk mengendalikan aset yang dimiliki agar efisien serta mencapai
tujuan perusahaan.
12
Terdapat sejumlah prinsip manajemen keuangan yang perlu diterapkan
oleh setiap perusahaan dalam mengambil keputusan keuangan, antara lain
yaitu:
a. Kehati-hatian (prudence), keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dengan mempertimbangkan kemungkinan risikonya.
b. Kemandirian (autonomy), tujuan manajemen keuangan adalah agar dapat
membuat keputusan tanpa ada campur tangan di luar masalah perusahaan.
c. Pengembalian yang memadai (adequate return), keputusan investasi
berdasarkan tujuan perusahaan dalam mengembalikan dana yang memadai.
d. Likuiditas (liquidity) yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansial
perusahaan.
e. Efisiensi (efficiency), mengoptimalkan penggunaan modal keuangan
perusahaan.
f. Konsistensi (consistency) berdasarkan tujuan dan prinsip manajemen
perusahaan.
g. Transparansi (transparency), agar dapat memberikan informasi yang
akurat, berguna, dan terpercaya bagi pemangku kepentingan perusahaan.
3. Fungsi Manajemen Keuangan
Berikut beberapa fungsi manajemen keuangan yang perlu Sobat OCBC
NISP ketahui, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Fungsi manajemen keuangan adalah mencakup perencanaan
anggaran perusahaan, berupa penyusunan, proyeksi jangka panjang, arus
kas, serta perhitungan laba dan rugi.
b. Pengendalian (Controlling)
Ketika telah mengalokasikan keuangan, penting bagi perusahaan
untuk mengendalikannya.Dalam hal ini, fungsi manajemen keuangan
adalah untuk mengontrol keuangan agar dapat mengawasi arus kas masuk
dan keluar, serta melihat apa saja kekurangan dalam pengelolaannya.
13
c. Pemeriksaan (Auditing)
Auditing dalam manajemen keuangan adalah kegiatan memeriksa
dana perusahaan secara berkala agar dapat disesuaikan dengan laporan
keuangan, umumnya setiap 3 bulan atau setahun sekali.
d. Anggaran (Budgeting)
Dengan adanya manajemen keuangan, perusahaan dapat
mengalokasikan dana secara tepat dan mudah mengenai biaya yang
diperlukan untuk produksi ataupun promosi.
e. Laporan (Reporting)
Terakhir, fungsi utama manajemen keuangan adalah sebagai
laporan dalam melihat keadaan baik atau tidaknya dana yang dimiliki
perusahaan.
4. Tujuan Manajemen Keuangan
Agar Sobat OCBC NISP mengenali manajemen keuangan lebih dalam,
berikut adalah beberapa tujuannya, antara lain yaitu:
a. Mempermudah Perencanaan Struktur Modal
Dengan memahami manajemen keuangan yang tepat, Sobat OCBC
NISP dapat lebih mudah menyeimbangkan antara ekuitas dan utang, serta
merencanakan struktur modal perusahaan.
14
d. Menjaga Arus Kas
Untuk menjaga arus kas agar tidak mengalami kerugian,
menerapkan manajemen keuangan adalah salah satu hal yang perlu
dilakukan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen bisnis
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Islam telah mengatur bahwa
dalam menjalankan aktivitas bisnis harus berpatokan kepada prinsip-prinsip
syariah Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan hadis. Kegagalan
manajemen bisnis konvensional dalam menghasilkan dan menciptakan manusia
15
yang berpihak kepada kejujuran, kebahagiaan, dan memanusiakan manusia.
Karena berorientasi laba, sehingga miskin nilai dan moral spiritual, menjadikan
manajemen bisnis Islam solusi sekaligus counter terhadap model manajemen yang
gagal tersebut. Islam memberikan panduan bagi setiap muslim dalam mengatur
bisnisnya seperti planning, organization; coordination, controling, motivation, dan
leading dan aturan-aturan lainnya yang ada dalam Al-Qur’an dan sunnah.
B. Saran-saran
Berdasarkan pelaksanaa Laporan Tugas Akhir ini, maka sebagai masukan
penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kinerja keuangan, perusahaan harus berusaha
meningkatkan volume penjualan secara maksimal untuk memperkuat posisi
aktiva lancar yang digunakan dan mengelola modal sendiri lebih efisien.
Sebagai pertimbangan peningkatan kinerja keuangan perusahaan dimana yang
akan datang.
2. Perusahaan diharapkan mempertahankan pengelolaan biaya-biaya agar tetap
cermat dan optimal, dalam mengatur dan mengelola asset atau modla sendiri
yang dimiliki, dengan demikian kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitasnya pada masa yang akan datang akan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. Riawan dan Tim PEBS FEUI, 2010, Menggagas Manajemen Syariah;
Teori dan Praktik The Celestial Management, Jakarta: Selemba Empat.
Amin, A. Riawan, 2004, The Celestial Management, Jakarta: Senayan Abadi
Publishing.
Rivai, Veithzal, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, 2012, Islamic Business
and Economic Ethics; Mengacu Pada Al-Qur’an dalam Bisnis, Keuangan,
dan Ekonomi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
16
Shomad, Bukhari Abdul, 2010, Etika Qur’ani, Yogyakarta: Pijar Cendekia.
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2008, Muhammad SAW; The Super Leader Super
Manager, Jakarta: ProLM Centre.
Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, 2006, Syariah Marketing,
Bandung: Mizan.
Depag, 2002, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam.
17