Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Saifudin, M.E.
Disusun oleh:
Sokhihudin (43020170056)
FAKULTAS DAKWAH
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Bisnis Islam yang berjudul
Manajemen Bisnis dan Syariat Islam yang tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih kepada bapak Saifudin, M.E. selaku dosen pengampu yang memberikan
materi pendukung dan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan untuk penyempurna makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat, bukan hanya teknologi ilmu
pengetahuanpun juga berkembang, bukan hanya itu saja bisnis pun juga sangatlah berkembang.
Ilmu bisnis ini sebenarnya sudah ada sejak lama, karena zaman dahulu sudah ada interaksi
mengenai jual beli. Apalagi bisnis sekarang sudah dipengaruhi oleh hukum-hukum Islam yang
dimana dasat-dasarnya berasal dari Islam. Banyak sekali perusahaan-perusahaan saat ini
berlabelkan Islam atau syariah, diantaranya seperti Bank Syariah.
Perusahaan yang berlabelkan Islam itu dibangun untuk masyarakat yang memang benar-
benar ingin menggunakan jasa perusahaan tersebut. Yang mendasari terbentuknya perusahaan
yang berlabelkan syaariah atau Islam itu untuk bersaing dengan perusahaan lain, dan
masyarakat nantinya bisa memilih mana yang diinginkan. Munculnya perusahaan ini didasari
dengan hukum-hukum Islam, yang dimana bagi umat muslim akan cenderung memilih
perusahaan yang berlabelkan syariah.
Sebuah perusahaan pasti memiliki yang namanya manajemen, begitupun dengan
perusahaan Islam, pasti juga memiliki menejemen, yang dimaksud dengan memiliki
manajemen merupakan hal-hal yang dimiliki diperusahaan tersebut seperti, menejer, wakil,
sekretaris, bendahara dan tentunya bawahan. Perusahaan pastinya memiliki menejer yang akan
mengatur jalannya sebuah perusahaan, adapun juga bawahan yaitu memiliki tugas sebagai
pelaksana perintah dari atasan. Peraturan perusahaan Islam tidak jauh berbeda dengan
perusahaan pada umumnya, yang membedakan dari perusahaan lain yaitu penambahan-
penambahan nilai-nilai keislaman dalam peraturan dari perusahaan tersebut.
Manajer dan bawahan harus saling bekerja sama, agar suatu tujuan dari perusahaan
tersebut bisa terlaksana dengan baik dan juga mencapai tujuan bersama. Kalau tidak ada
komunikasi dengan baik antara menejer dan bawahan pasti nanti akan terjadi mis komunikasi
yang demikian itu akan merugikan perusahaan dan juga tujuan yang akan diwujudkan tidak
akan tercapai sesuai dengan target yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Manajemen Bisnis dan Syariat Islam?
2. Bagaimana teologi dalam manajemen Bisnis Syariah?
3. Apakah bisnis syariah bagian dari kehidupan ummat?
4. Apakah bisnis syariah memerlukan manajemen?
5. Apakah manajemen menjadi bagian dari syariat islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang manajemen bisnis dan syariat islam
2. Mengetahui teologi dalam manajemen bisnis syariah
3. Mengetahui tentang bisnis syariah menjadi bagian dari kehidupan ummat
4. Mengetahui tentang bisnis syariah yang memerlukan manajemen
5. Menhetahui tentang manajemen bagian dari syariat islam
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kartoyo, Dasar-Dasar Manajemen Teori, Definisi, dan Konsep, 2016, (Yogyakarta, CV ANDI OFFSET) hal 3.
4. Allan Afuah, bisnis merupakan sebuah aktivitas yang dilakuakn manusia untuk menciptakan
uang dengan menggunakan sumber daya yang digunakan sebagai barang dan jasa sebagai
kebutuhan konsumen2.
Bisa didefinisikan bahwa bisnis merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh
sesorang guna menciptakan uang dengan menggunakan sumber daya yang digunakan untuk
barang dan jasa sebagai kebutuhan sehari-hari.
Secara etimologi syari’at Islam merupakan jalan yang dimana untuk air diminum,
sedangkan secara istilah Mahmud Syaltut mendefinisikan bahwa Syari’at Islam adalah sebuah
peraturan yang dibuat oleh Allah SWT, yang dimana peraturan itu ditujukan untuk manusia dan
berpedoman pada TuhanNya, sesamanya, kehidupan, dan lingkungannya. Bisa ditarik
kesimpulan bahwa manajemen bisnis syari’at Islam merupakan ilmu atau seni yang digunakan
untuk mengolah atau mengatur manusia dan sumber daya agar saling menguntungkan antara
satu dengan yang lain sesuai dengan hukum-hukum Islam3.
B. Teologi Manajemen Bisnis Syariah
Menurut keyakian Islam bahwasanya manusia diciptakan oleh Allah SWT dan
bertempat tinggal didunia atau bumi. Allah memenuhi dan menyiapkan semua kebutuhan yang
diinginkan oleh manusia yang tinggal dibumi, dan tujuan manusia diciptakan salah satunya
sebagai khalifah fil ard (pemimpin di bumi). Manusia ditugaskan untuk menjaga sumber daya
yang ada dan memanfaatkan sumber daya dengan baik, yaitu meliputi tambang, mineral, hewan,
tumbuhan, dan lain sebagainya.
Manusia yang diberikan tugas seperti yang diatas, pasti harus memiliki pengetahuan
yang luas, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sikap kerja yang profesional, yang semua
itu dalam istilah modern dinamakan ilmu manajemen. Ilmu manajemen dalam Islam harus
dilakukan dengan baik, tertib, teratur, benar, dan tentunya rapi. Harus dilakukan dengan baik
dan tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Yang demikian seperti sabda Nabi Muhammad
SAW: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang melakukan pekerjaannya secara
itqan (teratur, tertib, rapi, jelas, benar, dan tuntas)” (H.R. Tabrani).
2
Sudaryono, Pengantar Bisnis Teori dan Contoh Kasus, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2015) 6
3
Fatimah Halim, Obsesi Penerapan Syari’at Islam di Wilayah Lokal, (Jurnal al-daulah Vol. 4 / No. 2 / Desember
2015) 3
Manajemen yang dilakukan dengan itqan (teratur, tertib, rapi, jelas, benar, dan tuntas)
yang demikian itu yang disyari’atkan oleh Islam. Bahkan ada sebuah riwayat dari Abu Ya’la
bahwa melaksanakan manajemen dengan baik itu merupakan sebuah kewajiaban4.
C. Bisnis Syariah bagian dari Kehidupan Ummat
Bisnis menjadi bagian dari kehidupan ummat, karena kehidupan manusia dalam
bermasyarakat ini saling ketergantungan, saling memerlukan antara yang satu dengan yang lain.
Tidak ada satu manusia yang sanggup menyiapkan semua keperluan hidupnya dengan
sendirinya. Kekurangan kemampuan seseorang menyediakan sesuatu keperluan hidupnya dapat
ditutupi oleh orang lain yang bisa menyediakan melalui aktivitas perdagangan (bisnis). 5
Dengan demikian, maka kegiatan berbisnis menjadi peradaban manusia yang sama
tuanya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Dalam kenyataannya berbisnis juga
menjadi lapangan mata pencaharian yang banyak diminati oleh warga masyarakat. Kenyataan
seperti ini berkorelasi positif dengan hadis Nabi Muhammad SAW berikut:
“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang dan
sepersepuluhnya dalam usaha berternak “ (H.R. Ibnu Manshuur)
Mereka yang berprofesi sebagai pedagang (pebisnis) mempunyai kesempatan yang
banyak untuk berbuat kebajikan, sebagaimana dipahami dari hadis Nabi Muhammad SAW
berikut:
“Pedagang (pebisnis) yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para Nabi,
shiddiqin dan para syuhada di hari kiamat “ (H.R. Turmuji dan Ibnu Majah).
Selain itu juga dalam hadis lain disebutkan “Allah mengasihi seseorang yang murah
dalam menjual, mudah dalam membeli, dan lapang dada dalam menagih hutang” (H.R.
Bukhari). Dari dua hadis tersebut kita dapat memahami begitu luasnya kesempatan bagi seorang
pebisnis untuk berbuat kebajikan dengan ganjaran atau pahala yang luar biasa. Terlebih apabila
bisnisnya terus berkembang menjadi besar, maka akan semakin banyak orang yang terserap
menjadi karyawan. Dari masing-masing karyawan yang terserap tersebut, di belakang mereka
juga mempunyai tanggungan masing-masing (isteri/suami dan anak-anaknya) yang turut
mendapat rezeki dari pebisnis tadi. Semua kebaikannya akan dibalas dengan ucapan terima
kasih dan doa oleh mereka yang tersejahterakan tersebut. Inilah kebajikan yang
4
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2014) 2
5
Ibid, hal 3
mengantarkannya menjadi orang yang disejajarkan dengan para Nabi, shiddiqin, dan syuhada
di hari kiamat.
Kemudian kesempatannya untuk berbuat kebajikan itu ternyata juga berbanding lurus
dengan kenistaan yang akan dialaminya, manakala ia lupa diri seperti misalnya ingin cepat
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan melakukan perbuatan yang curang dan
berkhianat sehingga merugikan pelanggannya atau orang lain, sebagaimana yang dimaksudkan
firman Allah berikut:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Dalam kepercayaan Islam kenistaan yang akan terjadi di akhirat lebih ditakuti dari pada
kenistaan dalam hidup di dunia, karena kehidupan di akhirat merupakan kehidupan yang kekal.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa seorang pebisnis syariah pasti akan sangat berhati-hati
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dan tetap berada di jalan keistiqomahan dalam batas
(koridor syariah), dengan konsekuensi melaksanakan perbuatan yang boleh dilakukan dan
menjauhi perbuatan yang dilarang. Konsekuensi tersebut Insya Allah dilakukan oleh seorang
pebisnis syariah karena ia pasti akan ingat dan percaya bahwa setelah hayatnya berakhir, ia
akan kembali menghadap Allah Yang Maha Kuasa untuk mempertanggung jawabkan segala
amal perbuatannya, sebagaimana diingatkan Allah dalam dua ayat terakhir Surah Al-Ghasyiah:
“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban
Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al-Ghasyiah, 25-26)
6
Ibid, hal 5
dijadikan alasan oleh UNDP (United Nation Develoment Programs) atau Badan Pembangunan
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam surveinya tahun 2012 yang menempatkan Indonesia
sebagai negara perusak lingkungan nomor satu.
Meskipun hal tersebut sudah banyak dilakukan di berbagai perusahaan, namun anehnya
para pejabat tetap memberi izin kuasa penambangan dan yang memiliki kewenangan atau
berkewajiban mengawasi lepas tangan dan tidak mempunyai rasa malu, apalagi bertanggung
jawab. Hal seperti ini yang menjadi lembaran hitam dalam manajemen pemerintahan Indonesia,
disamping tidak jalannya fungsi pengawasan dalam pelaksanaan manajemen, juga karena
pemerintahan kita tidak menganut sistem manajemen syariah yang berjalan dalam koridor
aturan syariah, yang memberikan batasan yang jelas dan tegas mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan sesuai dengan ketentuan syara.
E. Manajemen bagian dari Syariat Islam
Dalam pandangan Islam segala sesuatu yang akan dilakukan harus dimanaj (dikerjakan)
dengan benar, tertib, teratur, sistematis, tuntas, dan bertanggung jawab. Tidak boleh dilakukan
dengan asal-asalan. Apa yang diatur dalam Islam ini telah menjadi indikator pelaksanaan
manajemen yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. 7
Diantara hadits yang dapat dijadikan acuan pekerjaan manajemen antara lain:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff; 4).
Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai
orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan atau tepat, terarah, jelas,
dan tuntas” (H.R. Thabrani).
Dan bahkan dalam hadis yang lain Nabi Muhammad SAW lebih tegas lagi mengatakan
“Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu” (H,R.
Muslim).
Ihsan dalam hal ini dimaksudkan sebagai melakukan atau memanaj pekerjaan secara
maksimal dan optimal. Dengan demikian jelaslah bahwa manajemen itu bagian dari syariat
Islam.
7
Ibid, hal 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen merupakan sebuah ilmu atau seni yang digunakan untuk mengolah,
mengatur, mengkoordinasikan manusia dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan bersama. Sedangkan bisnis merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sesorang
guna menciptakan uang dengan menggunakan sumber daya yang digunakan untuk barang dan
jasa sebagai kebutuhan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa manajemen bisnis syari’at Islam
merupakan ilmu atau seni yang digunakan untuk mengolah atau mengatur manusia dan sumber
daya agar saling menguntungkan antara satu dengan yang lain sesuai dengan hukum-hukum
Islam.
Menurut keyakian dalam Islam manusia diciptakan oleh Allah SWT dan bertempat
tinggal didunia atau bumi. Allah memenuhi dan menyiapkan semua kebutuhan yang diinginkan
oleh manusia dan tujuan manusia diciptakan salah satunya sebagai khalifah fil ard (pemimpin
di bumi) dan harus dilakukan dengan baik. Manajemen yang dilakukan dengan itqan (teratur,
tertib, rapi, jelas, benar, dan tuntas) yang demikian itu yang disyari’atkan oleh Islam. Bahkan
ada sebuah riwayat dari Abu Ya’la bahwa melaksanakan manajemen dengan baik itu
merupakan sebuah kewajiaban.
Bisnis menjadi bagian dari kehidupan ummat, karena kehidupan manusia dalam
bermasyarakat ini saling ketergantungan, saling memerlukan antara yang satu dengan yang lain.
Berbisnis menjadi peradaban manusia yang sama tuanya dengan keberadaan manusia di muka
bumi ini. Dalam kenyataannya berbisnis juga menjadi lapangan mata pencaharian yang banyak
diminati oleh warga masyarakat.
Di dalam setiap organisasi dipastikan akan memerlukan sebuah manajemen untuk
menunjang keberhasilan dalam organisasi tersebut. Suatu organisasi, baik organisasi di
pemerintahan maupun organisasi bisnis, bahkan sampai organisasi terkecil sekalipun akan
dapat berjalan dengan baik apabila manajemennya dilaksanakan dengan baik dan benar.
Sebaliknya apabila suatu organisasi dan manajemennya tidak dilaksanakan dengan baik dan
benar, maka dipastikan organisasi itu tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.
Dalam pandangan Islam segala sesuatu yang akan dilakukan harus dimanaj (dikerjakan)
dengan benar, tertib, teratur, sistematis, tuntas, dan bertanggung jawab. Tidak boleh dilakukan
dengan asal-asalan. Apa yang diatur dalam Islam ini telah menjadi indikator pelaksanaan
manajemen yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Fatimah. 2015. Obsesi Penerapan Syari’at Islam di Wilayah Lokal. Jurnal al-daulah Vol.
4 No. 2 Desember
Kartoyo. 2016. Dasar-Dasar Manajemen Teori, Definisi, dan Konsep. Yogyakarta. CV ANDI
OFFSET
Sudaryono. 2015. Pengantar Bisnis Teori dan Contoh Kasus. Yogyakarta. CV ANDI OFFSET