Anda di halaman 1dari 3

COVID-19 DAN KECENDERUNGAN PSIKOSOMATIS

Tarisa Novita Indana Zulva


Fakultas Psikologi dan Kesehatan

Email : tarisanovita27@gmail.com

ABSTRAK
Psikosomatis merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor psikologis, saat ini
dunia tengah disibukkan oleh topik utama yaitu COVID-19. Corona Virus Disease
(COVID-19) adalah jenis virus baru yang menyerang imunitas tubuh serta dapat
menyebabkan kematian. Penyebarannya yang begitu cepat membuat setiap individu
mengalami rasa cemas dan tegang, rasa cemas tersebut yang dapat membuat individu
mengalami psikosomatis seperti merasa sesak napas, dan pusing. Tujuan pembuatan
artikel ini adalah untuk melihat kecenderungan psikosomatis yang dialami masyarakat
Indonesia sebagai dampak dari adanya COVID-19, serta memberi pengetahuan
masyarakat agar tidak menyikapinya dengan respon negatif. Artikel ini disusun dengan
menggunakan metode telaah pustaka pada jurnal
ilmiah dan juga situs resmi yang memberitakan tentang perkembangan kasus COVID-19.

PEMBAHASAN

Psikosomatis berasal dari bahasa memengaruhi pola pikir masyarakat modern


Yunani psyche yaitu jiwa dan Soma adalah saat ini, seperti maraknya kasus COVID-19
badan (Atkinson, 1999). Kartini Kartono yang selalu menjadi topik utama dalam
(1986) mendefinisikan psikosomatis adalah pembicaraan warganet.
bentuk macam-macam penyakit fisik yang Corona Virus Disease (COVID-19)
ditimbulkan oleh konflik psikis dan kecemasan adalah jenis virus baru yang menular pada
kronis. Senada dengan hal tersebut, (Wika & manusia dan menyerang gangguan system
Yusleny) menyebutkan psikosomatis adalah pernapasan sampai berujung pada kematian
gangguan fisik yang disebabkan faktor (Thalia, 2020). Tanda-tanda umum orang
kejiwaan dan sosial emosi yang menumpuk terinfeksi virus ini adalah demam di atas 380C,
serta dapat menimbulkan guncangan dalam batuk, sesak, dan susah bernapas. Virus ini
diri seseorang. berawal dari kota Wuhan, China yang diduga
Definisi-definisi tersebut, merujuk ditularkan melalui hewan kepada manusia,
pada kesimpulan bahwa psikosomatis adalah Virus tersebut menyebar sangat cepat hingga
penyakit fisik disebabkan oleh tekanan sampai pada Indonesia. Dilansir dari laman
psikologis yang dapat berasal dari CNN, kasus pertama COVID-19 di Indonesia
stressor/sumber stress seperti lingkungan terjadi pada 1 maret 2020 dengan 2 pasien dari
sosial sehingga membentuk kecemasan yang Depok yang terjangkit virus tersebut karena
memengaruhi fungsi tubuh, contohnya stress berinteraksi dengan warga Jepang. Virus
dapat menyebabkan magh. Hakim (2004) tersebut juga dengan cepat menyebar diseluruh
menjelaskan keluhan psikosomatis dapat daerah Indonesia hingga diketahui saat ini 26
berupa jantung berdebar, sakit maag, sakit Maret warga Indonesia yang positif COVID-
kepala, sesak napas, dan lesu. Psikosomatis 19 berjumlah 893 orang dengan 78 meninggal,
erat kaitannya dengan psikososial, teori dan 35 sembuh. Semakin hari banyak
behavioristik menyatakan bahwa lingkungan informasi yang menyebar perihal COVID-19,
sangat memengaruhi kepribadian individu, dari informasi hoax hingga informasi yang
saat ini informasi dapat dijangkau secara bersifat resmi dan akurat. Keadaan ini
mudah dan cepat oleh masyarakat melalui membuat individu merasa cemas dan banyak
jaringan internet. Hal tersebut sangat menimbulkan respon negatif seperti terobsesi
untuk menimbun alat kesehatan hingga dapat sepenuhnya kepada Tuhan sehingga dapat
berdampak psikosomatis. menenangkan afeksi serta kognisi (Weiten).
Theory of somatic weakness
menyatakan bahwa psikosomatis dapat terjadi KESIMPULAN
karena organ secara biologis sudah
peka/lemah. Hal tersebut memberi arti bahwa Psikosomatis akan menyerang
psikosomatis akan sering terjadi/banyak individu yang merespon keadaan lingkungan
menyerang masyarakat Indonesia seiring dengan kecemasan yang berlebihan. Informasi
dengan berkembangnya informasi dan tentang COVID-19 menjadi penyebab individu
kurangnya pengetahuan terhadap hal ini, terjangkit psikosomatis karena ketegangan,
terlebih jika individu yang mengalami kecemasan, dan kepanikan yang dirasa. Untuk
memiliki organ biologis yang lemah. meminimalisir tingkat psikosomatis, individu
Kecenderungan psikosomatis akibat COVID- dapat mengganti respon negatif menjadi positif
19 juga dapat diperkuat oleh pendapat seperti selalu berusaha membersihkan diri dan
Prawiharjo (1973) yang menyebutkan salah melakukan resignasi (penyerahan diri
satu jenis psikosomatis adalah system sepenuhnya pada Tuhan).
respiratory (psikosomatis yang sering
menyerang saluran pernapasan), mengingat DAFTAR PUSTAKA
bahwa COVID-19 juga menyerang sistem
pernapasan manusia, dengan ini jelas bahwa 1. Yusuf, Thalia. 2020. “Gaya hidup
individu yang secara tiba-tiba mengalami orang percaya berlandaskan Mazmur
sesak napas belum tentu mengalami gejala 91 : 1-16 dalam menyikapi masalah
COVID, tetapi dapat diklasifikasikan pada virus corona (Covid-19) masa kini”.
psikosomatis sebagai respon dari ketegangan Institut Agama Kristen Negeri Toraja
yang dialami. 2. Ahdiany, Gina Nur, dkk. 2017.
Dr. Martina mengatakan kepada Metro “Tingkat Kecemasan Terhadap
(dikutip dari Yasinta, 2020) bahwa sangat Kematian Pada ODHA”. Jurnal
mungkin banyak orang mengembangkan Keperawatan Soedirman volume 13
gejala yang mirip dengan virus corona, hanya No. 3 (hlm.199)
karena kecemasan. Banyaknya informasi yang 3. Rachmania, Ana. 2018
menjelaskan bahwa COVID-19 menyebabkan “Kecenderungan Psikosomatis Pada
kematian membuat individu merasa cemas Remaja yang Tinggal di Pondok
yang berlebih, Kecemasan terhadap kematian Pesantren” Universitas Negeri Sunan
yang berlebih akan menimbulkan gangguan Ampel Surabaya (hlm 34)
fungsi emosional seperti neurotisma, depresi, 4. Prawiharjo, Soejono. 1973.
dan gangguan psikosomatis (Gina, dkk, 2017). “Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek-
Dr. Martina juga mengatakan kepada metro, Aspek Pengobatannya” . Yogyakarta
serangan panik dapat dengan mudah 5. Lubis, Wika & Yusuf. “Peran
disalahartikan sebagai permulaan virus corona. Hipnoterapi dan Akupuntur pada
Berdasar kajian tersebut, diharapkan Gangguan Psikosomatis ” Universitas
setiap individu tetap tenang dalam menghadapi Sumatera Utara
situasi tersebut, karena COVID-19 juga 6. Sari, Dian & Basri, Augustine
menyerang imun tubuh, jika seorang cemas Sukarlan 2017. “Gambaran
berlebihan dan mengidap gejala psikosomatis Kecemasan Pada Siswi yang
kemudian direspon dengan panik dan semakin Mengalami Kesurupan Massal”
berpikiran negatif, bisa saja COVID-19 benar Fakultas Psikologi Universitas
akan menyerangnya karena imunnya yang Indonesia
melemah. Kecemasan dapat direduksi dengan 7. CNN Indonesia “Update Corona 26
perilaku yang positif seperti selalu mencuci Maret: 893 Kasus, 78 Meninggal, 35
tangan, mengenakan masker, dan akan lebih Sembuh” diakses pada :
baik jika melakukan social distancing untuk https://m.cnnindonesia.com/nasional/2
sementara waktu hingga kasus tersebut 0200326110047-20-486984/update-
mereda. Mereduksi ketegangan dapat juga corona-26-maret-893-kasus-78-
dilakukan dengan olahraga, serta meditasi meninggal-35-sembuh.pada tanggal 26
dalam bentuk resignasi/penyerahan diri Maret 2020.
8. Rahmawati, Yasinta “Merasa Timbul
Gejala Usai Membaca Corona Jangan
Panik Dulu”

Nama : Qorina Ayunina


Nim : 23070170097

Anda mungkin juga menyukai