Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam I
Mahsa Al Zahra(12220521605)
2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah kelompok 3 dengan berjudul “Etika Bisnis dalam Islam” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah Fiqh
Mawaris. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dan bekerjasama dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, etika berpengaruh terhadap para pelaku bisnis, terutama dalam hal
kepribadian, tindakan dan perilakunya. Secara harfiah, etika bisnis Islam terdiri dari tiga
kata yang memiliki pengertian masing-masing yaitu kata etika, bisnis, dan Islam.
Masing-masing pengertiannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Etika
Pengertian etika secara umum dapat didefinisikan sebagai satu usaha sistematis,
dengan menggunakan akal untuk memaknai individu atau sosial kita, pengalaman
moral, di mana dengan cara itu dapat menentukan peran yang akan mengatur tindakan
manusia dan nilai yang bermanfaat dalam kehidupan. 1
Menurut Simorangkir etika adalah hasil usaha yang sistematik yang menggunakan
rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individu dan sosial untuk menetapkan
aturan dalam mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk
bisa dijadikan pedoman hidup. Adapun menurut Satyanugraha mendefinisikan etika
sebagai nilai-nilai dan norma moral dalam suatu masyarakat.2
Sebagai ilmu, etika juga bisa diartikan pemikiran moral yang mempelajari tentang
apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan. Pengertian etika disini
lebih sebagai ilmu atau bagian dari pemikiran filsafat yang memiliki ciri-ciri berikut:
a. Etika itu bersifat rasional, artinya benar salah bergantung pada pemikiran manusia
(rasionalitas).
b. Digunakan pemikiran yang kritis.
c. Diatur dan dibahas secara sistematis.
d. Dibahas secara mendasar.
e. Merupakan hal yang bersifat normatif atau berbobot nilai-nilai atau norma.3
Dalam khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai akhlak atau adab yang
bertujuan untuk mendidik moralitas manusia. Etika terdapat dalam materimateri
kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an yang sangat luas, dan dikembangkan dalam pengaruh
filsafat Yunani hingga para sufi. Ahmad Amin memberikan batasan, bahwa etika atau
akhlak adalah ilmu yang menjelaskan makna baik buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.4
Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Etika sangat
1
Taha Jabir Al-Alwani, Bisnis Islam (Yogyakarta: AK Group, 2005) 4
2
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011) 16
3
20 Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam ..., 16
4
Veithzal Rivai,dkk, Islamic Business And Economic Ethics..., 3-4
penting adanya dalam melakukan sesuatu. Karena etika akan menentukan hasil baik
atau buruknya sesuatu yang dilakukan.
2. Bisnis
Dalam bahasa Indonesia, bisnis diserap dari kata business dari bahasa Inggris yang
berarti kesibukan. Jadi bisnis adalah kesibukan yang berorientasi pada profit atau
keuntungan. Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.
Adapun bisnis menurut para ahli, menurut Musselman dan Jackson, bisnis adalah
suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonomis masyarakat,
perusahaan yang diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas
tersebut.5
Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang
saling menguntungkan atau memberi manfaat. Adapun dalam pandangan Straub dan
Attner bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
memperoleh profit. Barang yang dimaksud adalah suatu produk yang secara fisik
memiliki wujud, sedangkan jasa adalah aktivitas-aktivitas yang memberi manfaat
kepada konsumen atau pelaku bisnis lainnya.6
Mahmud Machfoedz juga berpendapat bahwa bisnis adalah suatu usaha
perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi agar bisa
mendapatkan laba dengan cara memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.7
Islam mewajibkan setiap muslim (khususnya) mempunyai tanggungan untuk
bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia
mencari nafkah. Allah melapangkan bumi dan seisinya dengan berbagai fasilitas yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencari rezeki. Seperti dalam firman Allah
SWT. dalam surat Al-A‟raf ayat 10 yang artinya:
“Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami
adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu
bersyukur”.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa di bumi inilah manusia mendapat ketetapan
hidup. Lalu dijadikannya pula di dalam bumi itu berbagai ragam mata penghidupan.
Tidaklah terhitung betapa banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia
sehingga dia bisa menetap hidup dalam bumi ini. Matahari tetap bersinar, tidak terlalu
dekat, sehingga manusia mati kepanasan dan tidak terlalu jauh sehingga manusia mati
kedinginan, dan tetap pembagian siang dan malam, sehingga hidup manusia tidak
kacau. Air tetap ada untuk hidup, makanan dari hasil bumi selalu keluar, sehingga
tidak mati kelaparan. 8
5
Djohar Arifin dan Abdul Aziz , Etika Bisnis Islam..., 8
6
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema
Insani, 2003) 15
7
Djohar Arifin dan Abdul Aziz , Etika Bisnis Islam..., 9
8
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2003) 2320
Semua itu menyebabkan manusia wajib banyak bersyukur, tetapi kesyukuran itu
sedikit sekali dilakukan oleh hamba-hamba Allah. Syukur nikmat bisa dilakukan
dengan mengenal siapa pemberinya, kemudian memuji pemberi itu, dan
menyanjungnya dengan sanjungan yang patut bagi-Nya. Kemudian, kenikmatan itu
digunakan sesuai dengan yang disukai dan diridhai oleh pemberi nikmat itu, dan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang oleh karenanya kenikmatan itu diberikan. 9
3. Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu al-Islam ( )االسالم. Islam dalam bahasa
Arab dimaknai sebagai “inqiyad” (tunduk), dalam arti tunduk dan menyerahkan diri
kepada siapa saja yang memerintah. Biasanya juga, kata Islam dipakai untuk dua
macam arti, yaitu:
a. Yang mengandung penderita dengan sendirinya, “Muta‟adi binafsihi”, yang berarti
“menyerahkan”.
b. Yang tidak bermaksud kepada penderita “al-lazim”, yang berarti “selamat”.10
Islam adalah agama para Rasul dan Nabi seluruhnya. Dari Nabi Adam hingga
risalah Nabi Muhammad SAW. yang menjadi pamungkas risalah-risalah Allah SWT.
Islam maknanya adalah berserah diri kepada Allah SWT. dalam perintahNya,
larangan-Nya dan berita-Nya melalui jalan wahyu. Maka siapa yang menyerahkan
dirinya, hatinya dan anggota tubuhnya kepada Allah SWT. dalam segala perkara
berarti dia adalah seorang muslim. 11
Dengan kata lain Islam berarti tunduk dan berserah diri kepada Allah SWT. Allah
SWT memerintahkan umatnya untuk selalu berserah diri kepada-Nya dalam hal
apapun, baik dalam hal pekerjaan, tingkah laku, kesenangan, maupun kesedihan,
semuanya hanya kepada Allah SWT. karena Allah SWT yang mengatur semua
kehidupan manusia di bumi ini.
4. Etika Bisnis Islami
Etika bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui halhal
yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar
berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan
dengan tuntutan perusahaan.
Dalam situasi dunia bisnis membutuhkan etika, Islam sejak lebih dari 14 abad yang
lalu, telah menyerukan urgensi etika bagi aktivitas bisnis. Islam sebagai sumber nilai
dan etika Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan
manusia secara meyeluruh, termasuk masalah bisnis.
Aktivitas bisnis merupakan bagian integral dari wacana ekonomi. Sistem ekonomi
Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sedangkan sistem ekonomi lain, seperti
kapitalisme dan sosialisme, cenderung mengabaikan etika sehingga aspek nilai tidak
begitu tampak dalam bangunan kedua sistem ekonomi tersebut.12
Dengan kata lain etika bisnis Islam adalah suatu kegiatan usaha baik itu pertukaran
barang atau jasa, ataupun kegiatan produksi dan distribusi, dimana kegiatan usaha
9
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV.Toha Putra, 1988) 201 202
10
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari‟ah (Bandung: Alfabeta, 2010) , 3
11
Said Hawwa, Al-Islam (Jakarta: Gema Insani, 2004) 14
12
Veithzal Rivai,dkk, Islamic Business And Economic Ethics..., 36
tersebut dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islami. Dengan adanya etika, aktifitas bisnis
dapat berjalan dengan seimbang, karena etika akan menentukan hasil baik buruknya
suatu pekerjaan. Etika bisnis Islam akan membentuk suatu kesadaran pelaku bisnis
dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi.
Etika dalam Islam menyoroti kedermawanan dan keterbukaan terkait hal yang
berhubungan dengan orang lain, baik di tempat kerja maupun di luar lingkungan
pekerjaan, karena Islam sangat menekankan untuk menjalin hubungan baik dengan
masyarakat dan melayani kepentingan masyarakat. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menjadi tujuan akhir dari etika Islam (Ali dan Al- Aali, 2015).
Etika Islam didasarkan pada metode rasional dan juga wahyu. Wahyu menyediakan
kebenaran, sementara metode rasional mengarah pada pemahaman dan penghargaan
akan kebenaran. Oleh karena itu, etika Islam didasarkan pada tauhid, atau prinsip
persatuan, yang menentukan hubungan unik antara Tuhan dan manusia, pria dan pria,
serta manusia dan miliknya lingkungan (Alhabshi, 1993). Dalam budaya Islam, istilah
itulah yang paling banyak terkait dengan etika yang disebut dalam Alquran suci
sebagai Khouloq (Beekun, 2004).
Perilaku bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam didasarkan pada dua prinsip dasar,
yaitu kebebasan dan keadilan. Misi mendasar semua nabi menurut Alquran, adalah untuk
menjaga keseimbangan dan menegakkan keadilan. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt.:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu-bapak dan kaum
kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau pun miskin maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu
kerjakan." (QS. An-Nisaa (4):135).
Selain itu, menegakkan keadilan juga tertuang dalam Q.S. An-Nisaa' (4:58) dan QS.
Al-Maa'idah (5:8). Kebebasan dalam hal transaksi bisnis membayangkan hak memiliki
properti, legalitas perdagangan, dan adanya persetujuan bersama. Namun, persetujuan
bersama bisa didapat ketika hanya ada kemauan, kejujuran serta menghindari paksaan,
penipuan, dan kebohongan (Abeng, 1997).
Sementara itu, keadilan dalam perkara transaksi bisnis menurut Abeng (1997)
meliputi beberapa hal berikut.
1. Tawakal
"Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut kepada
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal". (Q.S. Ali-'Imraan [3]:159).
2. Takwa
Takwa adalah mengendalikan diri dari melanggar perintah Allah. Hal ini berkaitan
dengan perbuatan baik dalam Islam. Islam mengajarkan agar setiap orang yang
beriman tidak membeda-bedakan situasi untuk melakukan takwa. Di mana pun
seorang muslim berada, dia harus bertakwa. Hal tersebut termasuk pula dalam lingkup
berbisnis.
3. Jujur
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaff [61]:2-3).
4. Adil
Berbisnis dalam Islam bertumpu pada nilai keadilan. Sikap adil ini meliputi segala
lingkup aktivitas seseorang. Dalam lingkup bisnis, seseorang harus dapat berlaku adil
kepada pembeli, penjual, stakeholder, dan lainnya. Berikut dalil bahwa seorang
muslim harus berlaku adil.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu-bapak dan kaum
kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau pun miskin maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang
kamu kerjakan." (QS. An-Nisaa [4]:135).
Etika bisnis yang sesuai Islam berlandaskan iman kepada Allah dan RasulNya atau
menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhi larangan Allah dan
Rasul-Nya. Dengan demikian perilaku dalam bisnis hendaknya sesuai dengan yang
dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Strategi bisnis yang sesuai Islam adalah berupaya dengan sungguh-sungguh di jalan
Allah dengan mengelola sumberdaya secara optimal untuk mencapai tujuan yang terbaik
di sisi Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk
kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan menuruti apa yang telah
Dia takdirkan atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia kehendaki,
dan Allah memberi rezeki kepada mereka menurut keputusanNya, tidak seorang pun
diantara mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudharat kepada dirinya
sendiri. Kalimat ini merupakan penegas bagi suruhan agar memberi peringatan, dan
juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena diciptakannya
mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang
menyebabkan mereka wajib ingat dan menuruti nasihat.13
13
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi...,20-21
14
Ibid hal 266
15
Hamka, Tafsir Al-Azhar..., 7568
5. Melaksanakan Keadilan
Prinsip terpenting yang mengatur seluruh aktivitas ekonomi adalah keadilan, yang
berarti perdagangan jujur dengan sesama dan menjaga keseimbangan keadilan
menjaga langit dan bumi berada dalam tempat yang tepatnya masingmasing dan
menjadi kekuatan penyatu antara berbagai segmen dalam sebuah masyarakat.
6. Melaksanakan Kejujuran
Kejujuran, penyampaian keadaan yang sebenar-benarnya, dan perhatian atas orang
lain adalah ajaran dasar yang diberikan kepada umat Muslim oleh Syariah dengan
penekanan yang relatif lebih besar berkenaan dengan transaksi bisnis 16.
7. Menepati Janji
Allah SWT menganjurkan untuk menepati janji dalam jual beli dan aktivitas
lainnya. Kontrak (akad) bisnis dan finansial menghilangkan hak serta kewajiban dari
semua pihak dan pihak yang berkewajiban harus memenuhi kewajibannya sesuai
dengan persetujuan atau kontraknya. 17
8. Menunaikan Hak
Hak yang harus ditunaikan oleh seorang pengusaha kepada Allah adalah zakat atas
mereka, diikuti shodaqoh dan infak. Sebagai pelaku bisnis yang baik, tentunya pelaku
bisnis sadar akan kewajibannya. Kewajiban tersebut yaitu kewajiban membayar zakat.
Seseorang yang mempunyai penghasilan lebih, wajib mengeluarkan zakat. Karena
dari penghasilan tersebut, ada hak orang lain. Dimana hak orang lain dari penghasilan
yang dimiliki itu harus dikeluarkan, baik melalui zakat maupun shodaqoh.
9. Menggunakan Barang Tanggungan
Allah SWT dan Rasul-Nya membolehkan menggunakan barang tanggungan, jika
tidak memperoleh penulis. Islam itu memudahkan umatnya dalam hal apapun. Salah
satunya dalam masalah utang piutang. Ketika melakukan utang piutang, Islam
memerintahkan untuk menulisnya. Hal tersebut dilakukan karena menghindari
kesalahpahaman diantara masing-masing pihak. Karena seorang manusia bisa saja
lupa akan utang piutangnya kepada orang lain. Maka untuk menghindari masalah
yang tidak diinginkan, jika melakukan utang piutang haruslah ada penulis yang
menuliskannya. Tetapi jika tidak ada seorang penulisnya, maka Islam memerintahkan
adanya barang tanggungan sebagai pengganti. Barang tanggungan tersebut diberikan
kepada yang berpiutang sebagai jaminan.
10. Menggunakan Persetujuan Kedua Belah Pihak
Dengan kata lain, transaksi bisnis yang dilakukan haruslah dengan adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak. Jika tidak adanya kesepakatan antara kedua
belah pihak maka dapat menyebabkan salah satu pihak yang dirugikan.
11. Bertawakal Kepada Allah SWT
Tawakal merupakan tingkatan orang yang dekat dengan Allah SWT. Dalam surat
Ath-Thalaq ayat 3:
16
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009) 103
17
Ibid hal 107
Artinya:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang menyerahkan urusannya
kepada Allah dan memasrahkan kebebasannya kepada-Nya, maka Dia akan
mencukupinya dalam hal yang menyulitkannya di dunia dan di akhirat. Maksudnya,
hamba itu mengambil sebab-sebab yang dijadikan Allah, termasuk sunnah-sunnah
Allah dalam kehidupan ini, dan menunaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya,
kemudian menyerahkan urusannya kepada Allah dalam sebab-sebab yang tidak
diketahuinya dan tidak dapat ia capai pengetahuannya. 18
12. Saling Menolong dalam Bisnis
Allah SWT menganjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan
takwa. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan
sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis Adam
Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap taawun sebagai implikasi sosial kegiatan
bisnis. Berbisnis bukan mencari untung materiil semata, tetapi didasari kesadaran
memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.
13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang
haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya.
14. Menggunakan Akad Salam
Menurut Bahasa : dari kata “As salaf” : pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Pengertian salam menurut istilah yaitu, menurut
Malikiyah, salam adalah jaul beli dimana modal (harga) dibayar di muka, sedangkan
barang diserahkan di belakang. 19
Rukun salam menurut Jumhur Ulama meliputi:
a. Aqid, yaitu pembeli, dan penjual.
b. Ma’qud ‘alaih, yaitu barang yang dipesan, dan harga atau modal salam.
c. Shighat yaitu ijab dan qabul.
18
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi..., 229
19
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013) 242
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah penerapan nilai-nilai pada tindakan dan perilaku manusia. Etika juga
memiliki pengertian sebagai kumpulan standar moral yang mengatur perilaku manusia
dan hubungan indi dengan orang lain serta mengatur perilaku yang benar atau salah.
Dasar hukum etika bisnis Islam didasarkan pada dua prinsip dasar, yaitu kebebasan
dan keadilan. Misi mendasar dari semua nabi menurut Alquran adalah untuk menjaga
keseimbangan menegakkan keadilan.
Prinsip dasar etika bisnis Islam antara lain pemenuhan janji, ketepatan dalam bobot
dan uku efisiensi, pemilihan jasa, investigasi, dan verifikasi.
3.2 Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya sumber informasi dan kemampuan kami.
Oleh karena itu, Kami selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kami khususnya
bagi pembaca. Amiin…
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009)
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011)