Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“HAKIKAT ETIKA DALAM SEJARAH (AKSIOMA DASAR DAN TUJUAN


ETIKA ISLAM)”

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu : Lutfi Nurfita S. E. Sy., M.E.

Disusun Oleh :

Nur Faza Sholihin 63010210118

M. Dermawan Dwiki Yulianto 63010210119

Alya Hilda Miranti 63010210120

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

ُ‫ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُالل ِه َوبَ َر َكاتُه‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan nikmat serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Hakikat Etika
Dalam Ajaran Islam“, yang menurut kami dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan
masukan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, Kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa syukur dan terima kasih , semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat.

Salatiga, 8 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Etika Bisnis Islam.................................................................................................3
B. Karakteristik Etika Binis..............................................................................................................4
C. Fungsi dan Tujuan Etika Bisnis Islam..........................................................................................4
D. Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam..............................................................................................5
E. Urgensi Etika Bisnis Islam..........................................................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (moralitas). Meskipun sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Secara singkat, jika moral cenderung pada pengertian "nilai baik dan huruk
dari setiap perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan buruk". Jadi, bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk (ethics atau 'ilmal-
akhlaq) dan moral (akhlaq) adalah praktiknya. Akhlah merupakan bentuk praksis ajaran
Islam dalam mengatur tindakan moral manusia. Akhlak juga sering didefinisikan sebagai
ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mendapatkannya, sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari- hari dan ilmu tentang hal yang buruk dan bagaimana cara
menjauhinya.

Sering pula yang dimaksud dengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atas
dorongan jiwa berupa perbuatan baik maupun buruk. Etika adalah salah satu cabang
filsafat yang mempelajari tentang tingkah laku manusia, perkataan etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah sebuah pranata
prilaku seseorang atau kelompok orang yang tersusun dari suatu sistem nilai atau norma
yang diambil dari gejala-gejala alamiyah sekelompok masyarakat tersebut.

Di dalam agama Islam pemakaian istilah etika disamakan dengan akhlak, adapun
persamaannya terletak pada objeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas baik
buruknya tingkah laku manusia. Segi perbedaannya etika menentukan baik buruknya
manusia dengan tolak ukur akal pikiran. Sedangkan akhlak dengan menentukannya
dengan tolak ukur ajaran agama (al-Quran dan al- Sunnah).

Sumber etika dalam Islam (etika Islam) adalah al-Qur'an dan Sunnah yang mana
kedua sumber tersebut selalu menjadi tolak ukur akan baik buruknya perbuatan yang
dilakukan oleh kaum muslimin.Kedua sumber ini juga selalu menjadi pedoman atau bisa
disebut juga penuntun kehidupan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia maupun
diakhirat.

Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada umat Islam melalui Nabi
Muhammad SAW. Perilaku Nabi dipandang sebagai penafsiran Al-Qur'an paling faktual.
Bahkan di banyak riwayat ditegaskan bahwa Nabi tidak bertindak/berperilaku melainkan
karena tuntunan wahyu, dan akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an. Itu sebabnya dalam
keilmuan Islam, etika Islam tidak melepaskan dasar pemikirannya dari Al-Qur'an dan
Sunah Nabi SAW. "Alif lam mim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" (QS. Al- Baqarah 1-2), "Sesunguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang
megharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut nama
Allah. (QS. Al-Ahzab 21), "Aku tinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu akan
sesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah
dan sunah rasul-Nya." (al-hadits).

Al-Qur'an merupakan kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril yang bertujuan terwujudnya insan kamil yang
mempunyai posisi yang mulia di sisi Allah SWT serta memiliki nilai-nilai humanisme
yang tinggi. Allah menurunkan wahyu melalui para Nabi-Nya, dan menjelaskan hukum-
hukum kehidupan semua, itu semata-mata untuk kepentingan manusia sendiri, dan
merupakan wujud kasih sayang kepada manusia, agar manusia memperoleh keselamatan
dan kebahagiaan.

Maka, dari itu saya membuat makalah dengan judul Hakikat Etika. Dalam Ajaran
Islam dan berharap semoga dapat bermnfaat bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Etika Bisnis Islam?
2. Apa Saja Karakteristik Etika Bisnis?
3. Apa Fungsi Dan Tujuan Etika Bisnis Islam?
4. Bagaimana Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam?
5. Apa Urgensi Etika Bisnis Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep Dasar Etika Bisnis Islam
2. Mengetahui Krakteristik Etika Bisnis
3. Mengetahui Fungsi Dan Tujuan Etika Bisnis Islam
4. Mengetahui Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam
5. Mengtahui Urgensi Etika Bisnis Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Etika Bisnis Islam


Salah satu tujuan etika analitik adalah menganalisis asumsi – asumsi etika. Sebagai
dari hakikat etika bisnis adalah analisis atas asumsi – asumsi bisnis, baik asumsi moral
maupun asumsi pandangan dari sudut moral.1 Dari tahun ke tahun cakupan etika bisnis
semakin luas sehingga semakin sulit memanfaatkannya. Akan makin memperburuk
keadaan karena beberapa teori etik dan pandangan yang dikemukakan saling bertentangan,
demikian juga cara mengobatinya. Hal – hal itu akan merepotkan para menejer
menghadapi kenyataan dalam bisnis. Beberapa pengertian etika bisnis yang akan
dijelaskan dibawah ini.2

Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari Tindakan sosial


berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan
etika melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama
yang membentuk etika adalah moral. Etika hanya mengatur tentang cara manusia dalam
bertindak dan tidak memperhatikan kondisi fisik dari manusia. Ruang lingkup etika
meliputi analisis dan penerapan konsep mengenai kebenaran, kekeliruan, kebaikan,
keburukan, dan tanggung jawab.  Pengelompokan etika secara umum terdiri dari etika
deskriptif, etika normatif, etika deontologi, dan etika teleology. Manfaat dari etika adalah
Adanya pengendalian diri individu yang dapat mempermudah pemenuhan atas
kepentingan kelompok sosial. 3

Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau kelompok dengan
menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba). Arti bisnis juga bisa
didefinisikan sebagai menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Dalam arti luas, pengertian bisnis adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam
kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya, pengertian bisnis memuat 4 aspek yakni,
menghasilkan barang dan jasa, mendapatkan laba, suatu kegiatan usaha dan memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam sehari-hari.4

Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan
tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis
maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut
maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun
tidak langsung. Etika bisnis dalam pandangan agama Islam yaitu memiliki etika yang
senantiasa memelihara kejernihan aturan agama (Syariat) yang jauh dari keserakahan dan
egoisme. Ketika etika-etika ini di implikasikan secara baik dalam setiap kegiatan usaha
1
Simorangkir, ETIKA BISNIS, Jabatan dan Perbankan (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hal.20
2
Panji Ardiansyah, ETIKA BISNIS (Bantul: QUADRANT,2017), hal.17
3
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2011). Hal.21
4
Keraf, Sonny, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. (Bandung: Kanisius,2000)
(bisnis) maka usaha-usaha yang dijalankan tersebut menjadi jalan yang membentuk
sebuah masyarakat yang makmur dan sejahtera. Islam juga memandang tentang etika
yakni langkah penting pertama dalam menentukan kaidah-kaidah perilaku ekonomi dalam
masyarakat Islam. Pandangan Islam mengenai proses kehidupan tampak unik karena
bukan saja perhatian utamanya pada norma-norma etika, melainkan juga karena
kelengkapannya (Raharjo, 1991).5

Dalam Islam etika memiliki karakter yang khusus. Islam bukanlah agama takhayul
yang mengajarkan penganutnya untuk mengisolasi diri dari masyarakat umum. Islam juga
bukanlah agama yang mengatur masalah ritual saja. Namun, Islam mengajarkan
penganutnya untuk beretika secara Islami yang mana telah diajarkan oleh agamanya
sendiri (Islam) sehingga nilai-nilai etika ditegakkan untuk mengaturnya. Ajaran etika
dalam Islam menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia, yaitu beretika dengan sesama
manusia, lingkungan, hewan dan lain sebagainya.

Kedudukan etika Islam dalam kehidupan manusia menempati tempat paling baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.Apabila etika seseorang itu baik
maka ia akan sejahtera lahir dan batin namun jika etikanya buruk maka buruklah lahir
batinnya.

Sumber-sumber etika Islam secara umum berhubungan dengan empat hal yaitu
sebagai berikut:

A. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
B. Dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak universal.
C. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yakni apakah perbuatan itu
akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina. Etika merupakan konsep atau
pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau
status perbuatan yang dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian
sistem nilai nilai yang ada.
D. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
tuntunan zaman.

B. Karakteristik Etika Binis


Hamzah Ya'qub menulis lima karakter etika Islam yang menurutnya dapat
membedakannya dengan etika lain. Karakteristik etika Islam yang dimaksud, yaitu:

a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik
dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

5
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2006). Hal.5
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya
perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah Swt., yaitu ajaran yang berasal dari Al-
Qur'andan al-Hadis.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia di segala waktu dan tempat.
d. Ajaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah (naluri) dan akal
pikiran manusia (manusiawi), maka etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh
seluruh manusia.
e. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang
luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinaran petunjuk
Allah Swt. menuju keridaan-Nya.6

C. Fungsi dan Tujuan Etika Bisnis Islam


Dalam dunia bisnis, etika bisnis Islam memiliki fungsi fundamental untuk menjaga
iklim bisnis yang baik. Etika tidak hanya memberikan arahan pada pengambilan putusan,
tetapi juga menyediakan pemahaman moral melalui penjelasan dari obligasi moral. Etika
memberikan kontrubusi pada perkembangan pengetahuan tentang etika.

Fungsi etika bisnis Islam menurut Rafik Issa Beekun adalah menuntun seluruh aspek
kegiatan bisnis demi mencapai kesuksesan tertinggi (falah), dan menjadi standar khusus
bagi pelaku bisnis baik perorangan maupun perusahaan untuk menentukan apa dan
bagaimana tanggungjawab perusahaan terhadap pihak lain, baik intemal maupun eksternal.

Hussain Sahata mengatakan bahwa fungsi etika bisnis Islam adalah sebagai standar
untuk mengevaluasi aktifitas bisnis dan memberikan hukuman atas kelalaian atau
pelanggaran terhadap kode etik. Naqvi mengatakan bahwa fungsi etika bisnis Islam adalah
sebagai alat analisis untuk menyelidiki aktifitas-aktifitas bisnis yang tidak konsisten
dengan ajaran-ajaran Islam, dan sebagai alat operasional sistem ekonomi Islam yang
berkaitan dengan prilaku ekonomi.
Kesimpulannya bahwa etika bisnis Islam berfungsi sebagai standar penentuan baik
dan buruk suatu aktifitas bisnis dan sebagai perangkat analisis untuk mengevaluasi
aktifitas bisnis agar sesuai dengan ajaran-ajaran Islam demi mencapai falah.

Adapun tujuan etika bisnis dalam Islam secara umum, yaitu: membentuk karakter
pelaku bisnis agar sesuai dengan akhlak mulia, memecahkan masalah para pelaku bisnis
dan memperkuat ikatan persaudaraan dan kerjasama di antara mereka, mengikis paham
materialisme, membentuk karakter pebisnis muslim yang religius dan profesional,
menjaga dan memelihara kelangsungan bisnis, menentukan batas-batas halal-haram dalam
aktifitas bisnis, membentuk iklim bisnis yang etis dan islami, membangun kepercayaan
(trust) antara produsen dan konsumen, menyatukan dimensi mu'amalah dan ibadah,

6
Hardiono, “Sumber Etika dalam islam”, Jurnal Al-Aqidah: Jurnal IlmuAqidah Filsafat, Vol12, Edisi 2,
(2020), hal.33
meraih profit materi (qimah maddiyah) dan benefit nonmateri (gimah khuluqiyah dan
ruhiyah)7

D. Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam


Menurut Muhammad dan SyedNawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu
Ekonomi: Suatu Sintesis Islami", memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu,
tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung jawab, yang mana dari keempat
pokok inilah yang kemudian banyak kita kembangkan menjadi etika-etika kegiatan sehari-
hari yang memang tetap berporos pada aksioma itu sendiri. Keempat prinsip ini di
sesuaikan bedasarkan maqashid syariah yang ada dan memang berdasakan etika ekonomi.8
Pandangan Islam tentang manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri dan
lingkungan sosialnya dapat direpresentasikan dengan empat aksioma etika yang
komprehensif untuk digunakan sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan
pernyataan ekonomi. Meskipun, masing-masing aksioma dijabarkan secara beragam dalam
sejarah manusia, tetapi suatu konsensus yang luas telah berkembang tentang makna
komulatifnya bagi perspektif sosial ekonomi muslim.

 Keesaan/Tauhid (unity), Prinsip keesaan adalah bentuk dimensi vertikal sebagaimana


terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek
kehidupan muslim, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan agama serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Tauhid
merupakan konsep serba eksklusif dan inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan
khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada kehendak-Nya,
tetapi pada eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat sebab
seluruh umat manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada Allah semata.
 Keseimbangan/’Adl (equilibrum), Keseimbangan atau keadilan menggambarkan
dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada
alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan
keseimbangan yang harmonis.Prinsip keseimbangan mengantar manusia meyakini
bahwa segala sesuatu diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Hal ini
menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi dan selaras dengan dirinya
sendiri, namun juga menuntutnya untuk menciptakan ketiga hal tersebut dalam
masyarakat, bahkan alam seluruhnya.
 Kebebasan/Hurriyah (freewill), Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang
paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia "bebas". Hanya Tuhan
yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaan-Nya, manusia juga secara
relatif mempunyai kebebasan. Kebebasan manusia untuk menentukan sikap - baik atau
jahat - bersumber dari posisi manusia sebagai wakil (khalifah) Allah di bumi dan
7
Fahmi, Irham, Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi.(Bandung: CV Alfabeta,2017)

8
Amalia Arifiani, “Penerapan Aksioma Etika Islam Dalam Bisnis Perhotelan dan Pengaruhnya Terhadap
Preferensi Konsumen”, Jurnal Ilmiah, (2020)
posisinya sebagai makhluk yang dianugerahi kehendak bebas. Manusia dianugerahi
kebebasan untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah di muka bumi. Pada
batas-batas tertentu, manusia mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan
kehidupannya kepada tujuan pencapaian kesucian diri. Prinsip kebebasan ini berlaku,
baik bagi manusia secara individu maupun kolektif. Prinsip kebebasan yang dimaksud
adalah suatu keyakinan pada diri seorang muslim, bahwasanya di samping memberikan
kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan baik atau buruk yang ada
dihadapannya, Allah juga memiliki kebebasan mutlak.Kebebasan yang dimiliki Tuhan
adalah absolut sementara kebebasan manusia bersifat relatif.
 Tanggungjawab/Mas’uliyah (responsibility), Secara logis, prinsip tanggungjawab
mempunyai hubungan dengan prinsip kehendak bebas yang menetapkan batasan
mengenai apa yang bebas dilakukan manusia dengan membuatnya bertanggungjawab
atas semua yang dilakukannya.Artinya suatu perbuatan akan terwujud bilamana
perbuatan tersebut merupakan produk pilihan sadar dalam situasi bebas, di mana
pertanggungjawaban bisa diberlakukan. Dengan demikian, semakin besar wilayah
kebebasan maka semakin besar pula pula pertanggungjawaban moralnya.
Tanggungjawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku
manusia. Bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan
kualitas keseimbangan dalam masyarakat. Dalam prinsip ini, manusia diberi kebebasan
untuk memilih dan akan menerima akibatnya dari apa yang menjadi pilihannya.
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi
tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia harus mempertanggungjawabkan
tindakannya.9

E. Urgensi Etika Bisnis Islam

Bagaimanapun perilaku mencerminkan akhlak (etika) seseorang. Atau dengan kata


lain, perilaku ber-relasi dengan etika. apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan
akan menghasilkan perilaku yang baik dalam setiap aktivitas atau tindakannya, tanpa
kecuali dalam aktivitas bisnis.

Secara konkret bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika,
bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain
(moral altruistik) dan sebagainya. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai
kesadaran akan etika, di mana pun dan kapan pun saja tipe kelompok orang kedua ini akan
menampakkan sikap kontra produktif dengan sikap tipe kelompok orang pertama dalam
mengendalikan bisnis.

9
Muhammad Kamal Zubair, “Signifikansi Aksioma Etika Dalam Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, VolVll, No.1, (2012) hal.8-15
Menurut Qardawi, antara ekonomi (bisnis) dan akhlak (etika) tidak pernah terpisah
sama sekali, seperti halnya antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara
perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami karena risalah
Islam adalah risalah akhlak. Sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara agama dan
negara, dan antara materi dan rohani. Seorang muslim yakin akan kesatuan hidup dan
kesatuan kemanusiaan. Oleh sebab itu, tidak bisa diterima sama sekali tindakan pemisahan
antara kehidupan dunia dan agama sebagaimana yang terjadi di Eropa.

Seorang pengusaha dalam pandangan etika Islam bukan sekadar mencari keuntungan,
melainkan juga keberkahan yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh
keuntungan yang wajar dan diridloi oleh Allah SWT. Ini berarti yang harus diraih oleh
seorang pedagang dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi),
tetapi yang penting lagi adalah keuntungan immateriil (spiritual). Kebendaan yang profan
(intransenden) baru bermakna. apabila diimbangi dengan kepentingan spiritual yang
transenden (ukhrawi).

Perlu disadari bagaimanapun dalam dunia usaha (bisnis) mau tidak mau akan muncul
masalah-masalah etis dan masalah-masalah etis itu sudah barang tentu harus dicarikan
jalan keluarnya10. Terlebih lagi secara realitas, dunia usaha di tanah air masih memandang
etika bisnis sebagai sesuatu yang asing, yang sulit ditempatkan ke dalam dunia bisnis
sehari-hari. Maraknya penggunaan zat tambahan (aditif), baik untuk penyedap, pengawet,
pewarna dan lain sebagainya adalah merupakan salah satu contoh kecil yang ikut
memperkuat tesis itu. Belum lagi kasus-kasus besar yang menyangkut masalah perusakan
lingkungan hidup, kejahatan perbankan, pembalakan hutan dan lain-lain, semakin
meyakini betapa penting peran etika bisnis dalam mengantisipasi penyimpangan yang
banyak merugikan bangsa itu.

Dalam Islam, tuntutan bekerja adalah merupakan sebuah kenicyaan bagi setiap
muslim agar kebutuhan hidupnya sehari-hari bisa terpenuhi. Salah satu jalan untuk
memenuhi kebutuhan itu antara lain melalui aktivitas bisnis sebagaimana telah
dicontohkan oleh baginda Rasulullah saw. sejak beliau masih usia muda." Hanya saja
beliau dalam berbinis benar-benar mengeterapkan standar moral yang digariskan dalam al-
Qur'an.

Sebagai pelaku bisnis, terutama sebagai muslim, harus menyibukkan diri dengan
masalah-masalah etis. Dengan kata lain, profesionalitas dalam bisnis dituntut juga adanya
kompetensi yang memadai dalam memecahkan tantangan etika bisnis yang sekarang
ditengarai mulai longgar (permissive). Kemampuan untuk menentukan sikap-sikap etis
yang tepat, termasuk kompetensi sebagai usahawan atau manajer. Begitu pula sebuah
perusahaan hanya akan berhasil dalam waktu panjang apabila berpegang pada standar-
standar etis yang berlaku. Inilah profil perusahaan yang disebut good business yang
berpijak pada reliable ethics.
10
Franz Magnis-Suseno, Etika Bisnis Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
1994), hal.1
Sebagai agama rahmat lil alamin yang bersumber pokok dari ajaran wahyu, sudah
barang tentu menjadikan etika (akhlak) sebagai urat nadi dalam segala aspek kehidupan
seorang muslim. Terlebih lagi Islam mengajarkan ketinggian nilai etika tidak saja secara
teoritis yang bersifat abstrak, namun juga yang bersifat aplikatif. Tidakkah kita sadari
bahwa salah satu misi pokok kerasulan Muhammad Saw. adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Dengan begitu bagaimana praktik bisnis Rasulullah saw. yang
ditunjukkan kepada kita, pada hakikatnya tidak lepas dari rakayasa Allah SWT yang
mengajarkan kepada manusia tentang etika dalam pengertian praksis itu. Justru karena itu,
tesis Yusuf Qardhawi yang menyatakan bahwa segala ranah kehidupan muslim tidak lepas
dari ajaran akhlak, termasuk dalam aktivitas ekonomi (bisnis), tak perlu diragukan lagi
keabsahannya dan benar adanya.

Akhirnya, untuk jelasnya, apa sebenarnya urgensi etika dalam aktivitas bisnis, dalam
hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, aspek teologis, bahwasanya etika
dalam Islam (akhlak) merupakan ajaran Tuhan yang diwahyukan kepada Rasulullah saw.
baik dalam bentuk al-Qur'an maupun Sunnah. Secara normatif, Tuhan telah menyinggung
masalah akhlak dalam surat al-Qalam ayat 4 di atas. Namun, secara praksis Tuhan telah
mengajarkan bagaimanakah sejatinya berbisnis yang etis melalui praktik bisnis Rasulullah
saw. (uswah prophetic) selama kurang lebih 25 tahun lamanya.

Kedua, aspek watak manusia (character) yang cenderung mendahulukan keinginan


(will) daripada kebutuhannya (need). Bukankah watak dasar manusia itu secara universal
adalah bersifat serakah (tamak) dan cenderung mendahulukan keinginannya yang tidak
terbatas dan tidak terukur daripada sekadar memenuhi kebutuhannya yang terbatas dan
terukur. Dengan watak semacam ini tentu saja manusia membutuhkan pencerahan agar
mereka sadar bahwasanya dalam hidup ini yang paling popkok adalah memenuhi
kebutuhan yang mendasar. Apabila tidak, niscaya dalam melakukan bisnis mereka
berpotensi akan menghalalkan segala cara hanya demi meraih keuntungan yang sesaat.
Dengan kata lain, mereka akan menabrak nilai-nilai etika yang sejatinya harus dijunjung
tinggi yang mengakibatkan kerugian berbagai pihak yang terlibat transaksi.

Ketiga, aspek sosiologis (reality). Dalam realitas sebagai akibat dari watak dasar atau
perilaku manusia yang cenderung amoral, pada akhirnya akan melahirkan kontes
persaingan yang tidak sehat dan semakin keras dalam dunia global. Selain juga dapat
melahirkan praktik monopoli yang melanggar hak asasi manusia untuk memberi
kesempatan orang lain melakukan bisnis yang sama. Secara realitas pula, dewasa ini tidak
jarang telah banyak terjadi moral hazard yang tidak konstruktif, sebagai pemicu lahirnya
praktik destruktif yang menghancurkan nilai-nilai luhur dalam dunia bisnis. Dengan
kenyataan ini sudah selayaknya perlu adanya ajaran etika dalam dunia bisnis agar para
pelaku bisnis memahami dan menyadari mana wilayah yang sah dilakukan, dan mana pula
yang tidak boleh dilanggar dalam melakukan usaha. Jika tidak, dampak yang akan terasa,
perkembangan laju ekonomi sebuah bangsa akan terlambat, karena sektor penggerak
riilnya sedang mengalami masalah.
Keempat, perkembangan teknologi (technology) yang semakin pesat. Kecenderungan
penyimpangan nilai etika dalam dunia bisnis tidaklah sebatas karena masalah-masalah
sosial yang berkembang di era globalisasi ini. Sejalan dengan itu yang tidak kalah
signifikannya adalah karena perkembangan informasi dan teknologi yang dikenal dengan
sebutan IT (information and techmology). Perkembangan teknologi dengan berbagai
ragamnya di satu sisi banyak mendatangkan nilai positif yang semakin mempermudah dan
mempercepat pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namun, di sisi lain dampak
negatifnya pasti akan terjadi.

Penggunaan teknologi digital dalam aktivitas bisnis seperti komputer, internet, email,
dan lain-lainnya bukanlah sepi dari beragam masalah. Tidaklah sedikit pembobolan uang
nasabah di perbankan yang telah memanfaatkan teknologi mutakhir dengan sistem
sekuritinya yang sedemikian rapi, tetapi akhirnya penyimpangan tetap terjadi. Terlebih
lagi dewasa ini modus jual beli yang menggunakan sistem online di dunia maya yang tidak
saling bertatap muka antarpihak yang bertransaksi, tentu sangat rentan terjadinya
penyimpangan etika. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya praktik
penyimpangan etika tersebut di era kecanggihan teknologi kehadiran etika bisnis sangatlah
signifikan sekali.

Kelima, aspek akademis (science-academic). Bertolak dari keempat aspek


sebagaimana di atas, maka sudah selayaknya apabila etika bisnis dijadikan mata kajian
akademis baik masa kini maupun yang akan datang. Kajian akademik secara mendalam
dan berkesinambungan (suistanability) dari kalangan akademisi sangatlah diharapkan agar
mereka dapat selalu menghasilkan teori- teori mutakhir berdasarkan atas kajian literer dan
atau penelitian lapangan (field research) untuk kemudian dapat dijadikan acuan dalam
konteks realitas. Untuk selanjutnya, dari aplikasi teori dalam memotret sebuah realitas itu
bisa dijadikan bahan kajian baru yang lebih intens untuk melahirkan sebuah teori yang
baru lagi, sebagai koreksi atas teori yang ada. Demikianlah seterusnya sampai akhirnya
etika bisnis Islami diharapkan benar-benar menjadi bidang kajian yang dapat menjawab
tantangan zaman sesuai kebutuhan.

Demikianlah seterusnya kegunaan perlunya kajian akademik tentang etika dalam


bisnis agar selalu dihasilkan teori-teori baru yang dapat diaplikasikan dalam dunia bisnis
yang aktual dan kontekstual. Dengan harapan agar para pelaku bisnis mempunyai sandaran
nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam dunia usaha, sebuah dunia yang mereka tekuni
dalam dunia nyata.11

11
Sutrisna Dewi, Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus (Denpasar: Udayana University Press,
2011), hal, 183-199 dan Ade Maman Suherman ,Aspek Hukum dalam Ekonomi Global (Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia,2002.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (moralitas). Meskipun sama terkait
dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Secara singkat, jika moral cenderung pada pengertian "nilai baik dan huruk dari setiap
perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan buruk". Jadi, bisa dikatakan, etika
berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk (ethics atau 'ilmal-akhlaq) dan moral
(akhlaq) adalah praktiknya. Akhlah merupakan bentuk praksis ajaran Islam dalam
mengatur tindakan moral manusia. Akhlak juga sering didefinisikan sebagai ilmu tentang
keutamaan-keutamaan dan cara mendapatkannya, sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari- hari dan ilmu tentang hal yang buruk dan bagaimana cara menjauhinya.

B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dibenarkan dan dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang makalah pembahasan diatas.
Daftar Pustaka

Amalia Arifiani, “Penerapan Aksioma Etika Islam Dalam Bisnis Perhotelan dan Pengaruhnya
Terhadap Preferensi Konsumen”, Jurnal Ilmiah, (2020)

Fahmi, Irham.2017. Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi.Bandung: CV Alfabeta.

Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2006).
Hal.5

Franz Magnis-Suseno, Etika Bisnis Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia, 1994), hal.1

Hardiono, “Sumber Etika dalam islam”, Jurnal Al-Aqidah: Jurnal IlmuAqidah Filsafat, Vol12,
Edisi 2, (2020), hal.33

Keraf, Sonny. 2000. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Bandung: Kanisius.

Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2011). Hal.21

Muhammad Kamal Zubair, “Signifikansi Aksioma Etika Dalam Pengembangan Ilmu


Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, VolVll, No.1, (2012) hal.8-15

Panji Ardiansyah, ETIKA BISNIS (Bantul: QUADRANT,2017), hal.17

Simorangkir, ETIKA BISNIS, Jabatan dan Perbankan (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hal.20

Sutrisna Dewi, Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus (Denpasar: Udayana
University Press, 2011), hal, 183-199 dan Ade Maman Suherman ,Aspek Hukum dalam
Ekonomi Global (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia,2002.

Anda mungkin juga menyukai