MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Etika Bisnis dan
Koorporasi Islam Jurusan Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh :
Kelompok I
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
Tokoh-Tokoh Islam dan Pemikirannya dalam Etika Bisnis dan Korporasi Islam”.
kepada: Dosen Pebimbing dan teman – teman yang telah memberikan dukungan.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
A. Kesimpulan ....................................................................................33
B. Saran ..............................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti harus berani paling tidak
etika bisnis sering muncul berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, dimana
ketika bisnis beretika maka bisnisnya terancam pailit.1 Disebagian masyrakat yang
karena dalam dunia bisnis dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-
perusahaan’ atau bisnis juga biasa diartikan sebagai kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa dengan tujuan
Keberhasilan suatu usaha tergantung pada ketekunan kerja dari pelaku. Apabila
bisnis didasarkan pada prinsip kejujuran, amanah, adil, ihsan dan kebajikan serta
1
2
keberlangsungan usaha, namun jika yang terjadi sebaliknya dalam dunia bisnis
Berbagai contoh perilaku bisnis yang tidak mengindahkan norma dan etika
mencampur atau menggunakan daging babi, anjing, tikus dll sebagai pengganti
norma dan etika. Sementara itu Sang Pembawa Islam, Muhammad SAW diutus
lazim disebut akhlak merupakan tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata
3
Septy putriasih’ Penerapan Etika Bisnis Islam Perspektif Al-Ghazali Pada Petani Kopi Di
Koperasi Kebun Makmur Yogyakarta’ Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2018, h.
4
Umar Faruq Tohir ‘Pemikiran Etika Sufistik Al-Ghazali: Langkah-Langkah Memoderasi
Akhlak‘ Jurnal Al-I’jaz, vol.3, no. 1, 2021, h. 50
3
istilah al- ťijarah, al-bai’u, ťadayantum dan Isyťara yang disebutkan dalam al-
Qur’an sebagai pertanda bahwa Islam memiliki perhatian yang serius tentang
ekonomi. Filosofi dasar yang menjadi catatan penting bagi bisnis Islam adalah,
dalam setiap gerak langkah kehidupan manusia adalah konsepi hubungan manusia
dengan mansuia, lingkungannya serta manusia dengan Tuhan. Dengan kata lain
bisnis dalam Islam tidak semata mata merupakan manifestasi hubungan sesama
manusia yang bersifat pragmatis, akan tetapi lebih jauh adalah manifestasi dari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Imam Al-Ghazali
Ahmad al-Ghazali al-Thusi yang lahir pada tahun 450/1058 di Thus di Khurasan 5
pada zaman dahulu dijadikan sebagai lokasi kemaharajaan Persia yang pada
pengrajin yang bekerja memintal wol, dan hasilnya dijual sendiri di tokonya di
sufi, sehingga ketika dia sudah merasa ajalnya segera tiba, dia berwasiat kepada
seorang sufi, teman karibnya untuk mengasuh dua orang anaknya yang masih
kecil-kecil, yaitu Muhammad dan Ahmad dengan sedikit bekal warisan yang
ditinggalkannya. Sufi itu pun menerima wasiatnya. Setelah harta warisan tersebut
habis, sufi yang hidup dalam keadaan faqir tersebut tidak mampu lagi
madrasah di Thus untuk bisa memperoleh makan dan pendidikan. Di sinilah awal
mula perkembangan intelektual dan spiritual al-Ghazali yang penuh arti sampai
5
Umar Faruq Tohir ‘Pemikiran Etika Sufistik Al-Ghazali: Langkah-Langkah Memoderasi
Akhlak‘ Jurnal Al-I’jaz, vol.3, no. 1, 2021, h. 61.
6
Himawijaya, Mengenal Al Ghazali Keraguan Adalah Awal Keyakinan(Bandung : Mizan
Media Utama MMU. 2004), cet. 1.h. 16
5
6
Sampai usia dua puluh tahun, al-Ghazali tetap tinggal dan belajar di kota
kelahirannya, Thus. Dia belajar ilmu fiqih secara mendalam dari Ahmad bin al-
Rizkani.9 Selain itu, ia belajar ilmu tasawuf dari Yusuf al-Nassaj, seorang sufi
yang terkenal pada masa itu. Kedua ilmu ini sangat terkesan di hati al-Ghazali dan
ia bertekad untuk lebih mendalami lagi di kota-kota lain. Pada tahun 470 H al-
belajar pada Imam Abi Nashr al-Ismaili. Di Jurjan ia tidak hanya mendapatkan
Thus, tetapi ia juga mendalami pelajaran bahasa Arab dan bahasa Persia.
ushul, manthiq, dan kalam, hingga kematian memisahkan keduanya ketika al-
Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 H. Al-Ghazali keluar dari Naisabur
adalah seorang teolog besar madzhab Syafii, dan ilmuwan berwawasan luas serta
seorang penyelidik yang penuh semangat. Dan pada tanggal 9 Desember 1111 M
2. Yusuf Al-Qaradhawi
seorang sahabat Nabi Saw., yaitu Abdullah bin Harits ra., seperti yang
tekun beragama. Sejak umur dua tahun ia telah di tinggal orang tuanya (ayahnya),
selanjutnya ia sebagai anak yatim mulai saat itu diasuh oleh pamannya. Sekalipun
seperti berhitung, sejarah, kesehatan dan sebagainya. Pada tahun 1957 Yusuf Al-
10
Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural, Pemetaan atas wacana Keislaman
Kontemporer (Bandung: Mizan, 2004), 26, 246.
11
Muhammad & Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta:
Selemba Diniyah, 2002), 40
8
bahasa dan sastra. Pada saat itu, ia tidak puas dengan apa yang di perolehnya,
tafsir dan hadits dari Fakultas Ushuluddin. Setelah tahun pertama dilalui, tak
Mesir saat itu, terhalanglah ia untuk mencapai gelar doktor. Baru pada tahun
doktor.13
pendekatan tasawuf, karena pada masa itu orang-orang kaya, para pejabat
pembalasan), yang beliau tuangkan dalam karyanya yang terdapat dalam kitab
Ihya ‟Ulum al-Din. Al-Ghazali, seperti cendikiawan terdahulu tidak terfokus pada
12
Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 81-82
13
Fitriani, Sri Deti, Sri Sunantri, "Etika Bisnis Islam Menurut Imam Al-Ghazali Dan Yusuf
Al-Qaradhawi", Jurnal Studi Islam Lintas Negara Vol 4 no 1 Juni 2022, h. 50-68
14
Berten, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius.
9
ekonomi bisnis terkandung dalam berbagai studi fiqihnya, karena ekonomi bisnis
Islam tidak terpisahkan dari fiqih Islam. Tidak hanya pada agama dan filsafat,
pertentangan dan pertikaian pada masa itu pula menimpa kalangan Sunni dan
Syiah, dan tak terkecuali menimpa kalangan kaum sufi dan ulama fiqh. Peristiwa
beliau pun berusaha mencari kebenaran yang hakiki dan mulai mempertanyakan
fungsi akal dan rasio seperti yang dijumpai pada kalangan ahli kalam dan para
filusuf.16
ibadah haji dan memulai menyusun maha karya besarnya yaitu kitab Ihya Ulum
al-Diin. Kitab tersebut merupakan hasil integrasi dari berbagai cabang keilmuan
yang panjang, sesuai dengan berbagai latar belakang keilmuannya maka kitab ini
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, namun dalam
diangkat dari pemikiran al-Ghazali ini antara lain mencakup pertukaran sukarela
15
Fitriani, Sri Deti , Sri Sunantri ‘islamic Business Ethics According To Imam Al-Ghazali
And Yusuf Al-Qaradhawi ‘ Jurnal Studi Islam Lintas Negara Vol 4 no 1 Juni 2022, h. 54
16
Karim, Adiwarman S. (2006). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press
17
M. Kamal Zuber, Pemikiran Etika Bisnis (studi atas konsep Etika Bisnis Al Ghazali),
(IAIN Mataram: Jurnal Istimbath no.2 Vol 4 tahun 2007), h. 25
10
dan evolusi pasar, aktivitas produksi, barter dan evolusi uang, serta peran negara
Evolution)
serta proses timbulnya pasar yang berdasarkan kekuatan permintaan (demand) dan
penawaran (supply) untuk menentukan harga dan laba. Menurut al-Ghazali pasar
berevolusi sebagai bagian dari “hukum alam” dari segala sesuatu, yakni sebuah
ekspresi sebagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling memuaskan
kebutuhan ekonomi.19 Seputar kedalam dan keluasan pandangan beliau dapat kita
lihat dari kutipan kitab Ihya ‟Ulum al-Din tentang ilustrasi konsep perdagangan
tentang etika pasar yang menitikberatkan pada kebenaran dan kejujuran, yang
dapat diaplikasikan pada evolusi pasar dan peranan uang berdasarkan etika dan
moral para pelakunya. Ia juga mengemukakan alasan pelarangan riba fadhl, yakni
karena melanggar sifat dan fungsi uang, serta mengutuk mereka yang melakukan
penimbunan uang dengan dasar uang itu sendiri dibuat untuk memudahkan
pertukaran.20
18
Kholiq, Ahmad “Etika Bisnis dalam Perspektif Islam”, https://www.ar-raniry.ac.id/?
content=article _detail&idb=39.
19
Fitriani, Sri Deti , Sri Sunantri ‘islamic Business Ethics According To Imam Al-Ghazali
And Yusuf Al-Qaradhawi ‘ Jurnal Studi Islam Lintas Negara Vol 4 no 1 Juni 2022, h. 54
20
M. Kamal Zuber, Pemikiran Etika Bisnis (studi atas konsep Etika Bisnis Al Ghazali),
(IAIN Mataram: Jurnal Istimbath no.2 Vol 4 tahun 2007), h. 25
11
Selain itu juga melarang membuat iklan palsu, pemberian informasi yang
salah mengenai berat atau jumlah barang perdagangan yang merupakan bentuk
penipuan, bahkan beliau mengutuk penipuan dalam mutu barang dan pemasaran,
serta pengendalian pasar melalui perjanjian rahasia dan manipulasi harga. Lebih
jauh lagi al-Ghazali juga menekankan pada waktu transaksi di pasar bersikap
lunak kepada orang miskin dan berlaku fleksibel dalam transaksi uang, bahkan
kebajikan.
b. Aktivitas Produksi
bekerja merupakan bagian dari ibadah. Untuk klasifikasi aktivitas produksi beliau
primer (agrikultur), sekunder (manufaktur), dan tersier (jasa). Secara garis besar
Kelompok ini terdiri dari empat jenis aktivitas, yaitu agrikultur untuk
21
Lewis, Bernard. (1993). Islam in History: Ideas, People and Events in Middle East.
Chcago: Open Court.
12
daya hutan.
jauh beliau membahas seputar evolusi uang dan fungsinya, beliau juga
uang, sebuah observasi beliau yang sudah ada jauh beberapa abad sebelum
observasi yang dilakukan oleh Nicholas Osmer, Thomas Gresham, dan Richard
sebagai:
denominator)
22
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta : Kanisius, 1998),
h. 14.
13
wants)23
bahwa
evolusi uang terjadi hanya karena kesepakatan dan kebiasaan (konvensi), yakni
tidak akan ada masyarakat tanpa pertukaran barang dan tidak ada pertukaran yang
dengan tepat bila ada ukuran yang sama. Problematika seputar etika bisnis adalah
fenomena riba, yaitu menurut Al- Ghazali dipandang sama dengan bunga adalah
ketidakadilan dalam transaksi, baik dalam pinjaman bunga maupun yang transaksi
yang terselubung.24
Dengan asumsi dari argumen al-Ghazali tersebut bahwa terdapat dua cara
di mana bunga dapat muncul bentuk yang tersembunyi, yang keduanya hukumnya
haram25. Adapun kedua cara tersebut yaitu: bunga akan muncul jika terjadi
pertukaran antara emas dengan emas, tepung dengan tepung, dengan jumlah yang
berbeda dan waktu penyerahan yang berbeda. Selanjutnya, jika waktu penyerahan
tidak segera, dan ada permintaan untuk melebihkan jumlah komoditi, kelebihan
ini disebut riba al-nasiah (bunga yang timbul karena keterlambatan penyerahan
23
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: The International Institute of Islamic
Thought Indonesia, 2002, h. 53
24
Nurma Khusna Khanifa ‘Etika Bisnis Sebagai Kiblat Mutlak Pelaku Usaha, Implikasi
Ekonomi Islam’ Jurnal Az Zarqa’, Vol. 6, No. 2, Desember 2014, h. 210
25
Madjid, Nurkhalis, (2008). Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta:Paramadina.
14
barang), pada kasus lain jika jumlah komoditas yang dipertukarkan tidak sama
pertukaran tersebut disebut riba al-fadl (bunga yang timbul karena kelebihan
komoditas yang sama, seperti logam emas dengan perak atau bahan makanan
seperti gandum, hanya riba al-nasiah yang dilarang, sementara riba al-fadl
politik, beliau memberikan komentar dan nasihat yang rinci mengenai tata cara
urusan negara, dalam hal ini beliau tidak ragu-ragu dalam menghukum
hanya bagi aktifitas ekonomi, namun untuk memenuhi kewajiban sosial yang
istilah modern, namun telah mengidentifikasi dengan jelas berbagai jenis fungsi
negara. 28
26
Umar Faruq Tohir ‘Pemikiran Etika Sufistik Al-Ghazali: Langkah-Langkah Memoderasi
Akhlak‘ Jurnal Al-I’jaz, vol.3, no. 1, 2021, h. 61.
27
28
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: The International Institute of Islamic
Thought Indonesia, 2002, h. 53
15
dan
pembahasan yang simetris antara kedua sisi anggaran, baik sisi pendapat maupun
pada al- amwal al-masalih yaitu konsep pajak yang fleksibel yang berlandaskan
perang adalah pajak atas harta yang disita setelah atau selama perang. Fai adalah
kepemilikan yang diperoleh tanpa melalui peperangan. Jizyah adalah pajak yang
benefit received dan ability-to pay yang terdapat pada literatur-literatur masa kini
29
Navqi, Syed Haider. (2003). Menggagas Ekonomi Islam. Pustaka Pelajar.
30
Shihab, M. Quraish. (2012). Tafsir dan Terjemahan, Jakarta: Lentera Hati.
31
Sarini Syarifuddin, Muhammad Ikhwan Saputra, "Al-Ghazali dan Perilaku Pasar:
Perpesktif Etika Bisnis dalam Kitab Ihya Ulum ad-Din", Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03),
2020, h. 501-507.
16
membayar berdasarkan prinsip keadilan umum adalah sebuah sistem pajak yang
sangat progresif. 32
bersikap kritis mengenai tata cara dan wilayah pengeluaran publik, yaitu beliau
jalan umum, yang semuanya dapat dirasakan oleh rakyat secara umumnya. Selain
beberapa gagasan imam Al-Ghazali tentang etika yang harus disertakan dalam
aktivitas bisnis.34
33
Fahadil Amin Al Hasan, "ETIKA BISNIS AL-GHAZALÎ", Jurnal E-Sya Vol. 1, No. 1,
April 2014, h.1-15.
34
Syed Nawab Haider Navqi, Menggagas Ekonomi Islam. hlm. 182
17
untuk memahami Syariah. Berkaitan dengan etika bisnis Islam, dalam karyanya
yang menumental Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami,36 al qharadawi
alam yang bisa digarap dan diproses menjadi kekayaan. Al-Quran mendorong
manusia untuk mengolah sumber alam ini dan mengingatkan agar mengarahkan
pandangan dan akal dengan penuh kekuatan terhadap alam yang ada
35
K. Berten, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius. 2000), hlm. 5
36
Yusuf al-Qaradhâwi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), h. 1
37
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2001), hlm. 02
38
Ali Muhayatsyah ‘Etika Bisnis Islam Dalam Perspektif Pemikiran Al-Ghazali Islamic
Business Ethics In Al-Ghazali's Perspective’ AT-TIJARAH: Jurnal Penelitian Keuangan Dan
Perbankan Syariah Vol. 2, No. 2 Juli-Desember 2020, h. 90
18
kegiatan produksi dapat memiliki peran dan fungsi dalam menjalankan tanggung
bom, atau senjata nuklir. Islam menganjurkan umatnya untuk berobat tetapi tidak
menganjurkan bercocok tanam, tetapi tidak membatasinya pada sarana dan alat-
alat tertentu karena saran aitu bergantung pada hasil karya dan spesialisasi
manusia.41
Pada lain sisi, ilmu tidak akan membuahkan hasil jika tidak diikuti oleh
ekonomi dengan cara bekerja. Bukan hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga
39
Afdawaiza, Etika Bisnis dan Ekonomi dalam Pandangan al-Ghazali. Esensia. 2009. hlm.
01.
40
Dena Ayu Dan Syahrul Anwar ‘Etika Bisnis Ekonomi Islam Dalam Menghadapi
Tantangan Perekonomian Di Masa Depan’ Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi
Islam Vol. 07, No. 01, Juni 2022, h. 60
41
Yusuf al-Qaradhawi, Islam Inklusif dan Islam Eksklusif (Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
2001), hlm. 112
19
semua makhluk secara umum, serta bekerja untuk memakmurkan bumi 42. Dengan
bekerja setiap individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini semua adalah
keutamaan yang dijunjung tinggi oleh agama, yang tidak mungkin dilakukan
kecuali dengan harta43. Para ahli ekonomi menetapkan bahwa produksi terjadi
lewat peranan tiga atau empat unsur yang saling berkaitan yaitu alam, modal, dan
bekerja. Sebagian ahli lain menambahkan unsur disiplin. Disiplin dalam bekerja
juga merupakan modal dalam mencari nafkah. Para ekonom Muslim berbeda
pendapat tentang apa yang ditetapkan Islam dari unsur-unsur ini. Sebagian dari
mereka menghapuskan salah satu dari empat unsur itu berdasarkan teori,
Menurut Yusuf Qaradhawi jauh dari yang dilakukan oleh para ekonomi
kapitalis, pembagian diatas berperan dalam proses produksi tetapi unsur yang
terutama adalam alam dan bekerja. Yang dimaksud dengan alam atau bumi adalah
segala kekayaan alam yang diciptakan Allah agar bisa dimanfaatkan oleh manusia
sebagai bekal yang mereka butuhkan45. Sedangkan yang dimaksud dengan bekerja
adalah usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik lewat gerak anggota tubuh
ataupun secara kolektif, baik untuk pribadi ataupun untuk orang lain (dengan
42
Bernard Lewis, Islam in History: Ideas, People and Events in Middle East (Chicago: Open
Court. 1993), hlm. 98
43
Afdawaiza, Etika Bisnis., Hlm.02
44
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam(Jakarta : Van Hoeve Letiar Baru.
1997), cet. Ke 4.hlm. 25.
45
Ghazali, Pembuka Pintu Hati(Bandung : MQ Publishing.2004), cet. 1.hlm. 4.
20
menerima gaji).46 Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan
pekerjaan.47
yang dihalalkan Allah, dan tidak melampaui apa yang diharamkan-Nya. Dengan
kata lain, produksi tidak hanya memproduksi barang dan jasa belaka, tetapi juga
memproduksi segala sesuatu yang merusak aqidah dan akhlak manusia 48. Prinsip
etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu
46
Abdullah Musthafa al-Muragi, Pakar-Pakar Fikih Sepanjang Sejarah (terjm) (Yogyakarta:
LKPSM. 2001), hlm. 177.
47
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus. 2000), hlm. 122.
48
Husein Umar, Business an Introduction (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2000),
hlm. 03
49
Muhammad Ismail yusanto, dkk. Menggagas Bisnis Islam ( Jakarta: Gema Insani Press.
2002), hlm. 15
50
Malahayati, Rahasia Bisnis Rasulullah (Yogyakarta: Jogja Great! Publisher. 2010), hlm.
72
21
dari pada itu, konsumsi merupakantujuan yang penting dari produksi. Dalam hal
ini, Islam sebagai agama yang komprehensip dan mencakup seluruh aspek
kehidupan. Telah mengatur segala tingkah laku manusia. Bahkan tidak ada satu
system kemasyarakatan pun, baik masyarakat modern atau lama, telah ditetapkan
telah ditetapkan etika untuk manusia yang mengatur segala aspek kehidupannya
sampai pada persoalan yang detail, termasuk dalam hal ini konsumsi.51 Islam telah
Pada persoalan ini, seorang muslim harus peka terhadap sesuatu yang
manfaat dan maslahat, sehingga jauh dari kesia-siaan. Karena kesia-siaan adalah
Berbeda dengan persoalan pembatasan dalam hal sifat dan cara, Islam juga
melarang umatnya untuk berlaku kikir yakni terlalu menahan-nahan harta yang
dikaruniakan Allah SWT kepada mereka 53. Namun, Allah juga tidak menghendaki
51
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Prenada. 2006), hlm. 04
52
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Murâja’ah : Shidqi
Muhammad Jamil al ‘Aththar, 1428-1429 H/2008, Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn (Beirut: Darul Fikr. 505 H),
Juz III. hlm. 57.
53
A. Damayati, Konsep dan Etika Keuangan Islam” Jurnal Eksibisi.Voleme I. No 2.Juni
2007.hlm. 139.
22
Dalam perilaku konsumsi, Islam sangat menekankan kewajaran dari segi jumlah,
mengarahkan umatnya kedalam tiga hal yaitu; pertama, jangan boros. seorang
muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan hartanya54. Tidak semua hal
yang dianggap butuh saat ini harus segera dibeli. Karena sifat dari kebutuhan
sangat pandai mengeksploitasi rasa butuh seseorang, sehingga suatu barang yang
sebenarnya riil tidak dibutuhkan tiba-tiba menjadi barang yang seolah sangat
menurut Rasulullah SAW akan melahirkan keresahan dimalam hari dan akan
mendatangkan kehinaan di siang hari56. Jika tidak memiliki daya beli, maka
dituntut untuk lebih selektif lagi dalam memilih, tidak malah memaksakan diri
sehingga terpaksa harus berhutang. Hal ini tentu bertentangan dengan perilaku
Kesederhanaan dalam konsumsi ini berlaku bagi siapa saja dan untuk siapa
saja. Pada prinsipnya setiap individu dalam syari‟at Islam bebas untuk
mengkonsumsi rizki yang baik dan yang telah dihalalkan Allah, tapi dengan syarat
hartanya tanpa melihat batasan-batasan yang telah disebutkan di depan, yang bisa
musuh dalam setiap risalah, lawan setiap gerakan perbaikan dan kemajuan.
dan berbagai sarana hiburan, serta segala sesuatu yang dapat memenuhi perut dari
berbagai jenis makanan dan minuman serta apa saja yang memadai rumah dari
perabot dan hiasan, seni dan patung serta berbagai paralatan dari emas dan perak
57
Erlangga Masdiana, ‖Etika Bisnis, Marjinalisasi Ekonomi dan Konflik Kelas: Suatu
Pendekatan Sosiologi Ekonomi,‖ dalam Jurnal Usahawan No. 12, Tahun XXVII, Desember 1998.
58
al-Habsyi, Syed Othman, ―The Role of Ethics in Economics and Business‖ dalam
Journal of Islamic Economics, Vol. 1 No. 1 1987.
59
Kartasasmita, Ginandjar, Etika Dunia Usaha atau Etika Bisnis dalam Pembangunan dalam
www.ginandjar.com, diakses 2 Februari 2008.
60
Dena Ayu Dan Syahrul Anwar ‘Etika Bisnis Ekonomi Islam Dalam Menghadapi
Tantangan Perekonomian Di Masa Depan’ Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi
24
factor utama dari kerusakan dan kehancuran bagi diri sendiri dan masyarakat.
Sementara itu standar kemewahan antara seorang dengan orang lain sangat
prilaku konsumsi, sesuai arahan Islam di atas menjadi lebih terasa urgensinya
pada kehidupan saat ini. Krisis ekonomi yang belum juga reda bertemu dengan
berbelanja. Islam tidak melegitimasi momen apapun yang boleh digunakan untuk
Distribusi menjadi salah satu aspek dari pemasaran. distribusi juga dapat
hal tersebut, Islam menghendaki pendistribusian harus didasarkan pada dua sendi,
yaitu sendi kebebasan dan keadilan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan
dalam bertindak yang dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan. Sebagai
bentuk keseimbangan antara individu dan masyarakat. Selain itu, Islam juga
berlebihan jika dikatakan bahwa keadilan merupakan inti semua ajaran yang ada
menghadirkan sebuah system yang realistic dan keadilan social yang sempurna,
dipenuhi. Salah satu ajaran Al-Quran yang paling penting dalam bidang ekonomi
janji dan kontrak kesepakatan dihormati dan semua kewajiban dipenuhi. Kedua,
jujur dalam timbangan dan takaran ukuran, ketiga, kerja, Gaji dan bayaran,
keempat, Jujur tulus hati dan benar, dan kelima, efisien dan kompeten.65
a. Imam al-ghazali
64
NN, Etika Bisnis: Saat Moral Menjadi Kebutuhan, dalam Warta Pertamina Edisi NO:
4/Thn XLII, April 2007 .
65
Santosa Setyanto P., Membangun dan Mengembangkan Etika Bisnis dalam Perusahaan,
makalah Seminar Nasional Audit Internal YPIA, Yogyakarta, 12 – 13 April 2006.
26
yakni primer (agrikultur), sekunder (manufaktur), dan tersier (jasa). Secara garis
Kelompok ini terdiri dari empat jenis aktivitas, yaitu agrikultur untuk
daya hutan.
ekonomi bisnis ialah bahwasanya segala kerja yang dilakukan di dunia ini bukan
hanya untuk kehidupan sesaat, namun lebih dari itu, yaitu kehidupan hakiki di
66
Sukardi, Budi, Etika Bisnis dalam Perspektif Al-Ghazali, dalam Jurnal Syirkah Vol. 1
Nomor 1 2006, Surakarta: STAIN Surakarta.
67
Susanto, A.B. Susanto, Etika Bisnis atau Manajemen Risiko?, dalam
www.web.bisnis.com, diakses 3 Maret 2008.
68
Ali Muhayatsyah ‘Etika Bisnis Islam Dalam Perspektif Pemikiran Al-Ghazali Islamic
Business Ethics In Al-Ghazali's Perspective’ AT-TIJARAH: Jurnal Penelitian Keuangan Dan
Perbankan Syariah Vol. 2, No. 2 Juli-Desember 2020, h. 87
27
akhirat kelak. Kegiatan ekonomi seorang muslim meliputi waktu yang lebih luas,
dunia dan akhirat69. Oleh karena itu, Islam senantiasa menyerukan umatnya untuk
bekerja dan melarang segala bentuk kemalasan dan berpangku tangan. Islam
dimana status manusia yang paling hakiki ditentukan oleh produktivitas kerjanya.
sifat untuk menjauhi dunia, hidup tanpa berusaha dan hanya beribadah kepada
malas dan menyusahkan kepada orang lain, apalagi meminta-minta, kerena hal
tersebut salah satu yang dibenci Allah. Pendapat senada pun dilontarkan oleh Ibnu
Hajar yang ditukil oleh imam Nawawi dalam kitab Safinah al-Naja. Menurut
beliau pula, Al-Quran tidak menyatakan bahwa kegiatan bisnis itu adalah sesuatu
b. Yusuf Qardhawi
69
Supit, Anton J., Etika Bisnis dalam Dunia Bisnis, dalam www.apindo.or.id, diakses 23
Maret 2008.
70
Imam Sopingi, "ETIKA BISNIS MENURUT AL-GHAZALI: TELAAH KITAB IHYA’ ’
ULUM AL-DIN", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.01, No.01,h. 142-148
71
Al-Syami, Salih, A. Perjuangan Al-Ghazali; Menegakkan Kebenaran dan Menghapuskan
Kebatilan, Penj. Basri bin Ibrahim al-Hasani, dalam http://penjejak
kebenaran.blogspot.com/2010/05/preview-bukuperjuangan-al-ghazali.html diakses tanggal 24-05-
2023.
72
Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: AMP YKPN.
28
diberikan Allah berupa alam yang bisa digarap dan diproses menjadi kekayaan.
terhadap alam yang ada disekeliling. Dalam pengelolaan tersebut, akal memiliki
peranan yang sangat penting. Karena penggunaan akal inilah yang membedakan
maka akan melahirkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia sendiri.
Sehingga kegiatan produksi dapat memiliki peran dan fungsi dalam menjalankan
Pada lain sisi, ilmu tidak akan membuahkan hasil jika tidak diikuti oleh
ekonomi dengan cara bekerja. Bukan hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga
semua makhluk secara umum, serta bekerja untuk memakmurkan bumi. Dengan
bekerja setiap individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini semua adalah
keutamaan yang dijunjung tinggi oleh agama, yang tidak mungkin dilakukan
dilakukan dengan adil, jujur dan cara yang bijaksana. Dalam mencapai sasaran ini,
73
Nata, A. 2002. Metode Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
74
Rahman, A. 2010. Ekonomi Al-Ghazali; Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam Ihya’
’Ulum al-Din. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset.
75
Yogaswara, R. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, dalam http://islamicfinance .co.id/?
p=465 diakses tanggal 24-05-2023.
29
Islam tidak memberikan kebebasan tanpa batas dalam usaha ekonomi. Selain itu,
Islam tidak juga terlalu mengikat manusia dengan pengawasan ekonomi. Islam
telah memberikan prinsip-prinsip produksi yang adil dan wajar dalam bisnis,
pandangan Islam haruslah ihsan (baik) dan jihad (bersungguh-sungguh) 76. Karena
membebaskan usaha atau bisnis dari kezaliman dan penindasan. Senada dengan
yang wajib diperhatikan baik secara individu maupun bersama-sama ialah bekerja
dibidang yang dihalalkan Allah, dan tidak melampaui apa yang diharamkan-
Nya79. Dengan kata lain, produksi tidak hanya memproduksi barang dan jasa
76
Ahmad Mawardi, "Etika Bisnis Dalam Perspektif Pemikiran Al Ghazali", Jurnal Kajian
Hukum Ekonomi Syariah, Vol.01, No.01, h. 67-78
77
Muhammad, Etika Bisnis Islam. Yogyakarta. UPP-AMP YKPN, tt. 38
78
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam. Bandung. CV. Pustaka Setia.
2002, 190
79
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta. Gema Insani.
2001, 54
30
belaka, tetapi juga memproduksi segala sesuatu yang merusak aqidah dan akhlak
manusia. Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
berpegang pada semua yang dihalalkan allah dan tidak melampaui batas.80
a. Imam Ghazali
mengenai konsumsi, akan tetapi yang beliau bahas adalah mengenai kemaslahatan
yang terletak pada perlindungan agama (din), jiwa (nafs) akal (aql), keturunan
(nasab), dan harta (mal)81. Tema yang menjadi pangkal tolak ukur dari seluruh
karyanya adalah konsep maslahat atau kesejahteraan social, yakni konsep yang
mencakup semua aktivitas manusia dan membuat kaitan erat antara individu
individu dan sosial. Adapun hirarki tingkatan tersebut adalah Dharuriyyah, terdiri
dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial untuk memelihara kelima
prinsip tersebut. Hajiyyah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak
80
A. Damayati, Konsep dan Etika Keuangan Islam” Jurnal Eksibisi.Voleme I. No 2.Juni
2007.hlm. 139.
81
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta. Gema Insani.
2001, 54
31
b. Yusuf al-Qardhawi
mengarahkan seseorang kepada sikap boros. Sikap boros itu sendiri termasuk
sikap yang merusak harta, meremehkan atau kurang merawatnya sehingga rusak
dilarang. Lain dari pada itu, konsumsi merupakan tujuan yang penting dari
produksi. Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang komprehensip dan mencakup
seluruh aspek kehidupan, telah mengatur segala tingkah laku manusia. Bahkan
tidak ada satu system kemasyarakatan pun, baik masyarakat modern atau lama,
telah ditetapkan telah ditetapkan etika untuk manusia yang mengatur segala aspek
kehidupannya sampai pada persoalan yang detail, termasuk dalam hal ini
konsumsi.84
82
A. Damayati, Konsep dan Etika Keuangan Islam” Jurnal Eksibisi.Voleme I. No 2.Juni
2007.hlm. 139.
83
A. Damayati, Konsep dan Etika Keuangan Islam” Jurnal Eksibisi.Voleme I. No 2.Juni
2007.hlm. 139.
84
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam. Bandung. CV. Pustaka Setia.
2002, 190
32
dan Evolusi Pasar, 2) Barter dan evolusi uang 85. Dalam hal ini al Ghazali
Qardhawi, distribusi menjadi salah satu aspek dari pemasaran distribusi juga dapat
hal tersebut, Islam menghendaki pendistribusian harus didasarkan pada dua sendi,
85
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam. Bandung. CV. Pustaka Setia.
2002, 190.
86
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta. Gema Insani.
2001, 54.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kiranya kita tarik benang merah seputar
etika bisnis menurut pandangan al-Ghazali dan Yusuf Qardhawi, yaitu: seputar
kode etik dalam sistem ekonomi dan bisnis yang diterapkan oleh al-Ghazali pada
zaman dahulu dan kode etik dalam sistem ekonomi dan bisnis yang diterapkan
oleh Yusuf Qardhawi pada zaman sekarang, bahwa baik al-Ghazali maupun Yusuf
adalah bagaimana ketentuan hukum atau aturan yang telah digariskan oleh al-
dan entitas bisnis. Lebih luas lagi bahwa prinsip ekonomi atau bisnis Islam adalah
menekankan pada aspek etika kegiatan ekonomi atau bisnis, yaitu bagaimana
setiap perilaku dan tindakan kita dalam kegiatan ekonomi atau bisnis menerapkan
seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk, dan
menentukan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang individu
atau pelaku bisnis. Dalam nilai-nilai pengamalan al-Ghazali dan Yusuf Qardhawi
yang berkaitan etika bisnis yang harus dikendalikan juga oleh peran negara dan
agama yang menjadi tiang-tiang yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
mewakili negara adalah penyebar dan pelindungnya, bila salah satunya lemah,
33
34
B. Saran
Pembaca yang budiman, saya sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
saya miliki, baik dari segi tulisan maupun bahasa yang saya sajikan, oleh karena
itu saya berpesan kepada pembaca, ambillah sesuatu yang positif dari sebuah
coretan yang saya buat, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya
Islam dan Pemikirannya dalam Etika Bisnis dan Korporasi Islam, marilah terus
35
36
NN, Etika Bisnis: Saat Moral Menjadi Kebutuhan, dalam Warta Pertamina Edisi
NO: 4/Thn XLII, April 2007 .
Nurma Khusna Khanifa ‘Etika Bisnis Sebagai Kiblat Mutlak Pelaku Usaha,
Implikasi Ekonomi Islam’ Jurnal Az Zarqa’, Vol. 6, No. 2, Desember 2014,
h. 210
Rahman, A. 2010. Ekonomi Al-Ghazali; Menelusuri Konsep Ekonomi Islam
dalam Ihya’ ’Ulum al-Din. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset.
Santosa Setyanto P., Membangun dan Mengembangkan Etika Bisnis dalam
Perusahaan, makalah Seminar Nasional Audit Internal YPIA, Yogyakarta,
12 – 13 April 2006.
Sarini Syarifuddin, Muhammad Ikhwan Saputra, "Al-Ghazali dan Perilaku Pasar:
Perpesktif Etika Bisnis dalam Kitab Ihya Ulum ad-Din", Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 6(03), 2020, h. 501-507.
Septy putriasih’ Penerapan Etika Bisnis Islam Perspektif Al-Ghazali Pada Petani
Kopi Di Koperasi Kebun Makmur Yogyakarta’ Skripsi, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2018, h. 23
Shihab, M. Quraish. (2012). Tafsir dan Terjemahan, Jakarta: Lentera Hati.
Sukardi, Budi, Etika Bisnis dalam Perspektif Al-Ghazali, dalam Jurnal Syirkah
Vol. 1 Nomor 1 2006, Surakarta: STAIN Surakarta.
Supit, Anton J., Etika Bisnis dalam Dunia Bisnis, dalam www.apindo.or.id,
diakses 23 Maret 2008.
Susanto, A.B. Susanto, Etika Bisnis atau Manajemen Risiko?, dalam
www.web.bisnis.com, diakses 3 Maret 2008.
Syed Nawab Haider Navqi, Menggagas Ekonomi Islam. hlm. 182
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam(Jakarta : Van Hoeve Letiar
Baru. 1997), cet. Ke 4.hlm. 25.
Umar Faruq Tohir ‘Pe mikiran Etika Sufistik Al-Ghazali: Langkah-Langkah
Memoderasi Akhlak‘ Jurnal Al-I’jaz, vol.3, no. 1, 2021, h. 50
Yogaswara, R. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, dalam
http://islamicfinance.co.id/?p=465 diakses tanggal 24-05-2023.
Yusuf al-Qaradhawi, Islam Inklusif dan Islam Eksklusif (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar. 2001), hlm. 112
Yusuf al-Qaradhâwi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1997), h. 1