Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Penilaian Baik Buruk Dalam Etika Bisnis”

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

ETIKA BISNIS ISLAM

Dosen Pengampu

Dr. Hj. Imroatul Azizah, M.Ag

DI SUSUN OLEH :

1. RANI SUSILOWATI ( 220401081 )


2. AHMAD FAHRUDIN MA’RUF (220401112)
3. M. FARIQ RIKHI AMALI (220401084)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim, alhamdullilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah yang berjudul
“Penilaian Baik Buruk Dalam Etika Bisnis” dapat terselesaikan pada tempat waktunya.
Makalah ini akan membahas konteks yang menyangkut dengan (Baik Dan Buruk Etika Bisnis
Islam, Standar Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam, Maslahah Dan Standart Baik Dan Buruk
Etika Bisnis Islam, Sumber Dan Metode Penelitian Baik Buruk, Perspektif Islam Terhadap
Etika Bisnis Islam, Perspektif Barat Terhadap Etika Bisnis Islam, Hal Hal Yang Dianjurkan
Dalam Bisnis Islam )

Pada kesempatan ini, penuis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada
yang terhormat:

1. M. Jauharul Ma’arif, M.PD.I. selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro.
2. Agus Sholahudin Shiddiq, M.H.I. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Adab
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
3. Eko Arief Cahyono,S.H.I,M.EK selaku Kaprodi Hukun Ekonomi Syariah Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
4. Dr. Hj Imroatul Azizah, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah . “ETIKA BISNIS
ISLAM’ yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya
penulisan makalah ini.

Tidak dapat di pungkiri, keterbatasan penulis dalam menyusun makalh ini masih jauh dari
kata sempurna. Baik itu dalam segi fisik, ataupun kedalaman isi materi yang disajikan dalam
makalah ini. Maka dari itu kami dengan sangat terbuka menerima masukan dan saran dari para
pembaca demi perbaikan dalam proses pembuatan makalah selanjutnya. Harapan kecil dari
kami semoga para pembaca dapat memetik manfaat dari makalah kami ini

Bojonegoro, 19 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................ 2
PEMBAHSAN… ............................................................................................................ 2
A. Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam...................................................................... 2
B. Standar Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam ......................................................... 4
C. Maslahah Dan Standart Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam ……………………..7
D. Sumber Dan Metode Penelitian Baik Buruk ……………………………………..8
E. Perspektif Islam Terhadap Etika Bisnis Islam……………………………………..9
F. Perspektif Barat Terhadap Etika Bisnis Islam……………………………………..10
G. Hal Hal Yang Dianjurkan Dalam Bisnis Islam…………………………………….13
H. Hal Hal Yang Tidak Dianjurkan Dalam Bisnis Islam……………………………...15
BAB III……………………………………………………………………………………..18
PENUTUP………………………………………………………………………………….18
Kesimpulan…………………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengetahui ruang lingkup dari etika bisnis
islam, mulai dari definisi etika bisnis, etika bisnis dalam ekonomi kapitalis, etika bisnis
dalam system ekonomi islam dan prinsip prinsip ekonomi islam. Pada pembahasan kali
ini kami dari kelompok satu membahsa tentang penilaian baik dan buruk etika bisnis
islam. Ini merupakan pembahsan yang menarik untuk dibahas karena kita ketahui saat
ini para pedagang,, pembisnis maupun pengusaha mereka telah menerapkan syariat
islam dalam menjalankan bisnis maupun usahanya. Apakah etika bisnis islam ini
mendatangkan dampak yang baik atau malah mendatangkan dampak yang buruk ?

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaima mengetahui baik dan buruk etika bisnis islam ?
2. Apa saja standart baik dan buruknya etika bisnis islam ?
3. Apa saja maslahah dan standart baik dan buruk etika bisnis islam ?
4. Dari mana sumber dan metode penilaian baik dan buruk etika bisnis islam ?
5. Bagaima perspektif islam dan perspektif barat terhadap etika bisnis islam ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui baik dan buruk etika bisni islam
2. Mengetahui Apa saja standart baik dan buruknya etika bisnis islam
3. Mengetahui Apa saja maslahah dan standart baik dan buruk etika bisnis islam
4. Mengetahui Dari mana sumber dan metode penilaian baik dan buruk etika bisnis
islam
5. Mengetahui Bagaima perspektif islam dan perspektif barat terhadap etika bisnis
islam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam
Sebelum kita mengetahui baik dan buruk Etika Bisnis Islam terlebih dahulu kita
mengingat kembali apa yang dimaksud dengan etika bisnis Islam? pada tataran praktis
Etika Bisnis Islam mengandung pengertian segala apa yang dipraktekkan dalam perilaku
bisnis yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam atau yang menyalahinya kan etika sebagai
refleksi, maka Etika Bisnis Islam adalah studi tentang baik buruknya sebuah perilaku
bisnis menurut ajaran Islam.
Etika menurut Rafiq Isa hukum (2004) adalah seperangkat prinsip moral, yang dapat
digunakan sebagai penilaian baik atau buruknya perilaku manusia. Menurut ajaran Islam
istilah yang paling dekat dengan makna etika adalah akhlak atau khuluq, yaitu segala
tindakan tanduk yang telah menjadi kebiasaan manusia dan pergaulan hidupnya sehari-
hari yang bersumber pada keimanan. Oleh karena itu dalam Islam suatu perbuatan yang
baik disebut sebagai akhlak salihat dan perbuatan yang buruk disebut akhlak sayyiat.
1. Baik Dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata Khoir (dalam bahasa Arab) atau good
(dalam bahasa Inggris) dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan persuasian dan seterusnya. kata
baik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seseorang yang memiliki
kelakuan budi pekerti jujur dan sifat teladan lainnya. Sedangkan yang dikatakan buruk itu
adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya yang memiliki kelakuan tidak baik dan tidak disukai
kehadirannya oleh manusia.1
Isyarat-isyarat yang ditunjukkan Al-quran melalui ayat tentang kebaikan dan keburukan
menunjukkan bahwa pandangan baik buruk pada diri manusia dapat beraneka ragam,
tergantung landasan yang digunakannya. pada gilirannya pengetahuan dan pemahaman
yang jelas serta mendalam tentang rumusan baik buruk ditentukan oleh hal-hal yang
menjadi keharusan untuk dilakukan dan keharusan untuk dijauhi. Beberapa istilah yang
digunakan Alquran dalam menggambarkan kebaikan dan keburukan telah memberikan
pertunjukan bahwa kebaikan dan keburukan bermacam-macam Berdasarkan uraian yang
lalu, dapat dinyatakan bahwa kebaikan dan keburukan ditentukan oleh berbagai sumber,
yaitu: berdasarkan sya’ri, akal, pandangan, secara fisik, dan kehendak manusia (sifat jiwa

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawauf (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1996).h.104

2
manusia). Oleh karena itu pembicaraan tentang baik kebaikan buruk keburukan menuntut
pembicaraan berbagai dimensi. Dimensi di maksud adalah kebaikan alam, kebaikan hewani
kebaikan lahiriah manusia, dan kebaikan Susila moral. Dengan demikian. Tidak semua
yang dikatakan “kebaikan” merupakan “kebaikan” dalam dimensi akhak .
2. Aktivitas bisnis Islam
Ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai segala bentuk aktivitas manusia yang
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan primer,
sekunder, maupun pelengkap. Dalam ruang lingkup hukum Islam ekonomi berada pada
bidang hukum muamalah yaitu hukum yang mengatur relasi atau hubungan antara sesama
manusia (habluminannas).
Bisnis adalah kegiatan manusia dalam bidang ekonomi, baik itu berupa produksi
konsumsi, ataupun distribusi, barang dan jasa yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan.
Sistem ekonomi Islam memiliki prinsip-prinsip hukum dan etika bisnis yang harus
diperhatikan dan oleh setiap muslim dalam menjalankan aktivitas ekonominya titik
sedangkan etika bisnis dapat diartikan sebagai ilmu yang secara khusus mengatur mengenai
standar moral bagi para pelaku bisnis, yakni menolak monopoli eksploitasi dan
diskriminasi sehingga dapat dinilai baik atau buruk perilakunya, baik itu yang berkaitan
dengan aspek produksi konsumsi dan distribusi.
Sebagai seseorang manusia, tentunya ingin memiliki pekerjaan dan Sumber penghasilan
yang layak mendapatkan kepuasan dari tiap pekerjaan yang dapat menunjang keberlanjutan
kehidupan hingga masa yang akan datang titik begitu pula, peluang-peluang ini disediakan
oleh bisnis secara tidak terbatas, diperuntukkan bagi siapa saja terutama anak-anak muda
yang penuh semangat energi dan keberanian. Karena bisnis menyediakan lapangan
pekerjaan dari berbagai tingkatan dan bermacam bidang.
Dunia bisnis memiliki cukupan yang sangat luas, karena mengambil peran di segala
bidang kehidupan dan lapisan masyarakat. hal ini, karena di dalam bisnis segala kegiatan
perekonomian baik produksi, distribusi maupun konsumsi dapat terurai dengan baik oleh
masing-masing pelakunya antara pelaku bisnis maupun masyarakat luas. Hal ini senantiasa
dinamis dan disesuaikan oleh berbagai macam kebutuhan masyarakat yang senantiasa
bertambah dan beragam mengikuti perkembangan zaman.
Terkhusus pada era modernisasi saat ini yang diiringi dengan perkembangan teknologi
yang begitu Pesat, berdampak lansung pada bervariasinya kebutuhan umat manusia untuk
menunjang keberlangsungan kehidupannya, tentu saja semakin tidak dapat dihindari.

3
Dengan demikian keberadaan pelaku bisnis dalam hal untuk pemenuhan kebutuhan
manusia semakin diperlukan. Dan jika para pelaku bisnis ini menjalankan segala jenis
usahanya tanpa memperhatikan etika serta norma yang berlaku dan hanya berorientasi pada
segi keuntungan, maka dapat dibayangkan akan begitu banyak kerusakan yang ditimbulkan
di bumi tercinta ini.
Hal yang mesti dipahami, bahwa bagi orang muslim kegiatan usaha atau bisnis
sebenarnya lebih tinggi derajatnya, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, dan
sebagai wadah untuk berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaan Allah. Inilah yang
membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah memisahkan
antara ekonomi dan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak.
Islam juga tidak memisahkan agama dan negara dan materi dengan spiritual sebagaimana
yang dilakukan Eropa dengan konsep sekularismenya. Juga berbeda dengan kapitalisme
yang membedakan akhlak dengan ekonomi.
Manusia muslim, individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis, di satu
sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, namun di sisi lain,
manusia terkait dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam
menginvestasikan modalnya untuk membelanjakan hartanya. masyarakat muslim tidak
bebas tanpa keadilan dan memproduksi segala sumber daya alam, mendistribusikannya,
atau mengkonsumsinya. Ia terkait dengan buhul aqidah dan etika mulia, di samping juga
dengan hukum-hukum Islam. ada 6 langkah konkrit awal dalam memulai Etika Bisnis Islam
yaitu: niat ikhlas mengharap ridho Allah, profesional, jujur dan amanah, mengedepankan
etika sebagai seorang muslim, tidak melanggar prinsip syariah ukhuwah islamiyah.
B. Standar Baik dan buruk Etika Bisnis Islam
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan menghasilkan
kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang kita lakukan terwarnai
dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika dalam bisnis adalah etika yang
bersumber dari tokoh teladan Agung manusia di dunia, yaitu Rasulullah SAW memiliki
banyak panduan etika untuk praktek bisnis kita yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah kejujuran, titik kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan
bisnis. Rasulullah sangat Intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. dalam
tataran ini, beliau bersabda “Tidak dibenarkan seorang manusia menjual satu jualan yang
mempunyai aib, kecuali Ia menjelaskan aibnya”. (HR Al huszawani).
“Siapa yang menipu kami maka dia bukan kelompok kami” (HR Muslim).

4
Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. beliau melarang para pedagang
meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.
Kedua menolong memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang signifikansi
sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekadar mengejar
keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis,
Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta'awun menolong orang lain sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari keuntungan material
semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual
barang.
Ketiga tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam
perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah
“Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain, mereka minta dipenuhi, apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi”.
Keempat tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi
Muhammad SAW bersabda, " Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud
untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain," ( H.R. Muttafaq 'alaih)
Kelima, tidak menimbun barang. Iktikad ialah menimbun barang (menumpuk dan
menyimpan barang dalam masa tertentu dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi
naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis
semacam itu.
Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah
melegitalisme poli dan Oligopoli. contoh yang sederhana adalah ploitasi penguasaan
individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara, dan tanah serta kandungan isinya,
seperti barang tambang dan mineral. individu tersebut menggerakkan keuntungan tanpa
memberi kesempatan pada orang lain. hal ini dilarang dalam Islam.
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang halal, bukan barang yang haram
seperti babi, anjing, minuman keras, tasikoma dan sebagainya. Nabi Muhammad SAW titik
bersabda "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patung-
patung."(H.R. Jabir)
Kedelapan bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. firman Allah. Hai orang-
orang yang beriman Tinggalkanlah sisa-sisa riba Jika kamu beriman, (Q.S Al-
Baqarah:278). Oleh karena itu, Allah dan rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

5
Kesembilan, bisnis dilakukan dengan sukarela, tanpa paksaan. firman Allah, “Hai orang-
orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang
batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu."(Q.S.4:29)
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW.
Bersabda, "upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya". hadits ini
mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda pembayaran. Upah
harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
Diantara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat ekonomi
Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut.
a. Prinsip tauhid, prinsip tauhid ini mengajarkan manusia tentang bagaimana mengakui
kekuasaan Allah sehingga terdapat suatu konsekuensi bahwa keyakinan terhadap
Segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir hanya kepada Allah SWT. keyakinan
yang demikian dapat mengantar seorang muslim untuk menyatakan bahwa
sesungguhnya shalatku, ibadahku, segati bantal iku gelundung hidupku dan matiku
adalah semata-mata demi Allah Tuhan seru sekalian alam.
b. Prinsip keseimbangan atau keadilan, mengajarkan manusia tentang bagaimana
meyakini segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi.
Hal ini dapat dipahami dari al-quran yang telah menjelaskan bahwa engkau tidak
menemukan sedikitpun ketidakseimbangan dalam ciptaan yang maha pengasih.
ulang-ulang lah mengamati Apakah engkau melihat sedikit ketimpangan". (Q.S.
67:3). Ini menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi, Dan selaras dengan
dirinya sendiri, tetapi juga menuntun manusia untuk mengimplementasikan ketiga
aspek tersebut dalam kehidupan.
Prinsip tauhid mengantarkan manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa
harta benda yang berada dalam genggamannya adalah milik Allah SWT, Oleh karena
itu ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid yang memahami bahwa yang
menjadi dasar dari segala dasar pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa
atau Salah satu ajaran dasar lainnya dalam agama Islam ialah bahwa manusia tersusun
dari badan dan ruh itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. selanjutnya
Islam terdapat bahwa kehidupan manusia di dunia ini tidak bisa terlepas dari hidup
manusia di akhirat, kebahagiaan di akhirat tergantung pada kehidupan di dunia sebab
itu islam mengandung peraturan tentang kehidupan Masyarakat manusia.

6
C. Maslahah Dan Standart Baik Dan Buruk Etika Bisnis Islam
Menurut istilah, Maslahah adalah mendatangkan segala bentuk kemanfaatan atau
menolak segala kemungkinan yang merusak. manfaat adalah ungkapan dari
keseluruhan kenikmatan yang diperoleh dari usaha yang telah dilakukan dan segala hal
yang masih berhubungan dengan manfaat tersebut.
adapun yang dijadikan tolak ukur untuk menentukan baik buruknya manfaat dan
mafsadatnya sesuatu yang dilakukan yang menjadi tujuan pokok pembinaan pokok
hukum adalah apa yang menjadi kebutuhan manusia titik tuntutan kebutuhan manusia
itu bertingkat-tingkat, menurut Al syatibi ada tiga kategori tingkatan kebutuhan itu
yaitu dharuriat (kebutuhan primer, hajiyat (kebutuhan sekunder)dan tashiniyah
(kebutuhan tersier.2
1.) Daruriyat, kebutuhan tingkat primer adalah sesuatu yang harus ada untuk
eksistensinya manusia atau dengan kata lain tidak sempurna kehidupan manusia jika
tidak dipenuhi sebagai ciri atau kelengkapan kehidupan manusia, yaitu secara
peringkatnya: jiwa, akal, harta, dan keturunan. kelima dharuriyat tersebut adalah hal
yang mutlak harus ada pada diri manusia. agama harus ada dan dipelihara, tanpa
agama dan atau tanpa memelihara agama kehidupan manusia akan kacau,
pelaksanaan kewajiban agama (syaria)bahkan hukumman mati bagi yang murtad
adalah dalam rangka untuk memelihara agama. begitupun ketentuan Allah yang
melarang membunuh untuk memelihara jiwa, melarang meminuman keras untuk
memelihara akal, melarang berzina untuk memelihara keturunan, dan melarang
mencuri untuk memelihara harta. Jika kelima hal tersebut tidak diatur maka
kehidupan akan kacau, Penganut Agama khususnya umat Islam di syariatkan
melaksanakan ajaran agamanya.
“hukum rimba” jadi manakah tidak diatur hukuman tentang pembunuhan hukum
qisas. nasab keturunan menjadi tidak jelas semenakala tidak disyariatkan hukum
pernikahan tidak akan menjadi rusak jika tidak diharamkan minuman khamr narkoba
dan sejenisnya. pencurian, perampokan korupsi akan merajalela jika tidak diatur
hukum potong tangan dan sejenisnya, untuk mengatur kepemilikan harta.
2.) Hajiyat, kebutuhan tingkat sekunder bagi kehidupan manusia yaitu sesuatu yang
diperlukan untuk memudahkan kehidupan dan menghilangkan kesulitan, dalam
rangka memelihara kebutuhan dharuriyah. dengan kata lain, jika kebutuhan

2
Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausaha Muslim, (Bandung : Mizan. 1999), h 37-39

7
maslahah hajiyyah ini tidak terpenuhi maka manusia akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan dharuriyah. menuntut ilmu untuk tegaknya agama, kebolehan
menjamak dan mengqasar salat bagi musafir, makan-makanan yang baik untuk
kelangsungan hidup, memiliki pakaian dan rumah yang layak, melakukan transaksi
jual beli untuk mendapatkan harta adalah kebutuhan Hajiyyah atau sekunder. jika
hal tersebut tidak terpenuhi maka kehidupan manusia tidak akan rusak kacau tetapi
manusia akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan kehidupannya.
3.) Tahsiniyat, kebutuhan tingkat "tersier" adalah suatu kemaslahatan yang kebutuhan
hidup manusia kepadanya tidak sampai pada tingkat daruriyyah dan hajiyah, namun
Ia hanya dipenuhi dalam rangka kesempurnaan dan keindahan hidup manusia.
melakukan ibadah sunnah, berpakaian yang bagus, makanan yang bergizi, tidak
boros, larangan transaksi barang-barang yang najis, barang yang tidak jelas dan
larangan membunuh anak-anak dan wanita dalam peperangan.

D. Sumber Dan Metode Penelitian Baik Buruk


Menurut mertens ada tiga alat ukur yang digunakan untuk menentukan perbuatan
baik dan buruk.
Pertama, hati nurani. suatu perbuatan baik jika dilakukan sesuai dengan hati nurani
(hati yang disinari atau diberi cahaya), dan suatu perbuatan lain adalah buruk, jika
dilakukan pertentangan dengan suara hati nurani. dalam bertindak yang tindakan
tersebut bertentangan dengan hati nurani, kita menghancurkan integritas pribadi,
karena kita menyimpang dengan keyakinan kita yang terdalam. hati nurani mengikat
kita dalam arti, Kita harus melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nurani dan
tidak boleh melakukan apa-apa yang dilarang oleh hati nurani. 3
Kedua, kaidah emas. Cara yang lebih objektif untuk menilai baik buruknya
perilaku moral adalah mengukurnya dengan kaidah emas yang berbunyi. "hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan". Perilaku
saya bisa dianggap secara moral baik, bila saya memperlakukan orang lain tertentu
sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan. Jika saya ingin diberlakukan orang
secara baik maka saya harus memperlakukan orang juga dengan cara yang baik.
Kaidah emas ini juga dapat dirumuskan secara negatif, " Janganlah melakukan

3
Azhar Akmal dkk, Etika Bisnis Islam, (Medan : CV. Nedia Kreasi Grup:2022), h.34

8
terhadap orang lain apa yang anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri
anda" tidak ingin disakiti oleh orang lain, maka jangan menyakiti orang lain.
Ketiga, penilaian umum cara ini dipandang paling ampuh untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku dengan menyerahkannya pada masyarakat
umum untuk menilainya. cara ini bisa juga disebut "audit sosial". Asumsi kaidah ini
adalah masyarakat umum dalam arti jumlah yang cukup banyak tidak mungkin
sepakat untuk berdusta sehingga menyebut sesuatu yang baik itu buruk dan sesuatu
yang buruk itu baik. 4
Sejatinya sebuah perbuatan baik haruslah sesuai dengan ketiga macam ukuran yang
telah disebut di muka. Baik menurut hati nurani, kaedah emas dan penilaian umum.
Dalam Islam harus ditambahkan lagi perbuatan itu baik jika sesuai dengan bingkai
syariat. Namun perilaku sesuai dengan ukuran yang telah disebut di muka itu, bisa
dipastikan menurut agama juga baik.5

E. Perspektif Islam Terhadap Etika Bisnis Islam


Bicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya
baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.
Baik dan buruk menurut ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan Allah SWT.
Alquran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadis nabi Muhammad SAW.
menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
Alquran dan al-hadits.
Akhlak mulia yang digambarkan Alquran memberi petunjuk tentang sikap dan sifat
ketundukan manusia kepada seruan Tuhan yang diperkuat dengan kemampuan
akalnya. dengan kata lain kebaikan akhlak adalah kebaikan yang didasarkan pada
kepada petunjuk syara' dan akal sehat manusia sekaligus. Ibnu miskawih menyatakan
bahwa kebaikan manusia terletak pada" berfikir" beliau kebahagiaan hanya akan
terjadi jika terlahir tingkah laku yang sempurna yang khas bagi alamnya sendiri, dan
bahwa manusia akan bahagia. Jika timbul dari dirinya seluruh tingkah laku yang tepat
berdasarkan pemikiran. Oleh karena itu kebahagiaan manusia bertingkat-tingkat
dengan jenis pemikiran dan yang dipikirkannya.

4
Ibid.,35
5
Ibid.,35

9
Sedangkan akhlak tercela yang ada dalam Alquran memberikan gambaran bahwa
perilaku itu merupakan kemenangan tabiat buruk manusia. Seperti telah dijelaskan
pada keterangan yang telah lalu, pada dasarnya kecenderungan manusia kepada
keburukan dipengaruhi oleh Hawa dan syahwatnya. Oleh karena itu, wajar bila
Alquran menjelaskan bahwa menuruti hawa nafsu merupakan akhlak tercela. Akhlak
tercela juga menggambarkan kebodohan, kesombongan, kerakusan dan sifat-sifat
lainnya yang menandakan manusia dikendalikan oleh syahwah-nya. 6

F. Perspektif Barat Terhadap Etika Bisnis Islam


Dalam sistem etika barat ini, ada tiga teori etika yang akan dibahas antara lain:
1. Teori teleologi
Teologi berasal dari akar kata Yunani telos rumah yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan
logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teologi dikemukakan oleh Christian wollf,
seorang Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang
memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran,
arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti
umum teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan fungsi, atau
tujuan di dalam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran
filosofis religius tentang eksistensi tujuan dan kebijaksanaan objektif di luar manusia titik
dalam dunia etika teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral atau baik buruknya
sesuatu tindakan dilakukan, teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang
salah, tetapi itu bukan ukuran yang mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah,
tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.
Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum tetapi jika itu bertujuan dan berakibat
baik, maka tindakan dinilai baik titik ajaran the leologis dapat menimbulkan bahaya
menghalalkan segala cara titik Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan
tindakan yang benar menurut hukum. Pembincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi
dengan "benar" dan "salah". Lebih Mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat
menciptakanketika "yang baik itu dipersempit" menjadi "yang baik bagi diri sendiri".

6
Enoh, Konsep Baik (Kebaikan) Dan Buruk (Keburukan) Dalam Al-Qur’an, 2004Jurnal Ekonomi,
https://ejornal.uinsba.ac.id , diakses pada tanggal 21 september 2022 pukul 08.48

10
Berdasarkan pembahasan etika teleologis ini, kemudian muncul aliran-aliran teologis
egoisme dan utilitarisme.
a. Egoisme
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang, pada dasarnya bertujuan
untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. perilaku yang dapat diterima
tergantung pada konsekuensinya. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari
setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya
sendiri. satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika Ia
cenderung menjadi hedonistis, itu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. memaksimalkan
kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima tidak seseorang tidak
mempunyai kewajiban moral selain untuk menjalankan apa yang paling baik bagi kita
sendiri tidak jadi, menurut egoisme etis, seseorang tidak mempunyai kewajiban alami
terhadap orang lain. meski mementingkan diri sendiri, bukan berarti egoisme etis
menafikan tindakan menolong titik mereka yang egoisme etis tetap saja menolong orang
lain, asal kepentingan diri itu bertautan dengan kepentingan orang lain. atau menolong yang
lain merupakan tindakan efektif untuk mencitrakan keuntungan bagi diri sendiri. Menolong
adalah tindakan berpengharapan, bukan tindakan yang ikhlas tanpa berharap pamrih
tertentu. Contoh: R. Budi dan Michael Hartono, misalnya, memiliki kekayaan UU$ 11
miliar dan menempati peringkat pertama. Kekayaan ini diperoleh dari antara lain kelapa
sawit dan industri Rokok ( Djarum ). Angka Kekayaan ini cukup tinggi jika dibandingkan
dengan total kekayaan 40 orang terkaya sebanyak UU$ 71 Miliar milia. Sesungguhnya
sudah bisa melihat karakter egoisme etis pada mereka. Yang mana? Jikalau mereka
altruisme, bisa pastikan tak akan berbisnis rokok. orang-orang altruisme akan berpikir
rokok merupakan komoditas yang "mematikan" banyak orang, maka harus dicegah untuk
memperbanyak alat pembunuh itu titik sebaliknya, egoisme etis mengabaikan rokok yang
di sepadankan dengan alat pembunuh titik egoisme etis harus meneguhkan hati, "ini cuma
bisnis, jadi harus diabaikan dampak-dampak yang ditimbulkan titik salah sendiri orang lain
mau membeli rokok sang pembunuh ini".
b. Utilitarianisme
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi nilainya. berasal dari bahasa Latin utilis
yang berarti "bermanfaat". Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan

11
masyarakat sebagai keseluruhan. sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat ke mata berfaedah, dan merugikan titik karena itu, baik buruknya perilaku dan
perbuatan ditetapkan dari segi berguna berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. dari
prinsip ini kemah tersusunlah teori tujuan perbuatan. Contoh : industri rokok " menolong "
kemajuan olahraga dengan meggelontorkan dana sebanyak-banyaknya, namun
berpengharapan para penggila olahraga ini (pemain atau penonton) menjadi perokok aktif
maupun pasif. jelas, menolong yang dilakukan adalah berdasarkan keterpautan kepentingan
diri sendiri.
2. Teori Deontologi
Teori deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani, " Deon" berarti tugas dan" logos"
berarti pengetahuan. sehingga etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan
akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri sebagai baik pada dengan kata lainnya bahwa tindakan itu bernilai
moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.
Contoh: jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu
dianggap benar, sedangkan dikatakan salah Jika tidak melaksanakan tugas.
Teori ini menafikan konsep teori teological karena golongan deontologist ini dengan
yang tidak percaya dengan akibat. Teori ini menegaskan bahwa betul atau salahnya
sesuai tindakan itu tidak berdasarkan atau ditentukan oleh akibat-akibat tindakan
tersebut. mengikuti Teori ini, nilai moral suatu tindakan tidak boleh dinilai ke atas
kesudahannya hasil atau kebaikan yang akan didapati karena kesudahan sesuatu
tindakan adalah tidak jelas dan tidak dapat ditentukan hasilnya semasa tindakan tersebut
dibuat tetapi jantung pada niat seseorang itu yang membuat keputusan atau melakukan
tindakan.
3. Teori Hybrid
Teori Hybrid merupakan kombinasi atau sesuatu yang berlainan dari teori teleologi dan
deontologi. Ini terdapat 5 teori, meliputi:
a. Personal libertarianism dikembangkan oleh Robert nozick, di mana perbuatan etika diukur
bukan dengan keadilan distribusi kekayaan, namun dengan keadilan atau kesamaan
kesempatan bagi semua terhadap pilih pilihan yang ada (diketahui) untuk kemakmuran
mereka titik Teori ini dipercaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dari maksimalisasi
kebebasan individu.

12
b. Ethical egoism dalam teori ini, memaksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai
dengan keinginan individu yang bersangkutan titik kepentingan ini bukan harus berupa
barang atau kekayaan, bisa juga berupa ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang baik,
atau apapun yang dianggap penting oleh pengambil keputusan yang dalam hal ini adalah
yang bersangkutan.
c. Ekstentialism yang mengembangkan Teori ini adalah jean-paul sartre. Menurutnya, standar
Perilaku tidak dapat dirasionalkan titik tidak ada perbuatan yang benar-benar salah atau
benar-benar atau sebaliknya. setiap orang dapat memilih prinsip etika yang disukai karena
manusia adalah apa yang ia inginkan dirinya sendiri.
d. Relativism Teori ini berpendapat bahwa Etika itu bersifat relatif jawaban dari etika itu
tergantung dari situasinya. dasar pemikiran Teori ini adalah bahwa tidak ada kriteria
universal untuk menentukan perbuatan etis. setiap individu mempunyai kriteria sendiri-
sendiri dan berbeda setiap budaya dan negara.
e. Teori hak (right) nilai dasar yang diambil dalam teori ini adalah kebebasan. Perbuatan etis
harus didasarkan pada hak individu terhadap kebebasan memilih. setiap individu memiliki
hak moral yang tidak dapat ditawarkan.
G. Hal Hal Yang Dianjurkan Agama Dalam Berbisnis
Ada enam yang dianjurkan agama dalam berbisnis yaitu:
1. Berdagang sebagai ibadah
Ibadah bukan sekadar kegiatan yang melibatkan seorang hamba dan Tuhannya dalam
bentuk kegiatan keagamaan. Namun ibadah dalam arti lain juga mencakup segala
sesuatu yang dilakukan untuk menggapai Ridha Allah SWT.
Namun, apapun bentuk kebaikan maka itu bisa disebut ibadah, begitu juga dengan
berdagang. Berbisnis adalah ibadah jika kita berniat menafkahi keluarga dan
mengharap pertolongan Allah SWT. Berikut beberapa syarat agar berdagang menjadi
ibadah, di antaranya adalah:
Pertama, bertujuan untuk terlibat dalam bisnis yang jujur demi Allah. Dengan niat yang
baik, kita dapat melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-
hal yang dilarang-Nya. Memiliki hati yang baik juga dapat mendorong kita untuk selalu
mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Syarat kedua adalah harus sesuai dengan syariat Rasulullah SAW. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, dalam Islam, bisnis juga memiliki ketentuan yang bisa
dijadikan buku acuan aktivitas. Jadilah tulus dan bekerja keras untuk menunjukkan apa
yang kita lakukan.

13
Kita akan merasa senang ketika kita melakukan pekerjaan ibadah. Perasaan ini dapat
mempengaruhi spiritualitas dan kualitas kerja. Dengan niat yang baik diharapkan akan
membuat hati kita senang dan ketika terjadi sesuatu nanti kita tidak akan menyesal
dalam melakukan pekerjaan tersebut.
2. Memenuhi rukun jual beli
Berdagang bisa bermanfaat untuk ibadah jika mengikuti syariat agama atau rukun jual
beli. Selain mendapat berkah jual beli menurut syariat agama juga dapat memberikan
pahala yang besar bagi siapa saja yang melakukannya.
Berikut adalah beberapa rukun jual beli dalam Islam yang harus dipatuhi, di antaranya
adalah:
Penjual harus memiliki akal, terlepas dari kenyataan bahwa ia harus memiliki sesuatu
untuk dijual. Dengan kata lain, dalam bentuk fisik dan mendapatkan hak untuk menjual
barang tersebut.
Pembeli harus memiliki akal sehat yang cukup dan mampu berkomunikasi tanpa
paksaan. Dengan kata lain, menurut kehendak mereka sendiri. Sekalipun pembelinya
masih di bawah umur, syaratnya ia telah memperoleh hak jual beli.
Barang yang dijual harus terlihat secara fisik. Barang-barang ini halal dan bermanfaat.
Adanya akad berupa konfirmasi penjual dan akseptasi pembeli. Dalam bisnis jual beli,
penjual dan pembeli memiliki kepentingan.
Bagi umat Islam yang berjual beli, maka hukumnya yang melengkapi rukun jual beli
tersebut. Mungkin rusak atau tidak jika kolom ini tidak diisi.
3. Hanya dengan kesepakatan bersama
Kesepakatan antara pembeli dan penjual merupakan prinsip dalam berbisnis atau
berdagang. Hukum jual beli terletak pada akad yang dibuat, baik itu berupa benda
tunggal maupun makna.
Jadi kamu tidak perlu menggunakan kata kunci khusus. Dengan kata lain, kontrak yang
dibuat dalam jual beli ini dapat dibatalkan sesuai dengan penggunaan pekerjaan.
4. Jujur dalam berat dan ukuran
Cara berbisnis menurut ajaran Islam adalah jujur dalam takaran. Hal ini sering terjadi,
orang melakukan trik dengan memperkecil ukuran atau jumlahnya. jika dilakukan, tidak
jauh berbeda dengan mencuri.
Jual beli yang dilakukan dengan mengurangi jumlah atau ukuran dapat menimbulkan
dosa dan jual beli yang tidak baik. Tapi sangat disarankan jika penjual melebihkan
timbangan untuk membuat pembeli senang.

14
5. Jujurlah tentang barang yang ditawarkan
Rasulullahi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda bahwa tidak dianjurkan seorang
muslim menjual sesuatu yang tidak baik kepada siapapun jika pembeli telah
menjelaskan kepada pembeli apa yang sebenarnya.
Maksudnya setiap penjual harus menggambarkan kondisi fisik barang yang dijualnya
agar tidak ada kekecewaan bagi pembeli. Hal ini penting dilakukan karena saat ini
banyak terjadi kasus penipuan jual beli.
Kasus yang paling umum adalah pembeli menyetujui produk yang dijual, karena tidak
sesuai dengan situasi yang ada. Apalagi sekarang banyak sekali belanja dan jual beli
online dimana produk yang dijual tidak menunjukkan kondisi produknya.
Contoh jual beli buah sering terjadi ketika pembeli meletakkan buah terbaik di
tumpukan di mana buah yang kurang bagus dicampur menjadi satu. Jika pembeli
mengandalkan kasus ini, pembeli memiliki hak untuk membatalkan.
6. Hindari sumpah berlebihan
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda tentang Abu Hurairah
"Bersumpah menghilangkan berkah bisnis, dan menjual barang". Saat ini banyak
penjual yang menggunakan cara apapun untuk menjual produknya.
Bahkan ada pembeli yang bersaksi tentang penjualan mereka. Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wasallam mengatakan pada otoritas Abu Umamah Iyas bin Tsa'labah Al Haris,
mengatakan:
"Allah melarang masuk surga dan memaksa masuk neraka bagi orang yang melanggar
hak orang lain dengan bersumpah. Orang yang bertanya kepada Rasulullah 'Bagaimana
jika hanya sedikit bersumpah?' Nabi menjawab dengan tegas "sekalipun itu pohon
siwak, maka dilarang melakukannya".
Contoh, seperti penjual rumah ingin pembelinya tinggal di rumah dulu untuk persiapan
pindahan. Namun rinci, kirimkan persyaratan untuk peralatan yang memenuhi syarat.
Namun, beberapa orang masih melakukan kesalahan dengan menggunakan kata-kata
sombong untuk membuat jual beli menjadi tidak efektif.
Itulah 6 cara berdagang menurut Islam yang dapat kamu ikuti. Dengan mengikuti aturan
yang telah dibuat dalam ajaran Islam tentunya kamu akan terhindar dari perbuatan yang
merugikan orang lain, dan pastinya kamu akan terhindar dari dosa.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang berjual beli dan mencari syarat-syarat yang tidak ada dalam Kitab
Allah, maka ia dianggap sia-sia." Dalam Islam, ada banyak situasi di mana jual beli

15
tidak diperbolehkan. Ibarat menggabungkan dua syarat jual beli dan mencari sesuatu
yang merugikan hakekat jual beli.
Inilah 6 tata cara berbisnis menurut ajaran islam yang wajib bagi setiap muslim yang
berbisnis. Dengan menerapkan 6 cara ini, maka Anda akan diberkati dalam mencari
makan.
H. Hal-Hal Yang Dilarang Agama Dalam Berbisnis
Ada tiga yang di larang agama dalam berbisnis yaitu :
1. Riba
Menurut segi bahasa, riba adalah sesuatu yang lebih, bertambah dan berkembang.
Dalam bisnis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil.
Contoh Andi meminjam uang kepada Budi sebesar Rp1000.000 kemudian B
mensyaratkan uang tersebut harus dikembalikan dalam jumlah Rp1100.000. Transaksi
ini kelebihan Rp100.000 yang termasuk riba.
2. Maysir
Secara bahasa maysir berarti memperoleh sesuatu/keuntungan dengan sangat mudah
tanpa kerja keras. Maysir dapat berbentuk aktivitas spekulasi, judi, dan untung-
untungan di dalam suatu transaksi keuangan sehingga memungkinkan diperolehnya
keuntungan dengan adanya salah satu pihak yang dirugikan.
Contoh Cepi dan Bani menonton pertandingan sepak bola lantas saling memasang
taruhan. Bila tim favorit Cepi menang, Bani harus membayar sejumlah uang. Demikian
pula sebaliknya bila tim favorit Bani menang, Cepi harus membayar sejumlah uang.
3. Gharar
Secara bahasa, Gharar berarti penipuan, ketidakjelasan atau risiko. Gharar adalah
transaksi yang mengandung tipuan atau ketidakjelasan dari salah satu pihak sehingga
pihak lain dirugikan. Dalam transaksi keuangan syariah, tidak boleh ada unsur
ketidakjelasan atau ketidakpastian yang berlebihan antara lain terkait akad, obyek akad,
cara penyerahan, maupun cara pembayaran. Hal ini untuk menjamin asas transparansi
dan keadilan bagi pihak-pihak yang bertransaksi, agar tidak ada yang terzalimi maupun
menzalimi.
Contoh Eri memiliki sapi yang sedang hamil. Eri lantas menjual anak sapi yang masih
dalam kandungan tersebut kepada Fulan. Jual beli semacam itu dilarang dalam islam
karena kondisi anak sapi dalam kandungan tidak jelas. Bisa jadi ketika dilahirkan cacat

16
atau mati yang dapat menimbulkan perselisihan yang idak perlu antara Eri dan Fulan.
Contoh lainnya jual beli hasil perkebunan yang belum berbuah.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Isyarat-isyarat yang ditunjukkan Alquran melalui tentang kebaikan dan keburukan
penunjukan bahwa pandangan baik buruk terhadap Etika Bisnis Islam Itu sudah pasti baik
mulai dari pembelian barang produksi dengan uang yang halal pengolahan bahannya
dengan baik sampai Tahap terakhir sudah pasti baik, Karena semua itu berlandaskan Islam,
Islam sendiri mengajarkan penganutnya untuk selalu berbuat jujur tidak menipu dan lain
sebagainya. Jikalau Etika Bisnis Islam itu ada yang beranggapan tidak baik itu bukan dari
Islam itu sendiri melainkan para oknum yang mengatasnamakan Islam agar banyak tertarik
untuk membelinya agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan
menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka puisi yang kita lakukan terwarnai dengan
nilai. Rasulullah contoh dalam etika berbisnis antara lain :
Pertama adalah kejujuran, melayani dengan senyum ramah tamah terhadap konsumen
Kedua,menolong atau memberi manfaat kepada orang lain
Ketiga, tidak boleh menipu
Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain
Kelima tidak menimbun barang
Keenam tidak melakukan monopoli
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual
Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba
Kesembilan, bisnis dilakukan dengan sukarela, tanpa paksaan
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawauf (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1996).h.104

Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausaha Muslim, (Bandung : Mizan. 1999), h 37-39

Azhar Akmal dkk, Etika Bisnis Islam, (Medan : CV. Nedia Kreasi Grup:2022), h.34

Ibid.,35
Ibid.,35

Enoh, Konsep Baik (Kebaikan) Dan Buruk (Keburukan) Dalam Al-Qur’an, 2004Jurnal
Ekonomi, https://ejornal.uinsba.ac.id , diakses pada tanggal 21 september 2022 pukul 08.48

19

Anda mungkin juga menyukai