MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Irpan Helmi, S.Th.I., M.Sy
Disusun Oleh
Kelompok 5
Dea Sarah Almanik
Laila Nurul Syahara
Pini Oktaviani
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata
kuliah Etika Bisnis Islam dengan judul “Perilaku Bisnis Yang Sah”.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam penyusunan makalah ini. Penyusun tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran
yang membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai
penulisan makalah berikutnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Etika Islam Dalam Produksi..............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara normatif, etika bisnis menurut hukum Islam memperlihatkan adanya
suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya. Hal itu
disebabkan bahwa dalam ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam agama Islam lebih
banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat atau ide
hingga perilaku dan perangai. Nilai moral tersebut tercakup dalam empat sifat, yaitu
shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Keempat sifat ini diharapkan dapat menjaga
pengelolaan institusi-institusi ekonomi dan keuangan secara profesional dan menjaga
interaksi ekonomi, bisnis dan social berjalan sesuai aturan permainan yang berlaku.
Dalam hukum Islam, etika bisnis tidak hanya dipandang dari aspek etika
secara parsial, tetapi dipandang secara keseluruhan yang memuat kaidah-kaidah yang
berlaku umum dalam agama Islam. Artinya, bahwa etika bisnis menurut hukum Islam
harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan (unity),
keseimbangan/keadilan (equilibrium), kehendak bebas/ikhtiar (free will),
pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran (truth), kebajikan (wisdom) dan
kejujuran (fair). Kemudian, harus memberikan visi bisnis masa depan yang bukan
semata-mata mencari keuntungan yang bersifat “sesaat”, melainkan mencari
keuntungan yang mengandung “hakikat” baik, yang berakibat atau berdampak baik
pula bagi semua umat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika Islam dalam produksi?
2. Bagaimana pedoman Islam dalam faktor-faktor produksi?
3. Bagaimana pedoman Islam dalam produksi barang?
4. Bagaimana pedoman Islam dalam produksi jasa?
5. Bagaimana etika Islam dalam sirkulasi?
6. Bagaimana etika Islam dalam distribusi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui etika Islam dalam produksi.
2. Untuk mengetahui pedoman Islam dalam faktor-faktor produksi.
1
2
1 Yadi Janwari, PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM Dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer, (Bandung: PT Rosdakarya, 2016), 196.
2 Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, (Jakarta: Pustaka
AlKautsar, 2014), 64.
4
3
manusia. Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam
pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.
2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi,
Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada
penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan
penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya
dari Al-Qur'an dan Hadis.
3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi
pernah bersabda: "Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian".
4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam
tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan
dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena
berdalih dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawakal kepada-Nya,
sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama selain Islam.
Sesungguhnya Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat:,
bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar
adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT., sebagai pemilih hak
prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan
dipenuhi dengan optimal.3
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:
1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan
prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya
3 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
110.
5
4 M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, alih Bahasa Pafat Arif Harahap, (Jakarta:
Intermasa, 1992), 54-55.
5 Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam...., 136-137.
6
faktor produksi yang terbaik akan menghasilkan produk yang terbaik. Yang dimaksud
faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh
manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa.
Menurut Sadono Sukirno, faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan kepada empat jenis, yaitu 1)tanah dan sumber alam;
2)tenaga kerja; 3)modal; dan 4)keahlian keusahawanan. 6 Menurut Afzalur Rahman
faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu: tenaga kerja,
tanah, modal, dan organisasi.7
Dalam perspektif ekonomi konvensional atau Barat, terdapat empat faktor
profuksi: tanah, tenaga kerja, modal, dan organisasi. Sedangkan dalam perspektif
ekonomi Islam, faktor produksi itu terdiri dari enam yaitu: lingkungan, sumber daya
alam, faktor manusia yang mencakup tenaga kerja dan manajemen, modal dan
masyarakat, serta bimbingan dan berkat Allah.8
1. Lingkungan/Tanah
Manusia dapat memanfaatkan lingkungan dalam proses produksi sebatas tidak
melanggar keseimbangannya.9 Istilah tanah sering dipergunakan dalam pengertian
yang luas dan mencakup semua sumber penghasilan pokok yang dapat kita peroleh
dari udara, laut, pegunungan, dan sebagainya.10 Kondisi-kondisi geografis, angin, dan
6 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), 6-7.
7 Afzalur Rahman, Muhammad Sebagai Pedagang, (Bandung: Pelangi Mizan, 2009),193.
8 Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam...., 26-27.
9 Ibid., 27.
10 Afzalur Rahman, ...195.
7
Istilah tanah diberi arti khusus di dalam ilmu ekonomi. Ia tidak hanya
bermakna tanah saja seperti yang terpakai dalam pembicaraan sehari-hari, melainkan
bermakna segala sumber daya alam, seperti air dan udara, pohon dan binatang, dan
segala sesuatu yang diatas dan dibawah permukaan tanah, yang menghasilkan
pendapatan atau menghasilkan produk. Menurut Marshall, tanah berarti “material dan
kekuatan yang diberikan oleh alam secara cuma-cuma untuk membantu manusia,
termasuk tanah dan air, udara dan cahaya, dan panas”.12
2. Sumber daya alam
Faktor lingkungan dimanfaatkan dalam upaya untuk dilestarikan dan tidak
mengganggu ekosistem secara keseluruhan, sementara faktor sumber daya alam
dimanfaatkan dalam upaya untuk pembangunan ekonomi.13
3. Manusia
Faktor manusia meliputi tenanga kerja, manajemen atau organisasi dan
kewirausahaan. Tenaga kerja sebagai sumber daya ekonomi telah ditekankan dalam
al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an berkali-kali menekankan pentingnya kerja dan
kebutuhan untuk itu. Al-Qur’an mengajarkan prinsip mendasar mengenai tenaga kerja
QS. An-Najm: 51.
Menurut ayat ini, tidak ada jalan tol atau jalan yang mudah menuju
kesuksesan. Jalan menuju kemajuan dan kesuksesan di dunia ini adalah melalui
perjuangan dan usaha. Semakin keras orang bekerja, semakin tinggi pula imbalan
yang akan mereka terima.
Dalam al-Sunnah, kerja sangat dihargai, di mana Nabi telah mengatakan
bahwa ada beberapa dosa yang tidak bisa dihapus (diampuni) kecuali dengan bekerja
mencari nafkah. Semua jenis pekerjaan yang sah sangat didorong, bahkan pekerjaan
yang hanya mengambil manfaat atas burung dan hewan, “Tidaklah seorang Muslim
telah menanam tanaman atau bertani ranting, dan burung atau hewan makan dari itu
melainkan telah diberi pahal untuk itu”.15 Selain Nabi SAW, para sahabat Nabi pun
telah memberikan contoh bagaimana mereka hidup di pasar dan menyediakan
kebutuhan mereka sendiri.16
Organisasi atau enterprise memainkan peran utama dalam produksi. Pemasok
faktor produksi ini disebut entrepreneur atau organisator. Seluruh kerja organisasi,
perencanaan, dan pengelolaan disebut enterprise.17
4. Modal
Modal merupakan salah satu faktor produksi. Ia adalah kekayaan yang dipakai
untuk menghasilkan kekayaan lagi. Dia adalah “alat produksi yang diproduksi” atau
dengan kata lain “alat produksi buatan manusia”. Modal meliputi semua barang yang
diproduksi tidak untuk konsumsi, melainkan untuk produksi lebih lanjut, seperti;
mesin, peralatan, alat-alat pengangkutan, uang tunai, dan lain-lain. Jadi, modal adalah
kekayaan yang didapatkan oleh manusia melalui tenaganya sendiri dan kemudian
menggunakannya untuk menghasilkan kekayaan lebih lanjut.18
Benar bahwa daerah halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia yang
ambisius merasa kurang puas dengan hal itu walaupun banyak jumlahnya. Maka kita
temukan jiwa manusia yang tergiur kepada sesuatu yang haram dengan melanggar
hukum-hukum Allah. Padahal Allah berfirman Q.S. Al-Baqarah : 229
“Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah
orangorang yang zalim”25
Pada dasarnya, produsen pada tatanan ekonomi konvensional tidak mengenal
istilah halal dan haram. Yang menjadi prioritas kerja mereka adalah memenuhi
keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta, dan uang. Mereka tidak
23 Loc.cit.
24 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
117.
25 Al-Qur'an dan terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Diponegoro. 2010.
11
mementingkan apakah yang diproduksinya itu bermanfaat atau berbahaya, baik atau
buruk, halal atau haram.
Sedangkan dalam prinsip Islam, syariat melaranng memproduksi barang/ jasa
yang haram, baik haram untuk digunakan atau dikoleksi. Misalnya PSK, mebuat
patung, menanam anggur yang diniatkan untuk membuat wine(minuman keras), dsb.
2. Mengelola Sumber Daya (Prinsip Efisiensi)
Hendaknya sumber daya ekonomi dimanfaatkan secara efisien, dijaga agar
tidak terbuang percuma dan didayagunakan dengan prinsip pertengahan, yaitu
dilakukan dalam keseimbangan tanpa kecenderungan untuk ektremisme (tidak
berlebih-lebihan).26 Al-Quran menganjurkan manusia untuk mengelola sumbersumber
kekayaan yang sudah Allah sediakan di muka bumi ini dengan sebaikbaiknya. Allah
berfirman QS al-Baqarah:29.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu.27
Dalam ayat lain Allah juga menerangkan bahwa manusia mempunyai
tanggung jawab besar yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya di muka bumi ini,
yaitu sebagai khalifah (pemimpin). Peranan manusia sebagai khalifah di muka bumi
memerankan fungsi penting yang artinya ada sebuah amanah besar yang dibebankan
kepada manusia untuk memakmurkan bumi. Allah memberikan mandat ini kepada
manusia karena manusia memiliki kelebihan akal pikiran untuk memanfaatkan segala
sesuatu yang telah Allah sediakan dan digunakan untuk kesejahteraan hidupnya.
3. Memenuhi kebutuhan masyarakat
Salah satu norma produksi adalah membuat variasi bentuk produksi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Jika produsen dalam sistem kapitalis mengejar laba
a) Adil merupakan norma paling utama dalam seluruh aspek perekonomian. Hal
itu dapat kita tangkap dalam pesan Al Qur’an yang menjadikan adil sebagai
tujuan agama samawi. Bahkan adil adalah satu asma Allah.
b) Haramnya Bunga (Riba); riba ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah
ialahpembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan.Riba
fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis,tetapi lebih
banyak jumlahnya karena orang yang menukarkanmensyaratkan demikian,
seperti penukaran emas dengan emas, padidengan padi, dan sebagainya. Riba
yang dimaksud dalam ayat iniRiba nasiah yang berlipat ganda yang umum
terjadi dalammasyarakat Arab zaman jahiliyah. Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Baqarah : 275
4. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli.
Kasih sayang dijadikan Allah lambang dari risalah MuhammadSAW. Islam
ingin menegakkan dibawah naungan norma pasar Kemanusiaan yang besar
menghormati yang kecil, yang kuatmembantu yang lemah, yang bodoh belajar dari
yang pintar, danmanusia menentang kezaliman. Firman Allah SWT : “Dan tidaklah
Kami mengutus kamu,melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS.
AlAnbiya’ :107)
Oleh sebab itu, Islam mengharamkan monopoli, satu unsur yangberlaku dalam
paham kapitalis disamping riba. Yang dimaksudmonopoli ialah menahan barang dari
perputaran di pasar sehinggaharganya naik. Risikonya semakin fatal jika monopoli
inidilaksanakan secara berkelompok, dikenal dengan “transnasional”atau monopoli
dari sektor hulu ke sektor hilir. Nabi bersabda “Yang melakukan monopoli itu salah
atau berdosa”.
5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.
a) Salah satu moral terpuji ialah sikap toleran dan menjauhkan faktoreksploitasi.
Tindakan eksploitasi banyakmewarnai dunia perdgangan,terutama
perdagangan yang berada dibawah naungan kapitalis.Jabir bin Abdullah
meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :“Allah mengasihi hamba-Nya
15
Keadilan dalam distribusi merupakan satu kondisi yang tidak memihak pada
salah satu pihak atau golongan tertentu dalam ekonomi, sehingga menciptakan
keadilan.
3. Larangan menumpuk harta
Islam membenarkan hak milik pribadi tapi tidak membenarkan penumpukan
harta benda pribadi sampai batas-batas fondasi yang dapat merusak fondasi sosial
islam. Karena penumpukan harta berlebihan bertentangan dengan kepentingan umum
yang berimbas pada rusaknaya sistem sosial dengan munculnya kelas-kelas yang
mementingkan pribadi, disamping itu penumpukan harta berlebihan dapat
melemahkan daya belimasyarakat dan menghambat mekanisme pasarbekerja secara
adil karena harta tidak tersebar di masyarakat.32
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Haritsi, Jaribah Bin. Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. 2014.
Ahmad, Zainuddin. Kemiskinan Dan Pemerataan Pendapatan. Jogjakarta: Dana
Bakti Prima Yasa. 1998.
Al-Qur'an dan terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Diponegoro. 2010.
Edwin Nasution, Mustafa. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.
2006.
Janwari, Yadi. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM Dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer. Bandung: PT Rosdakarya. 2016.
Mannan, M.A. Ekonomi Islam: Teori dan Praktek alih Bahasa Pafat Arif Harahap.
Jakarta: Intermasa. 1992.
Nabani, Taqiyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya: Rislah Gusti.
1999.
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
1997.
R., Suherman. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar. Jakarta: Kencana. 2012.
Rahman, Afzalur. Muhammad Sebagai Pedagang. Bandung: Pelangi Mizan. 2009.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2013.
19