Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Etika Bisnis Islam Jaidil Kamal M.E.Sy

“Perilaku Bisnis Yang Sah”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

AMANDA MEYYASARI (12040424914)

ARINI MISLAINI (12040426511)

HADIL AZRY (12040411315)

MHD ARDIANSYAH SIREGAR (12040411616)

M LUTFI HALIM (12040414561)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYRIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehinggga kami dapat meneyelesaikan makalah yang
berjudul“ Perilaku bisnis yang sah“Dalam pembuatan makalah ini ami sadar masih
banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan ,isi,dan lain sebagainya,maka kami
snagat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah
dihari kedapan nantinya.
Demikianlah sebagai kata pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga,semoga segala bantuan dari segala
pihak mudah-mudahan mendapatkan amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.

Pekanbaru ,12 april 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Etika islam dalam produksi ............................................................................ 3

B. Pedoman islam dalam faktor-faktor produksi ................................................. 4

C. Pedoman islam dalam produksi barang .......................................................... 7

D. Pedoman islam dalam produksi jasa.................................................................. 9

E. Etika islam dalam sirkulasi ........................................................................... 11

F. Etika islam dalam distribusi .......................................................................... 11

BAB III PENUTUP............................................................................................... 13

A. Kesimpulan ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSAKA .............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan
hidupnya. Karenanya, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan
itu. Salah satu usaha untuk memperolehnya adalah dengan bekerja.Sedangkan
salah satu dari bentuk bekerja adalah berdagang atau berbisnis. Kegiatan penting
dalam muamalah yang paling banyak dilakukan oleh manusia setiap saat adalah
kegiatan bisnis. Dalam kamus bahasa Indonesia bisnis diartikan sebagai usaha
dagang, usaha komersial di dunia perdagangan dan bidang usaha.
Salah satu unsur dalam berbisnis itu ialah produksi, para ekonom
mendefinisikan produksi sebagai menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi
manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Bila diartikan secara
konvensional, produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna
suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber yang ada. Produksi tidak
berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun
yang dapat menciptakan benda.Oleh karenanya, dalam pengertian ahli ekonomi,
yang dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang-barang menjadi
berguna, disebut “dihasilkan ”. produksi bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu kajian
positif terhadap hukum-hukum benda dan hokum-hukum ekonomi yang
menentukan fungsi produksi, dan kajian normatif yang membahas dorongan-
dorongan dan tujuan produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana Etika islam dalam produksi ?
2. Bagaimana Pedoman islam dalam produksi barang ?
3. Bagaiamana Pedoman islam dalam produksi jasa ?
4. Bagaimana Etika islam dalam sirkulasi ?
5. Bagaiamana Etika islam dalam distribusi ?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Etika islam dalam produksi.
2. Untuk Mengetahui Pedoman islam dalam produksi barang.
3. Untuk Mengetahui Pedoman islam dalam produksi jasa.
4. Untuk Mengetahui Etika islam dalam sirkulasi.
5. Untuk Mengetahui Etika islam dalam distribusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika islam dalam produksi
Jika kita bicara tentang nilai dan ahlak dalam ekonomi dan muamalah,
maka tampak secara jelas dihadapan kita empat nilai utama,yaitu (1) rabbaniyah
(2) akhlak (3) kemanusiaan dan (4) pertengahan. Nilai –nilai ini menggambarkan
kekhasan yang utama bagi ekonomi islam, bahkan dalam kenyataanya merupakan
kekhasan yang bersifat menyeluruh yang Nampak jelas pada segala sesuatu yang
berlandaskan ajaran islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki
cabang, buah dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah islamiyahdi
bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi,dan distribusi.1
Raafik Isa Beekun dalam bukunya menyebutkan, paling tidak ada
sejumlah parameter kunci system etika islam yang dapat dirangkum, seperti: (a)
berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung niat individu yang
melakukannya. Allah maha kuasa mengetahui apapun niat kita sepenuhnya secara
sempurna; (b) niat baik diikuti tindakan yang baik dan dihitung sebagai ibadah.
Niat yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haramm menjadi halal (c)
islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak
berdasakan apapun keinginannya; (d) percaya kepada allah member individu
kebebasan sepenuhnya dari hal apapun kecuali Alah; (e) keputusan yang
menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas secara langsung bersifat
etis dalam dirinya; (f) islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika,
bukan sebagai sistem tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoism tidak
mendapat tempat dalam ajaran Islam; (g) keputusan etis harus didasarkan pada
pembacaan secara bersama antara al-qur‟an dan alam semesta; (h) tidak seperti
system etika yang diyakini banyak agama lain, islam mendorong umat manusia
untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktip dalam kehidupan ini.
Dengan berprilaku secara etis di tengah godaan ujian dunia, kaum muslim harus
mampu membuktikan ketaatannya kepada Allah.

1
Hakim, Lukman, Prinsip-perinsip Ekonomi Islam (Erlangga, Jakarta.2012) Hal. 102

3
B. Pedoman islam dalam faktor-faktor produksi
Faktor-faktor produksi merupakan instrumen kegiatan produksi yang
disediakan alam atau diciptakan manusia untuk dipergunakan dalam memproduksi
barang dan jasa. Faktor produksi disebut masukan yang secara umum terbagi dua
yaitu faktor produksi yang tersedia secara asali dan faktor produksi yang
diciptakan manusia.
Ketersediaan faktor produksi tidak sama dalam setiap wilayah. Hal ini
menimbulkan kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan yang akan menghantui
negara dengan sumber daya alam berlimpah, tetapi belum bermanfaat.
Pembahasan faktor produksi dalam Islam sangat variatif karena al-Qur‟an dan as-
Sunnah tidak menyajikannya secara eksplisit.
Dengan melihat perkembangan kegiatan produksi yang semakin kompleks
maka pembahasan ini mengkategorikan faktor produksi dalam empat kriteria yaitu
sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan institusi. Maksud
kategorisasi adalah ketersalinggantungan antar faktor produksi. Misalnya wilayah
dengan sumber daya alam potensial belum tentu mampu mengelola kekayaannya
jika tidak memiliki modal finansial. Juga kalau keberadaan institusi tidak mampu
mengelola dan mendistribusikan.
Sumber daya alam disediakan bagi umat manusia harus mampu
difungksikan secara maksimal agar berguna. Dalam kegiatan produksi Islam,
keberadaan faktor produksi di atas karena keagungan statusnya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya di muka bumi. Sebagai salah satu faktor produksi, sumber
daya alam menyediakan instrumen bagi manusia untuk meningkatkan kapasitas
produksinya. Di samping itu, kekayaan alam memberikan pengajaran tentang
kebesaran Allah swt dan kewajiban manusia untuk memanfaatkan dan
mengalokasikannya secara adil.2
Moral dalam memperlakukan sumber daya alam adalah Memakmurkan
sumber daya alam. Memakmurkan sumber daya alam merupakan kewajiban
manusia (QS. Hud: 61).

2
Ibid hal 110

4
Larangan untuk merusak sumber daya alam. Larangan merusak sumber
daya alam sebagai sumber kehidupan disebutkan Allah dalam QS. Al-Qashash
ayat 77.
Begitu juga dengan sumber daya manusia yang dituntut untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam pekerjaan. Dengan demikian,
pemilihan tenaga kerja yang handal dan profesional menjadi kriteria utama. Fazlur
Rahman menyebutkan klasifikasi ini, yaitu: Berdasarkan keahlian dan
ketrampilannya. Islam menjunjung tinggi nilai kerja dan output maksimal,
sehingga kaum muslimin dituntut untuk belajar dan menekuni berbagai keahlian
dan ketrampilan Kesehatan fisik dan moral. Kekuatan fisik dan kejujuran
merupakan kriteria pekerja yang handal dalam Islam.Akal pikiran yang baik. Akal
pikiran yang baik (good personality) dibutuhkan untuk menggagas, inovasi,
menilai mekanisme, dan hasil kerja dalam pekerjaan.Pendidikan dan pelatihan.
Meningkatkan kualitas kerja secara kolektif dilakukan dengan serangkaian
program pendidikan dan pelatihan.
Suruhan moral dalam mendayagunakan potensi sumber daya manusia
dalam Islam adalah: Manusia menjadi faktor penting kegiatan produksi.
Keberadaannya selain sebagai produsen juga menjadi penikmat hasil produksi.
Aktualisasi kemampuan dan keahlan manusia dalam kegiatan produksi
sangat penting karena statusnya sebagai pengelola sumber daya ekonomi yang
disebutkan al-Qur‟an sebagai „abd dan khalifah fi al-ardh.
Senantiasa memperbaharui dan meningkatkan kemampuannya untuk
beradaptasi dengan lingkungan sosial.Masyarakat Islam berkerja sama
meningkatkan kapasitas dan etos kerja manusinya dalam rangka meningkatkan
taraf kehidupan.3
Modal berkaitan dengan alat produksi yang dibutuhkan untuk membantu
memproduksi barang dan jasa yang lain. Modal biasanya dibagi menjadi modal
tetap dan modal gerak. Islam melihat modal yang dimiliki seseorang merupakan
pendapatan individu atau masyarakat di luar pengeluarannya. Jika modal dimiliki
masyarakat maka berkaitan dengan harta benda yang bernilai dan dimiliki secara

3
Madnasir, Khoiruddin. Etika bisnis dalam Islam (Permata printing solution, Bandar
Lampung. 2012) Hal. 67

5
kolektif. Adapun modal individu adalah harta yang dimiliki seseorang dengan
harapan memberikan penghasilan dan nilai tambah.
Ada beberapa mekanisme untuk mengakumulasi modal bagi masyarakat
Islam, 1). Zakat, 2). Transaksi mudharabah, 3). Kemitraan musyarakah, 4).
Transaksi ijarah, 5). Transaksi murabahah, 6). Transaksi istishna, 7). Qardhul
hasan, 8). Transaksi muzara‟ah, dan 10). Pasar modal syaria‟ah.
Suruhan moral dalam mencari dan mendayagunakan modal dalam Islam, sebagai
berikut:
 Sebagai faktor produksi, keberadaan modal harus halal dan baik di mana
cara perolehan dan penggunaannya mengikuti nilai-nilai syariat Islam
 Islam mengenal distribusi modal melalui jalur kerja sama antara masyarakat
Islam baik dalam kegiatan bisnis, pertanian, perdagangan, dan sebagainya.
 Modal finansial dapat diakumulasikan melalui lembaga keuangan dan
instrumen zakat dalam rangka menggali potensial ekonomi masyarakat.
Sebagai faktor penting dalam produksi, institusi berfungsi sebagai wadah kerja
sama untuk menghasilkan barang kebutuhan, memobilisir pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan peningkatan kualitas hidup manusia. Pengembangannya tidak
terlepas dari sistem managerial internal dan output-nya dalam konteks sosial
kemasyarakatan. Output institusi adalah kebutuhan sosial yang sesuai dengan
tujuannya berdasarkan kriteria etika dan moral organisasi. Atas dasar itu, institusi
dalam Islam memilliki ciri, sebagai berikut.4
 Kekuatan yang menggerakkannya adalah kerja sama di mana investasi dan
akumulasi modal berdasarkan persekutuan usaha. Basis kegiatan produksi
didasarkan pada ekuitas bukan pinjaman.
 Memperhatikan faktor manusia sebagai human capital. Institusi dalam Islam
merupakan manifestasi keinginan bersma untuk mengaktualisasikan dirinya
secara kolektif dengan tujuan syariah.
 Menekankan integritas moral dalam operasional institusi.
 Menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia sejalan dengan
maksimalisasi profit dan benefit.

4
Ibid Hal 69

6
 Suruhan moral memaksimalkan potensi institusi dalam Islam, sebagai
berikut:
 Suruhan bekerja sama dalam manajemen yang rapi dan profesional
serta dalam mekanisme kemitraan institusi untuk saling meningkatkan
kapasitas personalnya.
 Institusi dalam Islam memiliki tanggung jawab pengabdian pada Tuhan
dengan menggungkan status dan keluhuran martabat manusia dalam
mengimplementasikan visi, misi dan program institusi tersebut.
 Institusi memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat untuk
memajukan dan mencerdaskan masyarakat tersebut
C. Pedoman islam dalam produksi barang
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan sarana
kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya
dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang
menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan keinginan konsumen.
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai
Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci
umat Islam. Konsep ini bermakna bahwa ekonomi Islam berdiri di atas
kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengendali
alam raya yang dengan takdir-Nya menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan ketetapan-Nya (sunatullah).
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah Rabb
semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata
bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai
maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat al-Qashas mengingatkan
manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia.5
Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat
terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain,
seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang
islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim
tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan
5
Nasution, Mustafa Edwin. Ekonomi Islam. (Kencana, Jakarta. 2007) Hal. 134

7
strategi pasarnya”. Dalam islam terdapat nilai-nilai yang membuat sebuah
produksi tidak saja mendatangkan keuntungan, tetapi juga mendatangkan berkah.
Nilai-nilai tersebut adalah :
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktifitas;
6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.
Muhammad (2004) berpendapat bahwa sistem ekonomi Islami
digambarkan seperti bangunan dengan atap akhlak. Akhlak akan mendasari bagi
seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi produksi. Dalam islam,
produsen sangatlah memegang tanggung jawab atas apa yang telah diproduksinya.
Produsen dalam islam sangat diharamkan untuk memproduksi segala sesuatu yang
merusak akidah dan akhlak serta segala sesuatu yang menghilangkan identitas
umat, merusak nilai-nilai agama, menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan
menjauhkan kebenaran, mendekatkan kepada kebatilan, mendekatkan dunia dan
menjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan individu dan kesejahteraan umum,
produsen hanya mementingkan kekayaan uang dan pendapatan yang maksimum
semata, tidak melihat halal dan haram serta tidak mengindahkan aturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama.6
Seorang produsen muslim tidak hanya dituntut untuk dapat membedakan
baik dan buruk apa yang diproduksinya, melainkan juga dapat melihat manfaat
dan keberkahan yang dihasilkan dari produksinya. Seorang produsen muslim juga

6
Ibid Hal . 135

8
di tuntut untuk memiliki norma dan etika seorang produsen muslim, yang mana
etika dan norma produsen muslim tersebut adalah :
a. Menghindari sifat tamak dan rakus
b. Tidak melampaui batas serta tidak berbuat zhalim
c. Harus memperhatikan apakah produk itu memberikan manfaat atau tidak,
baik ataukah buruk, sesuai dengan nilai dan akhlak ataukah tidak, sesuai
dengan norma dan etika ataukah tidak.
D. Pedoman islam dalam produksi jasa
Memproduksi Barang dan Jasa adalah usaha untuk mengubah sesuatu
barang menjadi barang lainnya atau usaha untuk mewujudkan usaha untuk
mewujudkan sesuatu jasa. Untuk melakukan perubahan dan transformasi tersebut
diperlukan faktor-faktor produksi. Di samping itu diperlukan pula bahan mentah
atau barang setengah jadi yang akan ditransformasikan menjadi barang lain.
Menghasilkan jasa juga memerlukan bahan mentah. Sebagi contoh: alat-alat
pengangkutan, seperti bus, taksi, kapal terbang dan kereta api memerlukan bensin
atau solar disamping faktor-faktor produksi. Ini berarti, untuk menghasilkan jasa
pengangkutan harus ada bahan mentah berupa bensin dan solar.7
Kegiatan memproduksi dikelola oleh bagian atau departemen produksi dan
operasi. Dengan demikian hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan
(pengelolaan) kegiatan memproduksi digolongkan sebagai manajemen produksi
dan operasi atau production and operation management. Hal –hal yang
berhubungan dengan usaha mentransformasi sesuatu barang menjadi barang lain
merupakan tanggung jawab dari manajemen produksi dan operasi. Tanggung
jawab tersebut meliputi merancang dan melaksanakan proses transformasi atau
konversi yang paling efisien. Keefektifan manajemen produksi dan operasi
biasanya diukur dari kemampuannya untuk menciptakan barang dan jasa yang
bermutu, meminimumkan biaya produksi dan dalam jangka panjang mampu
mengembangkan barang atau jasa sesuai dengan perkembangan selera konsumen.
Tujuan Proses Produksi Barang dan Jasa Tugas penting bagian produksi
dan operasi adalah menciptakan barang yang sesuai dengan keinginan konsumen.

7
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam (Gema Insani, Depok. Syamil
Alqur‟an. 2006) Hal.167

9
Kebanyakan konsumen menginginkan barang yang murah dengan kualitas yang
tinggi. Memenuhi keinginan ini, bagian operasi dan produksi harus berusaha
mewujudkan barang dalam konteks berikut: diproduksi secara efisien, mencapai
produktivitas yang tinggi, dan dapat menciptakan barang yang bermutu.
1. Meningkatkan Efisien
Efisien merupakan hubungan antara input dan bahan baku dengan output
atau produk. Jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih
banyak sementara nilai bahan baku tetap, makatelah dikatakan efisiensi telah
ditingkatkan. Begitu pula, jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa
yang tetap tapi dengan nilai bahan baku yang lebih murah, sekali efisiensi telah
ditingkatkan. Satu dari ukuran perusahaan yang melakukan proses transformasi
adalah efisiensi. Ketika beberapa informasi yang diterima menyatakan bahwa ada
perusahaan yang menginvestasikan uangnya pada peralatan baru, merancang
system jaringan komputer, memperpendek rantai penawaran barang, alas an-
alasan ini biasa digunakan untuk memotong biaya atau dikenal sebagai
meningkatkan efisiensi.
2. Meningkatkan Produktivitas
Produktivitas merupakan ukuran detail atau terinci mengenai efisiensi data
perubahan waktu ke waktu. Produktivitas merupakan perbandingan antara seluruh
produk barang atau jasa yang diproduksi pada waktu tertentu dibagi dengan
banyaknya jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.
Dengan kata lain, produktivitas merupakan efisiensi dari para pekerja.
Produktivitas juga berkaitan dengan kuantitas barang yang akan diproduksi. Jika
sumber daya digunakan dengan cara yang semakin efisien, maka kuantitas output
akan menjadi besar.8
3. Meningkatkan Kuantitas
Perhatian setiap perusahaan pada peningkatan kualitas menjadi sangat
penting. Mengapa? Kualitas adalah salah satu alasan yang membuat konsumen
mau membeli barang suatu perusahaan atau mau menggunakan jasa suatu
perusahaan. Konsep kualitas sangat subjektif, karena secara definisi kualitas
merupakan suatu hasil memproduksi barang dan jasa dengan cirri dan karakter

8
Ibid Hal. 168

10
tertentu dengan standart kepuasan seperti apa yang diduga oleh konsumen. Sifat
yang subjektif ini menyebabkan perusahaan tidak hanya memproduksi barang
yang baik, tetapi harus sesuai dengan apa yang menjadi harapan konsumen.
E. Etika islam dalam sirkulasi
Sirkulasi adalah kumpulan perjanjian dan proses yang diporosnya manusia
menjalankan aktivitas. Sirkulasi juga dapat dikatakan pendayagunaan barang dan
jasa lewat kegiatan jual beli dan simpan pinjam melalui agen, koperasi dan lain-
lain, baik sebagai sarana perdagangan ataupun tukar menukar barang. Islam tidak
menganut pasar bebas ataupun monopoli. Islam selalu berpegang dpada
kebebasan dalam tatanan muamalah, termasuk dalam aktivitas pasar. Manusia
bebas membeli, menjual serta tukar menukar barang dan jasa, mereka
menawarkan dan menjual barang miliknya dan membeli kebutuhannya.
Islam tidak membenarkan manipulasi timbangan, mengurangi berat bersih (netto),
menetapkan harga lebih tinggi,m menutupi catatan barang, memuji kualitas
barang dan sebagainya.9
Islam menganut prinsip kebebasan terikat, kebebasan berdasarkan keadilan,
undang-undang agama dan etika. Dalam perdagangan islam sirkulasi terdapat
norma, etika agama dan perikemanusiaan yang menjadi landasan pokok bagi pasar
islam yang bersih.
Ada beberapa norma islam dalam sirkulasi, diantaranya adalah:
1. Melarang perdagangan barang-barang haram;
2. Bersikap benar, amanah dan jujur;
3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga;
4. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli;
5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan;
6. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat.
F. Etika islam dalam distribusi
Pasca produksi, kegiatan ekonomi terpusat pada distribusi dengan
berfokus pada uang atau harga. Dalam ekonomi sosialitas produksi tunduk pada
Negara dan sumber produksi milik Negara. Distribusi barang ditetapkan oleh
keputusan siding Negara, negaralah yang menyusun strategi produksi rakyat,
9
Ibid Hal. 169

11
menentukan garis besar distribusi, termasuk penetapan upah, gaji, bunga, laba dan
para manajer diatur oleh pemerintah. Dalam ekonomi kapitalis monopoli pemodal,
sehingga ada Negara dalam Negara, tak seorang pun dapat mengatasi jenis dan
jumlah produksi, dan laba yang diperoleh, pemodal yang berhak menentukan
jumlah produksi dan besarnya keuntungan.
Ekonomi islam bebas dari tindakan kapitalis dan sosialis, islam
memfokuskan pada distribusi sebelum di produksi, siapa yang memilikinya,
dengan cara bagaimana produk di distribusikan dan apa saja kewajibannya. Islam
memberikan gaji secara adil, menolak segala bentuk riba. Distribusi ekonomi
islam berdiri di atas sendi kebebasan dan keadilan.10

10
Qardawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Gema Insani Pers, Jakarta 1997)
Hal 111

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pandangan Islam, produksi adalah sebagai usaha manusia untuk
memperbaiki kondisi fisik material dan moralitas sebagai sarana untuk mencapai
tujuan hidup sesuai syariat islam, kebahagian dunia akhirat. Pandangan islam
tentang produksi bertentangan dengan produksi dalam konvensional yang
mengutamakan self interest. Dalam islam kegiatan produksi adalah ibadah.
Sehingga tujuan dan prinsipnya harus dalam rangka beribadah.
Produksi memiliki tujuan sebagai berikut :
 Merespons kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang
memiliki ciri keseimbangan.
 Memenuhi kebutuhan keluarga.
 Mempersiapkan sebagian kebutuhan terhadap ahli warisnya dan generasi
penerusnya.
 Pelayanan sosial dan berinfak di jalan Allah.
Prinsip produksi dalam Islam adalah:
 Motivasi berdasarkan keimanan.
 Berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat
 Mengoptimalkan kemampuan akhlaknya.
 Adanya sikap tawazun
 Harus optimis
 Menghindari praktik muslim yang haram.

13
DAFTAR PUSAKA
Hakim. Lukman 2012. Prinsip-perinsip Ekonomi Islam. Erlangga. Jakarta.
Madnasir. Khoiruddin 2012. Etika bisnis dalam Islam. Permata printing solution,
Bandar Lampung.
Nasution. Mustafa Edwin. 2007. Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta.
Qardhawi. Yusuf. 2006. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Gema Insani. Depok.
Syamil Alqur‟an
Qardawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Gema Insani Pers,
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai