Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

“ TEORI PRODUKSI, KONSUMSI DAN DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM ”

Disusun guna memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M.Ag

Disusun Oleh :

SULHIJJAH
Nim: 90200121025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala. atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul "Teori Produksi, Konsumsi dan Distribusi dalam Manajemen Islam”
dengan sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Tidak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Syariah, bapak Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M.Ag. Semoga apa yang beliau ajarkan
dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi beliau di akhirat nanti.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan terdapat didalamnya, serta makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca dan . Serta harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat di
masa mendatang.

Gowa, 16 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Produksi........................................................................................................................3
1. Pengertian Produksi dalam ekonomi Islam.........................................................3
2. Prinsip-prinsip Produksi dalam Ekonomi Islam...................................................3
3. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam................................................................4
4. Faktor-Faktor Produksi.........................................................................................4
5. Etika dalam Produksi............................................................................................5
B. Konsumsi......................................................................................................................6
1. Pengertian Konsumsi dalam ekonomi Islam........................................................6
2. Prinsip-Prinsip Konsumsi.....................................................................................6
3. Etika dalam Konsumsi..........................................................................................7
C. Distribusi......................................................................................................................8
1. Pengertian Distribusi dalam ekonomi Islam.........................................................8
2. Prinsip- Prinsip Distribusi.....................................................................................9
3. Etika Distribusi....................................................................................................10
4. Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam.............................................................10
5. Sektor-Sektor Distribusi.......................................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi, Distribusi, Konsumsi dalam Islam Al-quran sebagai sumber ajaran, memiliki
ajaran tentang produksi, distribusi dan konsumsi disamping aktivitas-aktivitas perekonomian
lainnya. Dalam konteks produksi, distribusi dan konsumsi ada beberapa prinsip yang harus
dipatuhi oleh konsumen muslim di antaranya, prinsip halal dan haramnya makanan. Kegiatan
produksi tidak terlepas dari keseharian manusia, hal ini karena eratnya hubungan antara
produksi dengan perkembangan pendapatan dan peningkatan taraf hidup, yang
mempengaruhi kemuliaan hidup dan kehidupan yang sejatera bagi individu dan masyarakat.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan ekonomi yang memadukan berbagai kekuatan
melalui suatu proses tertentu yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu lembaga usaha.
Yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Aktivitas ekonomi seperti produksi, tidak lepas dari titik tolak keutuhan dan bertujuan akhir
untuk Tuhan. Kalau seorang muslim bekerja dalam bidang produksi maka itu tidak lain
karena ingin memenuhi perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sistem ekonomi islam menawarkan sistem pendistribusian ekonomi yang
mengendepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran
agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sistem keadilan
dan kebebasan. Aspek ekonomi dibahas mendalam dalam islam sumber-sumber hukum islam
memuat aturan-aturan yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi termasuk produksi, distribusi
dan konsumsi. Peraturan memastikan bahwa aktifitas ekonomi berjunjung dengan
kemaslahatan manusia dalam kehidupan dunia da akhirat. Kebutuhan ekonomi merupakan
salah satu indikator seseorang melakukan kegiatan ekonomi untuk memperoleh kemakmuran
keluarga, dengan memperhatikan kemampuan, upaya dan keinginan masing-masing.
Aktivitas Ekonomi juga mencakup kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa diproduksi
dalam perekonomian. Demikian kegiatan Ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan
seseorang atau perusahaan atau masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa atau
mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu produksi?
2. Bagaimana produksi dalam ekonomi Islam ?
3. Apa itu konsumsi?
4. Bagaimana konsumsi dalam ekonomi Islam ?
5. Apa itu distribusi ?
6. Bagaimana distribusi dalam Islam?
C. Tujuan dan Manfaat pembelajaran
- Menambah dan memperluas wawasan kita mengenai apa itu produksi, konsumsi, dan
distribusi
- Memberi kita pemahaman tentang produksi, konsumsi dan distribusi didalam
ekonomi Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Produksi

1. Pengertian Produksi dalam ekonomi Islam

Produksi merupakan sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia
menghuni planet ini. Produksi menurut Kahf mendefenisikan kegiatan produksi dalam
prespektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana
digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagian di dunia dan akhirat. Produksi adalah setiap
bentuk aktivitas yang dilakukan mansia dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi
yang disediakan Allah Swt untuk mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak
hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian
yang lain produksi dimaksudkanuntuk mencapai maslahah bukan hanya menciptakan materi.
Produksi menurut Al Quran adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa
yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia. Dalam islam, kerja produktif bukan saja di
anjurkan, tetapi dijadikan sebagai kewajiban relegius. Produksi dalam ekonomi Islam
merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau
menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia,
oleh karenanya aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.
Hal ini dapat dijelaskan dalam semua aktifitas produksi barang dan jasa yang dilakukan
seorang muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber daya alam dan
harta dan dipersiapkan untuk bisa dimanfaatkan oleh pelakunya atau oleh umat Islam.
Berproduksi lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu
produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan
menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam.

2. Prinsip-Prinsip Produksi dalam Ekonomi Islam


Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan
akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis
produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa. Dengan bertujuan kebahagiaan dunia
dan akhirat, prinsip produksi dalam ekonomi Islam yang berkaitan dengan maqashid al-
syari‟ah antara lain
1) Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan maqashid al-
syari‟ah. Tidak memproduksi barang/jasa yang bertentangan dengan penjagaan
terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

2) Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu


 Dharuriyyat (kebutuhan Primer) merupakan kebutuhan yang harus ada dan
terpenuhi karena bisa mengancam keselamatan umat manusia. Pemenuhan
kebutuhan dhururiyat terbagi menjadi lima yang diperlukan sebagai perlindungan
keselamatan agama, keselamatan nyawa, keselamatan akal, keselamatan atau
kelangsungan keturunan, terjaga dan terlidunginya harga diri dan kehormatan
seorang, serta keselamatan serta perlindungan atas harta kekayaan.
 Hajiyyat (kebutuhan sekunder) merupakan kebutuhan yang diperlukan manusia,
namun tidak terpenuhinya kebutuhan sampai mengancam eksistensi kehidupan
manusia menjadi rusak, melainkan hanya sekedar menimbulkan kesulitan dan
kesukaran.
 Tahsiniyyat (kebutuhan tersier) merupakan kebutuhan manusia yang mendukung
kemudahan dan kenyamanan hidup manusia.

3) Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial, zakat, sedekah, infak
dan wakaf.
4) Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, tidak berlebihan serta tidak
merusak lingkungan.
5) Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan buruh.

3. Tujuan Produksi

Menurut Nejatullah ash-Shiddiqi, tujuan produksi sebagai berikut:


1) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar
2) Pemenuhan kebtuhan keluarga
3) Bekal untuk generasi mendatang
4) Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.
5) Menurut Ibnu Khaldun dan beberapa ulama lainnya berpendapat, kebutuhan manusia
dapat digologkan kepada tiga kategori, yaitu dharuriyah, hajjiyat, tahsiniyat.

4. Faktor-Faktor Produksi

1) Faktor alam/tanah Faktor alam


Faktor alam adalah faktor dasar dalam produksi. Alam yang dimaksud di sini adalah
bumi, dan segala isinya, baik yang ada di atas permukaan bumi, maupun yang
terkandung di dalam bumi itu sendiri. Dalam produksi, semua itu dikategorikan
sebagai sumber alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
umat manusia. Rasulullah Shalallahu Aalaihi Wa Sallam sangat memperhatikan
pemanfatan tanah mati sebagai sumberdaya bagi kemakmuran rakyat. Islam mengakui
adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu mengupayakan
pemanfaatan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya alam sebagai salah satu
faktor produksi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada seseorang
dalam mengembangkan (mengelola) tanah.

2) Faktor tenaga kerja


Tenaga kerja juga merupakan asset bagi keberhasilan suatu perusahaan, karena
kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada di
dalamnya. Tenaga kerja yang memiliki skill dan integritas yang baik merupakan modal
utama bagi suatu perusahaan. Tenaga kerja merupakan pangkal produktivitas dari
semua faktor produksi yang tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa apapun
tanpa adanya tenaga kerja. Hak pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh pelakunya ialah
terpenuhinya syarat- syarat akad (kontrak) pekerjaan yang telah disetujui. Salah satu
yang harus terpenuhi adalah hak para pekerja. Adapun yang menjadi hak yang harus
diterima oleh pekerja adalah mendapatkan upah, mendapatkan jaminan kerja dari pihak
pemberi kerja, mendapatkan pelayanan kesehatan dan tunjangan sosial lainnya,
mendapatkan pendidikan agar kualitas bekerja dari para pekerja semakin meningkat.

3) Faktor modal (capital)


Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi, oleh karenanya
tanpa modal produsen tidak dapat menghasilkan barang/jasa. Modal adalah sejumlah
daya beli atau yang dapat menciptakan daya yang dipergunakan untuk suatu proses
produksi, tanpa modal maka tidak dapat berproduksi dan membangun (Mochtar
Effendi). sehingga dapat tercapai suatu kebaikan dalam aktivitas produksi dan
tercapainya maslahah.

4) Faktor Manajemen
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Berdasarkan fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan, manajemen berarti proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya finansial, manusia dan
informasi suatu perusahaan untuk mencapai sasarannya.

5. Etika dalam Produksi


1) Peringatan Allah akan kekayaan alam.
2) Berproduksi dalam lingkaran yang Halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah
bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib
termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi
3) Etika mengelola sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses
menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan
visi penciptaan alam ini dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai
rahmat bagi seluruh alam.
4) Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam juga sangat tergantung dari
nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai
sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syari'ah islam.
5) Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya
guna suatu barang saja melainkan Bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk
mencari keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
B. Konsumsi

1. Pengertian konsumsi dalam ekonomi Islam

Dalam pengertian umum Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara
berangsur-angsur maupun sekaligus. Konsumsi memiliki kedudukan yang besar dalam setiap
perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi.
Konsumsi adalah (al-hajah) penggunaan barang atau jasa dalam upaya pemenuhan
kebutuhan melalui bekerja (al-iktisab) yang wajib dituntut (fardu kifayah) berlandaskan etika
(shariah) dalam rangka menuju kemaslahatan (maslahah) menuju akhirah. Konsumsi dalam
Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang
diharamkan, maka, sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumsi itu sendiri.
Dalam ekonomi Islam, tujuan konsumsi adalah memaksimalkan maslahah. Maslahah
adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen
dan tujuan dasar dari kehidupan manusia dimuka bumi ini. Dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial, imam Ghozali mengelompokan dan mengidentifikasi semua masalah
baik yang berupa masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disulitas, kerusakan) dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya ia mengidentifikasikan fungsi sosial dalam
kerangka hierarki kebutuhan individu dan sosial.
Menurut Imam al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung
kepada pencarian dan pemeriharaan lima tujuan dasar :
 Agama (al-dîn)
 Hidup atau jiwa (nafs)
 Keluarga atau keturunan (nasl)
 Harta atau kekayaaan (maal)
 Intelek atau akal (aql)

2. Prinsip-Prinsip Konsumsi
Menurut Abdul Mannan, dalam melakukan konsumsi terdapat lima prinsip dasar, yaitu :

1. Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang halal dan tidak dilarang
hukum. Artinya, sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak
bertentangan dengan hukum. Berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman, berada
dalam koridor aturan atau hukum agama, serta menjunjung tinggi kepantasan atau
kebaikan. Islam memiliki berbagai ketentuan tentang benda ekonomi yang boleh
dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”
(QS. al-Baqarah,2 : 169). Keadilan yang dimaksud adalah mengkonsumsi sesuatu yang
halal (tidak haram) dan baik (tidak membahayakan tubuh).

2. Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang dapat merusak fisik
dan mental manusia, misalnya: makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Sementara dalam arti luas adalah bebas
dari segala sesuatu yang diberkahi Allah. Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki
manfaat bukan kemubaziran atau bahkan merusak.

3. Prinsip Kesederhanaan
Sikap berlebih-lebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah. Sikap berlebih-lebihan ini
mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung memperturutkan
hawa nafsu atau sebaliknya terlampau kikir sehingga justru menyiksa diri sendiri. Islam
menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi yang wajar bagi kebutuhan manusia
sehingga tercipta pola konsumsi yang efesien dan efektif secara individual maupun sosial.

4. Prinsip Kemurahan hati


Sifat konsumsi manusia juga harus dilandasi denga kemurahan hati. Maksudnya, jika
memang masih banyak orang yang kekurangan makanan dan minuman maka hendaklah
kita sisihkan makanan yang ada pada kita, kemudian kita berikan kepada mereka yang
sangat membutuhkannya. Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
yang membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran manusia untuk meningkatkan
ketaqwaan kepada Allahmaka Allahelah memberikan anugrah-Nya bagi manusia.

5. Prinsip Moralitas
Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus dibingkai oleh
moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata – mata memenuhi segala
kebutuhan. Allahmemberikan makanan dan minuman untuk keberlangsungan hidup umat
manusia agar dapat meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual. Seorang muslim
diajarkan untuk menyebut nama Allahsebelum makan dan menyatakan terimakasih
setelah makan.

3. Etika dalam Konsumsi

1. Tauhid (Unity/ Kesatuan)


Karakteristik utama dan pokok dalam Islam adalah "tauhid" yang menurut Qardhawi
dibagi menjadi dua kriteria, yaitu rubaniyyah gayah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang).
Kriteria pertama menunjukkan maksud bahwa tujuan akhir dan sasaran Islam adalah
menjaga hubungan baik dan mencapai ridha-Nya. Sehingga pengabdian kepada Allah
merupakan tujuan akhir, sasaran, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam
kehidupan yang fana ini. Kriteria kedua adalah rabbani yang masdar (sumber hukum) dan
manhaj (sistem). Kriteria ini merupakan suatu sistem yang ditetapkan untuk mencapai
sasaran dan tujuan puncak (kriteria pertama) yang bersumber al-Qur'an dan Hadits Rasul.

2. Adil (Equilibrium/ Keadilan)


Khursid Ahmad mengatakan, kata 'adl dapat diartikan seimbang (balance) dan setimbang
(equlibrium). Atas sebab dasar itu ia menyebutkan konsep al-'adl dalam prespektif Islam
adalah keadilan Ilahi. Salah satu manifestasi keadilan menurut al-Qur'an adalah
kesejahteraan. Keadilan akan mengantarkan manusia kepada ketaqwaan, dan ketaqwaan
akan menghasilkan kesejahteraan bagi manusia itu sendiri.
3. Free Will (Kehendak Bebas)
Manusia merupakan makhluk yang berkehendak bebas namun kebebasan ini tidaklah
berarti bahwa manusia terlepas dari qadha dan qadar yang merupakan hukum sebab-akibat
yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Tuhan.

4. Amanah (Responsibility/ Pertanggungjawaban)


Etika dari kehendak bebas adalah pertanggungjawaban. Dengan kata lain, setelah manusia
melakukan perbuatan maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dengan
demikian prinsip tanggung jawab merupakan suatu hubungan logis dengan adanya prinsip
kehendak bebas.

5. Halal
Kehalalan adalah salah satu kendala untuk memperoleh maksimalisasi kegunaan konsumsi
salam kerangka Ekonomi Islam. Kehalalan suatu barang konsumsi merupakan antisipasi
dari adanya keburukan yang ditimbulkan oleh barang tersebut.

6. Sederhana
Sederhana dalam konsumsi mempunyai arti jalan tengah dalam berkomunikasi. Diantara
dua cara hidup yang ekstrim antara paham materilialistis dan zuhud. Ajaran al-Qur'an
menegaskan bahwa dalam berkonsumsi manusia dianjurkan untuk tidak boros dan tidak
kikir.

C. Distribusi
1. Pengertian distribusi dalam ekonomi Islam

Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih luas mencakup pengaturan
kepemilikan, unsur-unsur produksi,dan sumber-sumber kekayaan. Dalam ekonomi Islam
diatur kaidah distribusi pendapatan, baik antara unsur-unsur produksi maupun distribusi
dalam sistem jaminan sosial.

Anas Zarqa mengemukakan bahwa, definisi distribusi ialah : transfer dari pendapatan
kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara yang
lain, seperti : warisan, shadaqah, wakaf dan zakat

Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Quran telah menetapkan langkah-langkah


tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara
objektif, seperti memperkenalkan hukum waris yang memberikan batas kekuasaan bagi
pemilik harta dengan maksud membagi semua harta kekayaan kepada semua karib kerabat
apabila seseorang meninggal dunia. Begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan
bentuk pemberian lainnya juga diatur untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan.

System ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal pendistribusian harus
berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan. Kebebasan disini
adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan
tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan
membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun,
tetapi sebagai keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang
dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat
dengan masyarakat lainnya. Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan
dalam al-qur'an agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang dagangan
yang hanya beredar diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi
kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan .

Artinya : “harta rampasan (fai) yang diberikan Allahkepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota…” (Q.s Al-Hasyr ayat 7)

Yaitu kota-kota yang telah ditaklukkan, maka hukumnya sama dengan harta benda orang-
orang Bani Nadir. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:

Artinya : “Maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan.” (Q.s Al-Hasyr ayat 7)

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta kekayaan
termasukpendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi komoditas di antara
golongan orang kaya saja. Selain itu untuk mencapai pemerataan pendapatan kepada
masyarakat secara obyektif, islam menekankan perlunya membagi kekayaan kepada
masyarakat melalui kewajiban membayar zakat, mengeluarkan infak, serta adanya hokum
waris dan wasiat serta hibah. Aturan ini diberlakukan agar tidak terjadi konsentrasi harta
pada sebagian kecil golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak terjadi monopoli dan
mendukung distribusi kekayaan serta memberikan latihan moral tentang pembelanjaan
harta secara benar.

2. Prinsip-Prinsip Distribusi
Adapun prinsip utama dalam konsep "distribusi" rnenurut pandangan islam ialah peningkatan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan
yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja.

3. Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam


Tujuan distribusi dalam ekonomi Islam ini dapat dikelompokkan kepada tujuan dakwah,
pendidikan, sosial dan ekonomi. Berikut ini penjelasan hal-hal yang terpenting dari beberapa
tujuan tersebut :

1) Tujuan Dakwah
Yang dimaksudkan dengan dakwah disini adalah dakwah kepada Islam dan menyatukan
hati kepadanya. Diantara contoh paling jelas adalah bagian muallaf di dalam zakat. Di
mana muallaf itu adakalanya orang kafir yang diharapkan keIslamannya atau dicegah
keburukannya. Sebagaimana sistem distribusi dalam ghanimah dan fa’i juga memiliki
tujuan dakwah yang jelas. Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga
memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri.
2) Tujuan Pendidikan
Di antara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti yang disebutkan dalam firman
Allah: “Ambillah zakat dan sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Artinya, bahwa zakat yang merupakan cara
pengembalian distibusi dapat memberikan para pemberinya dari dosa dan akhlak tercela,
menambahkan akhlak baik dan amal shaleh, mengembangkan harta dan menembahkan
pahala di dunia dan akhirat.

3) Tujuan Sosial
 Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan dan menghidupkan
prinsip solidaritas di dalam masyarakat Muslim.
 Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan kelompok
di dalam masyarakat.
 Mengikis sebab-sebab kebencian dalam masyarakat, yang akan berdampak
pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat.

4) Tujuan Ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan-tujuan ekonomi yang penting, di mana
yang terpenting di antaranya dapat kami sebutkan seperti berikut ini:harta dan
pembersihannya karena pemilik harta ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada
orang lain, baik infak wajib maupun sunnah, maka demikian itu akan mendorongnya
untuk
 Menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis karena zakat
 Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur
 Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana tingkat
kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi.

4. Etika Distribusi
 Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas
 Transfaran, dan barangnya halal serta tidak membahayakan.
 Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.
 Tolong menolong, toleransi dan sedekah.
 Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi.
 Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi
 Larangan Ikhtikar, ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan kenaikan harga.
 Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan yang
 semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri tanpa
memikirkan orang lain.
 Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada
kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
 Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau
berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi
5. Sektor-Sektor Distribusi

 Distribusi Dalam Konteks Sektor Rumah Tangga


Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan
terminologi shadaqah. Konteks shadaqah ini bukan pengertian bahasa Indonesia, tetapi
dalam konteks termonologi Al-Qur’an yaitu Shadaqah Wajibah, yaitu bentuk-bentuk
pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan
berbasis kewajiban seperti nafkah, zakat dan warisan. Dan kedua yakni shadaqah nafilah
(sunnah) yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan
isntrumen distribusi pendapatan berbasis amal seperti infaq, akikah, dan wakaf.
Ketiga, hudud (hukuman) adalah instrumen yang bersifat aksidental dan merupakan
konsekuensi dari berbagai tindakan. Atau dengan kata lain, instrumen ini tidak bisa berdiri
sendiri, tanpa adanya tindakan ilegal yang dilakukan sebelumnya seperti kafarat,dam atau
diya.

 Distribusi Dalam Konteks Negara


Prinsif-prinsif ekonomi yang dibangun di atas nilai moral Islam mencanangkan
kepentingan distribusi pendapatan secara adil. Karena itu negara wajib mengeluarkan
kebijakan yang mengupayakan stabilitas ekonomi dan lain sebagainya hal itu juga amanah
dari UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yaitu Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Ajaran Islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam menentukan
kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan negara dan publik (hak hima ) distribusi
tanah (hak Iqta’) kepada sektor swasta, penarikan pajak, subsidi. Semua keistimewaan
tersebut harus diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan
kemiskinan. Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak
mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk terciptanya
mekanisme pasar yang efisien

 Distribusi dalam Sektor Publik (pasar)


Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah satu mekanisme yang bisa
dijalankan oleh Manusia untuk mengatasi problem-problem ekonomi yang terdiri dari
produksi, konsumsi dan distribusi. Dalam kacamata ekonomi pasar Islam, mekanisme
pasar menekan seminimal mungkin peranan pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya
pemerintah masuk sebagai pelaku pasar (intervensi) hanyalah jika pasar tidak dalam
keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang menghalangi kompetisi yang fair
terjadi atau distribusi yang tidak normal seperti biaya transaksi, kepastian hukum serta
masalah dalam distribusi. kepentingan negara (pemerintah) dalam mendistribusikan
pendapatan di pasar adalah bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan (barang
dan jasa) seluruh bangsanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa semua kehgiatan baik produksi,
konsumsi, dan distribusi harus sesuai dengan prinsip dasar Islam. Pola konsumsi dan perilaku
produksi menentukan roda perekonomian. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran, memiliki ajaran
tentang konsumsi, produksi dan distribusi disamping aktivitas- aktivitas perekonomian
lainnya. Dalam konteks produksi, produsen muslim sama sekali sebaiknya tidak tergoda oleh
kebiasaan dan perilaku ekonomi yang bersifat menjalankan dosa, memakan harta terlarang,
menyebarkan permusuhan, berlawanan dengan sunnatullah, dan menimbulkan kerusakan di
muka bumi. Walau bagaimanapun, secanggih alat untuk menghitung nikmat Allah pasti tidak
akan menghitungnya. Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem pendistribusian ekonomi
yang mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh
ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi yaitu
kebebasan dan keadilan. Dari ketiga proses yakni produksi, konsumsi, dan distribusi tidak
hanya semata-mata untuk kepentingan dunia tapi juga harus dicari keberkahan yang ada di
dalamnnya sesuai dengan syariat.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli Rusby. 2017. Ekonomi Islam. Pusat Kajian Pendidikan Islam UIR, Pekanbaru, Riau

Mewally,Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, 2007)

Mawardi, M.Si, Ekonomi Islam, (Pekan Baru: Alaf Riau: 2007)

Norhadi,SHI. 2018. Distribusi dalam ekonomi Islam. Posted by Azim Izzul Islami

Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat: 2011)

Anda mungkin juga menyukai