Anda di halaman 1dari 13

HADIS TENTANG PRODUKSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Hadis Hadis Ekonomi Islam Program Studi Perbankan Syariah
Semester 3 IAIN Bone

Oleh:

KELOMPOK 4

ELIYA RAMADHANI
NIM: 612062021010
ASTIANA
NIM: 612062021023
A. MUH. IQRHA MAHEZA
NIM: 612062021014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas berkah, rahmat,
hidayah dan kesehatan darinya, sehingga kita bisa menyelesaikan makalah tentang (Hadis
tentang Produksi) ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula shalawat dan salam kita
kirimkan untuk baginda Nabiullah Muhammad SAW, nabi yang telah membawa ummatnya
dari zaman jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi yang diutus oleh Allah SWT.
kemuka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
yakni Hadis Hadis Ekonomi Islam. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

Tentunya kami sadar bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kritik dan saran kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena
tidak dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunannya.

Watampone, 16 oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Definisi Produksi.....................................................................................................3
B. Teori Produksi..........................................................................................................3
C. Hadis Hadis Tentang Produksi.................................................................................5
D. Implementasi Hadis Tentang Produksi....................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu produksi tersirat dari bahasan
ekonomi yang dilakukan oleh Hasan Al Banna. Beliau mengutip firman Allah SWT yang
mengatakan: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin.” (QS. Lukman: 20)

Semua sumberdaya yang terdapat di langit dan di bumi disediakan Allah SWT untuk
kebutuhan manusia, agar manusia dapat menikmatinya secara sempurna, lahir dan batin,
material dan spiritual. Apa yang diungkapkan oleh Hasan Al Banna ini semakin menegaskan
bahwa ruang lingkup keilmuan ekonomi islam lebih luas dibandingkan dengan ekonomi
konvensional. Ekonomi islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan materi yang bersifat
fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang bersifat abstrak, pemuasan
yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai hamba Allah SWT.

Al-Qur’an juga telah memberikan tuntunan visi bisnis yang jelas yaitu visi bisnis
masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat tetapi “merugikan”,
melainkan mencari keuntungan yang secara hakikat baik dan berakibat baik pula bagi
kesudahannya (pengaruhnya). Salah satu aktifitas bisnis dalam hidup ini adalah adanya
aktifitas produksi.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah ini, kami merumuskan permasalahan didalamnya.


Berikut ini rumusan masalahnya:

1. Apakah definisi dari produksi ?


2. Bagaimanakah teori produksi ?
3. Apa sajakah hadits yang berkaitan dengan kegitan produksi ?
4. Bagaimanakah implementasi dari hadits yang berkaitan dengan kegiatan produksi ?

1
2

C. Tujuan Penulisan

Kami sebagai penulis mempunyai tujuan dalam penulisan karya ilmih ini,
berikut tujuan penulisannya:

1. Untuk mengetahui definisi dari produksi baik dalam Islam maupun konvensional.
2. Untuk mengetahui bagaimana teori produksi.
3. Untuk mengetahui beberapa hadits yang berkaitan dengan kegitan produksi.
4. Untuk mengetahui implementasi dari beberapa hadits yang berkaitan dengan kegiatan
produksi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Produksi

Para ekonom mendefiniskan produksi sebagai menghasilkan kekayaan melalui


eksploistasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Bila diartikan secara
konvensional, produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang
atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam pengertian lain kegiatan
produksi dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai, kegitan yang menciptakan manfaat
(utility) baik di masa kini, maupun di masa yang akan datang (M. Frank, 2003). Sedangkan
bila diartikan secara islam kegiatan produksi dalam Islam tidak semata- mata hanya ingin
memaksimalkan keuntungan dunia saja akan tetapi yang lebih penting lagi adalah, untuk
mencapai maksimalisasi keuntungan diakheirat. Konsep produksi dalam Islam adalah konsep
produksi menurut Al- Quran dan Hadist, dan ini sangat erat sekali hubungannya dengan
sistem ekonomi Islam, yaitu kumpulan dasar- dasar ekonomi yang di simpulkan dari Al-
Quran dan Hadist. Berikut definisi produksi menurut ekonomi muslim:

1. Kahf. mendefinisikan kegiatan produksi dalam Islam sebagai usaha manusia untuk
memperbaiki tidak hanya kondisi fisi materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai
sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana yang telah digariskan dalam agama
yaitu kebahagian dunia dan akhirat.
2. Siddiqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai keadilan dan memanfaatkan (maslahah) bagi masyarkat.
Dalam pandangannya sepanjang produsen telah bertindak adil dan telah membawa
kebajikan bagi masyarakat maka ia telah bertindak secara Islami.

B. Teori Produksi

Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan


ekonomi yang tidak dipisahkan. Ketiganya, memang saling mempengaruhi namun harus
diakui produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi tanpa
produksi. Dari teori ekonomi makro kita memperoleh infformasi. Kemajuan ekonomi pada
tingkat individu maupun bangsa lebih dapat diukur dengan tingkat produktivitasnya dari pada
kemewahan konsumtif mereka. Atau dengankemampuan ekspornya ketimbang agregat
impornya (Sukirno, 198).

Dari sisi pandangan konvensional, biasanya produksi dilihat dari tiga hal, yaitu apa
yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/jasa diproduksi. Cara
pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala
ekonomi. Dalam produksi itu terjadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja
sebagai salah satu dari empat faktor produksi, tiga faktor lainnya adalah sumber alam, modal
dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja ini terdapat sejumlah perbedaan. Paham
ekonom sosialis misalnyamemang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor penting.

3
Namun paham ini tidak memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hak milik
individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar pekerja
atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis yang saat ini menguasai dunia, memandang
modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting, dan oleh sebab itu para pemilik modal atau
para kapitalis yang menduduki tempat yang sangat dalam ekonomi kapitalis.

Sedangkan terdapat pula pandangan produksi dalam al-Qur’an dan hadits


sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya, 21:80): “Dan telah kami ajarkan kepada
Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu: Maka
hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)”. Dan pula terdapat hadits yang membahas teori
produksi, yaitu: “Seorang diantarakamu mengambil tali dan pergi ke gunung untuk
mengambil kayu bakar lalu dipikulnya pada punggungnya dan selanjutnya dijualnya serta
dengan cara ini ia bisa menghidupkan dirinya, adalah lebih baik daripada ia meminta-minta
kepada manusia, kadang ia diberi dan kadang tidak diberi (HR. Ahmad, Bukhari dan Ibnu
Majah).

Rasululullah memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:

1. Tiga manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi
dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit beserta segala apa yang
ada diantara keduanya karena sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya kepada manusia.
Karenanya sifat tersebut harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi
dan langit serta segala isinya.
2. Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi. Menurut Yusuf Qhardawi,
Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan kepada penelitian,
eksperimen dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhan terhadap
hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari al-Qur’an dan
Hadits.
3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi
bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.
4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak
terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam
kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdalih
dengan ketetapan da ketentuan Allah, atau karena tawakkal kepada-Nya, sebagaimana
keyakinan yang terdapat didalam agama selain Islam.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta
mencapai kemakmuran.
4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
5

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental
dan fisik.

C. Hadis Produksi
1. Shahih Bukhari Kitab Al-Muzara’ah Bab Man Kaa Na Min Ash-Habi Al-Nabiyyi
Saw No. 2340.

‫ال َكانُوا‬َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ بْنُ ُمو َسى َأ ْخبَ َرنَا اَأْلوْ زَ ا ِع ُّي ع َْن َعطَا ٍء ع َْن َجابِ ٍر َر‬
m‫َت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا‬ ْ ‫م َم ْن َكان‬mَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ف فَق‬ ِ ْ‫ث َوالرُّ ب ُِع َوالنِّص‬ ِ ُ‫يَ ْز َرعُونَهَا بِالثُّل‬
‫اويَةُ ع َْن يَحْ يَى ع َْن‬ ِ ‫ضهُ َوقَا َل ال َّربِي ُع بْنُ نَافِ ٍع َأبُو تَوْ بَةَ َح َّدثَنَا ُم َع‬ َ ْ‫َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا فَِإ ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ فَ ْليُ ْم ِس ْك َأر‬
ْ ‫م َم ْن َكان‬mَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
ُ‫َت لَه‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ق‬ ِ ‫َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر‬
mَ ‫ض‬
)‫ضهُ (رواه بـخارى‬ َ ْ‫ك َأر‬mْ ‫َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأ َخاهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah mengabarkan
kepada kami [Al Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata:
"Dahulu orang-orang mempraktekkan pemanfaatan tanah ladang dengan upah
sepertiga, seperempat atau setengah maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok
tanam atau dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan
tanahnya". Dan berkata, [Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah menceritakan kepada
kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu
'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia berikan
kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia
biarkan tanahnya.” (HR. Bukhari).

2. Shahih Bukhari Bab Hibah Wa Fadhliha Wa Al-Takhridh Alaiha Bab Fadhli Al-


Manihah No. 2632

‫َت‬ ْ ‫ال َكان‬َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬ِ ‫ال َح َّدثَنِي َعطَا ٌء ع َْن َجابِ ٍر َر‬ َ َ‫اع ُّي ق‬ِ ‫ُف َح َّدثَنَا اَأْلوْ َز‬ mَ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ يُوس‬
‫م‬mَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ف فَق‬ِ ْ‫ث َوالرُّ ب ُِع َوالنِّص‬ ِ ُ‫َؤاج ُرهَا بِالثُّل‬
ِ ُ‫ضينَ فَقَالُوا ن‬ ِ ‫ال ِمنَّا فُضُو ُل َأ َر‬ ٍ ‫لِ ِر َج‬
‫ُف َح َّدثَنَا‬ mَ ‫ال ُم َح َّم ُد بْنُ يُوس‬ َ َ‫ضهُ َوق‬ َ ْ‫َت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَ اهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك َأر‬ ْ ‫َم ْن َكان‬
‫الز ْه ِريُّ َح َّدثَنِي َعطَا ُء بْنُ يَ ِزي َد َح َّدثَنِي َأبُو َس ِعي ٍد قَا َل َجا َء َأ ْع َرابِ ٌّي ِإلَى النَّبِ ِّي‬ ُّ ‫اَأْلوْ َزا ِع ُّي َح َّدثَنِي‬
‫ك ِإ َّن ْال ِهجْ َرةَ َشْأنُهَا َش ِدي ٌد فَهَلْ لَكَ ِم ْن ِإبِ ٍل قَا َل نَ َع ْم‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َسَألَهُ ع َْن ْال ِهجْ َر ِة فَقَا َل َوي َْح‬
َ
‫ال‬ ُ
َ َ‫ قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَهَلْ تَ ْمنَ ُح ِم ْنهَا َش ْيًئا قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَتَحْ لبُهَا يَوْ َم ِورْ ِدهَا قَا َل نَ َع ْم ق‬m‫ص َدقَتَهَا‬َ m‫ْطي‬ ِ ‫قَا َل فَتُع‬
)‫ار فَِإ َّن هَّللا َ لَ ْن يَتِ َركَ ِم ْن َع َملِكَ َش ْيًئا (رواه بـخارى‬ ِ ‫فَا ْع َملْ ِم ْن َو َرا ِء ْالبِ َح‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] telah menceritakan
kepada kami [Al Awza'iy] berkata, telah menceritakan kepadaku ['Atho'] dari [Jabir
radliallahu 'anhu] berkata; Ada orang-orang dari kami yang memiliki banyak lahan
tanah. Mereka berkata: "Kami akan sewakan dengan pembagian sepertiga,
seperempat dan atau setengah". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
6

"Siapa yang memiliki lahan hendaklah dia tanami atau dia berikan kepada
saudaranya untuk digarap. Jika dia tidak mau, hendaklah dia biarkan tanahnya".
Dan Mujahid bin Yusuf berkata, telah menceritakan kepada kami Al Awza'iy telah
menceritakan kepadaku Az Zuhriy telah menceritakan kapadaku 'Atho' bin Yazid telah
menceritakan kapadaku Abu Sa'id berkata: "Datang seorang Baduy kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya tentang hijrah. Maka Beliau menjawab:
"Bagaimana kamu ini, sesungguhnya hijrah adalah perkara yang berat. Apakah kamu
ada memiliki unta?" Dia menjawab: "Ya punya". Lalu Beliau bertanya: "Apakah
kamu mengeluarkan zakatnya?" Dia menjawab: "Ya". Beliau bertanya lagi: "Apakah
ada darinya yang kamu berikan (hadiahkan)?" Dia menjawab: "Ya". Beliau bertanya
lagi: "Apakah kamu memberinya susu saat kehausan?" Dia menjawab: "Ya". Maka
Beliau bersabda: "Beramallah kamu dari seberang lautan karena Allah tidak akan
mengurangi sedikitpun dari amalan kamu.” (HR. Bukhari).

3. Shahih Muslim Kitab Al-Buyu’ Bab Kira’a Al-Ardhi No. 1544

‫ير ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ب ِْن‬ٍ ِ‫اويَةُ ع َْن يَحْ يَى ب ِْن َأبِي َكث‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َح َسنُ بْنُ َعلِ ٍّي ْالح ُْل َوانِ ُّي َح َّدثَنَا َأبُو تَوْ بَةَ َح َّدثَنَا ُم َع‬
ْ‫َت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأو‬ َ ِ ‫ل هَّللا‬mُ ‫َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو‬
ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكان‬
)‫ضهُ (رواه مسلم‬ َ ْ‫ك َأر‬mْ ‫لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَ اهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali Al Hulwani] telah menceritakan
kepada kami [Abu Taubah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya
bin Abi Katsair] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] dia berkata;
Rasulullah Shallallu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa memiliki sebidang tanah,
hendaklah ia menanaminya, atau memberikannya kepada saudaranya (supaya
menanaminya), Namun jika ia tidak mau, hendaklah ia menjaganya." (HR. Muslim).

4. Sunan Ibn Majah Kitab Al-Ruhn Bab Al-Muzara’ah Bi Al-Tsulutsi Wa Al-Rub’i No.


2452

‫اويَةُ بْنُ َساَّل ٍم ع َْن يَحْ يَى‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ِإ ْب َرا ِهي ُم بْنُ َس ِعي ٍد ْال َجوْ ه َِريُّ َح َّدثَنَا َأبُو تَوْ بَةَ ال َّربِي ُع بْنُ نَافِ ٍع َح َّدثَنَا ُم َع‬
ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكان‬
ُ‫َت لَه‬ َ ِ ‫ير ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ٍ ِ‫ب ِْن َأبِي َكث‬
)‫ضهُ (رواه أبن ماجه‬ َ ْ‫ك َأر‬mْ ‫َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأ َخاهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari] berkata,
telah menceritakan kepada kami [Abu Taubah Ar Rabi' bin Nafi'] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari
[Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa memiliki sebidang tanah hendaklah ia
7

menanaminya atau ia berikan pengolahannya kepada saudaranya, namun jika


menolak hendaklah ia tahan tanahnya.” (HR. Sunan Ibn Majah).

5. Ahmad – 16628

ٍ ‫ائل َأبِ ْي بَـ ْك ٍر ع َْن َعبَايَةَ ْب ِن ِرفَا َعةَ ب ِْن َرافِ ِع ب ِْن خَ ِدي‬
‫ْج ع َْن َج ِّد ِه َرافِ ِع ب ِْن‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا يَ ِز ْي ُد َح َّدثَنَا ْال َم ْسعُوْ ِديُّ ع َْن َو‬
)‫ر (رواه أحمد‬mٍ ْ‫طيَبُ قَال َع َم ُل ال َّر ُج ِل بِيَ ِد ِه َو ُكـلُّ بَي ٍْع َم ْبرُو‬ ْ ‫ب َأ‬
ِ ‫ال يا َ َرسُوْ َل هَّللا ِ َأيُّ ْالـ َك ْس‬
َ َ‫ْج ق‬ٍ ‫َخ ِدي‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah menceritakan kepada kami Al
Mas’udi dari Wa’il Abu Bakr dari Abayah bin Rifa’ah bin Rafi’ bin Khadij dari
kakeknya Rafi’ bin Khadij dia berkata, “Dikatakan, “Wahai Rasulullah, mata
pencaharian apakah yang paling baik?” beliau bersabda: “Pekerjaan seorang laki-
laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR Ahmad).

D. Impementasi

Berikut ini implementasi dari hadits tersebut yang berkaitan dengan produksi:
1. Hadits Shahih Bukhari Kitab Al-Muzara’ah Bab Man Kaa Na Min Ash-Habi Al-
Nabiyyi Saw No. 2340
‫( لِيَ ْمنَحْ هَا‬hendaklah dia memberikan secara gratis). Maksudnya, diberikan untuk diambil
manfaatnya secara gratis. Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Mathar al-Warraq
dari Atha’, dari Jabir dengan lafadz:

‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َْن ِك َراء اَأْلرْ ض‬


َ ‫َأ َّن النَّبِ ّي‬
Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW melarang menyewakan tanah.”
Karena, berapapun bidang tanah yang kita miliki alangkah baiknya memanfaatkan
dengan cara bercocok tanam atau dihibahkan. Dan hendak menfaatkan harta (tanah)
yang dimiliki kita untuk menjadi sumber penghasilan kita agar dapat mencukupi
kebutuhan sendiri dan dapat membantu orang lain. Jika memang tidak ingin
mengelolanya sebaiknya berikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan agar ia
mengelolanya menjadi hal yang bermanfaat.

2. Shahih Bukhari Bab Hibah Wa Fadhliha Wa Al-Takhridh Alaiha Bab Fadhli Al-
Manihah No. 2632.
Pada jalur dari Mathar disebutkan,

ِ ‫ َأ َخاهُ ْال ُم ْسلِم َواَل ي‬m‫َت لَهُ َأرْ ض فَ ْليَ ْز َر ْعهَا فَِإ ْن ع ََج َز َع ْنهَا فَ ْليَ ْمنَحْ هَا‬
m‫َُؤاجرهَا‬ ْ ‫َم ْن َكان‬
Artinya: “Barang siapa memiliki lahan, maka hendaklah menanaminya. Apabila tidak
mampu, maka hendaklah memberikannya kepada saudaranya sesama muslim, dan
janganlah dia menyewakannya.”
Riwayat al-Auza’i yang disebutkan Imam Bukhari menjelaskan maksud larangan ini,
karena dalam riwayat itu disebutkan sebab larangan tersebut.

3. Shahih Muslim Kitab Al-Buyu’ Bab Kira’a Al-Ardhi No. 1544

َ ْ‫ك َأر‬mْ ‫فَِإ ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ فَ ْليُ ْم ِس‬


ُ ‫ضه‬
8

Artinya: “apabila tidak melakukannya, maka hendaklah dia menahan tanahnya.”


Yakni, jika tidak mau mengelolanya dan tidak mau memberikan kepada orang lain
untuk dikelola secara gratis, maka hendaklah menahan dan tidak menyewakannya.
Dalam hal ini timbul kemusykilan bahwa menahan tanah tanpa dikelola berarti
menyia-nyiakan manfaat tanah itu. Dalam hal ini termasuk menyia-nyiakn harta,
sedangkan sikap seperti ini dilarang.

4. Sunan Ibn Majah Kitab Al-Ruhn Bab Al-Muzara’ah Bi Al-Tsulutsi Wa Al-Rub’i No.
2452.
Kemusykilan ini dijawab dengan memahami bahwa yang dilarang adalah
menyia-nyiakan harta itu sendiri atau manfaat yang ada gantinya. Sebab, jika tanah itu
ditinggalkan tanpa dikelola, maka manfaatnya tidak terputus. Bahkan, akan tumbuh
rerumputan dan kayu-kayu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
penggembalaan dan lain sebagainya.
Meskipun apa yang kami sebutkan tidak ada, tetapi membiarkan lahan tidak
digarap tetap dapat menyuburkan lahar tersebut. Mungkin saja hasil yang diperoleh
pada tahun ini dapat menutupi hasil ketika tanah itu dibiarkan tanpa digarap.

5. Berikut implementasi dari hadits Ahmad – 16628:


Rasulullah mengatakan bahwa mata pencaharian yang baik adalah pekerjaan
seorang laki-laki yang menggunakan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
mabrur. Pekerjaan dengan menggunakan tangan sendiri seperti menulis, bertani,
berkebun,menmpa besi yang kesemua itu dilakukan dengan tangan yang merupakan
bagian dari proses produksi.
Umar Radhiyallahu Anhu berpendapat bahwa melakukan aktivitas produksi
lebih baik daripada mengkhususkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah, dan
mengandalkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Diantara bukti ini adalah
riwayat yang mengatakan, bahwa Umar Radhiyallahu Anhu melihat tiga orang di
masjid tekun beribadah, maka beliau bertanya kepada salah satu diantara mereka,
“dari mana kamu makan?” ia menjawab “aku adalah hamba Allah, dan Dia
mendatangkan rezekiku sebagaimana Dia menghendaki”. Lalu Umar pun
meninggalkannya, lalu menuju ke orang kedua seraya menanyakan hal yang sama.
Maka dia menjawab “aku memiliki saudara yang mencari kayu di gunung untuk
dijual, lalu ia makan sebagian hasilnya, dan dia datang memenuhi kebutuhanku”
Maka Umar berkata. “saudaramu lebih beribadah daripada kamu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para
konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya.
Untuk mengahasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor
produksi. Beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara
keseluruhan, antara lain : Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan
teknikal yang Islami, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-
kemasyarakatan, permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi
lebih kompleks. Maka Hadits Jabir bin Abdullah RA ini merupakan larangan
menelantarkan lahan, karena hal ini termasuk perbuatan yang tidak bermanfaat. Dalam
menelantarkan lahan, Rasulullah SAW menyarankan untuk memanfaatkan dan mengupah
orang lain untuk mengelolahnya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan ataupun kesalahan, baik dari penyajian materi maupun penulisan makalah.
Hal ini di karenakan keterbatasan kemampuan menulis, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan sara yang bersifat membangun.

9
DAFTAR PUSTAKA

El Misykatul Ma’arif. 2011. Teori Produksi dalam Islam.


http://radenbaguz.wordpress.com/teori-produksi-dalam-islam/, 8 Mei 2011.
Kadir, Ahmad. 2010. Hukum Bisnis Syariah dalam Alquran. Jakarta:
AMZAH.
Khaidirali Batubara. 2015. Makalah Tafsir Ayat dan Hadits tentang Produksi
dan Konsumen. http://khaidiralibatubara.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tafsir-ayat-
dan-hadits-tentang_23.html?m=1, 6 Mei 2015.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Refky Fielnanda. 2015. Studi Hadits Tentang Produksi
http://refkyfielnanda.blogspot.co.id/2015/01/studi-hadits-tentang-produksi_19.html?
=1 19 januari 2015.
Tjoet Nyak Nuroel Izzatie. Teori Produksi dalam Ekonomi Islam.
http://tjoetnyakkkk.blogspot.co.id/2011/01/teori-produksi-dalam-ekonomi-
islam.html?=1, 3 Januari 2011.
Veithzal Rivai dan Andi Buchari. 2012. Islamic Business and Economic
Ethics. Jakarta: Bumi Aksara.
Veithzal Rivai dkk. 2009 Islamic Economics. Jakarta: Bumi Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai